Anda di halaman 1dari 5

 

Rontgen
A.    Pemeriksaan Rontgen
            Rontgen atau dikenal dengan sinar X merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan
peran sinar X dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya dada, jantung,
abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak, rangka.
            Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan radiasi radiasi sinar X yang sedikit
karena tingginya kualitas film sinar X dan digunakan untuk melakukan skrinning dari
berbagai kelainan yang ada pada organ.
            Sinar X merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, panas, cahaya sinar ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang yang
sangat pendek sehingga dapat menembus benda-benda. Sinar X ditemukan oleh sarjana fisika
berkebangsaan Jerman yaitu W. C. Rontgen tahun 1895
B.     Jenis-Jenis Pemeriksaan Rontgen
a.       Konvensional
Pemeriksaan radiologi tanpa bahan kontras.
Jenis pemeriksaan:
1.      Thorax : Pemeriksaan secara radiologi organ thorax
2.      Kepala : Pemeriksaan secara radiologi organ kepala
3.      Extermitas : Pemeriksaan secara radiologi organ ektermitas
4.      Vetebrae : Pemeriksaan secara radiologi organ vertebrae : vetebrae cervical,vetebrae
thoraxal, vetebrae lumbal, vetebrae sacral, coccigius.
5.      Mamoghraphy : Pemeriksaan secara radiologi organ payudara dengan menggunakan pesawat
khusus mammography dengan kapasitas kilo volt rendah dan waktu expose  panjang
b.      Pemeriksaan Khusus.
Pemeriksaan radiologi dengan bahan kontras.
Jenis pemeriksaan :
1.      Oesophagus
Pemeriksaan secara radiologi organ traktus digestivus pada daerah oesophagus dengan
menggunakan bahan kontras melalui oral  (barium sulfat yang dilarutkan dalam air 1:1)
2.      Maag Doedonum
Pemeriksaan secara radiologi pada organ lambung dengan menggunakan bahan kontras
melalui oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air.

3.      Follow Through
            Pemeriksaan secara radiologi pada organ usus halus dengan menggunakan bahan
kontras melalui oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air.
4.      Intra Vena Pyeleography (IPV)
            Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal ,urether, buli & buli)
dengan menggunakan bahan kontras melalui penyuuntikan intravena.
5.      Appendikogram
            Pemeriksaan secara radiologi pada daerah appendik dengan menggunakan bahan
kontras barium sulfat yang di larutkan dalam air yang kemudian di minum.
6.      Retrograde Pyelography (RPG)
            Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, urether, buli & 
buli)  dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter kedalam ginjal
dan saluranya. Pemasangan kateter tersebut dilakukan di kamar operasi).
7.      Bipoler Uretrogram
            Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, uretra, buli-buli)
dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter sistomi kedalam buli-
buli dan secara retrograde melalui urether.
8.      Hystero Salvingography
            Pemeriksaan secara radiologi pada organ genitalia wanita dengan menggunakan 
bahan kontras yang dimasukan melalui uterus dan tuba uterine.
9.      Myelography
            Pemeriksaan secara radiologi pada organ. canalis medulla spinalis dengan
menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui lumbal fungsi.

10.  Fiestelography
            Pemeriksaan secara radiologi untuk fistel )kedalaman, hubungan dengan organ lain)
dengan menggunakan bahan kontras dimasukan melalui fistel tersebut.
c.       Pemeriksaan CT Scan
            Alat CT scan adalah generator pembangkit sinar-x yang bila dioperasikan oleh
operator akan mengeluarkan sinar-x dalam jumlah dan waktu tertentu. CT Scan adalah suatu
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dalam dari berbagai sudut kecil dari
organ tulang tengkorak dan otak serta dapat juga untuk seluruh tubuh.
            Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara
suatu kelainan, yaitu :
1)      Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.
2)      Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
3)      Brain contusion.
4)      Brain atrofi.
5)      Hydrocephalus
6)      Inflamasi
1.      pemeriksaan CT Scan tanpa kontas maupun dengan kontras
1)      CT-SCAN OTAK
            Potongan axial dari OM Line/Reids base line sampai vertex, tebal potongan : 4–5 mm
infratentorial, 8-10mm supratentorial atau semua rata 7mm. Lesi dimidline sebaiknya dibuat
potongan coronal sebagai tambahan. Kondisi tulang pada kasus trauma/ suspect fraktur tulang
kepala. Indikasi kontras: tumor, infeksi, kelainan vaskuler mencari AVM, aneurysma.
2)      CT-SCAN HYPOFISE
            Potongan coronal 1-5mm tanpa dan dengan bolus kontras, dilanjutkan dengan axial
scan 2-5mm dari OM Line sampai supraseller distren (2mm bila lesi kecil /mikroadenoma
atau kelenjar hipofise normal ; 5mm bila tumor besar/ makroadenoma) F.O.V kecil (160-200)
mulai dari procesus clinoideus anterior sampai dorsum sellae.
3)      CT-SCAN TELINGA / os.PETROSUM
Teknik : High Resolusi CT / kondisi tulang
·         kasus non-tumor/trauma basis cranii: potongan axial dan coronal 2mm sejajar dengan axis
os.petrosum. mencakup seluruh tulang os.petrosum, tanpa kontras, kondisi tulang (WW dan
WL yang tinggi)
·         kasus tumor / infeksi (abses ) potongan axial 2-5mm mencakup seluruh os.petrosum tanpa
dan dengan kontras, kondisi tulang dan soft tissue. Potongan coronal 2-5mm sebagai
tambahan, dalam kondisi tulang dan soft tissue. Mencakup seluruh os.petrosum dan proses
abnormalnya.
4)      CT-SCAN ORBITA
            Tumor/ infeksi: Potongan axial 3-5mm dari dinding inferior sampai dinding superior
cavum orbita, sudut sejajar dengan N.opticus atau menggunakan garis infraorbito meatal line,
tanpa dan dengan kontras. Setelah itu dibuat potongan coronal 3-5mm mencakup seluruh
cavum orbita. Fractur orbita : potongan coronal dan axial 2-4mm tanpa kontras, dicetak
dalam kondisi soft tissue dan tulang pada daerah fraktur. F.O.V. kecil (160-200).
5)      CT-SCAN NASOPHARYNX, LIDAH
            Nasopharynx: potongan axial 3-5mm, FOV 250mm, kondisi dengan filter agak tinggi
(lebih tinggi dari otak) dan pallatum sampai sinus frontalis, sudut sejajar pallatum. Tanpa dan
dengan kontras bolus, kemudian dilanjutkan dengan potongan axial 5mm sejajar corpus
vertebrae cervicalis dari C2 s/d C6 F.O.V 200mm untuk mencari pembesaran kelenjar.
Setelah itu dibuat potongan coronal 3-5mm, tergantung besar –kecilnya kelainan dari choana
sampai cervical vertebrae sejajar dengan dinding posterior nasoprynx  F.O.V. 250mm,
potongan coronal kadang perlu dibuat dalam kondisi tulang apabila ada destruksi basis cranii.
            Oropharynx: sama dengan nasopharynx hanya mulainya agak rendah, garis axial
dimulai dari mandibula keatas.
            Lidah: pasti harus diganjal gigi/rongga mulutnya dengan sepotong gabus, agar pada
potongan coronal lidah tidak menyatu dengan pallatum. Teknik hamper sama dengan
nasopharynx, hanya axial dan coronalnya harus mencakup seluruh daerah lidah.
            Bila tumor diduga berada di 2/3 depan lidah lebih baik dibuat coronal dahulu tanpa
dan dengan bolus kontras, baru kemudian dibuat axialnya. Sedangkan untuk tumor dipangkal
lidah,  sebaiknya dibuat axial dahulu baru cornal. Kontras diberikan pada potongan yang
diperkirakan akan memberi informasi baik.
6)      CT-SCAN LARYNX / PITA SUARA
            Potongan pre kontras : axial 5mm dari epiglottis sampai cincin trachea 1-2, sejajar
dengan pita suara.
            Potongan dengan kontras : axial 2-3mm didaerah pita suara, mulai dari batas atas
sampai batas bawah lesi. Bila ada kelenjar membesar, dibuat potngan leher 5mm post bolus
kontras (delayed scan) F.O.V. 160-200mm, tanpa dan dengan bolus kontras.
7)      CT-SCAN THYROID
            Potongan axial 3-5mm dari bagian atas kelenjar thyroid samapi bagian bawah
biasanya mulai setinggi C5-6 sampai thoracic inlet, tanpa dan dengan bolus kontras,
kemudian di ulang / delayed scan untuk mendapatkan batas lesi dan tambahan informasi yang
lebih baik setelah seluruh kelenjar mengalami penyengatan merata, F.O.V. 160-200mm.
            Catatan : untuk CT-Scan pita suara dan thyroid dapat dibuatkan teknik MPR
(Multiplanar Rekontruksi) untuk menghasilkan potongan coronalnya, untuk itu harus dibuat
potongan 1-2mm pada waktu bolus kontras sepanjang daerah yang diperlukan untuk
potongan coronalya.
8)      CT-SCAN SINUS PARANASALIS
Teknik High Resolusi
            Sinusitis: Potongan coronal 2mm di1/2 bagian depan dan 4mm 1/2 bagian posterior,
mulai dari os.nasale sampai dengan nasopharynx, potongan axial dari dasar sinus maxillaries
sampai sinus frontalis 3-5mm, tanpa bahan kontras, kondisi soft tissue (WW diatas 2000, WL
diatas 200) F.O.V 200-250mm
            Tumor  sinus : Potongan coronal 3-5mm dari dinding depan sinus sampai
nasopharynx / tumor habis tanpa dan dengan kontras, kemudian axial 3-5mm dari dasar sinus
sampai sinus frontalis / mencakup seluruh tumor, kondisi soft tissue / tulang dan kondisi
massa tumor dengan WW yang rendah.
9)      CT-SCAN THORAX
            (bila memungkinkan sebaiknya dipakai teknik high resolusi). Potongan axial
prekontras/ polos dari puncak paru sampai diafragma, tebal potongan 10, index 10-15. Bolus
kontras diberikan  mulai dari arkus aortae samapi hilus inferior, tebal potongan 5-8mm. Bila
proses dibawah hilus potongan post kontras diteruskan kebawah sampai mengenai seluruh
proses terpotong. Kondisi dicetak dalam 2 macam: kondisi parenkim paru dan kondisi
mediastinum. Permintaan khusus untuk parenkim paru dapat dibuat sbb: biasanya pada
indikasi parenchymal lung disease / emphysema. Axial scan tanpa kontras filter high resolusi,
tebal potongan 2mm dengan index potongan 8-10mm dari puncak paru sampai diafragma.
            Tumor esophagus : pemeriksaan thorax scan sambil minum oral kontras sampai
didapatkan lumen tumor yang sempit / batas antara esophagus yang lebar dan yang sempit
sebagai batas atas tumor.Bolus kontras diberikan pada daerah tumor mulai batas atas sampai
batas bawah, dicetak dalam kondisi mediastinum. Potongan coronal dan sagital dapat
diperoleh melalui MPR (untuk itu perlu dibuat potongan tipis 2-3mm sewaktu dibolus).
10)  CT-SCAN ABDOMEN ATAS
            Potongan Axial dari diafragma sampai ginjal. Prekontras: tebal potongan 10, index
10-15mm. Bolus kontras diberikan pada daerah yang menjadi tujuan pemeriksaan. Organ /
kelainannya yang diperiksa besar (hepar, lien): tebal potongan 10mm, index 8-12mm. Organ /
kelainannya sedang (ginjal, lambung, usus) dipakai tebal potongan 5-8mm. Organ /
kelainannya kecil (pancreas, kandung empedu,……..) tebal potongan 2-5mm.
            Pada kasus tertentu seperti tumor yang hipervaskuler/hemangioma khusus untuk
hepar dan ginjal, perlu dibuat delayed scan apbila dicurigai ada kelainan pada bolus
kontras.Pada alat spiral / helical CI, untuk hepar dan ginjal sebaiknya dipakai program
volume/spiral scan untuk mendapatkan dual phase(fase arterial dan portal pada hepar atau
fase cortex dan medulla pada ginjal), kemudian dibuat lagi delayed scan untuk mendapatkan
fase equilibrium(untuk hepar) dan fase excresi (untuk ginjal) dimana system
pelviocalycesnya terisi penuh. Untuk kasus CA pancreas pakai kontras negatife (minum air
saja).
11)  CT-SCAN ABDOMEN BAWAH / PELVIC
            Potongan axial dari lumbal 5 sampai buli-buli / kelenjar prostate. Prekontras : tebal
potongan 10mm. Bolus kontras didaerah yang ada kelainan, tebal potongan tergantung besar
kecilnya kelainan. Biasanya dipakai tebal potongan 5mm. Persiapan pasien sering tidak
sampai mengisi baik rectum-sigmoid, untuk itu perlu dimasukkan kontras rectum. Khusus
untuk Ca cervix yang masih stadium II-III, dibuat potongan 3mm pada waktu bolus kontras.
Delayed scan kadang diperlukan bila: batas tumor tidak jelas. Potongan koronal dan sagital
dapat diperoleh melalui teknik MPR.
12)  CT-SCAN SPINE
            Potongan axial F.O.V. 160mm, tanpa kontras atau dengan kontras intrathecal, disebut
CT-Myelografi. Untuk kasus HNP: potongan hanya didaerah ruang discus, sejajar dengan
discus, tebal potongan 2-4mm. Kondisi soft tissue dan tulang bila perlu. Untuk penilaian
canal stenosis, dapat dibuat satu potongan tepat ditengah korpus vertebrae, tegal lurus dengan
axis corpus. Untuk kasus tumor/spondylylitis/metastasis tulang: potongan sejajar dengan
corpus vertebrae didaerah yang ada kelainannya. Kondisi soft tissue dan tulang . Bila perlu
(umumnya harus) diberikan bolus kontras terutama pada kasus abses paravertebral atau untuk
melihat infiltrasi tumor kedalam canalis vertebralis.

C.     Peran Perawat Dalam Pemeriksaan Rontgen


            Perawat radiologis biasanya mengembangkan dan mengelola rencana perawatan
untuk membantu pasien memahami prosedur dan kemudian, memulihkan diri dari prosedur.
Hal ini mungkin juga termasuk bekerja dengan keluarga pasien. Perawat dapat melakukan
pemeriksaan atau melaksanakan tindakan kesehatan preventif dalam pedoman yang
ditetapkan dan instruksi dari ahli radiologi. Selain itu, perawat dapat merekam temuan dokter
dan mendiskusikan kasus dengan baik ahli radiologi atau profesional kesehatan lainnya.
Seringkali, seorang perawat radiologis akan membantu selama pemeriksaan atau terapi.

Anda mungkin juga menyukai