Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sebagai salah satu negara agromaritim, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam
yang melimpah, diantaranya yaitu kayu. Kayu merupakan salah satu material yang banyak
dimanfaatkan di berbagai sektor, khususnya industri dan konstruksi seperti produksi kertas,
perabotan, dan bahan bangunan. Sebagai bahan bangunan, kayu dapat diaplikasikan dalam
pembuatan kuda-kuda atap, kolom bangunan, dan konstruksi jembatan (Hunggurami et al. 2015).
Pengaplikasian kayu pada sektor konstruksi disandarkan pada pada beberapa karakteristik
istimewanya seperti, bersifat lentur, tak mudah patah jika terkena beban getaran gempa, tidak
mengalami korosi layaknya besi, serta memiliki corak yang dinilai estetik sehingga dapat
digunakan sebagai material dekorasi (Mardikanto et al. 2011).
Kayu yang dijadikan bahan bangunan dapat digunakan sebagai bahan bangunan struktural
ataupun non-struktural. Untuk penggunaan kayu sebagai bahan bangunan struktural, perlu
dilakukan serangkaian uji standar. Uji standar yang umum dilakukan yaitu uji kuat tekan, uji kuat
lentur, dan uji kuat tarik. Ketiga pengujian tersebut mengacu pada Standar Nasional Indonesia
(SNI) yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Indonesia (BSN). Uji kuat tekan pada kayu
dilakukan untuk mengetahui daya tahan kayu terhadap gaya-gaya yang bekerja sejajar atau tegak
lurus terhadap serat kayu. Uji kuat lentur pada kayu merupakan dilakukan untuk mengetahui
kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk
menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan. Uji kuat tarik pada kayu dilakukan
untuk mengetahui kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang bekerja sejajar atau tegak lurus
dengan serat kayu secara berlawanan arah . Ketiga uji tersebut kemudian menjadi penentu
kelayakan sebuah kayu untuk digunakan sebagai bahan bangunan struktural.

Maksud
Praktikum pengujian kuat tekan, kuat lentur, dan kuat tarik pada kayu dimaksudkan untuk
menjadi acuan penentuan kuat tarik, kuat lentur, dan kuat tarik dari kayu.

Tujuan
Tujuan dari praktikum pengujian kuat tekan, kuat lentur, dan kuat tarik pada kadalah
untuk mendapatkan nilai kuat tekan, kuat lentur, dan kuat tarik dari kayu.

METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah universal testing machine, alat pengukur
waktu, jangka sorong, rol meter, alat potong kayu, alat penjepit baja, alat ukur deformasi, alat
pengukur lendutan, dan alat pengukur kadar air. Sedangkan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah benda uji berupa balok kayu dengan dimensi yang disesuaikan dengan jenis
uji. Untuk uji kuat tekan sejajar serat, dimensi benda uji yang digunakan adalah (50 × 50 × 200)
mm. Sedangkan untuk uji kuat tekan tegak lurus serat, dimensi benda uji yang digunakan adalah
(50 × 50 × 150) mm. Untuk uji kuat lentur, dimensi benda uji yang digunakan adalah (50 × 50 ×
760) mm. Untuk uji kuat tarik sejajar serat maupun tegak lurus serat, bagian tengah dari balok
kayu ditipiskan dengan ukuran sesuai dengan gambar 3. Gambar 1, gambar 2, dan gambar 3
memberikan ilustrasi terkait dimensi benda uji untuk tiap jenis pengujian.
Prosedur
Uji Kuat Tekan
Prosedur pengujian kuat tekan diawali dengan menyiapkan benda uji. Benda uji kemudian diukur
dimensinya menggunakan rol meter atau jangka sorong dan dicatat hasil pengukurannya pada
lembar data pengujian. Kemudian, benda uji diletakkan secara sentris terhadap alat pembebanan
(UTM). Pembebanan dilakukan sampai beban maksimum dan hasilnya dicatat serta bentuk
retakan pada benda uji digambar dan ditentukan jenisnya. Selanjutnya, dihitung nilai kuat tekan
P
menggunakan persamaan f c (¿/, ⊥)= (MPa) dan dicatat pula hasilnya di lembar data
b×h
pengujian.
Uji Kuat Lentur
Prosedur pengujian kuat lentur diawali dengan menyiapkan benda uji. Benda uji kemudian diukur
panjang dan lebarnya menggunakan rol meter atau jangka sorong dan dicatat hasil
pengukurannya pada lembar data pengujian. Kemudian, diatur jarak jarak tumpuan sejauh 710
mm. Benda uji selanjutnya diletakkan di atas alat uji. Selanjutnya, diletakkan bantalan penekan di
atas benda uji. Mesin uji kemudian dijalankan sampai beban maksimum dan hasilnya dicatat serta
ditentukan bentuk retakannya. Kemudian, dihitung nilai kuat lentur menggunakan persamaan
3PL
f b= 2 dan dicatat pula hasilnya di lembar data pengujian.
2bh
Uji Kuat Tarik
Prosedur pengujian kuat tarik diawali dengan menyiapkan benda uji. Benda uji kemudian diukur
panjang dan lebarnya menggunakan rol meter atau jangka sorong dan dicatat hasil
pengukurannya pada lembar data pengujian. Kemudian, diatur jarum penunjuk skala beban
sehingga sehingga menunjukkan angka nol. Selanjutnya, diletakkan benda uji di atas mesin tarik
dan dijepit di kedua ujungnya dengan kedudukan vertikal. Jarak kedua penjepit untuk uji tarik
sejajar serat adalah 260 mm dan untuk tegak lurus serat adalah 25 mm. Mesin uji kemudian
dijalankan sampai beban maksimum dan hasilnya dicatat serta ditentukan bentuk retakannya.
P
Kemudian, dihitung nilai kuat tariknya menggunakan persamaan f t= dan dicatat pula
b×h
hasilnya di lembar data pengujian.
35
30
Tegangan (MPa)

25
20
15
10
5
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1
Regangan

40
35
Tegangan (MPa)

30
25
20
15
10
5
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01
Regangan
Berdasarkan SNI 03-3958-1995 tentang metode pengujian kuat tekan kayu, bentuk keretakan
pada kayu yang telah diuji kuat tekan dibagi menjadi enam jenis yaitu retak mendatar, retak
geser, retak kompresi dan geser, retak berbentuk bagi, belah memanjang, dan retak ujung.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan oleh kelompok 1, bentuk keretakan yang
terbentuk adalah retak geser. Retakan geser terjadi akibat retak menjalar mengikuti arah serat dan
mengindikasikan bahwa bahan uji yang digunakan merupakan jenis kayu yang kuat (Idris et al.
2019). Merujuk pada PPKI tahun 1979, kayu dapat diklasifikasikan menjadi lima kelas
berdasarkan nilai tegangan dalam kg/cm^2. Salah satu kelas, yaitu kelas tiga memiliki tegangan
absolut sebesar 300–425 kg/cm^2. Merujuk pada nilai pada kelas tersebut, maka kayu yang
praktikan uji tergolong pada kelas tiga karena memiliki tegangan absolut sebesar 29,665 MPa
atau 302,499 kg/cm^2. Salah satu kayu yang termasuk kelas kuat III adalah kayu meranti. Kayu
meranti diaplikasikan sebagai bahan konstruksi maupun furniture.

Anda mungkin juga menyukai