Disiplin keahlian Teknik Industri (Industrial Engineeing) lahir sesudah tumbuh dan berkembangnya disiplin
keahlian keteknikan atau kerekayasaan (engineering) lainnya, seperti teknik sipil, teknik elektro, teknik
mesin dan teknik kimia. Walaupun kerekayasaan itu sendiri telah hadir seiring dengan adanya upaya
manusia untuk memenuhi kebutuhannya, namun sebagai disiplin keahlian, kerekayasaan secara
sistematis lahir setelah adanya ilmu pengetahuan atau sains (science). Selanjutnya ketiga disiplin ini
(Science, Engineering dan Industrial Engineering) berinteraksi dan berkembang serta saling bersinergi.
Pola berpikir perkembangan Teknik Industri, dimulai dari pendekatan manajemen ilmiah (scientific
management), administrasi dan perilaku manajemen (administrative and behavior management), sains
manajemen (management science) dan akhirnya pendekatan sistemik terintegrasi (systemic and
integrated approach).
1.1 Sains
Ilmu pengetahuan atau sains (Science) merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia
sebagaimana kebutuhan akan makanan dan minuman.
Obyek sains adalah sistem alamiah (natural system) baik yang terkait dengan sesuatu dzat yang hidup
(life sciences) maupun yang terkait dengan dzat mati (physical sciences). Dengan demikian obyek sains
adalah segala sesuatu ciptaan Tuhan Yang Maha Pencipta, dimana karakteristik fenomena yang dikaji
adalah fenomena yang sebagian besar bersifat deterministik, sebagian lagi bersifat probabilistik dan
ada pula yang bersifat tak tentu (uncertainty).
Tujuan dari sains adalah mengungkap fenomena alam sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
manusia tentang fenomena yang terjadi pada sistem alamiah tersebut. Dengan akal inilah manusia
mampu untuk melakukan pengungkapan rahasia alam semesta yang dilakukan melalui penelitian
dengan menggunakan suatu kaidah dan metode tertentu yang biasa disebut dengan metode ilmiah
(scientific method).
Kajian tentang sistem alamiah ini dimulai dari : Keingintahuan (curiosity), seorang peneliti (scientist)
yang biasa dinyatakan dalam bentuk suatu pertanyaan (research question). Dari pertanyaan akan
muncul berbagai dugaan (hypothesis) dari peneliti sebagai jawaban awal atas pertanyaan tersebut,
yang selanjutnya melalui serangkaian percobaan (experiment) akan dapat dilakukan analisis yang akan
dapat ditarik kesimpulan untuk menerima atau menolak dugaan tersebut. Selanjutnya melalui
serangkaian proses sinthesis penelitian ini akan dihasilkan keluaran (output) yang berupa teori
(theory) atau ilmu pengetahuan baru (new knowledge). Tingkatan teori yang tidak terbantahkan lagi
kebenarannya disebut hukum (law), seperti hukum Newton, hukum Archimides, dsb. Dengan
demikian ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang telah disusun secara konsisten
dan kebenarannya telah teruji secara empiris, sedangkan metode ilmiah adalah prosedur sistematis
dalam mendapatkan ilmu pengetahuan atau teori baru tersebut.
1.1.1 Tipe Penelitian
Untuk menemukan ilmu pengetahuan maupun menciptakan teknologi manusia melakukan
serangkaian penelitian (research), baik penelitian yang bersifat dasar (basic research) yang akan
menghasilkan ilmu pengetahuan, maupun penelitian terpakai (applied research) yang akan
menghasilkan teknologi.
Tabel 1.1. Tipe dan Karaktristik Penelitian
Dari Tabel 1.2 di atas terlihat bahwa asal muasal engineering justru bukan berasal dari negara
barat (Eropa dan Amerika) tetapi justru dari Afrika (Mesir) dan Asia (Mesopotamia, Cina, dsb), hal
ini tentunya berkaitan erat dengan sejarah turunnya agama disekitar daerah Timur Tengah
sebagai pedoman kehidupan manusia baik didunia maupun diakhirat kelak.
Lima besar disiplin kerekayasaan mengandalkan ilmu matematika dan fisika, kecuali Teknik
Industri yang memasukkan juga ilmu sosial sebagai basis dalam proses analisis, sintesis dan
perancangan. Menurut hemat penulis disiplin Teknik Industri sebaiknya masuk dalam disiplin
kerekayasaan baru sebab pendekatan yang digunakan bersifat multi disipliner sebagaimana
lazimnya pendekatan yang dianut dalam disiplin kerekayasaan baru. Begitu juga output yang
dihasilkan oleh keahlian Teknik Industri bukanlah benda riil yang kasat mata seperti yang
dihasilkan oleh keempat disiplin kerekayasaan terdahulu, tetapi merupakan sesuai yang tak
nampak sebagaimana yang dihasilkan oleh disiplin rekayasa informatika. Disamping itu Teknik
Industri adalah satu satunya disiplin kerekayasaan yang memasukkan ilmu pengetahuan sosial
sebagai ilmu pengetahuan dasar dalam pembentukan keahliannya. Hal ini disebabkan karena
disiplin Teknik Industri memasukkan unsur manusia kedalam bidang cakupan obyek yang menjadi
kajiannya.
1.2.2 Prinsip dan Proses Kerekayasaan
Sebagaimana diutarakan diatas bahwa disiplin kerekayasaan (engineering) adalah disiplin
keahlian yang terkait langsung dengan pemenuhan kebutuhan fisik manusia. Adapun tujuan
utama kerekayasaan adalah memperbaiki dan meningkatkan kehidupan manusia (better human
life) dalam rangka mensejahterakan umat manusia dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang
telah dimilikinya.
1.2.2.1 Prinsip Dasar Kerekayasaan
Berbeda dengan sains yang mengkaji sistem alamiah sebagai obyek garapannya, maka
kerekayasaan justru dengan berbekal atas ilmu pengetahuan manusia berusaha untuk
memanfaatkan apa yang telah tersedia dialam ini untuk diolah menjadi barang yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia (man made system/artificial system). Oleh sebab itu proses
kerekayasaan tidak dimulai dari keingintahuan akan tetapi berangkat dari kebutuhan (needs)
manusia. Selanjutnya melalui proses perancangan (design) dan produksi (production) atau
konstruksi (construction) akan menghasilkan keluaran (output) yang berupa produk (product) atau
jasa (services) yang dibutuhkan manusia tersebut. Dengan demikian kerekayasaan merupakan
bentuk pengamalan dari ilmu pengetahuan (sains) yang dimiliki agar dapat dimanfaatkan oleh
manusia lainnya, sehingga nilai guna (manfaat) merupakan ukuran utama untuk menilai kinerja
kerekayasaan.
Berkaitan dengan peran dan maksud kerekayasaan, kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang
insinyur (engineer) meliputi tiga hal yang saling terkait dan bersinergi yaitu:
1. Menyelesaikan masalah (Solve Problem) yang dihadapi oleh manusia
2. Analisis (Analyze) masalah, dengan menggunakan pendekatan dan metode ilmiah untuk dapat
mengenali masalah secara rinci dan mampu untuk mengidentifikasi alternatif solusinya
3. Perancangan (Design) yang merupakan proses sinthesis untuk dapat menemukan jawaban atas
permasalahan yang dihadapi. Perancangan merupakan integrasi dari kemampuan dalam tiga hal
yaitu:
a. Kreativitas (Creativity)
b. Analysis (Analyze)
c. Synthesis (Synthesis)
Untuk itu seorang insinyur dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dasar (basic knowledge)
yang terkait dengan matematika dan fisika, serta memiliki metode (tool) dan ketrampilan yang
tangguh dalam analisis dan sinthesis serta memiliki keahlian dalam perancangan (design).
Keberhasilan seorang insinyur atas produk atau jasa yang dihasilkan tersebut diukur bukan
berdasarkan atas benar atau salah bahkan bukan juga atas baik dan buruknya akan tetapi diukur
berdasarkan atas nilai kemanfaatannya (benefit). Nilai manfaat produk atau jasa tentunya
bukanlah bersifat mutlak akan tetapi bersifat relative tergantung pada penggunanya dan
digunakan untuk keperluan apa. Sebagai contoh bom atom bagi Amerika dan sekutunya sangatlah
bermanfaat sebab dapat memenangkan dan menghentikan perang dunia kedua, tetapi bagi
bangsa Jepang merupakan derita yang tak terperikan dan yang akan dikenang sepanjang masa.
Kemampuan untuk merancang (design) dan menghasilkan produk atau jasa yang memang
dibutuhkan pengguna merupakan kompetensi utama yang harus dimiliki oleh seorang insinyur.
Oleh sebab itu berbeda dengan ilmuwan (scientist) yang menggunakan prinsip analisis dan sintesis
untuk menerangkan suatu fenomena alam, seorang insinyur justru mengunakan prinsip analisis
dan sinthesis untuk merancang produk atau jasa yang dibutuhkan manusia, sehingga mampu
memanfatkan sumber daya alam yang tersedia untuk kesejahteraan umat manusia. Keahlian
merancang (design) inilah yang merupakan unsur pembeda utama antara ilmuan dan insinyur.
Selanjutnya kenyataan menunjukkan kedua disiplin ini saling berinteraksi dan bersinergi, sains
memperkuat kerekayasaan, begitu pula sebaliknya.
1.2.2.2 Proses Dasar Kerekayasaan
Perancangan kerekayasaan (engineering design) yang merupakan tugas pokok dari seorang
insinyur didefinisikan oleh ABET sebagai berikut:
“Engineering design is the process of devising a system, component, or process to meet desired
needs. It is a decision making process (often iteratif), in which the basic science, mathematics, and
engineering sciences are applied to convert resources optimally to meet a state objective. Among
the fundamentale elements of design process are the establishment of objective and criteria,
synthesis, analysis, construction, testing, and evaluation”
Dari definisi diatas perancangan kerekayasaan merupakan proses pemenuhan kebutuhan
manusia dengan menciptakan sesuatu yang baru yang sering bersifat iteratif dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dasar (basic sciences), dan sains kerekayasaan (engineering
sciences) agar mampu mengubah (convert) secara optimal sumberdaya yang tersedia menjadi
barang yang dibutuhkan oleh umat manusia. Adapun elemen fundamental dari proses
kerekayasaan adalah penetapan tujuan dan kriteria, analisis, sintesis, konstruksi (pembuatan),
pengujian dan evaluasi. Menurut Babcock (1991) langkah perancangan kerekayasaan terdiri atas
3 tahapan sebagai berikut:
1. Conceptual/Feasibility Phase
Pada prinsipnya tahapan ini adalah mendefinisikan apa yang dibutuhkan oleh pengguna dan
menjabarkan kedalam karakteristik disain, sehingga dapat diketahui kelayakannya. Tahap ini
dimulai dengan analisis kebutuhan yang selanjutnya akan dapat didentifikasikan problem yang
dihadapi, untuk apa disain dibuat, karakteristk apa yang perlu dipenuhi, kendala apa yang
dijumpai dan kriteria apa yang akan digunakan untuk menilai hasil rancangan.
2. Prelimanary Design/Definition Phase
Berdasarkan atas hasil tahap konseptual diatas, pada tahap ini akan dikembangkan berbagai
alternatif disain barang atau produk yang mungkin, sesuai dengan karakteristik dan kriteria yang
telah ditetapkan, sehingga terpilih satu konsep disain yang terbaik. Selanjutnya akan
diidentifikasikan komponen atau subsystem yang diperlukan (building blocks), mengembangkan
kebutuhan disain yang lebih rinci (design requirements), dan rekonfirmasi keinginan untuk
menciptakan barang atau system tersebut. Hasil pada tahap ini adalah rancangan awal
(preliminary design) yang perlu untuk dirinci lebih lanjut pada tahap berikutnya.
3. Detail Design/Verification Phase
Tahap ini adalah tahap akhir dari proses disain, semua rincian disain harus dapat diselesaikan dan
integrasi disain subsystem dilakukan sehingga akan dapat diverifikasi apakah rancangan tersebut
sudah komplit atau belum dan akan bisa dilaksanakan atau tidak. Hasil dari tahap ini adalah blue
print dari barang atau produk yang siap untuk dibuat (difabrikasi) atau dibangun (dikonstruksi).
Tahapan ini merupakan tahapan yang rumit dan memerlukan ketekunan dan ketelitian yang tinggi
serta memerlukan kerjasama yang erat antar berbagai bidang keahlian yang terkait baik bidang
kerekayasaan maupun bidang seni dan bidang keahlian lainnya.
Menurut Eide (2002) proses perancangan (process design) yang biasa dilakukan dalam disiplin
kerekayasaan mengikuti langkah langkah sistemik dimana secara skematis proses dasar
kerekayasaan (basic engineering processes) direpresentasikan pada Gambar 1.2. berikut. Dari
gambar ini dapat diidentifikasikan adanya sepuluh langkah dalam proses kerekayasaan yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan (Identification of Need)
2. Pendefinisian masalah (Problem Definition)
3. Mencari alternatif (Search)
4. Mengenali pembatas (Constraint)
5. Menentukan kriteria (Criteria)
6. Pengembangkan Alternatif Solusi (Alternative Solution)
7. Analisis (Analysis)
8. Pengambilan Keputusan (Decision)
9. Spesifikasi (Specification)
10. Komunikasi (Communication)
Adapun fungsi kerekayasaan (engineering function) meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Penelitian (Research)
2. Pengembangan (Development)
3. Perancangan (Design)
4. Konstruksi (Construction)
5. Produksi dan Pengetesan (Production &Testing)
6. Operasi (Operation)
Gambar 1.2. Proses Dasar Kerekayasan
Keenam fungsi tersebut diatas bukanlah merupakan fungsi yang berdisri sendiri tetapi merupakan
merupakan fungsi yang berkesinambungan (siklus) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.3.
Tidak berfungsinya salah satu fungsi tersebut diatas menyebabkan pengembangan dan kemajuan
bidang kerekayasaan akan terhambat. Fungsi penelitian, pengembangan dan perancangan
merupakan fungsi pokok kerekayasaan (fungsi hulu) yang lebih menekankan pada segi brainware
yang perlu disintesakan dengan pengalaman praktis. Sedangkan fungsi konstruksi, produksi dan
operasi merupakan fungsi aplikasi dan realisasi (fungsi hilir) dari ketiga fungsi hulu dimana
hasilnya baik yang berupa produk atau jasa menjadi dapat dirasakan oleh manusia lainnya sebagai
masyarakat penggunanya.
Gambar 1.3. Proses Pengembangan Kerekayasaan
Berbeda dengan kedua disiplin tersebut, obyek Teknik Industri adalah sistem integral (integrated
system) yang terdiri atas manusia (man), mesin (machine) dan material (material). Walaupun
demikian sama seperti bidang engineering kajian dalam disiplin ini dimulai juga dari kebutuhan
manusia (needs) atau masalah (problem). Melalui proses perancangan (design), instalasi
(installation) dan perbaikan (improvement) akan dihasilkan keluaran (output) yang berupa nilai
tambah (added value). Disini terlihat bahwa insinyur Teknik Industri tidak menghasilkan benda riil
(real product) seperti yang dihasilkan oleh disiplin engineeering lainnya, tapi yang ingin dihasilkan
adalah nilai tambah tidak hanya bagi produsen dan konsumen tapi bagi semua stakeholder yang
terkait. Nilai tambah tersebut diukur bukan berdasarkan atas benar atau salah bahkan bukan juga
atas baik dan buruknya, bukan juga atas dasar kemanfaatannya semata akan tetapi diukur
berdasarkan atas nilai effisiensi (efficiency).
Nampaknya ketiga disiplin ini tidak perlu dipertentangkan, namun harus bersinergi sebab
ketiganya saling mendukung ini dapat dilihat dari munculnya penemuan dalam salah satu disiplin
akan membawa dampak bagi perkembangan disiplin yang lain atau permasalahan yang ada pada
satu disiplin untuk mencari solusinya memerlukan bantuan dari disiplin yang lain. Sebagai contoh
Total Quality Management (TQM) tidaklah mungkin akan dapat dilaksanakan kalau tidak didukung
oleh perangkat keras (hardware) yang memadai dalam bidang kerekayasaan dan anilisis statistika
dalam bidang sains.
Begitu juga berkembangnya teori fuzzy dalam bidang matematika aplikasinya dapat dilihat dalam
bidang kerekayasaan misalnya dalam sistem kontrol peralatan elektronik seperti terlihat pada
lemari es, begitu juga dalam bidang Teknik Industri teori fuzzy telah memungkinkan untuk
memecahkan permasalahan yang bersifat tak tentu (uncertainty). Dilihat dari segi perkembangan
bidang ilmu dan keahlian tentunya interaksi dan sinergi ini sangat positif, walaupun dalam
kenyataan berprofesi tidaklah selalu demikian.