Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PARTUS LAMA


DI RUANGAN MATERNITAS RSUD M. ZEIN PAINAN

OLEH :
EMI ROSITA
NIM : 2230282124

Diketahui Oleh :

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
TAHUN 2021/2022

1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
a. Pengertian
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primigravida dan lebih dari 18 jam pada multigravida (Rustam, 1998).
Persalinan (partus) lama ditandai dengan fase laten lebih dari 8 jam, persalinan
telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi, dan dilatasi serviks
di kanan garis waspada pada partograf (Winkjosastro, 2002). Persalinan lama
disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal atau
sulit. Partus lama merupakan fase terakhir dari suatu partus yang berlangsung
terlalu lama sehingga timbul gjala-gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan
ibu, serta asfiksia dan kematian janin dalam kandungan (KJDK).
b. Penyebab
Faktor-faktor penyebab partus lama antara lain: Power :
1) Kelainan kekuatan his dan mengejan
2) Pimpinan persalinan yang salah
Passage :
1) Kelainan jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
2) Ketuban pecah dini
3) Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan
Passanger :
1)Kelainan letak janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)
Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain vertex (presentasi
bokong, dahi, wajah, atau letak lintang). Malposisi adalah posisi kepala
janin relatif terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referansi. Janin
yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan
menyebabkan partus lama (Saifudin, 2007).
2) Janin besar atau ada kelainan kongenital
3) Perut gantung, grandemulti

Faktor resiko persalinan lama :

2
1) Umur kurang dari 16 tahun akan terjadi persalinan lama karena jalan
lahir/tempat keluar janin belum berkembamg sempurna.
2) Tinggi badan kurang dari 140 cm dikhawatirkan akan terjadi persalinan
lama karena tulang panggul sempit.
3) Kehamilan pertama dikhawatirkan akan terjadi disproporsi janin dalam
panggul sehingga akan membahayakan keselamatan janin.
4) Adanya riwayat persalinan sulit ditakutkan akan terjadi lagi pada
kehamilan yang selanjutnya.

c. Patofisiologi
1) Faktor panggul
 Kesempitan pada pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10
cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Pada panggul sempit
kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul,
maka dalam hal ini serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala.
Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan
sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil
dan ada bahaya terjadinya prolapsus funikuli.
 Kesempitan pintu panggul tengah
Ukuran terpenting adalah distansia interspinarum kurang dari 9.5 cm
perlu diwaspadai terhadap kemungkinan kesukaran pada persalinan, dan
apabila diameter sagitalis posterior pendek.
 Kesempitan pintu bawah panggul
Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15
cm, maka sudut arkus pubis mengecil ( < 80 o ) sehingga timbul kesulitan
saat proses kelahiran.

2) Faktor Janin
Letak : Defleksi
 Presentasi Puncak Kepala
 Presentasi Muka
 Presentasi Dahi

3
Posisi Oksiput Posterior Persisten
Kadang – kadang ubun – ubun kecil tidak berputar ke depan, tetapi tetap
berada di belakang
 Letak belakang kepala ubun – ubun kecil melintang karena kelemahan
his dan kepala janin bundar.
Letak tulang ubun – ubun
a) Positio occiput pubica (anterior)
Oksiput berada dekat simfisis
b) Positio occiput sacralis (posterior)
Oksiput berada dekat sakrum.
 Letak sungsang
 Letak Lintang

3) Kelainan tenaga
Inersia uteri adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan
lebih jarang dibandingkan dengan his yang normal.

a) Inersia Uteri Primer Kelemahan his timbul sejak dari permulaan


persalinan.

b) Sinersia Uteri Sekunder Kelemahan his yang timbul stelah adanya his
yang kuat teratur dan dalam waktu yang lama.

d. Tanda dan gejala


Menurut Rustam Mochtar (1998) gejala klinik partus lama terjadi pada ibu dan
juga pada janin.
Pada ibu :
1) Gelisah
2) Letih
3) Suhu badan meningkat
4) Berkeringat
5) Dehidrasi: nadi cepat dan lemah
6) Pernafasan cepat
7) His hilang atau melemah

4
8) Oedema vulva, oedema serviks, cairan ketuban berbau terdapat mekonium

Pada Janin :
1) Denyut jantung janin cepat, tidak teratur bahkan negatif
2) Air ketuban terdapat mekonium berwarna kental kehijau-hijauan dan cairan
berbau
3) Caput succedenium yang besar
4) Moulage kepala janin
5) Kematian janin dalam kandungan
6) Kematian janin intraparental
Menurut Manuaba (1998), gejala utama yang perlu diperhatikan pada partus
lama antara lain :
1) Dehidrasi
2) Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen
meteorismus
3) Pemeriksaan abdomen : meteorismus, nyeri segmen bawah rahim
4) Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau,
cairan ketuban bercampur mekonium
5) Pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke
atas, terdapat kaput pada bagian terendah
6) Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian
7) Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri,
kematian karena perdarahan atau infeksi.

e. Komplikasi
1) Infeksi intrapartum
Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janin pada
partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Pneumonia pada janin
akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi adanya konsekuensi serius
lainnya.

5
2) Ruptura uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya yang
serius selama partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada
ibu dengan riwayat SC.
3) Cincin retraksi patologis
Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis bandle yaitu
pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul
akibat persalinan yang terhambat disertai peregangan dan penipisan berlebihan
segmen bawah uterus.

4) Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke PAP tetapi tidak maju
untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak
diantaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan.
Karena gangguan sirkulasi dapat terjadi nekrosis yang jelas dalam beberapa
hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesiko
servikal atau retrovaginal.

5) Cidera otot dasar panggul


Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari
kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu yang dapat
meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi perubahan
fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan ikat.

6) Caput succedenum
Akibat panggul sempit, saat persalinan sering terjadi caput succedenum
yang besar dibagian terbawah kepala janin.

7) Molase kepala janin


Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling
tumpang tindih di sutura-sutura besar. Biasanya batas median tulang parietal
yang berkontak dengan promontorium tumpang tindih dengan tulang di

6
sebelahnya. Molase dapat menyebabkan robekan, laserasi pembuluh darah
janin, dan perdarahan intracranial pada janin.

f. Penanganan Menurut Saifudin (2007), penatalaksanaan partus lama yaitu:


1) Fase labor (Persalinan Palsu/Belum inpartu) Bila his belum teratur dan porsio
masih tertutup, pasien boleh pulang. Periksa adanya infeksi saluran kencing,
KPD dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat. Bila tidak pasien
boleh rawat jalan.
2) Prolonged laten phase (fase laten yang memanjang) Bila his berhenti disebut
persalinan palsu atau belum inpartu. Bila kontraksi makin teratur dan
pembukaan bertambah sampai 3 cm disebut fase laten. Apabila ibu berada
dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tak ada kemajuan, lakukan pemeriksaan
dengan jalan melakukan pemeriksaan serviks. :
a) Bila didapat perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks,
lakukan drip oksitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose (atau NaCl)
mulai dengan 8 tetes permenit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai his
adekuat (maksimal 40 tetes/menit) atau berikan prostaglandin, lakukan
penilaian ulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah
dilakukan pemberian oksitosin, lakukan sectio sesarea.
b) Bila tidak ada perubahan dalam penapisan dan pembukaan serviks serta
tak didapat tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya kemungkinan ibu
belum dalam keadaan inpartu.
c) Bila didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi dengan
oksitosin 5U dan 500 cc dekstrose (atau NaCl) mulai dengan 8 tetes
permenit, setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai adekuat (maksimal 40
tetes/menit) atau berikan prostaglandin, serta obati infeksi dengan
ampisilin 2 gr IV sebagai dosis awal dan 1 gr IV setiap 6 jam dan
gentamicin 2x80 mg.

3) Prolonged active phase (fase aktif memanjang) Bila tidak didapatkan tanda
adanya CPD (chepalo Pelvic Disporportion) atau adanya obstruksi :

7
a) Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki
kontraksi dan mempercepat kemajuan persalinan
b) Bila ketuban intak, pecahkan ketuban. Bila kecepatan pembukaan
serviks pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm/jam, lakukan penilaian
kontraksi uterusnya.

4) Kontraksi uterus adekuat Bila kontraksi uterus adekuat (3 dalam 10 menit


dan lamanya lebih dari 40 detik) pertimbangkan adanya kemungkinan CPD,
obstruksi, malposisi atau malpresentasi.

5) Chefalo Pelvic Disporpotion (CPD) CPD terjadi karena bayi terlalu besar
atau pelvis kecil. Bila dalam persalinan terjadi CPD akan didapatkan persalinan
yang lama.
a) Bila diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan SC
b) Bila bayi mati lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak mungkin
lakukan SC)

6) Obstruksi
Bila ditemukan tanda-tanda obstruksi :
a) Bayi hidup lahirkan dengan SC
b) Bayi mati lahirkan dengan kraniotomi/embriotomi.

7) Malposisi/Malpresentasi Bila tejadi malposisi atau malpresentasi pada janin


secara umum :
a) Lakukan evaluasi cepat kondisi ibu (TTV)
b) Lakukan evaluasi kondisi janin DJJ, bila air ketuban pecah lihat warna air
ketuban:
 Bila didapatkan mekonium awasi yang ketat atau intervensi
 Tidak ada cairan ketuban pada saat ketuban pecah menandakan adanya
pengurangan jumlah air ketuban yang ada hubungannya dengan gawat janin.
 Pemberian bantuan secara umum pada ibu inpartu akan memperbaiki
kontraksi atau kemajuan persalinan
 Lakukan penilaian kemajuan persalinan memakai partograf

8
 Bila terjadi partus lama lakukan penatalaksanaan secar spesifik sesuai
dengan keadaan malposisi atau malpresentasi yang didapatkan (Saifudin,
2007).

8) Kala II memanjang (prolonged explosive phase)


Upaya mengejan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi
jumlah oksigen ke plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara
spontan, mengedan dan menahan nafas yang terlalu lama tidak dianjurkan.
Perhatikan DJJ, bradikardi yang lama mungkin terjadi akibat lilitan tali pusat.
Dalam hal ini dilakukan ekstraksi vakum / forcep bila syarat memenuhi. Bila
malpresentasi dan tanda obstruksi bisa diatasi, berikan oksitosin drip. Bila
pemberian oksitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam, lahirkan dengan
bantuan ekstraksi vacuum / forcep bila persyaratan terpenuhi.
B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1) Anamnesa
a) Biodata meliputi:
Nama, umur untuk mengetahui usia ibu apakah termasuk resiko tinggi / tidak
(terlalu muda apabila < 20 tahun atau terlalu tua > 35 tahun), pendidikan,
pekerjaan.

b)Keluhan Utama Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang
menjalar ke perut, adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan
darah, perasaan selalu ingin buang air kemih, bila buang air kemih hanya sedikit-
sedikit.

c) Riwayat penyakit sekarang Hal yang dikaji meliputi riwayat kehamilan dan tanda-
tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut,
his makin sering, teratur, kuat, adanya pengeluaran darah bercampur lendir,
kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d) Riwayat penyakit dahulu Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus,


TBC, Hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang pernah dialami dapat
memperberat persalinan.

9
e) Riwayat penyakit keluarga Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus,
keturunan hamil kembar pada klien, TBC, hepatitis, penyakit kelamin,
memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien, sehingga memperberat
persalinannya.

f) Riwayat Obstetri
 Riwayat haid Meliputi menarche, lama haid, dismenorrhe, siklus, dan fluor albus
 Riwayat kebidanan Persalinan yang lalu dan kehamilan sekarang yang meliputi
HPHT, HPL, ANC, keluhan saat hamil, imunisasi dan konsumsi jamu atau
vitamin selama hamil

g) Pola Kebutuhan sehari-hari.


 Nutrisi Adanya his berpengaruh terhadap keinginan atau selera makan yang
menurun.
 Istirahat tidur. Klien dapat tidur terlentang, miring ke kanan / kiri tergantung pada
letak punggung janin, klien sulit tidur terutama kala I – IV.
 Aktivitas. Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada
aktivitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, tidak membuat klien cepat
lelah, capek, lesu.
 Eliminasi. Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan proses
persalinan. Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi.
 Personal Hygiene
Menjaga kebersihan tubuh. Baju hendaknya yang longgar dan mudah dipakai,
sepatu / alas kaki tidak menggunakan yang tinggi.
 Seksual Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual /
fungsi dari sex yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.

2) Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan fisik umum : head to toe
 Keadaan umum
 Apakah tampak sakit
 Bagaimana kesadarannya

10
 Apakah tampak pucat ( anemis )
 Pemeriksaan tanda-tanda vital
b) Pemeriksaan khusus abdomen
 Inspeksi
Bentuk abdomen, adanya garis striae dan linea, keadaan umbilicus, ada
tidaknya luka bekas operasi
 Palpasi
Pemeriksaan Leopold I : Tinggi Fundus Uteri
Leopold II : Letak punggung janin
Leopold III : Bagian terendah janin
Leopold IV : Penurunan bagian terendah janin
 Auskultasi
 Pemeriksaan DJJ
 DJJ normal antara 120-160x/menit
 Keteraturan

3) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada persalinan,
dan setelah selaput ketuban pecah.

 Pada setiap pemeriksaan dalam yang perlu dikaji yaitu:


Pembukaan, efficement, keadaan ketuban, bagian terendah janin, penurunan bagian
terendah janin, molase, hodge.
 Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, diagnosis
inpartum belum dapat ditegakkan. Jika terdapat kontraksi yanag menetap,
periksa ulang setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada serviks. Pada tahap
ini, jika serviks terasa tipis dan terbuka, maka berada dalam keadaan inpartu,
jika tidak terdapat perubahan, maka diagnosisnya adalah persalinan palsu.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang persalinan
c. Resiko tinggi cidera maternal berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak karena
partus lama

11
d. Resiko tinggi cidera janin berhubungan dengan penekanan kepala pada panggul,
partus lama

D. RENCANA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, rasa nyeri
berkurang
Kriteria hasil:
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
TD :120/80 mm Hg
N : 60-120 X/menit
 Nyeri berkurang
 Pasien tampak rileks
Intervensi :
 Observasi tanda-tanda vital
 Kaji sifat, lokasi, dan durasi nyeri
 Kaji tingkat nyeri klien
 Kaji kontraksi uterus, haemoragic, dan nyeri tekan abdomen
 Ajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam
 Berikan posisi yang nyaman

b. Resiko tinggi cidera janin berhubungan dengan penekanan kepala pada panggul,
partus lama
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, cidera pada
janin dapat dihindari.
Kriteria hasil:
 DJJ janin dalam batas normal: 120-160x/menit
 Janin tidak menunjukkan hipoksia

12
Intervensi :
 Lakukan maneuver leopold untuk menentukan posisi janin dan presentasi
 Kaji DJJ secara manual dan atau elektronik
 Kaji adanya infeksi perineum pada ibu
 Catat kemajuan persalinan
 Catat DJJ bila ketuban pecah setelah 15 menit
 Posisikan klien pada posisi punggung janin

2. Resiko tinggi cidera maternal berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak


karena partus lama
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, cidera
maternal dapat dihindari.

Kriteria hasil:
 DJJ janin dalam batas normal: 120-160x/menit
 Kemajuan persalinan baik
Intervensi :
 Kaji DJJ secara manual dan atau elektronik
 Periksa leopold
 Kaji adanya infeksi perineum pada ibu
 Catat kemajuan persalinan
 Posisikan klien pada posisi punggung janin
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang persalinan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×2 jam di harapkan
ansietas pasien teratasi.
Kriteria hasil:
 Pasien tidak cemas
 Pasien sudah mengetahui tentang kondisinya saat ini
Intervensi:
 Kaji tingkat kecemasan pasien
 Anjurkan pasien untuk istirahat
 Jelaskan kondisi pasien saat ini
 Ajarkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional pasien

13
 Berikan pasien lingkungan yang nyaman

E. IMPLEMANTASI
Tahap ini di lakukan pelaksanaan dan perencanaan keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal.
Pelaksanaan adalah pengelolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah di susun pada tahap pencanaan. (Muttaqin, 2012)

F. EVALUASI

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi


adalah kegiatan yang disengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien,
perawat, dan anggota tim lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang
kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk
menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk
melakukukan. (Muttaqin, 2012)

14

Anda mungkin juga menyukai