I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah memurnikan perak melalui sintesis perak nitrat.
B. BAHAN
1. Perak teknis 10,0665 gram
2. Asam nitrat (HNO3) pekat 20 ml
3. Akuades secukupnya
4. Kertas saring secukupnya
5. Logam Cu ±20cm (14,255 gram)
6. Amplas secukupnya
7. H2SO4 encer 100 ml
C. GAMBAR ALAT
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan berjudul Pemurnian Perak Melalui Sintesis Perak Nitrat ini
memiliki tujuan untuk memurnikan perak melalui sintesis perak nitrat dengan metode
rekristalisasi.. Rekristalisasi adalah suatu metode pemurnian senyawa padat dengan cara
mengkristalkan kembali berdasarkan perbedaan kelarutan dalam suatu pelarut agar
didapat suatu kristal yang murni (Agustina dan Danny, 2013). Untuk memisahkan perak
dari perak nitrat ,dilakukan dengan cara mereduksi Ag+ dengan logam Cu. Perak teknis
adalah perak yang masih mengandung zat pengotor di dalamnya. Oleh karena itu
dilakukan kristalisasi dan rekristalisasi agar didapat perak yang murni (Pinalia, 2011)
Percobaan yang pertama yaitu sintesis perak nitrat(AgNO3). Perak teknis
terlebih dahulu dilarutkan dalam asam nitrat(HNO3) dengan tujuan untuk melarutkan
Ag dan sebagai donor ion NO3- untuk membentuk AgNO3 dimana Ag teroksidasi
menjadi Ag+. Selain itu, asam nitrat merupakan salah satu asam pengoksida perak.
Asam-asam kuat lain seperti asam klorida maupun asam sulfat encer tidak dapat
mengoksidasi perak sehingga perak tidak akan dapat larut dalam asam-asam tersebut.
Proses pelarutan dilakukan di luar laboratorium karena reaksi antara perak dan asam
nitrat mengasilkan gas berbau menyengat dan beracun. Gas tersebut merupakan gas
NO2 yang berwarna coklat pekat.Reaksi yang terjadi sebagai berikut.
Ag(s) + 2HNO3(aq) → AgNO3(aq) + NO2(g) + H2O(l)
Proses pelarutan membutuhkan waktu yang lama karena bentuk fisik perak yang
keras dan jumlah pelarut yang sedikit. Selain menghasilkan gas NO2, proses pelarutan
juga mengasilkan larutan perak nitrat dan air (H2O yang dihasilkan dari bentuk titik-
titik air dan uap pada dinding gelas beker). Proses pelarutan dibantu dengan pengadukan
agar perak cepat larut, terjadinya reaksi ditandai dengan adanya gelembung-gelembung
pada larutan, sehingga jika reaksi berhenti (tidak ada gelembung) maka larutan
dipanaskan sehingga suhu larutan dapat meningkat karena reaksi lebih cepat dan lebih
efektif dilakukan pada suhu tinggi. Pemanasan dilakukan tidak sampai mendidih, karena
dapat menyebabkan kristal yang dihasilkan berbentuk serbuk dan nitrat sebagai pelarut
akan menguap sehingga pelarutan akan semakin lama karena berkurangnya jumlah
pelarut. Proses pengadukan sering kali mengahasilkan serbuk, untuk menghilangkan
serbuk tersebut ditambah akuades tetes demi tetes untuk melarutkan serbuk tersebut.
Setelah serbuk larut dan tidak terjadi reaksi lagi maka boleh dilakukan pemanasan. Jika
saat pemanasan timbul gas NO2 lagi, maka pemanasan dihentikan dan dijauhkan hingga
gas berkurang. Hal ini mengingat sifat dari gas NO2 yang beracun.
Ketika semua perak telah larut, maka ditambahkan akuades ang berfungsi untuk
melarutkan impurities(pengotor). Proses selanjutnya adaalah kristalisasi yang bertujuan
untuk mendapatkan kristal murni dari larutan tanpa adanya pengotor. Untuk membentuk
kristal maka larutan dipekatkan dengan pemanasan hingga terbentuk lapisan minyak di
permukaan larutan. Proses pemekatan dilakukan tidak sampai terlalu pekat untuk
menghindari terbentuknya kristal berupa serbuk, karena kristal yang baik adalah kristal
yang runcing seperti jarum. Larutan yang telah pekat, didinginkan hingga tebentuk
kristal yang kemudian di dekantir hingga diperoleh kristal dan filtratnya. Kristal yang
diperoleh berbentuk runcing berwarna putih bening, sedangkan filtratnya dipekatkan
dan didinginkan untuk memperoleh kristal lagi. Setelah kristal dari filtrat terbentuk dan
digabungkan dengan kristal sebelumnya, kristal berubah menjadi serbuk putih. Hal ini
dapat disebabkan karena pemanasan yang terlalu lama dan suhu tinggi. Massa kristal
total setelah dilakukan 4kali kristalisasi adalah 6,42 gram. Kristal tersebut dalam
keadaan basah, jadi massa tersebut bukan massa murni hasil kristalisasi.
Kristal yang diperoleh direkristalisasi karena belum sepenuhnya murni,
sehingga diperoleh kristal yang lebih murni. Reskristalisasi merupakan pemurnian yang
dilakukan dengan cara melarutkan kristal yang terbentuk dengan akuades seminimal
mungkin agar proses rekristalisasi tidak berlangsung lama. Larutan dipanaskan dan
didinginkan hingga terbentuk kristal yang kemudian disaring untuk memisahkan kristal
dari sisa aquades. Rekristalisasi dilakukan 2kali untuk memperoleh kristal yang benar-
benar bebas dari impurities. Massa kristal yang diperoleh sebesar 5,27 gram.
Kristal hasil rekristalisasi digabungkan dengan 3 kelompok lainnya karena
massa yang diperoleh dari rekristalisasi hanya sedikit. Masa total dari kristal gabungan
sebesar 4,327gram. Hasil tersebut kurang dari massa hasil rekristalisasi. Hal tersebut
dapat terjadi karena kristal ditimbang dalam keadaan basah (setelah rekristalisasi),
kristal tertinggak di kertas saring maupun flakon. Kristal tersebut dilarutkan dalam
akuades untuk memurnikan Ag dari AgNO3 dengan metode oksidasi-reduksi. Untuk
mendapatkan logam Ag, maka Ag direduksi dengan logam lain yang potensial
reduksinya lebih kecil dari Ag. Logam yang digunakan untuk mereduksi Ag (potensial
reduksinya 0,8 V) pada percobaan ini adalah Cu (tembaga yang potensial reduksinya
0,34V). Selain karena potensial reduksinya lebih kecil, penggunaan logam Cu juga
dikarenakan mudah didapat serta karatnya mudah dibersihkan dengan amplas.
Pencucian tembaga dilakukan dengan H2SO4.Massa Cu yang telah di spiralkan yaitu
14,255 gram. Tembaga kemudian dimasukkan ke dalam larutan AgNO3 yang
mengalami perubahan warna dari tidak berwarna menjadi biru bening karena Cu
teroksidasi menjadi Cu2+ dan bereaksi dengan NO3- dari AgNO3 membentuk
Cu(NO3)2 seperti reaksi berikut.
2AgNO3(aq) + Cu(s) → Cu(NO3)2(aq) + 2Ag(s)
Batangan tembaga menjadi tebal karena memiliki lapisan perak yang menunjukkan
bahwa ion-ion Ag+ terlepas dari larutan.Adapun reaksi oksidasi-reduksi yang terjadi
sebagai berikut.
Katoda : Cu → Cu2+ + 2e Eº= 0,8V
Anoda : Ag+ + e → Ag Eº= 0,34 V +
2Ag+ + Cu → 2Ag + Cu2+ Eº= 0,46 V
Setelah tidak lagi terbentuk lapisan perak pada tembaga dan tembaga tidak
bereaksi dengan AgNO3 yang ditandai dengan berubahnya warna tembaga, kemudian
tembaga diambil dan Ag akan terlepas dari tembaga. Massa Ag tereduksi yang
menempel pada tembaga sebesar 4,370 gram.Hasil tersebut ditimbang dalam keadaan
basah karena sisa aquades belum seluruhnya kering. Hasil akhir dari rendemennya
adalah sebesar 166,6 %, hal ini dikrenakan proses penimbangan dilakukan dalam
keadaan yang masih sedikit basah, sehingga massa yang diperoleh kurang akurat dan
mengakibatkan hasil rendemennya tidak sesuai.
VII. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah pemurnian perak dilakukan dengan dua
proses yaitu kristalisasi dan rekristalisasi dengan prinsip pemurnian senyawa padat
dengan cara mengkristalkan kembali pada pelarut yang sesuai berdasarkan perbedaan
kelarutan pada pelarut tertentu. Pemurnian perak dari perak nitrat menggunakan metode
redoks, dimana Ag sebagai oksidator (mengalami reduksi) dan Cu sebagai reduktor
(mengalami oksidasi) Reaksi yang terjadi adalah:
Ag (s) + 2HNO3(aq) AgNO3 (aq)+ NO2(g)+ H2O (l)
2AgNO3(aq) + Cu(s) Cu(NO3)2 (aq) + 2Ag(s)
Pada proses pemurnian diperoleh kristal murni sebesar 5,27 gram dengan = 166,6 %
IX. LAMPIRAN
1. Pretest
2. Jurnal
3. Laporan Sementara
4. Foto Dokumentasi
5. Perhitungan
6. Tugas
Mengetahui,
Surakarta, 7 November 2018
Asisten Praktikum Praktikan
n Ag = n AgNO3
m Ag
aAgNO3 = Mr Ag
10,0665 gram
= 108 gram/mol
= 0,0932 mol
= 31,411 %
n AgNO3 = n Ag
m AgNO
n Ag = Mr AgNO3
3
4,372 gram
= 180 gram/mol
= 0,02429 mol
Massa Ag praktik
Rendemen = x 100%
MAssa Ag teori
4,370 gram
= 2,6232 gram x 100%
= 166,6 %
Lampiran Tugas Pendahuluan