sekunder. Beberapa bahan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan
sebagai berikut.
ditemukan di Pulau Bali dan teknik pembuatan kapak perunggu. Klasifikasi kapak
perunggu yang dilakukan pada penelitian ini berdasarkan kepada atribut yang
dimiliki oleh setiap kapak perunggu. Atribut kapak perunggu yang menjadi dasar
dari klasifikasi pada penelitian ini yaitu, bentuk tangkai, bentuk mata, ragam
hiasan, dan warna. Kapak perunggu yang diteliti berasal dari instansi pemerintah
yaitu, Museum Bali, Balai Arkeologi Denpasar, dan Balai Pelestarian Cagar
Budaya serta yang berasal dari non instansi pemerintah yaitu, di dalam pura dan
rumah warga.
kapak perunggu tipe jantung, ini dikarenakan dalam tulisan ini dibahas tentang
14
klasifikasi kapak perunggu tipe jantung yang terdapat di Pulau Bali walaupun
hanya gambaran umum, sehingga tulisan ini dapat menjadi petunjuk tentang
jumlah dari kapak perungu tipe jantung yang ditemukan hingga tahun 1990 dan
bentuk fisik dari kapak perunggu tipe jantung yang sudah tercatat pada tahun
tersebut.
pada Akhir Masa Prasejarah di Bali” menampilkan tabel yang berisikan tentang
persentase kadar logam pembentuk logam perunggu yang terdapat pada beberapa
tinggalan logam yang menjadi bekal kubur. Pada tabel tersebut terdapat beberapa
tinggalan logam yang berupa kapak perunggu yang berasal dari wilayah
Gilimanuk, Cacang, Taman Bali, dan Pasir Angin. Pada tabel ini ditemukan
unsur Pb (timbal) atau Sn (Timah) yang terlihat paling tinggi persentasenya. Pada
tabel tersebut juga terdapat persentase bahan baku logam perunggu pada beberapa
artefak perunggu dengan bentuk yang berbeda dengan kapak perunggu. Persentase
bahan baku dari artefak perunggu tersebut memiliki perbedaan satu sama lain
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bentuk dan teknik pembuatan.
Persentase bahan baku dari beragam artefak perunggu tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut:
15
No Objek Cu Pb Sn Zn Sb Mg Si(o2) S F Fe Al
1 Kapak 38, 5,3 34,9 - - - 16,60 - - 1,8 3,1
Perunggu 09 9 4 2 0
(Cacang)
2 Kapak 35, 7,7 16,1 - - - 6,25 - - 0,3 4,2
Perunggu 67 1 1 6 2
(Cacang)
3 Kapak 51, 3,0 17,0 - - - 18,90 - - 0,7 3,9
Perunggu 42 3 5 1 7
(Tamanbali)
4 Kapak 35, 4,4 6,92 - - - 16,15 - - 0,7 2,3
Perunggu 41 1 3 2
(Gilimanuk)
5 Kapak 34, 6,3 14,9 - - - 9,65 - - 1,2 3,3
Perunggu 56 4 2 5 7
(Gilimanuk)
6 Kapak 26, 0,5 37,2 - - - 1,50 - - 0,1 1,5
Perunggu 13 5 2 8 0
(Pasir Angin)
7 Nekara 75, 6,0 14,5 - - - 2,20 - - 1,2 0,4
Perunggu 50 9 1 1 4
(Bebitra)
8 Gelang 79, 0,5 11,1 - - - 0,75 - - 0,1 0,8
Perunggu 75 5 1 0 0
(cacang)
Ket. Cu: Tembaga, Pb: Timbal, Sn: Timah, Zn: Seng, Sb: Antimon, Mg:
Magnesium, Si(o2): Silikon Oksida, S: Belerang, F: Fluor, Fe: Besi, Al:
Aluminium.
Sumber : R.P. Soejono, 1977
Data pada tabel ini dapat menjadi data sekunder dalam penelitian kali ini,
sebab data tersebut menjadi acuan untuk melakukan analisis laboratorium pada
ketiga sampel kapak perunggu tipe jantung sehingga analisis tersebut dapat fokus
pada semua unsur yang seharusnya terdapat pada logam perunggu. Data pada
tabel tersebut dapat pula dijadikan sebagai perbandingan terhadap hasil analisis
16
ketiga sampel kapak perunggu tipe jantung, hanya beberapa data dari tabel di atas
yang akan digunakan sebagai data pembanding karena tidak semua data memiliki
oleh beberapa unsur logam yang dapat menjadi bahan baku dari suatu logam
paduan. Mengetahui sifat-sifat dasar dari setiap unsur logam dapat membantu
persentase setiap unsur logam yang terkandung dalam logam paduan. Sifat-sifat
yang dimiliki oleh setiap unsur logam akan mempengaruhi kualitas dari logam
paduan sehingga para pengrajin logam paduan akan menambahkan suatu unsur
logam dalam jumlah persentase tertentu dengan melihat sifat yang dimiliki oleh
unsur logam tersebut. Jurnal ini juga menjelaskan tentang proses untuk
mendapatkan suatu unsur logam dari alam sampai dapat dijadikan sebagai bahan
logam perunggu merupakan campuran dari logam tembaga (Cu) dengan timah,
baik timah putih (Sn) ataupun timah hitam (Pb). Selain campuran pokok ini, untuk
membuat perunggu lebih kuat dan lebih berat dan juga lebih banyak terkadang
ditambahkan logam lain, misalnya seng (Zn). Campuran antara tembaga (Cu)
dengan seng (Zn) akan menghasilkan apa yang disebut dengan kuningan.
Campuran seng pada tembaga menyebabkan benda menjadi lebih kuat, lebih
17
keras, dan ada perubahan warna pada logam serta dapat menaikan tingkat fluiditas
(keadaan cair) sehingga logam lebih mudah dicetak menjadi bentuk-bentuk yang
terhadap data persentase unsur logam dari ketiga kapak perunggu tipe jantung,
analisis ini ditujukan untuk memastikan bahwa bahan baku dari kapak perunggu
Pada bagian lain dari tulisan yang sama, Triwuryani juga menjelaskan
lebih lanjut bahwa logam perunggu tidak akan terbentuk jika logam tembaga tidak
dicampurkan dengan logam timah atau timah hitam (timbal). Pencampuran ini
bertujuan supaya logam tembaga tidak cepat kering pada saat dituangkan. Selain
itu, pencampuran timbal pada tembaga dapat membuat logam menjadi lebih cair
pembuatan artefak logam akan lebih mudah apabila logam tembaga dicampurkan
dengan logam timah atau timbal. Data tersebut juga menjadi pedoman dalam
penelitian ini untuk menentukan jenis-jenis logam apa saja yang perlu difokuskan
untuk dicari dari ketiga sampel kapak perunggu tipe jantung dalam analisis di
laboratorium
logam perunggu pada tinggalan gelang perunggu dan kapak perunggu. Tulisan
tersebut memberikan contoh penerapan dari metode analisis yang diterapkan pada
18
penelitian kali ini untuk melakukan analisis terhadap persentase unsur logam pada
ketiga sampel kapak perunggu tipe jantung yang akan dilakukan di laboratorium.
pertukaran dengan benda lainnya. Pertukaran artefak logam ini pada awalnya
dilakukan oleh masyarakat Gilimanuk dengan masyarakat yang berasal dari luar
ditemukan kemungkinan adanya sumber bijih logam sebagai bahan baku utama
artefeak logam. Artefak logam yang paling banyak ditemukan di sekitar wilayah
Gilimanuk yaitu artefak berbentuk tajak atau kapak dengan tipe jantung dan tipe
dengan penemuan tajak atau kapak perunggu pada beberapa sarkofagus sebagai
bekal kubur.
Pada wilayah di sekitar pesisir Pulau Bali memiliki peluang lebih besar
masyarakat dari luar pulau yang dapat membuat artefak logam. Masyarakat pesisir
mendapatkan artefak logam atau sekedar untuk mendapatkan bahan baku yang
berupa bijih logam. Pendapat tersebut dapat menjadi petunjuk awal bahwa kapak
perunggu tipe jantung memang berasal dari luar Pulau Bali dan masuk ke Pulau
tipologi yang dilakukan terhadap artefak logam khususnya kapak perunggu tipe
jantung dan analisis tentang asal dari bahan baku logam yang digunakan untuk
Analisis tipologi yang dilakukan pada skripsi tersebut berguna untuk mengetahui
data tentang kapak perunggu tipe jantung yang digunakan sebagai sampel. Data-
data yang didapatkan seperti bentuk mata kapak dan ukuran dari kapak tersebut.
menjelaskan lebih lanjut mengenai logam perunggu dari segi campuran logam
sampai persentase yang ideal untuk membuat logam perunggu yang bagus. Pada
buku ini juga terdapat contoh persentase campuran logam perunggu pada nekara
sehingga dapat dijadikan sebagai data pembanding. Buku ini juga berisi
digunakan di Indonesia.
sekunder untuk penelitian ini. Penjelasan yang dimaksud yaitu penjelasan tentang
kandungan yang seharusnya terdapat pada logam perunggu supaya logam ini
dapat dibentuk menjadi suatu benda. Penjelasan tersebut akan menjadi acuan
20
dalam melakukan analisis terhadap data hasil analisis laboratorium ketiga sampel
kapak perunggu tipe jantung. Buku ini juga berisikan penjelasan tentang teknologi
Arkeologi. Jurnal ini menjelaskan bahwa dalam teori tersebut terdapat beberapa
pada sebuah artefak logam. Salah satu permasalahan tersebut yaitu komposisi
unsur logam yang menjadi bahan baku dari sebuah artefak logam. Analisis yang
sehingga sangat berguna sebagai data sekunder untuk menentukan analisis yang
teknik pembuatan. Artikel ini menjelaskan secara rinci pengaruh persentase bahan
baku dari suatu artefak dalam melakukan analisis teknik pembuatan yang
digunakan untuk membuat artefak tersebut. Dalam artikel ini juga terdapat teori
dalam logam paduan. Teori tersebut akan digunakan untuk memperkirakan faktor-
1.2 Konsep
pembahasan dalam penelitian ini. Konsep pada dasarnya memiliki arti gagasan
atau ide yang dimiliki oleh seseorang yang hendak dituangkan dalam bentuk lisan
maupun tulisan. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini perlu dijelaskan
berkaitan dengan judul penelitian yaitu kapak perunggu tipe jantung, logam
Kapak perunggu adalah alat yang terbuat dari bahan perunggu yang secara
umum terdiri atas tangkai/corong dan mata kapak. Bentuk dari mata kapak yang
ditemukan di Indonesia sangatlah bervariasi, selain itu pada mata kapak ada yang
memiliki ragam hias dan ada pula yang polos tanpa ragam hias. Kapak perunggu
sering pula disebut dengan kapak corong karena sebagian besar tangkai dari kapak
teknik cetak langsung tipe setangkub, tangkai corong ini diperkirakan merupakan
tempat untuk memasukkan tangkai kayu yang menyiku kepada bidang kapak.
Fokus penelitian ini yaitu kapak perunggu tipe jantung yang sampai saat
ini hanya ditemukan di Pulau Bali. Kapak perunggu tipe jantung merupakan tipe
keenam dari delapan tipe yang diklasifikasikan oleh R.P. Soejono (Poesponogoro
dan Notosusanto, 1993: 234). Ciri khas dari kapak perunggu tipe jantung terdapat
pada bentuk dari mata kapaknya yang berbeda dari yang lainnya, sekilas bentuk
mata kapak dari kapak perunggu tipe jantung menyerupai bentuk jantung. Kapak
tersebut memiliki tangkai yang panjang dan berisi lubang di dalamnya. Fungsi
dari kapak ini masih diperdebatkan oleh para ahli. Kapak ini diperkirakan
digunakan sebagai alat upacara. Kapak perunggu tipe jantung dalam penelitian ini
yaitu kapak perunggu tipe jantung yang tersimpan di tiga instansi pemerintah
yaitu Balai Arkeologi Denpasar (Bali, NTT, NTB), Museum Bali, dan Museum
beberapa jenis bahan logam. Hal ini membuat logam perunggu menjadi lebih
sesuai dengan keinginan manusia karena dapat lebih mudah untuk dibentuk pada
saat proses peleburan logam. Manusia di dunia pada Masa Perundagian terlebih
pembuatan artefak logam dengan bahan baku logam tembaga melainkan langsung
logam masuk ke Indonesia pada saat penggunaan bahan logam tembaga telah
timah, baik timah putih (Sn) maupun timbal atau timah hitam (Pb). Campuran
timah yang terlalu banyak (jumlah maksimum timah yang dapat dicampurkan ke
dalam tembaga sebesar 30%) pada tembaga membuat logam menjadi getas
(mudah patah) dan tidak bisa ditempa, tidak cocok untuk membuat benda-benda
warna logam menjadi lebih putih. Penambahan timbal pada tembaga membuat
24
cairan logam menjadi lebih cair sehingga mudah mengalir (Triwurjani dalam
Kalky, 1999:4).
campuran logam yang menjadi pembentuk dari logam perunggu pada tinggalan
kapak perunggu tipe jantung yang menjadi koleksi Balai Arkeologi Denpasar
(Bali, NTT, NTB), Museum Bali, dan Museum Manusia Purba Gilimanuk.
campuran logam pada setiap sampel kapak perunggu tipe jantung, juga bertujuan
kapak perunggu tipe jantung yang memiliki beberapa perbedaan seperti perbedaan
1.2.3 Elemental-kuantitatif
dari Teori Metalurgi. Analisis lainnya yang menjadi bagian dari teori ini antara
lain analisis warna, berat jenis, skala kekerasan, radiografi, metalografi, dan
difraksi sinar-x (Haryono, 2001: 5-7). Analisis ini terdiri dari dua suku kata yaitu
elemental dan kuantitatif. Kata elemental berakar kata elemen yang memiliki arti
bagian-bagian dasar yang mendasari sesuatu. Kata dasar yang dimaksud dalam
analisis ini yaitu unsur-unsur kimia yang mendasari dari terbentuknya suatu
benda. Kata kuantitatif memiliki pengertian yang sama dengan kata kuantitas
yaitu banyaknya jumlah suatu benda atau sesuatu. Berdasarkan kedua kata
25
digunakan untuk mengungkap komposisi unsur logam dari setiap artefak atau
benda logam.
Kata komposisi memiliki pengertian yaitu berupa susunan atau tata susun
dari benda atau sesuatu lainnya, sedangkan unsur logam memiliki arti yaitu bagian
terkecil yang dimiliki oleh logam. Dalam analisis ini yang dimaksud dengan
komposisi unsur logam yaitu susunan dari bagian terkecil yang dimiliki oleh
sebuah logam yang merupakan bahan baku untuk membuat suatu benda.
Komposisi tersebut dapat berupa campuran logam paduan yang terdiri dari
beberapa logam atau berupa logam yang berasal dari satu logam saja atau disebut
dengan ”monometalik”
Landasan teori dibutuhkan dalam suatu penelitian sebagai alat analisis dan
dasar pembahasan masalah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teori
yang bersangkut paut dengan proses pembuatan dan proses pakai terhadap suatu
artefak khususnya yang berbahan baku logam. Teori metalurgi lahir dari fakta
bahwa artefak yang terbuat dari bahan logam memiliki proses yang paling rumit
26
diantara semua bahan artefak lainnya seperti batu dan tanah. Karena kerumitan itu
ukur bagi munculnya peradaban (Childe dalam Haryoho, 2001: 1). Bagi ahli
menyangkut sifat mekanis, elektris, dan magnetis (Brick dalam Haryono, 2001:2).
Berdasarkan komposisi dan unsur logam terdapat dua jenis logam yang
disebut dengan istilah unalloyed metal (logam bukan paduan) dan alloyed metal
(logam paduan). Logam paduan adalah kombinasi antara dua jenis logam atau
(Knauth dalam Haryono, 2001: 2). Supaya dapat dikatakan sebagai alloy harus
ada faktor kesengajaan karena tujuan tertentu, untuk mengetahui faktor tersebut
dapat dilihat dari besar kecilnya persentase unsur logam pada logam paduan
(Smith dalam Haryono, 2001: 2). Terdapat tiga fase historis tentang
perkembangan teknologi logam yaitu fase awal menggunakan jenis tembaga alam
(native copper) yang didapat bukan dari hasil penambangan bijih tembaga, fase
disebut fase polimetalik. Logam paduan perunggu dapat terdiri atas dua
komponen (binary alloy) dan dapat terdiri atas tiga komponen (ternary alloy)
Tipologi secara umum didefinisikan sebagai studi tentang tipe atau jenis.
Istilah tipologi dalam ilmu arkeologi diartikan sebagai sebuah sistem klasifikasi
yang digunakan arkeolog untuk mengatur data, sehingga dapat digunakan untuk
mengelompokkan artefak sesuai dengan atribut dan ciri yang dapat diamati.
Penentuan ciri yang menjadi dasar klasifikasi disesuaikan dengan kebutuhan atau
penentuan ciri khas dalam pilihan unsur-unsur yang menonjol dan penerapannya
dalam artefak. Atribut merupakan salah satu acuan dalam menentukan tipe
artefak.
Penentuan atribut yang menjadi ciri suatu tipe atau jenis akan menentukan
Demikian juga akan terjadi tipologi yang berbeda dihasilkan dari data yang sama
ketika atribut yang sama digunakan, tetapi dengan menggunakan aturan yang
berbeda. Ada dua jenis pendekatan tipologi, yaitu pendekatan monothetik dan
2013: 24).
28
permasalahan penelitian yang dijelaskan dalam bentuk gambar atau bagan. Guna
perbedaan atau persamaan yang terdapat pada bahan baku dari kapak perunggu
tipe jantung koleksi Balai Arkeologi Denpasar (Bali, NTT, NTB), Museum Bali
penelitian dalam bentuk bagan atau diagram alir. Bagan ini dimaksudkan untuk
Tinggalan Arkeologi
Pulau Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki banyak
termasuk tinggalan dari zaman logam seperti nekara, penutup jari, dan kapak
perunggu. Pulau Bali memiliki tiga tipe lokal kapak perunggu dan salah satunya
yaitu kapak perunggu tipe jantung yang sampai saat ini hanya ditemukan di Pulau
Bali.
koleksi dari Balai Arkeologi Denpasar (Bali, NTT, NTB), Museum Bali, dan
persentase campuran logam pada ketiga sampel tersebut yaitu analisis elemental-
campuran logam pada ketiga sampel tersebut yaitu analisis komparatif. Kedua
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bahan baku utama dari kapak perunggu