Anda di halaman 1dari 13

SAINS, KEREKAYASAAN DAN TEKNIK INDUSTRI

Pengantar Teknik Industri

Disiplin keahlian Teknik Industri (Industrial Engineeing) lahir sesudah tumbuh dan berkembangnya disiplin
keahlian keteknikan atau kerekayasaan (engineering) lainnya, seperti teknik sipil, teknik elektro, teknik
mesin dan teknik kimia. Walaupun kerekayasaan itu sendiri telah hadir seiring dengan adanya upaya
manusia untuk memenuhi kebutuhannya, namun sebagai disiplin keahlian, kerekayasaan secara
sistematis lahir setelah adanya ilmu pengetahuan atau sains (science). Selanjutnya ketiga disiplin ini
(Science, Engineering dan Industrial Engineering) berinteraksi dan berkembang serta saling bersinergi.

Pola berpikir perkembangan Teknik Industri, dimulai dari pendekatan manajemen ilmiah (scientific
management), administrasi dan perilaku manajemen (administrative and behavior management), sains
manajemen (management science) dan akhirnya pendekatan sistemik terintegrasi (systemic and
integrated approach).

1.1 Sains
Ilmu pengetahuan atau sains (Science) merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia
sebagaimana kebutuhan akan makanan dan minuman.
Obyek sains adalah sistem alamiah (natural system) baik yang terkait dengan sesuatu dzat yang hidup
(life sciences) maupun yang terkait dengan dzat mati (physical sciences). Dengan demikian obyek sains
adalah segala sesuatu ciptaan Tuhan Yang Maha Pencipta, dimana karakteristik fenomena yang dikaji
adalah fenomena yang sebagian besar bersifat deterministik, sebagian lagi bersifat probabilistik dan
ada pula yang bersifat tak tentu (uncertainty).
Tujuan dari sains adalah mengungkap fenomena alam sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
manusia tentang fenomena yang terjadi pada sistem alamiah tersebut. Dengan akal inilah manusia
mampu untuk melakukan pengungkapan rahasia alam semesta yang dilakukan melalui penelitian
dengan menggunakan suatu kaidah dan metode tertentu yang biasa disebut dengan metode ilmiah
(scientific method).
Kajian tentang sistem alamiah ini dimulai dari : Keingintahuan (curiosity), seorang peneliti (scientist)
yang biasa dinyatakan dalam bentuk suatu pertanyaan (research question). Dari pertanyaan akan
muncul berbagai dugaan (hypothesis) dari peneliti sebagai jawaban awal atas pertanyaan tersebut,
yang selanjutnya melalui serangkaian percobaan (experiment) akan dapat dilakukan analisis yang akan
dapat ditarik kesimpulan untuk menerima atau menolak dugaan tersebut. Selanjutnya melalui
serangkaian proses sinthesis penelitian ini akan dihasilkan keluaran (output) yang berupa teori
(theory) atau ilmu pengetahuan baru (new knowledge). Tingkatan teori yang tidak terbantahkan lagi
kebenarannya disebut hukum (law), seperti hukum Newton, hukum Archimides, dsb. Dengan
demikian ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang telah disusun secara konsisten
dan kebenarannya telah teruji secara empiris, sedangkan metode ilmiah adalah prosedur sistematis
dalam mendapatkan ilmu pengetahuan atau teori baru tersebut.
1.1.1 Tipe Penelitian
Untuk menemukan ilmu pengetahuan maupun menciptakan teknologi manusia melakukan
serangkaian penelitian (research), baik penelitian yang bersifat dasar (basic research) yang akan
menghasilkan ilmu pengetahuan, maupun penelitian terpakai (applied research) yang akan
menghasilkan teknologi.
Tabel 1.1. Tipe dan Karaktristik Penelitian

1.1.1.1 Penelitian Dasar


Penelitian dasar dilakukan oleh para ilmuwan (scientist), berangkat dari keingintahuan peneliti dan
hasilnya dapat diketahui, dirasakan dan dimanfaatkan oleh setiap orang tanpa peneliti mendapatkan
imbalan materiil karena penggunanya tidak harus mengeluarkan biaya yang cukup berarti. Oleh sebab
itu hasil dari para ilmuwan merupakan domen publik (public domain).
1.1.1.2 Penelitian Terapan
Penelitian terapan (applied research) dilakukan oleh para teknolog (Engineer), berangkat dari
kebutuhan manusia (need) atau masalah (problem), diterjemahkan kedalam rancangan produk dan
direalisasikan melalui proses pembuatan barang, kemudian dipatenkan. Dalam hal ini hasilnya hanya
dapat dirasakan manfaatnya oleh yang orang membutuhkan dengan mengeluarkan sejumlah uang
atau pengorbanan tertentu. Oleh sebab itu penemuan teknologi merupakan domen yang tidak
terbuka (privat domain), dan untuk mendapat aksesnya tidak gratis tatapi harus membayar.

1.1.2 Metode Ilmiah


Penelitian ilmiah dilakukan dengan menggunakan suatu kaidah dan metode tertentu yang biasa
disebut dengan metode ilmiah (scientific method). Metode ilmiah inilah yang perupakan perangkat
utama bagi para ilmuwan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan baik yang berupa pengetahuan baru,
teori atau hukum. Oleh sebab itu seorang ilmuwan wajib untuk memahami dan menguasai dengan
baik metode ilmiah ini.
1.1.2.1 Langkah Metode Ilmiah
Prosedur yang biasa dianut dalam metode ilmiah direpresentasikan pada Gambar 1.1 yang meliputi
langkah sebagai berikut:
1. Perumusan pertanyaan penelitian (Research Question)
2. Penyusunan kerangka berpikir (Theoritical Framework)
3. Perumusan hipotesis (Formulation of Hypothesis)
4. Pengujian hipotesis (Testing of Hypothesis)
5. Penarikan kesimpulan (Conclusion)

Gambar 1.1. Langkah Metode Ilmiah


1.2 Kerekayasaan
Kerekayasaan (engineering) merupakan disiplin keahlian yang terkait langsung dengan pemenuhan
kebutuhan fisik manusia. Sejarah keberadaan kerekayasaan sebagai disipilin keahlian sebenarnya
seiring dengan diketemukannya ilmu pengetahuan itu sendiri. Seseorang yang ahli dalam disiplin
kerekayasaan disebut sebagai insinyur (engineer). Kata engineer berasal dari bahasa latin ingenium
yang berarti bakat alamiah atau penemuan dengan kecerdasan.
Adapun tujuan utama kerekayasaan adalah memperbaiki dan meningkatkan kehidupan manusia
(better human life) dalam rangka mensejahterakan umat manusia dan mengangkat harkat dan
martabatnya sehingga mampu menjadi khalifah dimuka bumi.
1.2.1 Sejarah Kerekayasaan
Sebagaimana diutarakan diatas bahwa sebenarnya sejarah kerekayasaan adalah seiring dengan
diketemukannya ilmu pengetahuan, walaupun secara resmi tercatat disiplin keahlian
kerekayasaan dimulai tahun 3200 Sebelum Masehi (3200 SM). Menurut Hicks (1984) secara
kronologis sejarah kerekayasaan dibagi atas dua periode yaitu periode kerekayasaan awal (Early
Engineering Era) dan periode kerekayasaan modern (Modern Engineering Era,) dimana tahun
1750 diambil sebagai garis pemisah. Diambilnya tahun 1750 sebagai garis pemisah karena pada
waktu itu di Perancis mulai digunakan istilah kerekayasaan sipil (civil engineering) sebagai
pembeda dari kerekayasaan militer (military engineering) yang telah berkembang sebelumnya.
Tabel 1.2. Era Sejarah Kerekayasaan dan Karakteristiknya
1.2.1.1 Periode Kerekayaasaan Awal
Sesuai dengan catatan sejarah periode kerekayasaan awal (Early Engineering Era) ini dimulai sejak
tahun 3200 SM sampai dengan tahun 1750 M, dimana disiplin kerekayasaan ditandai dengan
aplikasi ilmu matematika (mathematics) dan ilmu pengetahuan alam (natural science) dalam
proses perancangan melalui serangkaian proses analisis dan sinthesis dalam rangka menghasilkan
barang. Pada periode ini disiplin kerekayasaan dapat dibedakan atas penggunaannya yang terdiri
atas kerekayasaan militer (military engineering) yaitu kerekayasaan untuk kepentingan
pertahanan dan militer, dan kerekayasaan sipil (civil engineering) yaitu kerekayasaan untuk
kepentingan kesejahteraan masyarakat umum.
Tabel 1.3. Periode Kerekayasaan Awal

Dari Tabel 1.2 di atas terlihat bahwa asal muasal engineering justru bukan berasal dari negara
barat (Eropa dan Amerika) tetapi justru dari Afrika (Mesir) dan Asia (Mesopotamia, Cina, dsb), hal
ini tentunya berkaitan erat dengan sejarah turunnya agama disekitar daerah Timur Tengah
sebagai pedoman kehidupan manusia baik didunia maupun diakhirat kelak.

1.2.1.2 Era Kerakayasaan Modern


Sejarah kerekayasaan modern dianggap dimulai tahun 1750, dimana pada waktu itu di Perancis
mulai digunakan istilah kerekayasaan sipil (civil engineering) sebagai pembeda dari kerekayasaan
militer (military engineering) tang telah berkembang sebelumnya. Menurut Turner et all (1994)
era ini dibagi dua periode yaitu periode lima besar kerekayasaan (the big five diciplines of
engineering) dan periode disiplin kerekayasaan baru yang bersifat multidisipliner. Kedua periode
ini dipisahkan dengan ditandai adanya perang dunia pertama dan dibedakan diantaranya
berdasarkan atas pendekatan dan cara pandang yang digunakan serta ilmu pengetahuan yang
digunakan sebagaimana disajikan pada Tabel 1.4 berikut.
Tabel 1.4. Era Kerekayasaan Modern

Lima besar disiplin kerekayasaan mengandalkan ilmu matematika dan fisika, kecuali Teknik
Industri yang memasukkan juga ilmu sosial sebagai basis dalam proses analisis, sintesis dan
perancangan. Menurut hemat penulis disiplin Teknik Industri sebaiknya masuk dalam disiplin
kerekayasaan baru sebab pendekatan yang digunakan bersifat multi disipliner sebagaimana
lazimnya pendekatan yang dianut dalam disiplin kerekayasaan baru. Begitu juga output yang
dihasilkan oleh keahlian Teknik Industri bukanlah benda riil yang kasat mata seperti yang
dihasilkan oleh keempat disiplin kerekayasaan terdahulu, tetapi merupakan sesuai yang tak
nampak sebagaimana yang dihasilkan oleh disiplin rekayasa informatika. Disamping itu Teknik
Industri adalah satu satunya disiplin kerekayasaan yang memasukkan ilmu pengetahuan sosial
sebagai ilmu pengetahuan dasar dalam pembentukan keahliannya. Hal ini disebabkan karena
disiplin Teknik Industri memasukkan unsur manusia kedalam bidang cakupan obyek yang menjadi
kajiannya.
1.2.2 Prinsip dan Proses Kerekayasaan
Sebagaimana diutarakan diatas bahwa disiplin kerekayasaan (engineering) adalah disiplin
keahlian yang terkait langsung dengan pemenuhan kebutuhan fisik manusia. Adapun tujuan
utama kerekayasaan adalah memperbaiki dan meningkatkan kehidupan manusia (better human
life) dalam rangka mensejahterakan umat manusia dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang
telah dimilikinya.
1.2.2.1 Prinsip Dasar Kerekayasaan
Berbeda dengan sains yang mengkaji sistem alamiah sebagai obyek garapannya, maka
kerekayasaan justru dengan berbekal atas ilmu pengetahuan manusia berusaha untuk
memanfaatkan apa yang telah tersedia dialam ini untuk diolah menjadi barang yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia (man made system/artificial system). Oleh sebab itu proses
kerekayasaan tidak dimulai dari keingintahuan akan tetapi berangkat dari kebutuhan (needs)
manusia. Selanjutnya melalui proses perancangan (design) dan produksi (production) atau
konstruksi (construction) akan menghasilkan keluaran (output) yang berupa produk (product) atau
jasa (services) yang dibutuhkan manusia tersebut. Dengan demikian kerekayasaan merupakan
bentuk pengamalan dari ilmu pengetahuan (sains) yang dimiliki agar dapat dimanfaatkan oleh
manusia lainnya, sehingga nilai guna (manfaat) merupakan ukuran utama untuk menilai kinerja
kerekayasaan.
Berkaitan dengan peran dan maksud kerekayasaan, kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang
insinyur (engineer) meliputi tiga hal yang saling terkait dan bersinergi yaitu:
1. Menyelesaikan masalah (Solve Problem) yang dihadapi oleh manusia
2. Analisis (Analyze) masalah, dengan menggunakan pendekatan dan metode ilmiah untuk dapat
mengenali masalah secara rinci dan mampu untuk mengidentifikasi alternatif solusinya
3. Perancangan (Design) yang merupakan proses sinthesis untuk dapat menemukan jawaban atas
permasalahan yang dihadapi. Perancangan merupakan integrasi dari kemampuan dalam tiga hal
yaitu:
a. Kreativitas (Creativity)
b. Analysis (Analyze)
c. Synthesis (Synthesis)
Untuk itu seorang insinyur dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dasar (basic knowledge)
yang terkait dengan matematika dan fisika, serta memiliki metode (tool) dan ketrampilan yang
tangguh dalam analisis dan sinthesis serta memiliki keahlian dalam perancangan (design).
Keberhasilan seorang insinyur atas produk atau jasa yang dihasilkan tersebut diukur bukan
berdasarkan atas benar atau salah bahkan bukan juga atas baik dan buruknya akan tetapi diukur
berdasarkan atas nilai kemanfaatannya (benefit). Nilai manfaat produk atau jasa tentunya
bukanlah bersifat mutlak akan tetapi bersifat relative tergantung pada penggunanya dan
digunakan untuk keperluan apa. Sebagai contoh bom atom bagi Amerika dan sekutunya sangatlah
bermanfaat sebab dapat memenangkan dan menghentikan perang dunia kedua, tetapi bagi
bangsa Jepang merupakan derita yang tak terperikan dan yang akan dikenang sepanjang masa.
Kemampuan untuk merancang (design) dan menghasilkan produk atau jasa yang memang
dibutuhkan pengguna merupakan kompetensi utama yang harus dimiliki oleh seorang insinyur.
Oleh sebab itu berbeda dengan ilmuwan (scientist) yang menggunakan prinsip analisis dan sintesis
untuk menerangkan suatu fenomena alam, seorang insinyur justru mengunakan prinsip analisis
dan sinthesis untuk merancang produk atau jasa yang dibutuhkan manusia, sehingga mampu
memanfatkan sumber daya alam yang tersedia untuk kesejahteraan umat manusia. Keahlian
merancang (design) inilah yang merupakan unsur pembeda utama antara ilmuan dan insinyur.
Selanjutnya kenyataan menunjukkan kedua disiplin ini saling berinteraksi dan bersinergi, sains
memperkuat kerekayasaan, begitu pula sebaliknya.
1.2.2.2 Proses Dasar Kerekayasaan
Perancangan kerekayasaan (engineering design) yang merupakan tugas pokok dari seorang
insinyur didefinisikan oleh ABET sebagai berikut:
“Engineering design is the process of devising a system, component, or process to meet desired
needs. It is a decision making process (often iteratif), in which the basic science, mathematics, and
engineering sciences are applied to convert resources optimally to meet a state objective. Among
the fundamentale elements of design process are the establishment of objective and criteria,
synthesis, analysis, construction, testing, and evaluation”
Dari definisi diatas perancangan kerekayasaan merupakan proses pemenuhan kebutuhan
manusia dengan menciptakan sesuatu yang baru yang sering bersifat iteratif dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dasar (basic sciences), dan sains kerekayasaan (engineering
sciences) agar mampu mengubah (convert) secara optimal sumberdaya yang tersedia menjadi
barang yang dibutuhkan oleh umat manusia. Adapun elemen fundamental dari proses
kerekayasaan adalah penetapan tujuan dan kriteria, analisis, sintesis, konstruksi (pembuatan),
pengujian dan evaluasi. Menurut Babcock (1991) langkah perancangan kerekayasaan terdiri atas
3 tahapan sebagai berikut:
1. Conceptual/Feasibility Phase
Pada prinsipnya tahapan ini adalah mendefinisikan apa yang dibutuhkan oleh pengguna dan
menjabarkan kedalam karakteristik disain, sehingga dapat diketahui kelayakannya. Tahap ini
dimulai dengan analisis kebutuhan yang selanjutnya akan dapat didentifikasikan problem yang
dihadapi, untuk apa disain dibuat, karakteristk apa yang perlu dipenuhi, kendala apa yang
dijumpai dan kriteria apa yang akan digunakan untuk menilai hasil rancangan.
2. Prelimanary Design/Definition Phase
Berdasarkan atas hasil tahap konseptual diatas, pada tahap ini akan dikembangkan berbagai
alternatif disain barang atau produk yang mungkin, sesuai dengan karakteristik dan kriteria yang
telah ditetapkan, sehingga terpilih satu konsep disain yang terbaik. Selanjutnya akan
diidentifikasikan komponen atau subsystem yang diperlukan (building blocks), mengembangkan
kebutuhan disain yang lebih rinci (design requirements), dan rekonfirmasi keinginan untuk
menciptakan barang atau system tersebut. Hasil pada tahap ini adalah rancangan awal
(preliminary design) yang perlu untuk dirinci lebih lanjut pada tahap berikutnya.
3. Detail Design/Verification Phase
Tahap ini adalah tahap akhir dari proses disain, semua rincian disain harus dapat diselesaikan dan
integrasi disain subsystem dilakukan sehingga akan dapat diverifikasi apakah rancangan tersebut
sudah komplit atau belum dan akan bisa dilaksanakan atau tidak. Hasil dari tahap ini adalah blue
print dari barang atau produk yang siap untuk dibuat (difabrikasi) atau dibangun (dikonstruksi).
Tahapan ini merupakan tahapan yang rumit dan memerlukan ketekunan dan ketelitian yang tinggi
serta memerlukan kerjasama yang erat antar berbagai bidang keahlian yang terkait baik bidang
kerekayasaan maupun bidang seni dan bidang keahlian lainnya.
Menurut Eide (2002) proses perancangan (process design) yang biasa dilakukan dalam disiplin
kerekayasaan mengikuti langkah langkah sistemik dimana secara skematis proses dasar
kerekayasaan (basic engineering processes) direpresentasikan pada Gambar 1.2. berikut. Dari
gambar ini dapat diidentifikasikan adanya sepuluh langkah dalam proses kerekayasaan yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan (Identification of Need)
2. Pendefinisian masalah (Problem Definition)
3. Mencari alternatif (Search)
4. Mengenali pembatas (Constraint)
5. Menentukan kriteria (Criteria)
6. Pengembangkan Alternatif Solusi (Alternative Solution)
7. Analisis (Analysis)
8. Pengambilan Keputusan (Decision)
9. Spesifikasi (Specification)
10. Komunikasi (Communication)
Adapun fungsi kerekayasaan (engineering function) meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Penelitian (Research)
2. Pengembangan (Development)
3. Perancangan (Design)
4. Konstruksi (Construction)
5. Produksi dan Pengetesan (Production &Testing)
6. Operasi (Operation)
Gambar 1.2. Proses Dasar Kerekayasan
Keenam fungsi tersebut diatas bukanlah merupakan fungsi yang berdisri sendiri tetapi merupakan
merupakan fungsi yang berkesinambungan (siklus) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.3.
Tidak berfungsinya salah satu fungsi tersebut diatas menyebabkan pengembangan dan kemajuan
bidang kerekayasaan akan terhambat. Fungsi penelitian, pengembangan dan perancangan
merupakan fungsi pokok kerekayasaan (fungsi hulu) yang lebih menekankan pada segi brainware
yang perlu disintesakan dengan pengalaman praktis. Sedangkan fungsi konstruksi, produksi dan
operasi merupakan fungsi aplikasi dan realisasi (fungsi hilir) dari ketiga fungsi hulu dimana
hasilnya baik yang berupa produk atau jasa menjadi dapat dirasakan oleh manusia lainnya sebagai
masyarakat penggunanya.
Gambar 1.3. Proses Pengembangan Kerekayasaan

1.3 Teknik Industri


Keberadaan Teknik Industri tidak dapat dilepaskan kaitannya dari revolusi industri di Inggris pada
dekade akhir abad 18, khususnya periode tahun 1769-1800, dimana pada saat itu dengan
diketemukannya mesin uap oleh James Watt mulailah terjadinya perubahan yang sangat fundamental
dalam bidang produksi yaitu dari sistem produksi yang bersifat industri rumah tangga (home industry)
menjadi sistem industri fabrikasi (factory system). Akibat perubahan ini terjadilah subtitusi secara
signifikatif tenaga manusia oleh mesin yang secara cepat meningkatkan kapasitas pabrik. Peningkatan
ini mengakibatkan perluasan pasar untuk menjual hasil produksi seiring dengan perluasan daerah
jajahan, dan pertumbuhan pesat sektor industri dan terjadinya akumulasi sumber daya.
1.3.1 Keterkaitan Dengan Disisplin Kerekayasaan Lainnya
Sebagaimana diuraikan pada sejarah kerekayasaan, dilihat dari rangkaian perkembangan
kerekayasaan, Teknik Industri adalah disiplin kerekayasaan yang lahir setelah disiplin
kerekayasaan awal modern lahir dan berkembang (teknik sipil, teknik mesin, teknik kimia dan
teknik elektro). Walaupun sejarah teknik industri dipicu adanya revolusi industri di Inggris namun
secara formal para pionir Teknik Industri justru berasal dari Amerika, dimana pada saat itu profesi
insinyur mesin di Amerika memerlukan pengetahuan tentang masalah keekonomian dan
manajemen. Turner (1994) memperlihatkan keterkaitan antara disiplin Teknik Industri dengan
disiplin kerekayasaan yang lain dan sains sebagaimana disajikan pada Gambar 1.4.
Gambar 1.4. Kronologi Keterkaitan Teknik Industri Dengan Kerekayasaan Lainnya
Dari Gambar 1.4 tersebut tersurat bahwa disiplin Teknik Industri sangat terkait dengan disiplin
teknik mesin khususnya teknik produksi (manufacturing engineering) serta bidang keilmuan
lainnya diantaranya yaitu:
􀂃 Ergonomi (Ergonomics)
􀂃 Penyelidikan Operasional (Operation Reseach)
􀂃 Ilmu Komputer dan Informasi (Computer and Information Science)
􀂃 Kualitas dan Khandalan (Quality & Realibility)
􀂃 Teori Kendali (Control Theory)
􀂃 Teknik Manufaktur (Manufacturing Engineering)
􀂃 Manajemen Ilmiah (Scientifc Manajemen)
􀂃 Psikologi (Psichology)
􀂃 Sosiologi (Sociology)
􀂃 Ilmu Ekonomi (Economics)
􀂃 Ilmu Manajemen (Management)
􀂃 Ilmu Produktivitas (Productivity Science)
􀂃 Ilmu Perilaku (Behavior Science)
Masuknya ilmu ekonomi, manajemen dan psikologi dalam disiplin Teknik Industri memberikan
indikasi bahwa Teknik Industri memasukkan ilmu sosial khususnya yang tekait dengan
kemanusiaan dan ekonomi kedalam bidang keilmuan dan metoda perancangannya dan inilah
salah satu yang membedakan dan sekaligus kekhususan disiplin Teknik Industri dibandingkan
dengan disiplin kerekayasaan lainnya yang ada pada waktu itu. Selain itu dari Gambar 1.4. diatas
terlihat pula bahwa disiplin Teknik Industri merupakan integrasi antara disiplin kerekayasaan dan
disiplin ilmu pengetahuan sosial seperti psikologi, manajemen dan ilmu ekonomi. Oleh sebab itu
kiranya tidaklah proporsional untuk mendikotomikan kedua disiplin keilmuan dan keahlian ini
dalam memahami disiplin Teknik Industri. Dengan demikian kemampuan insinyur Teknik Industri
untuk menguasai disiplin kerekayasaan dan ilmu pengetahuan sosial (seperti psikologi,
manajemen dan ilmu ekonomi) sangat diperlukan dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan
untuk mengintegrasikan keduanya.
1.3.2 Teknik Industri Sebagai Disiplin Kerekayasaan
Mengacu kepada definisi tersebut diatas nampak bahwa Teknik Industri merupakan disiplin
kerekayasaan (engineering) sebab disiplin Teknik Industri secara eksplisit terkait dengan
perancangan (design) sebagai tugas dan kompetensi utama, sebagaimana disiplin kerekayasaan
lainnya. Perbedaan Teknik Industri dengan disiplin kerekayasaan lainnya adalah pada obyek dan
metoda perancangan Teknik Industri, dimana obyek kajian Teknik Industri adalah sistem integral
dan dilakukan dengan metoda yang memanfaatkan ilmu pengetahuan sosial disamping ilmu
matematika dan fisika dimana kedua ilmu yang terakhir tersebut digunakan pula pada disiplin
kerekayasaan lainnya. Masuknya ilmu sosial dalam bidang disiplin Teknik Industri mencerminkan
kekhasan Teknik Industri dibandingkan dengan disiplin kerekayasaan lainnya. Hal ini disebabkan
karena obyek kajian Teknik Industri adalah sistem integral yang melibatkan unsur manusia (man)
sebagai unsur utama disamping unsur material (material) dan mesin (machine), seperti
direpresentasikan pada Gambar 1.5. berikut. Keterlibatan unsur manusia inilah yang
membedakan secara nyata dengan obyek kajian kerekayasaan lainnya.
Gambar 1.5. Sistem Integral Sebagai Obyek Teknik Industri

1.3.3 Posisi Teknik Industri


Kenyataan di Indonesia menunjukkan bahwa masih banyak terjadi kerancauan dalam memahami
disiplin Teknik Industri. Kerancauan tidak hanya dari segi profesi tapi juga segi ilmu dan
keahliannya begitu juga dalam proses pembelajarannya. Sebagai suatu disiplin yang relatif baru
dibandingkan dengan sains dan kerekayasaan, kerancuan ini dapat dipahami karena pada
prinsipnya untuk memahami sesuatu yang baru tidaklah selalu mudah, apalagi bila sesuatu yang
baru tersebut menggunakan paradigma berpikir yang berbeda dengan paradigma yang telah ada.
Selanjutnya ketiganya (Science, Engineering dan Industrial Engineering) berinteraksi dan
berkembang serta saling bersinergi, sebagaimana telah diuraikan dimuka.
Kerancuan ini muncul bermula dari pemahaman yang kurang memadai atas disiplin Teknik
Industri baik yang terkait dengan obyek kajian, konsepsi, pendekatan dan cara pikir serta output
disiplin Teknik Industri yang memang berbeda dengan disiplin keilmuan (science) dan keahlian
kerekayasaan (engineering) yang lain, walaupun memang masih terdapat persamaan. Secara
ringkas perbedaan tersebut dapat direprentasikan pada Gambar 1.6.
Dari Gambar 1.6, terlihat bahwa obyek science adalah sistem alamiah (natural system), kajian
dalam sistem ini dimulai dari keingintahuan (curiosity), melalui proses yang disebut metoda ilmiah
(scientific method) akan dihasilkan keluaran (output) yang berupa teori (theory) atau pengetahuan
baru (new knowledge). Keberhasilan penemuan (discovery) suatu teori diukur bukan berdasarkan
atas baik atau buruknya teori tersebut atau kemanfaatannya tetapi diukur atas dasar nilai
kebenaran (truth) dan keabsahan teori. Orang yang menekuninya disebut sebagai ilmuwan
(scientist). Sedangkan obyek engineering adalah sistem buatan (artificial system), kajian dalam
disiplin engineering ini dimulai dari adanya kebutuhan manusia (needs), selanjutnya melalui
proses perancangan(design) dan produksi (production) atau konstruksi (construction) akan
dihasilkan keluaran (output) yang berupa produk (product) atau jasa (services). Keberhasilan
pengembangan produk atau jasa tersebut diukur bukan berdasarkan atas benar atau salah bahkan
bukan juga atas baik dan buruknya produk tersebut akan tetapi diukur berdasarkan atas nilai
kemanfaatannya (benefit). Nilai manfaat produk atau jasa tentunya bukanlah bersifat mutlak akan
tetapi besifat relatif tergantung pada penggunanya dan digunakan untuk keperluan apa. Orang
yang menekuni disiplin engineering disebut sebagai insinyur (engineer).
Gambar 1.6. Karakteristik Science, Engineering, dan Industrial Engineering

Berbeda dengan kedua disiplin tersebut, obyek Teknik Industri adalah sistem integral (integrated
system) yang terdiri atas manusia (man), mesin (machine) dan material (material). Walaupun
demikian sama seperti bidang engineering kajian dalam disiplin ini dimulai juga dari kebutuhan
manusia (needs) atau masalah (problem). Melalui proses perancangan (design), instalasi
(installation) dan perbaikan (improvement) akan dihasilkan keluaran (output) yang berupa nilai
tambah (added value). Disini terlihat bahwa insinyur Teknik Industri tidak menghasilkan benda riil
(real product) seperti yang dihasilkan oleh disiplin engineeering lainnya, tapi yang ingin dihasilkan
adalah nilai tambah tidak hanya bagi produsen dan konsumen tapi bagi semua stakeholder yang
terkait. Nilai tambah tersebut diukur bukan berdasarkan atas benar atau salah bahkan bukan juga
atas baik dan buruknya, bukan juga atas dasar kemanfaatannya semata akan tetapi diukur
berdasarkan atas nilai effisiensi (efficiency).
Nampaknya ketiga disiplin ini tidak perlu dipertentangkan, namun harus bersinergi sebab
ketiganya saling mendukung ini dapat dilihat dari munculnya penemuan dalam salah satu disiplin
akan membawa dampak bagi perkembangan disiplin yang lain atau permasalahan yang ada pada
satu disiplin untuk mencari solusinya memerlukan bantuan dari disiplin yang lain. Sebagai contoh
Total Quality Management (TQM) tidaklah mungkin akan dapat dilaksanakan kalau tidak didukung
oleh perangkat keras (hardware) yang memadai dalam bidang kerekayasaan dan anilisis statistika
dalam bidang sains.
Begitu juga berkembangnya teori fuzzy dalam bidang matematika aplikasinya dapat dilihat dalam
bidang kerekayasaan misalnya dalam sistem kontrol peralatan elektronik seperti terlihat pada
lemari es, begitu juga dalam bidang Teknik Industri teori fuzzy telah memungkinkan untuk
memecahkan permasalahan yang bersifat tak tentu (uncertainty). Dilihat dari segi perkembangan
bidang ilmu dan keahlian tentunya interaksi dan sinergi ini sangat positif, walaupun dalam
kenyataan berprofesi tidaklah selalu demikian.

Anda mungkin juga menyukai