Tanggal : 19-09-23
Nama Asisten : Rifa Aini & Zevidear Ephraim
I. Tujuan : membuat tawas aluminium dari kaleng bekas minuman
II. Teori Dasar :
Tawas adalah senyawa kimia berupa garam sulfat yang memiliki banyak sekali
ragamnya salah satunya yang paling populer adalah Aluminum Sulfat yang banyak
digunakan oleh PDAM untuk memproses air sungai menjadi ari bersih (oleh karena itu
disebut juga dengan nama populer Alum). Tawas merupakan garam sulfat rangkap terhidrat
dengan formula M+M3+ (SO4)2.12H2O. M+ merupakan kation univalen, umumnya Na +, Fe3+,
Cr3+, Ti3+ atau Co3+, tawas biasa dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah amonium sulfat
dodekahidrat.Gas hidrogen dapat terbentuk dari reaksi antara aluminium dan NaOH, yang
menghasilkan larutan Al(OH)3. Larutan ini berwarna abu-abu kehitaman. Setelah percobaan
pembuatan gas ini selesai alangkah baiknya limbah aluminium (Al(OH) 3) ini jangan dibuang,
melainkan ditampung untuk pembuatan tawas. Tawas kalium aluminium sulfat dihasilkan
dengan mereaksikan logam aluminium (Al) dalam larutan basa kuat (kalium hidroksida) akan
larut membentuk aluminat
2Al (s) + 2KOH (aq) + 2H2O(l) -----> 2KAlO2 (aq) + 3H2 (g)
Tawas (Alum) adalah kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat
isomorf. Kristal tawas ini cukup mudah larut dalam air, dan kelarutannya berbeda- beda
tergantung pada jenis logam dan suhu (Liptrot, 1987)
Tawas (kalium aluminiumsulfat) dihasilkan dengan mereaksikan logam aluminium (Al)
dalam larutan basa kuat (kalium hidroksida) sehingga Al akan larut membentuk aluminat
menurut persamaan reaksi :
2 Al + 2 KOH + 2 H2O → 2 KAlO2 + 3 H2 …………………............................(1)
Kadang-kadang ditulis dalam bentuk ion sebagai kompleks aluminat yang persamaan
reaksinya :
2 Al + 2 OH- + 6 H2O → 2 Al(OH)4- + 3 H2 ………………............................. (2)
Larutan aluminat dinetralkan dengan asam sulfat, mula-mula terbentuk endapan
berwarna putih alumunium hidroksida [Al(OH)3], dengan penambahan asam sulfat endapan
putih yang terbentuk semakin banyak dan jika didiamkan akan terbentuk kristal seperti kaca
dari tawas (kalium aluminiumsulfat) atau sering disebut alum. Secara singkat reaksi yang
terjadi dapat ditulis sebagai berikut :
2 KAlO2 + 2 H2O + H2SO4 → K2SO4 + 2 Al(OH)3 ………….......................... (3)
H2SO4 + K2SO4 + 2 Al(OH)3 → 2 KAl(SO4)2 + 6 H2O ………........................(4)
24 H2O + 2 KAl(SO4)2 → 2 KAl(SO4)2.12 H2O ………………........................(5)
Reaksi keseluruhan :
2 Al + 2 KOH+ 10 H2O + 4 H2SO4 → 2 KAl(SO4)2 .12 H2O(s) + 3 H(g) …..…(6)
Larutan pada persamaan (2) dipanaskan pada suhu 60-80 oC untuk menguapkan airnya
dan suhu pemanasan tidak boleh lebih dari 80 oC karena tawas akan larut dalam air mendidih.
Proses penguapan selama 10 menit dan bila didinginkan akan terbentuk Kristal tawas yaitu
KAl(SO4)2.12 H2O(Chadwich TF, 1985).
Senyawa alumunium khususnya senyawa sulfat banyak digunakan pada industri kertas.
Selain itu, tawas banyak digunakan di industri–industri baik digunakan sebagai koagulan
dalam pengolahan air dan air buangan maupun penyamakan kulit dan bahan pewarna di
industri tekstil. Selain itu tawas pun dapat digunakan untuk mengentalkan lateks (getah karet
yang cair) sehingga menjadi membeku.(Suminar Achmadi, 1987)
III.Alat dan Bahan
Alat Bahan
1 buah gelas kimia 250 mL Kaleng
2 buah gelas kimia 100 mL bekas
1 buah gelas ukur minuman
H2SO4 10%
1 buah corong K2SO4
1 buah pipet tetes HNO3 pekat
Neraca
Pemanas listrik
tawas referensi
COD#1011177
tawas sintesis
0 20 40 60 80
2 theta (o)
tawas sintesis
Intensitas (a.u)
K2SO4
Al2(SO4)3
0 20 40 60 80 100
o
2 theta ( )
Pada visualisasi difraktogram Tembaga sulfat pentahidrat referensi dengan Tembaga sulfat
pentahidrat hasil sintesis terdapat beberapa perbedaan diantaranya:
Pada 2θ rentang 10-20 tawas aluminium sintesis terdapat lebih dari 4 puncak yang
mendominasi berbeda dengan tawas aluminium referensi yang memiliki 1 puncak
yang lebih mendominasi pada area 2θ rentang 15-20. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti adanya ion-ion pengotor pada tawas aluminium hasil sintesis
yang menyebabkan puncak (peak) pada signal kromatogram menjadi lebih banyak hal
ini dapat dilihat pula pada perbandingan signal kromatogram tawas aluminium dengan
prekursor yang berupa K2SO4 dan Al2(SO4)3 yang mana signal difraktogramnya
terlihat lebih teratur.
Pada 2θ rentang 60-80 tawas aluminium hasil sintesis terdapat 4 puncak yang tidak
sama dengan tawas aluminium referensi. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti proses penggerusan sampel kristal garam yang tidak sempurna sehingga
puncak yang satu seperti mendominasi puncak signal lainnya, adanya zat pengotor
pada kristal ( rekristalisasi yang tidak sempurna) dan hal-hal lainnya.
Berdasarkan data XRD yang telah dianalisis maka struktur tawas aluminium sintesis
adalah oktahedral (kubus), hal ini sesuai dengan literatur bahwa struktur tawas aluminium
adalah oktahedral (kubus).
Penambahan zat lain seperti natrium klorida dan asam klorida, diperlukan
untuk mencegah pertumbuhan mikrokristal barium sulfat yang terbentuk.
Selain itu, ke dalam suspensi tersebut ditambahkan larutan gliserol-etanol
yang berfungsi untuk menstabilkan suspensi yang terbentuk. Suspensi yang
dihasilkan kemudian diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 420 nm.
Penentuan Kadar Aluminium Secara Titrasi Balik dengan
EDTA: Ion Al3+ di dalam larutan relatif sulit ditentukan dengan metode titrasi
secara langsung. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan titrasi
balik menggunakan EDTA. Pada titrasi balik, ion Al3+ direaksikan dengan
EDTA secara berlebih tetapi diketahui dengan tepat jumlahnya dan kemudian
kelebihan EDTA akan ditentukan dengan cara dititrasi menggunakan ion Mg2+
atau Zn2+. Reaksi yang terjadi adalah reaksi pengkompleksan. EDTA (etilen
diamin tetra asetat) merupakan ligan pengkompleks yang umum digunakan
untuk mengkomplekskan berbagai ion logam.
Titrasi Karl Fischer adalah suatu metoda analisis yang digunakan untuk
mengukur kandungan air di dalam berbagai produk. Prinsip pokok itu
didasarkan pada Reaksi Bunsen antara iodium dan sulfurdioksida dalam suatu
medium yang mengandung air. Penentuan air diatur dalam USP
34 <921>Water Determination dan di dalam British Pharmacopeia 2012
Determination of water dan juga oleh Farmakope Eropa Method
1(Ph.Eur.method2.5.12). Secara prinsip, metode ini didasarkan pada titrasi
iodometri yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi iodin menjadi iodide.
Sedangkan, sulfur dioksida teroksidasi menjadi ion sulfat. Dalam hal ini
penggunaan basa diperlukan untuk mencegah produksi asam secara berlebih.
Titrasi karl fisher ini biasanya di industri farmasi untuk penentuan kadar air
dalam bahan baku. Penetuan kadar air ini sebagai uji kualitas bahan baku yang
telah ditentukan. Dalam titrasi karl fisher Hanya air yang akan diukur,
berbeda dengan LOD (loss of Drying) semua zat menguap termasuk
kandungan air dan semua pelarut. LOD adalah teknik analisis tidak spesifik
, menghilangkan tidak hanya air tapi seluruh pengotor mudah menguap seperti
alkohol dari sampel. Melalui titrasi Karl Fischer dapat ditentukan jumlah
hudrat dari kristal tembaga sulfat yang muncul dengan istilah loss of drying
atau percent of loss. Kemudian dapat dihitung kadar air pada kristal tembaga
sulfat tersebut.
VII. Kesimpulan
a Pada praktikum sintesis tawas aluminium berhasil disintesis kristal tawas
aluminium dengan rendemen sebesar 27,82 %.