Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK “REAKSI KIMIA ANORGANIK DAN


KIMIA KOORDINASI”
SINTESIS TAWAS
(Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Kimia Anorganik I)

Dosen Pengampu : Indah Langitasari, S.Si., M.Pd

Disusun Oleh :
Alifa Siti Assyam Nurfatihah
(2282200063) / Kelompok 7 Kelas A

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN 2022
PRAKTIKUM 9
SINTESIS TAWAS
Tanggal Praktikum : Kamis, 29 November 2022

A. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan pada praktikum kali ini praktikan dapat :
- Dapat mensintesis tawas dari logam
- Dapat menguji kemurnian dari tawas dengan mngukur titik leburnya
- Dapat mengidentifikasi perubahan yang terjadi

B. Prinsip Percobaan
Tawas adalah garam sulfat rangkap terhidrasi dengan formula M +, M3+(SO4)2.12H2O,
M+ merupakan kation univalent umumnya Na+, K+, Ti+, NH4+ atau Ag+, sementara itu M3+
adalah kation trivalen, umumnya Al3+, Fe3+, Cr3+, TO3+ atau CO3+. Tawas yang biasa
dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah amonium aluminium sulfat dodekahidrat.
(Langitasari, 2022)
Pada dasarnya sintesis tawas menggunakan prinsip kristalisasi. Langkah pertama
adalah melarutkan padatan larutan, kemudian larutan dipanaskan sampai mendidih
kemudian larutan disaring dengan penyaring buchner dalam keadaan panas, kemudian
filtrat didinginkan sampai terbentuk endapan, endapan disaring dengan kertas saring,
selanjutnya endapan dikeringkan (Khamidinal, 2009).

C. Reaksi Kimia
2Al(s) + 2KOH(aq) + 4H2SO4(aq) + 22H2O(aq) → 2KAl(SO4)2(12 H2O)(s) + 3H2(g)
K+(aq) + Al3+(aq) + 2SO4-(aq) +12H2O(l) → KAl(SO4)2.12H2O(c)
K2Cr2O7 + 4H2SO4 + 3C2H5OH → 3CH3CHO + K2SO4 + Cr2(SO4)3 + 7H2O(aq)
FeSO4.7H2O(s) + 2H2SO4(aq) → Fe(SO4)3 + 7H2O(l) +2H2
Fe(SO4)3 + 6HNO3(aq) → 2Fe(NO3)3 + 3H2SO4(aq)
NH4OH + H2O(l) → NH3OH + H3O-
3NH3OH + FeCl3 → Fe(OH)3 + 3NH3Cl

D. Kajian Teori
Tawas atau alum adalah suatu senyawa aluminium sulfat dengan rumus kimia
[Al2(SO4).12H2O]. Pembuatan tawas bisa dilakukan dengan melarutkan material yang
mengandung Al2O3 dalam larutan asam sulfat. Tawas merupakan senyawa yang tidak
berwarna dan mempunyai bentuk kristal oktahedral atau kubus. Tawas larut dalam air
tetapi tidak larut dalam alkohol dalam udara bebas tawas bersifat stabil. Senyawa tawas
bersifat sedikit asam tetapi dapat mengalami perubahan dalam suasana basa karena
amfoterik aluminium (Ikhsan, 2013).
Menurut (Irfan 2014) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan tawas
diantaranya konsentrasi basa dari pelarut kalium hidroksida (KOH), proses pendinginan,
konsentrasi asam dari pereaksi asam sulfat (H2SO4) dan pengeringan. Konsentrasi basa
akan mempengaruhi jumlah aluminium yang diambil dari bahan baku. Sedangkan proses
pendinginan akan mempengaruhi bentuk kristal yang akan terbentuk. Konsentrasi asam
yang akan mempengaruhi banyaknya aluminium akan terendap. Proses pengeringan akan
mempengaruhi tingkat kekeringan dari tawas
Tawas atau aluminium sulfat merupakan bahan koagulan yang paling banyak
digunakan karena bahan ini yang paling ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta
mudah penyimpanannya. Aluminium sulfat digunakan secara luas dalam industri kimia,
aluminium sulfat banyak digunakan dalam proses air bersih, pengolahan air limbah dan
juga digunakan dalam pembuatan kertas untuk meningkatkan ketahanan dan penyerapan
tinta. Aluminium sulfat jarang ditemukan dalam bentuk garam anhydrous biasanya
aluminium sulfat membentuk garam hyrous dengan kandungan air (H 2O) yang berbeda-
beda dan yang paling umum dalam bentuk heksadecahydrate. Aluminium sulfat juga
digunakan sebagai mordan saat dying dan percetakan tekstil. Pemakaian tawas juga tidak
terlepas dari sifat-sifat kimia yang dikandung oleh air baku. Aluminium dan garam-garam
besi adalah bahan kimia yang efektif bekerja pada kondisi air yang mengandung alkalin.
Dengan demikian semakin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin
turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dosis tawas yang efektif antara pH 5,8-
7,4. Apabila alkalinitas alami dari air tidak seimbang dengan dosis tawas (Desviani, 2012)
Jika zat-zat tawas dilarutkan dalam air, akan terjadi disosiasi garam menjadi kation
logam dan anion. Ion logam akan menjadi lapisan dalam larutan dengan konsentrasi lebih
rendah dari pada molekul air. Hal ini disebabkan oleh muatan positif yang kuat pada
permukaan ion logam (hidratasi) dengan membentuk molekul heksaquo (yaitu 6 molekul
air yang digabung berdekatan) atau disebut dengan logam (H2O)6 3+ , seperti [Al.(H2O)6]3+
(Keenan, 1989)
Gugus utama dari tawas saat proses koagulasi dalam air adalah senyawa aluminat yang
optimum pada pH netral. Apabila pH tinggi atau dikatakan kekurangan dosis maka air
akan nampak seperti air baku karena gugus aluminat tidak terbentuk secara sempurna.
Akan tetapi apabila pH rendah atau dikatakan kelebihan dosis maka air akan tampak
keputih – putihan karena terlalu banyak konsentrasi alum yang cenderung berwarna putih
(Keenam, 1980).
Tawas larut dalam air, tetapi tidak larut dalam alkohol. Dalam udara bebas tawas
bersifat stabil. Senyawa tawas bersifat sedikit asam dan dapat mengalami perubahan dalam
suasana basa karena sifat amfoterik alumunium.Pada prinsipnya tawas dibuat dari
campuran spesies K+ , Al3+ dan SO4 2+ di dalam medium air (Ikhsan, 2013)

E. Alat dan Bahan


Alat : - Tabung reaksi (8 buah) - Pipet tetes (8 buah)
- Gelas kimia 100 ml (1 buah) - Batang pengaduk (1 buah)
- Pembakar spirtus (1 buah) - Rak tabung reaksi (1 buah)
- Spatula (1 buah) - Penjepit tabung reaksi (1 buah)
- Corong (1 buah) - Gelas ukur 5 ml (1 buah)
- Neraca analitik (1 buah) - Kaca arloji (1 buah)
- Kaki 3 (1 buah) - Botol semprot (1 buah)
- Kawat kasa (1 buah)

Bahan : - Logam Al - (NH4)SO4


- HNO3 pekat - H2SO4 5M
- K2Cr2O7 - Ethanol 96%
- FeSO4.7H2O - KOH 2M

F. Prosedur Kerja
a) Pembuatan Tawas Kalium
Serbuk Alumunium
→ 2 gram serbuk alumunium + 10 ml KOH 2M pada gelas kimia 100 ml
→ Dipanaskan larutan dengan api kecil hingga reaksi berhenti
→ Disaring larutan yang masih panas dan filtrat dibiarkan dingin
→ (+) H2SO4 6M sampai terbentuk endapan Al(OH)2 (< 6 ml)
→ Dipanaskan hingga larut dan disaring padatan yang tidak larut
→ Didinginkan (±20 menit)
→ Jika kristal tidak terbentuk dipanaskan hingga volume larutan tinggal
separohnya dan dibiarkan semalaman
→ Di uji kemurniannya dengan mengukur titik lelehnya
→ Dipisahkan tawas yang terbentuk dari larutannya dan ditimbang tawas yang
diperoleh
→ Dihitung berat tawas teoritik yang di dapat serta persentasenya
Hasil

b) Pembuatan Tawas Kromium (III)


Kalium Dikromat
→ 2 gram kalium dikromat + 10 ml H2SO4 5M pada gelas kimia 100 ml
→ Didinginkan (± 10 menit) + 3 ml ethanol 96% perlahan sambal diaduk (suhu
tidak boleh lebih dari 50oC)
→ Campuran larutan didinginkan untuk proses kristalisasi
→ Jika kristal tidak terbentuk dipanaskan hingga volume larutan tinggal 1/3 larutan
→ Ditutup gelas kimia dengan kaca arloji untuk mendapatkan kristal gunakan
penangas es untuk mendapatkan kristal
→ Di uji kemurniannya dengan mengukur titik lelehnya
→ Dipisahkan tawas yang terbentuk dari larutannya dan ditimbang tawas yang
diperoleh
→ Dihitung berat tawas teoritik yang di dapat serta persentasenya
Hasil

c) Pembuatan Tawas Besi (III)


FeSO4.7H2O
→ 5 gram FeSO4.7H2O + 8 ml H2SO4 2M pada gelas kimia 100 ml
→ Dipanaskan supaya larut
→ (+) HNO3 pekat perlahan dan dipanaskan hingga kental
→ (+) air secukupnya untuk mempertahankan volume larutan (8 – 10 ml)
→ 2,5 gram ammonium sulfar + air untuk mendapatkan larutan jenuh
→ (+) larutan jenuh kedalam larutan besi (III) dalam keadaan hangat
→ Campuran larutan didinginkan untuk proses kristalisasi
→ Ditutup gelas kimia dengan kaca arloji untuk mendapatkan kristal gunakan
penangas es untuk mendapatkan kristal
→ Di uji kemurniannya dengan mengukur titik lelehnya
→ Dipisahkan tawas yang terbentuk dari larutannya dan ditimbang tawas yang
diperoleh
→ Dihitung berat tawas teoritik yang di dapat serta persentasenya
Hasil

G. Data Pengamatan

Percobaan Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan

A - 0,2 gram serbuk Al + 10 ml - Larutan berwarna abu – abu


KOH 2M
- Dipanaskan dan disaring - Larutan tidak berwarna
- (+) H2SO4 6M perlahan (<6ml) - Terdapat endapan putih Al(OH)2
- Dipanaskan endapan hingga - Endapan larut, larutan tidak
larut berwarna
- Didinginkan - Terdapat kristal putih seperti gula
- Di uji kemurnian tawas - Titik leleh tawas = 71oC
Berat reaktan 0,2 gram
Penimbangan

Berat kertas saring 0,38 gram


Berat kertas saring + endapan senyawa hasil sintesis 7,57 gram
Berat senyawa hasil sintesis 7,19 gram

B Percobaan tidak dilakukan karena bahan tidak tersedia dilaboratorium

C - 5 gram FeSO4.7H2O + H2SO4 - Larutan kekuningan


2M sebanyak 8 ml
- Dipanaskan - Larut
- (+) HNO3 0,5 ml - Larutan sedikit kental berwana
hijau
- Dipanaskan - Larutan kental berwarna hijau
kehitaman
- Dilarutkan 2,5 gram - Larutan menjadi cair
(NH4)2SO4 hingga jenuh
kedalam larutan Fe3+ hangat - Larut
- Diuji kemurnian tawas - Titik leleh = 60oC
Berat reaktan 5 gram
Penimbangan

Berat kertas saring 0,28 gram


Berat kertas saring + endapan senyawa hasil sintesis 3,75 gram
Berat senyawa hasil sintesis 3,68 gram

H. Perhitungan
a) Perhitungan Tawas Kalium
0,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol Al = 27 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 0,007 mol
21,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol KOH = = 0,378 mol
56 𝑔/𝑚𝑜𝑙
6,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol H2SO4 = 98 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 0,066 mol

Massa KAl(SO4)2.12H2O = 0,007 mol x 474 g/mol


= 3,318 gram
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
 Persentase = x100%
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑘
7,19 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 3,318 𝑔𝑟𝑎𝑚x100%

= 2,16%

b) Perhitungan Kromium (III)


(tidak dilakukan)

c) Perhitungan Tawas Besi (III)


Mr tawas Fe = 964 g/mol
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol FeSO4.7H2O = = 0,0179 mol
278 𝑔/𝑚𝑜𝑙

Massa tawas Fe = 0,0179 mol x 964 g/mol


= 17,338 gram
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
 Persentase = x100%
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑘
3,68 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x100%
17,338 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0,12%
I. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan sintesis tawas atau membuat
tawas kalium sebanyak 0,2 gram aluminium yang berwarna putih mengkilat direaksikan
dengan 5 mL larutan kalium hidroksida (KOH) 2M dalam beaker glass, ternyata tidak
terjadi reaksi sama sekali. Kemudian kita melakukan pemanasan berulang-ulang dengan
menggunakan api kecil. Pemanasannya tidak dilakukan secara terus-menerus di atas api,
tetapi sesekali mematikannya supaya larutannya tidak cepak menguap dan habis.
Pemanasan ini dilakukan agar aluminium cepat bereaksi, tetapi harus dihentikan apabila
aluminiumnya sudah tidak bereaksi lagi. Ketika dipanaskan, larutannya mengeluarkan
gelembung-gelembung dan gas berwarna putih. Reaksi pemanasan aluminium dengan
larutan KOH membutuhkan waktu yan cukup lama namun dalam percobaan kali ini
praktikan melakukan pemanasa (± 20 menit). Hal ini dikarenakan luas permukaan
aluminium terlalu besar sehingga reaksinya berjalan lambat.
2Al(s) + 2KOH(aq) + 6H2O(l) → 2K+(aq) + 2Al(OH)4-(aq) + 3H2(g).
Selanjutnya sambil digoyang-goyangkan dan dipanaskan dengan api kecil sampai
aluminiumnya tidak bereaksi lagi dari perlakuan ini dihasilkan larutan tidak berwarna dan
sedikit sisa aluminium yang sudah tidak bereaksi lagi. Setelah itu, larutannya didekantasi
dan dihasilkan filtrat tidak berwarna serta residu berupa aluminium yang tidak bereaksi.
Pada pemisahan ini tidak dilakukan dengan filtrasi menggunakan kertas saring supaya ion-
ion yang ada dalam larutan tidak tertinggal dikertas saring. Filtrat tersebut kemudian
ditambahkan dengan asam sulfat 6M tetes demi tetes (< 6 ml). Dari penambahan asam
sulfat tersebut menghasilkan endapan berwarna putih seperti gelatin, Endapan tersebut
merupakan aluminium hidroksida. Ion tetrahidroksoaluminat yang dihasilkan pada reaksi
pertama akan bereaksi denan ion hidrogen dari asam sulfat, sehingga dihasilkan endapan
aluminium hidroksida yang berwarna putih, dengan persamaan reaksi seperti di bawah ini:
2KAl(OH)4(aq) + H2SO4(l) → 2Al(OH)3(s) + K2SO4 (aq) + 2H2O(l)
Namun yang perlu diperhatikan adalah penambahan asam sulfat pekat ini tidak boleh
melebihi dari 6 mL karena endapan aluminium hidroksida akan melarut kembali pada
kelebihan asam (Vogel, 2005:267). Selanjutnya dilakukan pemanasan hingga mendidih
terhadap endapan tersebut sambil diaduk terus menerus sehingga endapannya berubah
menjadi larutan tidak berwarna dan volume larutannya berkurang.
2Al(OH)3(s) + 3H2SO4(l) → Al2(SO4)3(aq) + 6H2O(l).
Setelah endapan dipanaskan akan menjadi larutan kalium sulfat dodekahidrat yang
hampir jenuh. Larutan hasil pemanasan ini tidak perlu didekantasi lagi karena sudah tidak
mengandung residu sehingga bisa langsung didinginkan dengan cara di rendam dalam
penangas es pada luar gelas kimia Setelah didinginkan, larutan tersebut membeku menjadi
kristal tidak berwarna dan sebagian kecil berupa kristal berwarna putih. Kristal inilah yang
merupakan tawas kalium. Tawas ini kemudian ditimbang dengan hasil berat senyawa hasil
sintesisnya yaitu sebesar 7,19 gram, yang berupa kristal tidak berwarna, dan masih ada
sedikit endapan berwarna putih yang merupakan tawas yang tidak jadi. Tawas ini berupa
kristal-kristal bening yang berbentuk oktahedron. Persamaan reaksinya :
K+(aq) + Al3+(aq) + 2SO4-(aq) +12H2O(l) → KAl(SO4)2.12H2O(c)
Dalam percobaan kali ini praktikan melakukan analisis data / perhitungan hasil
persentase sintesis tawas kalium yang didapat yaitu :
0,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol Al = 27 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 0,007 mol
21,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol KOH = = 0,378 mol
56 𝑔/𝑚𝑜𝑙
6,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol H2SO4 = 98 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 0,066 mol

Massa KAl(SO4)2.12H2O = 0,007 mol x 474 g/mol


= 3,318 gram
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
 Persentase = x100%
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑘
7,19 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 3,318 𝑔𝑟𝑎𝑚x100%

= 2,16%
Dari perhitungan didapatkan persentasi tawas kalium sebesar 2,16%, sedangkan
sisanya berupa lelehan air dari tawas yang belum ataupun tidak mengkristal dengan tingkat
memurnian yang didapat dari hasil uji kemurnian dengan mengukur titik lelehnya sebesar
71oC.
Begitu pula pada percobaan pembuatan tawas besi dimana saat praktikan melakukan
analisis data / perhitungan hasil persentase sintesis tawas besi (III) yang didapat yaitu :
Mr tawas Fe = 964 g/mol
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol FeSO4.7H2O = = 0,0179 mol
278 𝑔/𝑚𝑜𝑙

Massa tawas Fe = 0,0179 mol x 964 g/mol


= 17,338 gram
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
 Persentase = x100%
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑘
3,68 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x100%
17,338 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0,12%
Yang dimana dari hasil perhitungan didapatkan persentasi tawas besi (III) yaitu sebesar
0,12%, sedangkan sisanya berupa lelehan air dari tawas yang belum ataupun tidak
mengkristal dengan tingkat memurnian yang didapat dari hasil uji kemurnian dengan
mengukur titik lelehnya sebesar 60oC.

J. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum sintesis tawas kali ini maka dapat
disimpulkan bahwa :
1) Tawas yang berkualitas baik, berbentuk bongkahan dan tidak berwarna, sedangkan
pada percobaan tawas yang diperoleh berbentuk kristal berwarna putih yang dimana
hal ini dipengaruhi oleh beberapaa logam yang belum larut sempurna dalam pelarut
2) Kristal tawas mudah larut dalam air dan kelarutannya tergantung pada jenis logam
dan temperaturnya
3) Gugus utama dari tawas saat proses koagulasi dalam air adalah senyawa aluminat
yang optimum pada pH netral. Apabila pH tinggi atau dikatakan kekurangan dosis
maka air akan nampak seperti air baku karena gugus aluminat tidak terbentuk secara
sempurna. Akan tetapi apabila pH rendah atau dikatakan kelebihan dosis maka air
akan tampak keputih – putihan karena terlalu banyak konsentrasi alum yang
cenderung berwarna putih
K. Daftar Pustaka
Catton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Charles W. Keenam, dkk. The University of Chemistry terj, Aloysius Hadiyana
Heriatmaka, Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga, 1980
Fessenden, Ralp J. 1989. Kimia Anorganik Jlid 1 Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Housecroft, C.E. & Sharpe, A. G. 2005. Inorganic Chemistry 2nd ed. England: Person
Education Limite
Irfan Purnawan dan Riski Budi Ramadhani, “Pengaruh Konsentrasi KOH pada Pembuatan
Tawas dari Kaleng Aluminium Bekas”, Jurnal Teknologi ISSN: 2085-1669. vol.
6 no. 2 (2014).
Ikhsan, Juslin dkk, “Pengaruh Mordan Sintesis Dari Limbah Kaleng Terhadap Daya Ikat
dan Laju Lepas Zat Warna Methyl Violet oleh Serat Kain” Jurnal Penelitian
saintek, UNY. Vol 19, No 1 . Yogyakarta 2014.
Kalsum,Ummu, dkk. Pembentukan tawas dari Alluminium Foil. Jurnal Kimia
Anorganik.UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta, 2015.
Keenan, D.1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Khristian, S. 2001. Kimia Anorganik II. Yogyakarta : UNY
Langitasari, Indah.2022. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Serang : Untirta Press
Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Rivai, Harrizul, Asas Pemeriksaan Kimia, Universitas Indonesia (UI Press).Jakarta. 1995
Shevla G. 1985. Analisis Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : Kalman Medika
Pustaka
Vogel, 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : Kalman
Media Pusaka, Edisi 5
L. Lampiran
• Lampiran Jawaban Tugas
1. Apa yang dimaksud dengan tawas?
Jawaban :
Tawas merupakan garam sulfat rangkap yang terhidrasi dimana formulanya
yaitu M+, M3+(SO4)2.12H2O

2. Tawas memiliki 12 air kristal yang terikat pada garam rangkap. Apakah air
Kristal tersebut diikutkan dalam perhitungan hasil reaksi teoritis dari tawas yang
diperoleh dalam prcobaan. Jelaskan jawaban anda
Jawaban :
Tawas memiliki 12 air kristal yang terikat pada garam rangkap. Dalam
menghitung hasil teoritis dari tawas hasil sintesis, air kristal tersebut diikutkan
karena dalam pembuatan tawas diperlukan juga reaksi dengan air, sesuai dengan
persamaan reaksi berikut :
K+(aq) + Al3+(aq) + 2SO4-(aq) +12H2O(l) → KAl(SO4)2.12H2O(c)
• Lampiran Laporan Sementara
• Lampiran Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai