Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EKSTRADISI

dosen pengampu: MASIRI ADAM M.H

DIiusun Oleh:

UMIA SAIMIMA 1901003008

AHMAD KELIWAWA 190103012

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AMBON

2021
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................3

A. Latar belakang........................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4

C. Tujuan.....................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................5

A. Pengertian Ekstradisi.............................................................................................................5

B. Unsur-unsur Ekstradisi...........................................................................................................7

C. Asas-asas Hukum Ekstradisi..................................................................................................9

D. Sumber hukum internasional mengenai Ekstradisi..............................................................11

BAB III PENUTUP......................................................................................................................13

A. kesimpulan............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkah rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Hukum Internasional dengan
tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya
kita nantikan kelak.

Penulisan makalah yang berjudul “ ekstradisi ” , saya berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi pihak yang membaca.

Demikian yang dapat saya sampaikan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ambon, 2 Februari, 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
kemajuan sistem komunikasi jarang terdengarnya kasus yang terkait antara negara
negara yang berhubungan dengan internasional. kasus yang terjadi atau di sebut dengan
ekstradisi merupakan warga yang menempati suatu negara atau wilaya di tempati,
tersebut menimbulkan kasus dari warga tersebut. maka Ekstradisi ini mengambil tindakan
sehingga kerja sama antara negara nasional dan internasional tidak berjalan baik
semestinya.

ekstradisi senatiasa menyerahkan para pelaku kejahatan tindak pidana kepada negara
asalnya agar di tindak lanjuti pidana tersebut. tindak pidana yang terkait bukan hanya
yang di tindak tapi juga terdakwa, tertudu atau seseorang yang telah dijatuhi hukuman
pidana yanag telah mempunyai kekuatan mengikat yang pasti (teehuku, terpidana). oleh
negara tempatnya berada.

Secara umumu pandangan dari Ekstradisi adalah merupakan pengembalian tindak


pidana kepada negara asalnya untuk lebih di tindak lanjut kasus atau pidana yang di
lakukan pelaku tersebut.

B. Rumusan Masalah
a. medalami dan memahami pengertian dan sejarah Ekstradisi.

b. memahami unsur unsur akstradisi

c. mengetahui asas asas ekstradisi

d. memperluas sumber hukum internasional mengenai ekstradisi


C. Tujuan Penulisan
a. tujuan untuk mengulangi kembali pengertian dan sejarah ekstradisi agar kasus pidana
tidak di lakukan kembali

b. tujuan mengetahui unsur unsur ekstradisi

c. tujuan mengetahuai asas asas ekstradisi

d. memperluas sumber hukum internasional mengenai Ekstradisi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekstradisi
Ekstradisi adalah penyerahan oleh suatu negara kepada negara yang meminta
penyerahan seseorang yang disangka atau dipidana karena melakukan suatu kejahatan di
luar wilayah negara yang menyerahkan dan di dalam yurisdiksi wilayah negara yang
meminta penyerahan tersebut karena berwenang untuk mengadili dan memidananya
(Undang-undang Nomor 1 Tahun 1979 tentang Ekstradisi).

Istilah ekstradisi atau extradition berasal dari bahasa latin ekstradere. Ex artinya ke
luar, sedangkan Tradere berarti memberikan atau menyerahkan. Sedangkan dalam bahasa
inggris, kata extradition berarti penyerahan

1. Berikut definisi dan pengertian ekstradisi dari beberapa sumber buku:

Menurut Parthiana (2004), ekstradisi adalah penyerahan yang dilakukan


secara formal, baik berdasarkan atas perjanjian ekstradisi yang sudah ada
sebelumnya, ataupun berdasarkan prinsip timbal balik atau hubungan baik, atau
seseorang yang dituduh melakukan kejahatan (tersangka, terdakwa, tertuduh) atau
seseorang yang telah dijatuhi hukuman pidana yang telah mempunyai kekuatan
mengikat yang pasti (terhukum, terpidana), oleh negara tempatnya berada (negara
yang diminta) kepada negara yang memiliki yurisdiksi untuk mengadili atau
menghukumnya (negara yang meminta) atas permintaan negara peminta, dengan
tujuan untuk mengadili dan atau pelaksanaan hukumannya.

Menurut Kansil (2002), ekstradisi adalah pemindahan seseorang dari suatu negara ke
negara lain secara paksa untuk diajukan ke depan sidang pengadilan atau dimasukkan
penjara untuk suatu kejahatan yang timbul jikalau seseorang yang dituduh atau telah
dijatuhi hukuman mencari perlindungan (atau pada waktu itu bertempat tinggal) di
negara lain.

Menurut Budiarto (1980), ekstradisi adalah suatu proses penyerahan tersangka atau
terpidana karena telah melakukan suatu kejahatan yang dilakukan secara formal oleh
suatu negara kepada negara lain yang berwenang memeriksa dan mengadili pelaku
kejahatan tersebut.

2. Sejarah singkat Ekstradisi

Perjanjian yang tertua yang membahas masalah ekstradisi adalah perjanjian


perdamaian antara Raja Rameses II dari Mesir dengan Hattusili II dari Kheta yang
dibuat pada tahun 1279 SM. Isinya kedua pihak menyatakan saling berjanji akan
menyerahkan pelaku kejahatan yang melarikan diri atau yang ditemukan di dalam
wilayah pihak lain (Nusbaum, 1969). Beberapa konvensi internasional yang dapat
dijadikan dasar hukum sebagai pelaku kejahatan menurut ketentuan tentang
ekstradisi antara lain yaitu; konvensi Tokyo 1963, konvensi Den Haag 1970,
konvensi Montreal 1971, konvensi Tentang Obat Bius 1971, dan lain-lain.

B. Unsur-unsur Ekstradisi
Menurut Parthiana (2004), terdapat beberapa unsur dalam hukum ekstradisi, yaitu sebagai
berikut:

1. Unsur unsur ekstradisi

a. unsur subjek

Negara atau negara-negara yang memiliki yurisdiksi untuk mengadili atau


menghukum sangat berkepentingan untuk mendapat kembali orang tersebut untuk
diadili atau dihukum atas kejahatan yang telah dilakukannya itu. Untuk mendapat
kembali orang yang bersangkutan negara atau negara-negara tersebut harus
mengajukan permintaan penyerahan kepada negara tempat orang itu berada atau
bersembunyi. Negara atau negara-negara ini berkedudukan sebagai pihak yang
meminta atau dengan singkat disebut negara peminta (The Requesting State).
Negara tempat si pelaku kejahatan (tersangka, tertuduh terdakwa) atau si terhukum
itu bersembunyi. Negara ini diminta oleh negara atau negara-negara yang memiliki
yurisdiksi atau negara peminta, supaya menyerahkan orang yang berada di wilayah
itu (tersangka atau terhukum), yang dengan singkat dapat disebut negara-diminta
(The Rewuested State).

b. Unsur objek

Yaitu si pelaku kejahatan itu sendiri (tersangka, tertuduh, terdakwa atau


terhukum) yang diminta oleh negara peminta kepada negara-negara diminta supaya
diserahkan. Dia inilah yang dengan singkat disebut sebagai orang yang diminta.
Meskipun dia hanya sebagai objek saja yang menjadi pokok masalah antara kedua
pihak, tetapi sebagai manusia dia harus tetap diperlakukan sebagai subjek hukum
dengan segala hak dan kewajibannya yang asasi, yang tidak boleh dilanggar oleh
siapapun juga.

Unsur ini meliputi tentang tata cara untuk mengajukan permintaan penyerahan
maupun tata cara untuk menyerahkan atau menolak penyerahan itu sendiri serta
segala hal yang ada hubungannya dengan itu. Penyerahan hanya dapat dilakukan
apabila sebelumnya ada diajukan permintaan untuk menyerahkan oleh negara
peminta kepada negara diminta. Permintaan tersebut haruslah didasarkan pada
perjanjian ekstradisi yang telah ada sebelumnya antara kedua pihak atau apabila
perjanjian itu belum ada, juga bisa didasarkan pada saat asas timbal baik yang telah
disepakati.

c. Unsur tujuan

Yaitu untuk apa orang yang bersangkutan dimintakan penyerahan atau


diserahkan. Penyerahan itu dimintakan oleh negara peminta kepada negara-diminta
oleh karena ia telah melakukan kejahatan yang menjadi yurisdiksi negara/ negara-
negara peminta. Atau dia melarikan diri ke negara-diminta setelah dijatuhi hukuman
yang telah mempunyai kekuatan mengikat yang pasti. Untuk dapat mengadili atau
menghukum orang yang bersangkutan, negara peminta lalu mengajukan permintaan
penyerahan atas diri orang tersebut kepada negara-diminta.
2. Jenis-jenis Ekstradisi

Menurut Damaian (1991), terdaat tiga jenis sistem ekstradisi, yaitu sebagai
berikut:

a. Ekstradisi sistem daftar (list system/enumerative system), yaitu sistem yang


memuat dalam perjanjian suatu daftar yang mencantumkan satu persatu
kejahatan mana yang dapat diekstradisi. Contoh: Perjanjian Ekstradisi antara
Inggris dan Amerika Serikat 1969, dalam Pasal 3 menentukan 27 jenis
kejahatan atau tindak pidana.

b. Ekstradisi sistem tanpa sistem daftar (eliminative system), yaitu sistem yang
hanya menggunakan maksimum hukuman atau minimum hukuman sebagai
ukuran untuk menerapkan apakah suatu kejahatan yang dapat diserahkan atau
tidak tanpa menyebutkan satu persatu nama delik yang dapat diekstradisikan.
Contoh: Perjanjian Ekstradisi antara Italia dan Panama 1930 menentukan
minimum 2 tahun.

c. Ekstradisi sistem campuran, yaitu campuran antara ekstradisi enumeratif dan


ekstradisi eliminatif serta mencantumkan juga kejahatan dengan minimum dan
maksimum hukuman yang dapat diekstradisi. Contoh: Perjanjian Ekstardisi
antara Indonesia dan Philipina 1976 dalam pasal II A.

C. Asas-asas Hukum Ekstradisi


Menurut Parthiana (2004), terdapat asas-asas ekstradisi yang telah diakui secara umum,
yaitu sebagai berikut:

a. Asas Kejahatan Ganda (Double Criminality Principle)

Asas ini mensyaratkan bahwa kejahatan yang dapat dijadikan alasan


dalam permohonan ekstradisi atas orang yang diminta adalah kejahatan yang telah
diancam hukuman baik hukum pidana dari negara-peminta ataupun hukum dari
negara yang diminta. Hal ini dapat terjadi dikarenakan suatu perbuatan atau
peristiwa mungkin merupakan peristiwa pidana atau kejahatan menurut sistem
hukum negara tertentu, sedangkan menurut sistem hukum negara lain tidak
dipandang sebagai peristiwa pidana. Terdapat perbedaan dalam penilaian atas
suatu perbuatan atau peristiwa. Perbedaan penilaian itu juga membawa akibat
perbedaan penilaian terhadap si pelaku perbuatan atau peristiwa tersebut.

b. Asas Kekhususan (Principle of Speciality)

Asas ini mewajibkan negara-peminta untuk hanya menuntut, mengadili


maupun menghukum orang yang diminta berdasarkan kejahatan yang dijadikan
alasan untuk permintaan penyerahan ekstradisinya. Jadi ia tidak boleh diadili, dan
atau dihukum atas kejahatan lain, selain dari pada kejahatan yang dijadikan
sebagai alasan untuk meminta ekstradisinya. Asas kekhususan baru dapat
berfungsi apabila orang yang diminta telah diekstradisi oleh negara yang diminta
kepada negara-peminta. Hal ini berarti, Permintaan negara-peminta untuk
mengekstradisi orang yang diminta tersebut dikabulkan oleh negara yang diminta.

c. Asas Tidak Menyerahkan Warga Negara (Non-Extradition of Nationals)

Asas ini pada dasarnya memberikan kekuasaan pada negara-negara untuk


tidak menyerahkan warga negaranya sendiri yang melakukan kejahatan di dalam
wilayah negara lain. Apabila orang yang diminta oleh negara-peminta ternyata
merupakan warga negara dari negara yang diminta, maka negara yang diminta
berhak menolak permintaan ekstradisi dari negara-peminta tersebut. Hal ini
dilandasi oleh pemikiran, bahwa negara wajib untuk melindungi setiap warga
negaranya dan warga negara juga memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan
dari negara asalnya. Namun penolakan tersebut tidak berarti menghapus
kesalahan warga negara tersebut. Warga negara tersebut wajib untuk diadili dan
dihukum oleh negara yang diminta berdasarkan hukum nasionalnya.

d. Asas Tidak Menyerahkan Pelaku Kejahatan Politik (Non-Extradition of Political


Criminal)

Asas ini bermula pada abad ke-18, yang menunjukkan bahwa yang dapat
diserahkan hanyalah para penjahat politik dan pasukan yang melakukan tindakan
disersi. Apabila negara-diminta berpendapat bahwa kejahatan yang dijadikan
sebagai alasan untuk permintaan ekstradisi oleh negara-peminta adalah tergolong
sebagai kejahatan politik, maka negara-diminta harus menolak permintaan
tersebut. Hal ini dikarenakan kejahatan politik bersifat subjektif serta definisi
kejahatan politik yang berlaku secara umum bagi hukum internasional juga tidak
ada. Suatu kejahatan digolongkan sebagai kejahatan politik atau tidak memang
merupakan sebuah masalah politik yang didasarkan kepada pertimbangan-
pertimbangan politik yang tentu saja sangat subjektif.

e. Asas ne/non bis in idem

Menurut asas ini, jika kejahatan yang dijadikan alasan untuk permintaan
ekstradisi atas orang yang diminta, ternyata telah diadili dan/atau telah dijatuhi
hukuman yang telah memiliki kekuatan hukum yang mengikat, maka negara yang
diminta diharuskan menolak permintaan dari negara-peminta tersebut. Asas ini
memberikan jaminan kepastian hukum bagi orang yang pernah dijatuhi putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan mengikat yang pasti, baik putusan itu
merupakan putusan pembebasan ataupun pelepasan dari tuntutan pidana maupun
putusan yang berupa penghukuman atas dirinya.

f. Asas Daluwarsa

Asas ini dikenal juga dengan asas lewat waktu (lapse of time). Asas ini
menyatakan bahwa seseorang tidak dapat diserahkan oleh negara yang diminta
kepada negara-peminta dikarenakan hak untuk menuntut atau hak untuk
melaksanakan putusan pidana telah daluwarsa atau lewat waktu menurut hukum
dari salah satu maupun hukum dari kedua belah pihak. Tujuan dari diakui
daluwarsa ini adalah demi memberikan jaminan kepastian hukum bagi semua
pihak. Bahwa suatu fakta yang sudah demikian lamanya terjadi dan tidak pernah
dipersoalkan selama jangka waktu tersebut,dipandang sebagai suatu hal yang
sudah lewat dan oleh karena itu tidak bisa diungkit-ungkit lagi.

Sumber hukum internasional mengenai Ekstradisi.


a. Perjanjian internasional
b. Hukum kebiasaan internasional

c. Prinsip-prinsip hukum

d. Putusan badan penyelesaian sengketa internasional

e. Keputusan / Resolusi organisasi internasional

1. Contoh kasus perjanjian ekstradisi.

Salah satu contoh kasus perjanjian dari ekstradisi adalah seperti yang dilakukan
oleh Indonesia dengan singapura, dimana kedua negara ini melakukan perjanjian
tentang para koruptor yang seandainya melarikan diri ke salah satu negara tersebut
maka akan dipenjarakan dan akan dikirim kembali ke negara asalnya untuk
ditindaklanjuti lagi.

Selain itu juga, negara dengan julukan negara singa tersebut merupakan surga
yang sangat dinikmati oleh para koruptor. Bahkan lebih dari 18 orang koruptor yang
berada di singapura menanamkan hasil korupsinya tersebut dan membangun
kekayaan mereka melalui negara satu ini. Lalu apakah perjanjian ini berjalan sesuai
dengan harapan Indonesia?

Nyatanya tidak karena negara singapura sendiri malah lebih memilih untuk
melindungi para koruptor tersebut untuk menyukseskan dan meningkatkan
roda ekonomi mereka. Mereka berasumsi bahwa para koruptor adalah salah
satu aset berharaga mereka juga untuk menyukseskan perekonomian mereka
tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ekstradisi adalah penyerahan oleh suatu negara kepada negara yang meminta penyerahan
seseorang yang disangka atau dipidana karena melakukan suatu kejahatan di luar wilayah
Negara.

sejarah ekstradisi adalah awal mula dari perjanjian perdamaian antara raja rameses ii dari
mesir dengan hatu sili ii dari ketha yang di buat pada tahun 1279 SM.

Unsur subjek Negara atau Negara-negara yang memiliki yurisdiksi untuk mrngadili atau
menghukum sangat berkepentingan untuk mendapat kembali orang tersebut. Objek yaitu
setelah pelaku kejahtan itu sendiri (tersangka, tertuduh, terdakwa atau terhukum.)

B. SARAN

Untuk menimbang dan mengelola hukum kepada pelaku tersangka atau oknum, Negara
Indonesia harus di adakan gaormane ( gabungan oragnisasi masyarkat Negara) tertentu
agar proses peradilanpun tidak mengakibatkan campur tangan pemerintah atau kepalah
antar Negara.
DAFTAR PUSTAKA
• Nusbaum, Arthur. 1969. A Concise History of the Law of Nation - Sejarah Hukum
Internasional Bandung: Bina Cipta.

• Parthiana, I Wayan. 2004. Hukum Pidana Internasional dan Ekstradisi. Bandung: Yrama
Widya.

• Parthiana, I Wayan. 1990. Ekstradisi dalam Hukum Internasional dan Hukum Nasional.
Bandung: Mandar Maju.

• Kansil, C.S.T. 2002. Modul Hukum Internasional. Jakarta: Djambatan.

• Budiarto, M. 1980. Masalah Ekstradisi dan Jaminan Perlindungan Hak-Hak Azasi Manusia.
Jakarta: Ghalia Indonesia.

• Damaian, Eddi. 1991. Kapita Selekta Hukum Internasional. Bandung: Alumni.

• Wayan Parthiana, 2009, Ekstradisi dalam hukum internasional Moderen, grma widya Bandung.
h . 75-92

Anda mungkin juga menyukai