Anda di halaman 1dari 36

PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

KERANGKA KONSEPTUAL TEKNIK INDUSTRI

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020
KERANGKA KONSEPTUAL TEKNIK INDUSTRI

Teknik Industri sebagai suatu disiplin kerekayasaan yang relatif baru dibandingkan
disiplin kerekayasaan atau keteknikan (engineering) lainnya sering dipertanyakan
eksistensinya oleh berbagai kalangan, baik dari segi keilmuannya maupun dari segi
profesinya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa masih banyak terjadi kerancauan
dalam memahami disiplin Teknik Industri. Kerancauan tidak hanya dari segi profesi
tapi juga segi ilmu dan keahliannya, begitu juga dalam proses pembelajarannya.
Sebagai suatu disiplin yang relatif baru dibandingkan dengan sains dan
kerekayasaan, kerancuan ini muncul bermula dari pemahaman yang kurang
memadai atas disiplin Teknik Industri baik yang terkait dengan obyek kajian,
konsepsi, pendekatan dan cara pikir, kerangka dasar keilmuan (body of knowledge)
serta output disiplin Teknik Industri yang sebenarnya memang berbeda dengan
disiplin keilmuan dan keahlian kerekayasaan yang lain, walaupun memang masih
terdapat persamaan.
Turner (1994)

Untuk memahami secara komprehensif tentang Teknik Industri,


pertama perlu kiranya melakukan pengkajian atas definisi Teknik
Industri yang dikemukan oleh The American Institute of Industrial
Engineers (AIIE), yang kemudian berubah menjadi Institute of Industrial
Engineers (IIE) sebagai acuan. Dari definisi tersebut akan dapat dikaji
beberapa hal mendasar yang terkait dengan konsep Teknik Industri
terutama tentang obyek kajian (object), ruang lingkup (scope),
pengetahuan (knowledge), keahlian (skill) dan profesi insinyur Teknik
Industri.
Pemahaman Teknik Industri
Untuk memahami pengertian Teknik Industri maka perlu kiranya melakukan
pengkajian atas definisi Teknik Industri baik yang dikemukan oleh The American
Institute of Industrial Engineers (AIIE) maupun yang dikeluarkan oleh Institut of
Industrial Engineers (IIE) Institut of Industrial Engineers (IIE) sebagai acuan,
selanjutnya mengenali obyek kajian, cakupan dan kriteria kinerjanya.

Pengertian Teknik Industri

Pengertian tentang Teknik Industri tidak mengalami perubahan yang berarti


walaupun pada tahun 1981 AIIE berubah menjadi Institut of Industrial Engineers
(IIE), yang mengalami sedikit perubahan adalah komponen sistem integralnya.
Perubahan ini terjadi dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan
lingkungan globalnya. Berikut ini akan dikemukakan kedua definisi tersebut agar
dapat dikaji secara lebih rinci tentang obyek, dan kriteria kinerja Teknik Industri
Definisi Teknik Industri

Menurut AIIE definisi Teknik Industri yang paling awal dikeluarkan pada
tahun 1948 adalah sbb:

“Industrial Engineering is concerned with the design, improvement, and


installation of integrated systems of men, materials, machines, it draws
upon specialized knowledge and skill in the mathematical, physical, and
social sciences together with the principles and methods of engineering
analysis and design to specify, predict, an evaluate the results to be
obtained from such system”
Sesuai dengan perkembangannya AIIE berubah nama menjadi The Institute of
Industrial Engineers (IIE), dan definisi Teknik Industripun pada tahun 1984
mengalami perubahan menjadi sbb:

“Industrial Engineering is concerned with the design, improvement,


and installation of integrated systems of people, material, information,
equipment, and energy it draws upon specialized knowledge and skill in
the mathematical, physical, and social sciences together with the
principles and methods of engineering analysis and design to specify,
predict, and evaluate the results to be obtained from such system”
Dari kedua difinisi tersebut tersurat bahwa Teknik Industri memiliki objek kajian yang
tetap yaitu sistem integral walaupun komponennya mengalami perubahan mengikuti
perkembangan lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa obyek dan ruang lingkup
Teknik Industri bersifat dinamis, yang mengakibatkan pula perlunya untuk selalu
memutakhirkan bidang keilmuan pendukungnya sesuai dengan perubahan
lingkungan tersebut, walaupun dilihat dari prinsip dasar keilmuannya masih tidak
mengalami perubahan.
Teknik Industri merupakan disiplin kerekayasaan (engineering) sebab disiplin Teknik
Industri secara eksplisit terkait dengan perancangan (design) sebagai tugas dan
kompetensi utama. Perbedaan Teknik Industri dengan disiplin kerekayasaan lainnya
adalah pada obyek dan metoda perancangan Teknik Industri, dimana obyek kajian
Teknik Industri adalah sistem integral dan dilakukan dengan metoda yang
memanfaatkan ilmu pengetahuan sosial disamping ilmu matematika dan fisika
dimana kedua ilmu yang terakhir tersebut digunakan pula pada disiplin kerekayasaan
lainnya. Masuknya ilmu sosial dalam bidang disiplin Teknik Industri mencerminkan
kekhasan Teknik Industri dibandingkan dengan disiplin kerekayasaan lainnya. Hal ini
disebabkan karena obyek kajian Teknik Industri adalah sistem integral yang
melibatkan unsur manusia (man) sebagai unsur utama disamping unsur material
(material) dan mesin (machine).
Sistem Integral Sebagai Obyek Kajian Teknik Industri
Output dan Kinerja

Tidak berbeda dengan bidang kerekayasaan lainnya, kajian dalam disiplin Teknik
Industri dimulai juga dari kebutuhan manusia (needs) atau masalah (problem).
Melalui proses perancangan (design), instalasi (installation) dan perbaikan
(improvement) akan dihasilkan keluaran (output) yang berupa nilai tambah (added
value). Dengan demikian insinyur Teknik Industri tidak menghasilkan benda riil (real
product) seperti yang dihasilkan oleh disiplin kerekayasaan lainnya tapi yang
dihasilkan adalah nilai tambah (added value). Nilai tambah yang dihasilkan tidak
hanya dirasakan bagi produsen dan konsumen tapi bagi semua stakeholder yang
terkait. Nilai tambah tersebut diukur bukan berdasarkan atas benar atau salah
bahkan bukan juga atas baik dan buruknya, bukan juga atas dasar kemanfaatannya
semata akan tetapi diukur berdasarkan atas nilai effisiensi (efficiency).
Effisiensi sebagai ukuran kinerja insinyur Teknik Industri merupakan ukuran yang
mengkaitkan antara pencapaian usaha dengan ongkos yang dikeluarkan dan ukuran
ini bukanlah bersifat mutlak dan juga bukan bersifat relatif akan tetapi bersifat
kontekstual

Kontekstual adalah sesuatu yang bergantung pada persepsi, situasi dan kondisi
yang dihadapi. Sebagai contoh jika ditanya 2 + 2 = ?, maka 4 hanyalah salah satu
alternatif jawaban yang benar jika konteksnya adalah kelereng atau lidi seperti yang
diajarkan oleh Ibu Guru taman kanak kanak. Tapi jika obyeknya bukan kelereng
tetapi ayam dan kambing misalnya, maka jawabannya masih sangat bergantung
pada atribut apa yang menjadi kajian. Jika yang menjadi kajian adalah kepala maka
jawabannya adalah 4, tapi jika kajiannya adalah mata maka jawabannya menjadi 8,
jika kajiannya kaki maka jawabannya menjadi 12, bahkan jawabannya menjadi tak
terhingga bila obyek kajiannya adalah bulu.
Dengan kacamata kontekstual inilah seorang insinyur Teknik Industri
mengkaji permasalahan yang ada dalam sistem integral. Disini perlunya
prinsip dasar dan acuan yang sama dalam mengkaji permasalahan dan
membuat keputusan serta melakukan tindakan dalam dunia nyata.
Sehingga dalam disiplin Teknik Industri berlaku semboyan bahwa tidak
ada jalan yang terbaik tetapi selalu ada jalan yang lebih baik.

there is no best way but there is always a better way


Sistem Integral Sebagi Obyek Kajian
Obyek kajian Teknik Industri adalah sistem integral (integrated system) seperti direpresentasikan pada Gambar
diatas. Walaupun definisi Teknik Industri menurut IIE mengalami perubahan pada tahun 1994 dalam komponen
penyusunnya, namun pada hakekatnya obyek kajian Teknik Industri tetap, tidak mengalami perubahan yaitu
sistem integral yang terdiri atas komponen utama yaitu manusia (men), materials (materilas), dan mesin
(machines). Ketiga komponen ini merupakan pilar utama dalam sistem integral seperti disajikan pada Gambar
di bawah ini, namun penamaannya sangat bergantung pada jenis dan tingkatan sistem integral yang dikaji.
Begitu dominannya peran ketiga komponen tersebut sehingga sistem integral diidentikkan dengan “men-
machines-materials system”
Berubahnya komponen men menjadi people, komponen machines
menjadi equipments merupakan perluasan dari ruang lingkup obyek
kajian Teknik Industri. Dari yang semula hanya terkait dengan sistem
kerja (work station), kemudian berkembang menjadi sistem manufaktur
(manufacturing system), selanjutnya berkembang menjadi sistem
perusahaan (corporate system), dengan meluasnya pendekatan
kesisteman kemudian menjadi sistem rantai pasok (supply chain system)
dan akhirnya menjadi sistem industri (industrial system). Adapun
masuknya unsur energi merupakan proses pengkayaan dalam
mengartikan komponen mesin, sebab energi secara implisit telah
terkandung didalam komponen mesin, tidak ada mesin yang dapat
digerakkan tanpa energi. Sedangkan unsur informasi merupakan unsur
yang dengan sendirinya juga secara implisit diperlukan pada saat
pengoperasian sistem integral ”men-machines-materials” dan bahkan
merupakan komponen integrasi dari ketiga komponen utama sistem
integral.
Obyek kajian Teknik Industri telah berkembang dari semula yang hanya terkait dengan
stasiun kerja sampai akhirnya kepada sistem industri, bahkan sistem kemasyarakatan.

Tabel ; Bentuk dan Komponen Utama Sistem Integral


Dalam perkembangan selanjutnya sistem integral ini meluas menjadi
apa yang sering disebut sebagai sistem riil (real system) yang tidak hanya
berkaitan dengan obyek sistem buatan (artificial system) tetapi juga
berkaitan pula dengan obyek sistem alamiah (natural system) seperti
industri perternakan, agroindustri, industri perikanan, sebagaimana
direpresentasikan pada Gambar 2.3 berikut. Walaupun demikian unsur
manusia sebagai komponen sentral dalam sistem integral tidak
mengalami perubahan dan tetap menjadi fokus kajian. Dengan
meluasnya komponen sistem intgral tersebut maka bidang garapan
Teknik industri menjadi semakin luas dan kompleks, hali ini tentunya
akan menuntut lebih meluasnya pula bidang keilmuan pendukung yang
harus dikuasai oleh insinyur Teknik Industri.
Gambar 2.3. Real System Sebagai Perluasan Integrated System
Cakupan Kegiatan dan Peran

Apa yang dikerjakan oleh seorang insinyur Teknik Industri? Berdasarkan


atas definisi Teknik Industri sebagaimana disebutkan diatas insinyur
Teknik Industri selain berperan pada pekerjaan perancangan (design),
insinyur Teknik Industri juga berperan untuk menginstalasikan
(installation) dan memperbaiki (improvement) system integral baik pada
lingkup Sistem Kegiatan Manusia (Human Activity System) maupun pada
lingkup Sistem Pengendalian Manajemen (Management Control System)
sebagaimana direpresentasikan pada Gambar 2.4 berikut
Gambar 2.4. Peran Teknik Industri Dalam Sistem Integral
Menurut Turner (1994) ruang lingkup bidang kajian Teknik Industri meliputi Sistem
Kegiatan Manusia (Human Activity System) dan Sistem Pengendalian Manajemen
(Management Control System) yang rinciannya disajikan pada Tabel 2.2 berikut
Tabel 2.2. Rincian Ruang Lingkup Obyek Kajian Teknik Industri
Selain itu menurut Turner(1994) kegiatan Teknik Industri juga dapat
dikelompokkan menurut tingkatan manajerialnya yaitu tingkatan operasi
produksi (production operation), sistem manajemen (management
system) dan sistem perusahaan (corporate services) sebagaimana
disajikan pada Gambar 2.5 dan rincian kegiatan disajikan pada Tabel 2.3
berikut. Kegiatan operasi produksi adalah kegiatan yang dilakukan pada
tingkatan operasional terutama yang terkait dengan bagaimana produk
atau jasa dihasilkan. Kegiatan sistem manajemen terkait dengan
bagaimana menangani keterkaitan antara produksi, sumberdaya
manusia, keuangan dan sistem informasinya, sedangkan kegiatan
korporasi terkait dengan kegiatan menangani kegiatan perusahaan
secara menyeluruh dan global.
Gambar 2.5 Lingkup Kegiatan Teknik Industri
Tabel 2.3. Rincian Lingkup Kegiatan Teknik Industri
Keahlian dan kemampuan yang perlu dimiliki oleh seorang insinyur Teknik Industri adalah
perancangan (design), instalasi (installation) dan perbaikan (improvement) system integral,
untuk itu diperlukan ilmu pengetahuan dan metoda serta pendekatan sebagaimana
disajikan pada Tabel 2.4 berikut
Tabel 2.4. Komponen Pembentuk Keahlian Teknik Industri
Dengan masuknya unsur manusia kedalam system integral yang menjadi
obyek kajian Teknik Industri, maka pengetahuan dasar yang perlu dimiliki
oleh insinyur Teknik Industri selain matematika dan ilmu pengetahuan
alam (fisika) diperlukan pula ilmu pengetahuan sosial (social sciences).
Selain itu diperlukan pula pengetahuan dasar kerekayasaan (basic
engineering sciences) agar dapat memahami aspek teknikal dari sistem
integral yang menjadi obyek kajiannya. Jenis pengetahuan dasar
kerekayasaan yang diperlukan sangat tergantung pada jenis sistem
integralnya. Sebagai contoh untuk sistem manufaktur maka basic
mechanical engineering sangat diperlukan, namun bagi sistem industri
proses maka basic chemical engineering sangat diperlukan. Dengan
demikian dilihat dari segi cakupan keilmuan disiplin Teknik Industri
memerlukan cakupan ilmu pengetahuan dasar kerekayasaan yang lebih
luas dari disiplin kerekayasaan lainnya.
Berbekal pada pengetahuan dasar ini dan dengan
menggunakan Industrial Engineering Method seperti misalnya
Teknik Tatacara Kerja, Ergonomy, Operation Research, dan
pendekatan sistemik terintegrasi yang berbasis pada
pemodelan system dan simulasi serta metodologi penelitian
Teknik Industri maka keahlian seorang Teknik Industri akan
dapat dibentuk. Pembentukan keahlian Teknik Industi
merupakan proses integrasi dari berbagai elemen dan
semuanya ini baru akan bermuara pada tugas akhir studinya.
Walaupun demikian kesadaran dan latihan integrasi perlu
diberikan sejak dini, sebab proses integrasi tidaklah mudah dan
merupakan sesuatu yang bersifat konseptual dan abstrak,
revolusi mental menurut istilah Taylor
Lingkup Mikro
Dari segi waktu, pandangan mikro dimulai sebelum terjadinya revolusi industri di
Inggris dan berakhir pada akhir perang dunia kedua yaitu sekitar akhir tahin 1940-
an atau awal tahun1950-an. Sedangkan ditinjau dari segi ruang lingkup
pandangan mikro disiplin Teknik Industri ditandai dengan perhatian yang lebih
memfokuskan pada ruang lingkup kajian sistem kerja, baik yang berupa work
station, wokshop maupun sistem manufaktur. Disini dapat diamati bahwa sampai
dengan periode berakhirnya perang dunia pertama Teknik Industri lebih berfokus
pada sistem integral yang berupa stasiun kerja (work station) dimana tokoh yang
memberikan kontribusi selain Taylor dan Gilbreth diantaranya adalah Adam Smith,
Eli Whitney dan Charles Babbage. Berikut akan diuraikan secara singkat peran dari
kontributor Teknik Industri
Gambar 2.6. Kronologi Evolusi Perkembangan Keilmuan Teknik Industr
Adam Smith, terkenal dengan konsep spesialisai kerja (specialization of labor)
dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas seperti yang tertulis dalam bukunya
The Wealth of Nations yang diterbitkan pada tahun 1776.

Charles Babbage, menggunakan prinsip dasar dari Adam Smith untuk


diaplikasikan pada bidang manufaktur, terkenal dengan konsep pembagian pekerja
yang dimuat dalam bukunya yang berjudul “On the Economy of Machinery and
Manufacture“ diterbitkan pada tahun 1832 yang diantaranya termuat konsep
pembagian pekerjaan (division of job)
Eli Withney, terkenal dengan konsep Interchangeable Part yang
merupakan aplikasi konsep Adam Smith dan Charles Babbage dalam
bidang manufaktur. Jika pekerja dapat dibagi sesuai dengan
spesialisasinya, maka prinsip ini juga dapat diterapkan pada spesialisasi
pembuatan komponen yang diperlukan dalam pembuatan suatu produk.
Jika dalam proses produksi semula semua komponen produk harus
dibuat oleh seorang saja dalam satu pabrik mulai dari awal hingga akhir
maka dengan menggunakan prinsip Adam Smith dan hasil yang
diperoleh Charles Babbbage ini dalam proses produksi komponen
produknya dapat dilakukan spesialisasi oleh beberapa orang atau
beberapa pabrik asal kompatible pada saat dirakit. Konsep inilah yang
kemudian melahirkan sistem produksi masa yang diterapkan pertama
kali pada industri mobil Ford
Stasiun Kerja Ke arah Manufaktur (Setelah PD_1)
1. Harris, terkenal dengan penggunaan model nmatematik untuk menyelesaikan
persolan inventori. Hasil yang sama dipublikasikan oleh Wilson dan kemudian
terkenal dengan Formula Wlison.

2. Henry L. Gant, terkenal dengan Gantt Chart nya, yaitu suatu peta yang dapat
digunakan dalam rangka pengaturan pembebanan pekerjaan pada mesin atau
stasiun kerja dalam rangka meningkatkan produktivitas pabrik

3. Howard Shewhart, terkenal dengan konsep peta kendali (Shewhart Control


Chart) yaitu suatu peta kendali mutu dalam rangka pengendalian kualitas produk.
Metoda ini untuk menggantikan metoda inspeksi kualitas (Inspection Quality Control
atau IQC) dengan menggunakan konsep Statistical Quality Control (SQC)

4. James Apple, merupakan perintis dari perancangan tata letak pabrik (lay-out)
secara sistemetis.
Lingkup Makro

Dari segi waktu, lingkup makro dimulai setelah berakhirnya perang dunia kedua
yaitu sekitar akhir tahun 1950-an. Sedangkan ditinjau dari segi ruang lingkup
lingkup makro ditandai dengan fokus perhatian keilmuan dan disiplin Teknik
Industri yang lebih memfokuskan pada ruang lingkup kajian sistem integral yang
lebih luas yaitu dengan berubahnya komponen men menjadi people dalam definisi
Teknik Industri sehingga tidak lagi berfokus baik pada work station, workshop
maupun sistem manufaktur tapi lebih kepada sistem nyata (real system). Selain itu
periode ini ditandai dengan meluasnya penggunaan pendekatan kesisteman
(systemic approach). Dalam periode ini dapat diamati ada tiga pendekatan yang
mewarnai yaitu pendekatan optimasi dan pemodelan sistem, pendekatan sistemik
terintegrasi dan pendekatan global terintegrasi.
Pada awal periode ini terlihat bahwa konsep optimasi dan pemodelan
sistem menjadi metoda analisis yang sangat mewarnai disiplin Teknik
Industri dalam mencari jawab atas permasalahan yang timbul dalam
sistem integral. Bidang obyek kajian Teknik Industri masih berfokus pada
sistem manufaktur tapi sudah mulai merambah pada sektor non
manufaktur. Disini pendekatan kesisteman lebih menonjol dan metoda
optimasi (operation research) hanya diambil prinsip dasarnya sebab
banyak hambatan dalam implementasinya. Secara makro perkembangan
Teknik Industri pada periode ini tidak hanya mengacu ke Amerika tetapi
juga mengacu ke Jepang. Sebagai contoh dalam bidang manufaktur
Amerika mengembangkan konsep Material Requirement Planning
(MRP), sedangkan Jepang mengembangkan konsep Just In Time (JIT).
Begitu juga konsep Total Quality Control (TQC) yang dikembangkan oleh
Figenbaum di Amerika untuk menggantikan konsep statistical quality
control, ternyata lebih berhasil diapplikasikan di Jepang dengan
menambahkan konsep gugus kendali mutu (Quality Circle).
Pada perkembangan berikutnya, Teknik Industri mulai diwarnai dengan
adanya perkembangan teknologi automatisasi, disini kebutuhan untuk
mengintegrasikan berbagai komponen sistem menjadi semakin kuat baik
dari sisi hardware maupun software. Hal ini disebabkan karena daur
hidup produk yang semakin pendek, permintaan konsumen yang makin
beragam dalam jumlah yang kecil, tuntutan harga murah dengan
kwalitas yang prima, dan pelayanan yang cepat dan prima. Konsep baru
yang berkembang diantaranya, dalam bidang hardware (human activity
system) adalah Computer Integrated Manufacturing (CIM), sedangkan
dalam bidang software (management control system) adalah Decision
Support System (DSS). Bahkan perkembangan dalam bidang knowledge
base management telah memungkinkan dirancang perangkat automasi
dalam bidang pengambilan keputusan untuk masalah yang bersifat tidak
terstruktur (unstructure problem) yaitu Sistem Pakar (Expert System).
Disinilah sebenarnya era baru Teknik Industri dimulai yaitu dengan
didasari atas perkembangan komputer dan teknologi informasi
Di era global, yang dimulai sejak awal dekade 1990 an, sistem
integral yang menjadi obyek kajian Teknik Industri mengalami
penyesuaian khususnya yang terkait dengan elemen mesin
atau peralatan (equipment) mengalami perluasan sebab mesin
atau peralatan bisa diartikan pula sebagai infrastruktur. Sistem
industri bahkan sistem kehidupan masyarakat dan kenegaraan
merupakan bidang garapan Teknik Industri, sehingga kriteria
kinerja tidak lagi terbatas pada effisiensi tapi lebih pada segi
kesejahteraan dan kualitas kehidupan. Disini peran ilmu
pengetahuan sosial menjadi semakin diperlukan terutama yang
terkait dengan aspek kerjasama.dan jejaring sistem menjadi tak
terelakkan.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai