Teknik Industri sebagai suatu disiplin kerekayasaan yang relatif baru dibandingkan
disiplin kerekayasaan atau keteknikan (engineering) lainnya sering dipertanyakan
eksistensinya oleh berbagai kalangan, baik dari segi keilmuannya maupun dari segi
profesinya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa masih banyak terjadi kerancauan
dalam memahami disiplin Teknik Industri. Kerancauan tidak hanya dari segi profesi
tapi juga segi ilmu dan keahliannya, begitu juga dalam proses pembelajarannya.
Sebagai suatu disiplin yang relatif baru dibandingkan dengan sains dan
kerekayasaan, kerancuan ini muncul bermula dari pemahaman yang kurang
memadai atas disiplin Teknik Industri baik yang terkait dengan obyek kajian,
konsepsi, pendekatan dan cara pikir, kerangka dasar keilmuan (body of knowledge)
serta output disiplin Teknik Industri yang sebenarnya memang berbeda dengan
disiplin keilmuan dan keahlian kerekayasaan yang lain, walaupun memang masih
terdapat persamaan.
Turner (1994)
Menurut AIIE definisi Teknik Industri yang paling awal dikeluarkan pada
tahun 1948 adalah sbb:
Tidak berbeda dengan bidang kerekayasaan lainnya, kajian dalam disiplin Teknik
Industri dimulai juga dari kebutuhan manusia (needs) atau masalah (problem).
Melalui proses perancangan (design), instalasi (installation) dan perbaikan
(improvement) akan dihasilkan keluaran (output) yang berupa nilai tambah (added
value). Dengan demikian insinyur Teknik Industri tidak menghasilkan benda riil (real
product) seperti yang dihasilkan oleh disiplin kerekayasaan lainnya tapi yang
dihasilkan adalah nilai tambah (added value). Nilai tambah yang dihasilkan tidak
hanya dirasakan bagi produsen dan konsumen tapi bagi semua stakeholder yang
terkait. Nilai tambah tersebut diukur bukan berdasarkan atas benar atau salah
bahkan bukan juga atas baik dan buruknya, bukan juga atas dasar kemanfaatannya
semata akan tetapi diukur berdasarkan atas nilai effisiensi (efficiency).
Effisiensi sebagai ukuran kinerja insinyur Teknik Industri merupakan ukuran yang
mengkaitkan antara pencapaian usaha dengan ongkos yang dikeluarkan dan ukuran
ini bukanlah bersifat mutlak dan juga bukan bersifat relatif akan tetapi bersifat
kontekstual
Kontekstual adalah sesuatu yang bergantung pada persepsi, situasi dan kondisi
yang dihadapi. Sebagai contoh jika ditanya 2 + 2 = ?, maka 4 hanyalah salah satu
alternatif jawaban yang benar jika konteksnya adalah kelereng atau lidi seperti yang
diajarkan oleh Ibu Guru taman kanak kanak. Tapi jika obyeknya bukan kelereng
tetapi ayam dan kambing misalnya, maka jawabannya masih sangat bergantung
pada atribut apa yang menjadi kajian. Jika yang menjadi kajian adalah kepala maka
jawabannya adalah 4, tapi jika kajiannya adalah mata maka jawabannya menjadi 8,
jika kajiannya kaki maka jawabannya menjadi 12, bahkan jawabannya menjadi tak
terhingga bila obyek kajiannya adalah bulu.
Dengan kacamata kontekstual inilah seorang insinyur Teknik Industri
mengkaji permasalahan yang ada dalam sistem integral. Disini perlunya
prinsip dasar dan acuan yang sama dalam mengkaji permasalahan dan
membuat keputusan serta melakukan tindakan dalam dunia nyata.
Sehingga dalam disiplin Teknik Industri berlaku semboyan bahwa tidak
ada jalan yang terbaik tetapi selalu ada jalan yang lebih baik.
2. Henry L. Gant, terkenal dengan Gantt Chart nya, yaitu suatu peta yang dapat
digunakan dalam rangka pengaturan pembebanan pekerjaan pada mesin atau
stasiun kerja dalam rangka meningkatkan produktivitas pabrik
4. James Apple, merupakan perintis dari perancangan tata letak pabrik (lay-out)
secara sistemetis.
Lingkup Makro
Dari segi waktu, lingkup makro dimulai setelah berakhirnya perang dunia kedua
yaitu sekitar akhir tahun 1950-an. Sedangkan ditinjau dari segi ruang lingkup
lingkup makro ditandai dengan fokus perhatian keilmuan dan disiplin Teknik
Industri yang lebih memfokuskan pada ruang lingkup kajian sistem integral yang
lebih luas yaitu dengan berubahnya komponen men menjadi people dalam definisi
Teknik Industri sehingga tidak lagi berfokus baik pada work station, workshop
maupun sistem manufaktur tapi lebih kepada sistem nyata (real system). Selain itu
periode ini ditandai dengan meluasnya penggunaan pendekatan kesisteman
(systemic approach). Dalam periode ini dapat diamati ada tiga pendekatan yang
mewarnai yaitu pendekatan optimasi dan pemodelan sistem, pendekatan sistemik
terintegrasi dan pendekatan global terintegrasi.
Pada awal periode ini terlihat bahwa konsep optimasi dan pemodelan
sistem menjadi metoda analisis yang sangat mewarnai disiplin Teknik
Industri dalam mencari jawab atas permasalahan yang timbul dalam
sistem integral. Bidang obyek kajian Teknik Industri masih berfokus pada
sistem manufaktur tapi sudah mulai merambah pada sektor non
manufaktur. Disini pendekatan kesisteman lebih menonjol dan metoda
optimasi (operation research) hanya diambil prinsip dasarnya sebab
banyak hambatan dalam implementasinya. Secara makro perkembangan
Teknik Industri pada periode ini tidak hanya mengacu ke Amerika tetapi
juga mengacu ke Jepang. Sebagai contoh dalam bidang manufaktur
Amerika mengembangkan konsep Material Requirement Planning
(MRP), sedangkan Jepang mengembangkan konsep Just In Time (JIT).
Begitu juga konsep Total Quality Control (TQC) yang dikembangkan oleh
Figenbaum di Amerika untuk menggantikan konsep statistical quality
control, ternyata lebih berhasil diapplikasikan di Jepang dengan
menambahkan konsep gugus kendali mutu (Quality Circle).
Pada perkembangan berikutnya, Teknik Industri mulai diwarnai dengan
adanya perkembangan teknologi automatisasi, disini kebutuhan untuk
mengintegrasikan berbagai komponen sistem menjadi semakin kuat baik
dari sisi hardware maupun software. Hal ini disebabkan karena daur
hidup produk yang semakin pendek, permintaan konsumen yang makin
beragam dalam jumlah yang kecil, tuntutan harga murah dengan
kwalitas yang prima, dan pelayanan yang cepat dan prima. Konsep baru
yang berkembang diantaranya, dalam bidang hardware (human activity
system) adalah Computer Integrated Manufacturing (CIM), sedangkan
dalam bidang software (management control system) adalah Decision
Support System (DSS). Bahkan perkembangan dalam bidang knowledge
base management telah memungkinkan dirancang perangkat automasi
dalam bidang pengambilan keputusan untuk masalah yang bersifat tidak
terstruktur (unstructure problem) yaitu Sistem Pakar (Expert System).
Disinilah sebenarnya era baru Teknik Industri dimulai yaitu dengan
didasari atas perkembangan komputer dan teknologi informasi
Di era global, yang dimulai sejak awal dekade 1990 an, sistem
integral yang menjadi obyek kajian Teknik Industri mengalami
penyesuaian khususnya yang terkait dengan elemen mesin
atau peralatan (equipment) mengalami perluasan sebab mesin
atau peralatan bisa diartikan pula sebagai infrastruktur. Sistem
industri bahkan sistem kehidupan masyarakat dan kenegaraan
merupakan bidang garapan Teknik Industri, sehingga kriteria
kinerja tidak lagi terbatas pada effisiensi tapi lebih pada segi
kesejahteraan dan kualitas kehidupan. Disini peran ilmu
pengetahuan sosial menjadi semakin diperlukan terutama yang
terkait dengan aspek kerjasama.dan jejaring sistem menjadi tak
terelakkan.
Terima kasih