Gambar 3 Kristal tunggal sintesis dan Gambar 4 Kristal tunggal sintesis dan
komersial sebelum perendaman komersial sesudah perendaman
Pembahasan
Tawas merupakan garam sulfat rangkap terhidrat dengan formula M+ M3+
(SO4)2.12H2O. M+ adalah kation univalen, umumnya Na+, Fe+, Cr+, Ti3+ atau CO3+.
Tawas biasa dikenal sebagai amonium sulfat dodekahidrat. Banyak digunakan oleh
PDAM untuk memproses air sungai menjadi air bersih, disebut juga dengan nama
populer Alum. Jenis tawas lainnya adalah seperti Tawas Natrium untuk bahan
pengembang roti, Tawas Kalium untuk pengolah limbah, Tawas Besi untuk
penyamakan kulit dan bahan pewarna (Purnawan dan Ramadhani 2014). Reaksi
pembentukan tawas:
(1) 2Al + 2KOH + 6H2O → 2K[Al(OH)4] + 3H2
(2) 2K[Al(OH)4] + H2SO4 → 2Al(OH)3 + K2SO4 +2H2O
(3) 2Al(OH)3 + 3H2SO4 → Al2(SO4)3 + 6H2O
(4) K2SO4 + Al2(SO4)3 + 24H2O → 2KAl(SO4)2.12H2O
Reaksi total: 2Al + 2KOH + 4H2SO4 + 22H2O → 2KAl(SO4)2.12H2O + 3H2 .
Tawas dikenal sebagai koagulan di dalam pengolahan air limbah yang sangat
efektif untuk mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun
suspensi. Selain digunakan sebagai penjernih air, tawas juga dapat digunakan sebagai
zat aditif untuk antiperspirant (deodorant). Tawas dalam aplikasi kehidupan sehari-hari
banyak kegunaan diantaranya dapat menghilangkan rambut dari beberapa bagian tubuh
seperti ketiak, kaki dan tangan, pemutih kulit, krim cukur yang memanfaatkan tawas
untuk mengurangi pendarahan pada saat mencukur (Purnawan dan Ramadhani 2014).
Tawas sebagai penjernih air dengan melalui proses penggumpalan (koagulasi flokulasi)
padatan - padatan terlarut maupun tersuspensi di dalam air. Proses koagulasi dan
flokulasi dapat menghilangkan padatan tersuspensi (suspended solid) dan zat-zat
organik yang dapat menyebabkan masalah kekeruhan, bau dan rasa (Husaini et al.
2018).
Proses awal pembuatan tawas adalah dengan memotong kecil-kecil kaleng
bekas yang hendak dipakai, dengan tujuan agar reaksi yang terjadi antara kaleng bekas
dengan KOH berlangsung lebih cepat. Semakin besar luas permukaan maka semakin
cepat pula reaksi berlangsung. Pada saat penambahan KOH dan proses pemanasan,
reaksi berjalan cepat dan bersifat eksoterm karena menghasilkan kalor. Dalam reaksi
ini terbentuk gas H2 yang ditandai dengan munculnya gelembung -gelembung gas.
Gelembung-gelembung gas hilang setelah semua aluminium bereaksi. Untuk
menghindari terbentuknya Al(OH)3 maka KOH ditambahkan berlebih. Kemudian
disaring untuk memisahkan dengan pengotor pengotornya.
Filtrat yang diperoleh ditambah H2SO4 kemudian disaring untuk
menghilangkan pengotornya. Penambahan larutan H2SO4 dilakukan agar seluruh
senyawa K[Al(OH)4] dapat bereaksi sempurna. Al(OH)3 yang terbentuk akan langsung
bereaksi kembali dengan H2SO4 menjadi Al2(SO4)3 berupa larutan bening yang tidak
berwarna. Senyawa Al2(SO4)3 yang terbentuk kembali bereaksi dengan K2SO4 hasil
senyawa reaksi kedua menghasilkan endapan kristal KAl(SO4)2.12H2O berwarna
putih. Kristal tawas yang didapat dicuci dengan larutan metanol yang bertujuan
menghilangkan H2SO4 serta menyerap kelebihan air dan mempercepat pengeringan.
Hasil sintesis tawas menunjukkan berat tawa yang diperoleh dari hasil percobaan
sebesar 2,5514gram sehingga diperoleh hasil hasil rendemen tawas sebesar 27,8670 %.
Faktor yang mempengaruhi hasil rendemen tawas yang diperoleh tersebut dapat terjadi
akibat konsentrasi basa, proses pendinginan, konsentrasi asam dan pengeringan yang
tidak sesuai. Konsentrasi basa dan asam akan mengambil jumlah alumunium yang
terambil. Proses pendinginan akan mempengaruhi bentu kristal. Proses pengeringan
akan mempengaruhi tingkat kekeringan dari tawas.
Kristal merupakan padatan yang terbentuk akibat adanya cairan atau gas yang
berdekomposisi sehingga menjadi padatan yang memiliki komposisi struktur
beraturan. Kristal tawas tunggal dapat mengalami pertumbuhan atau pertambahan
massa. Metode untuk pertumbuhan kristal dibedakan menjadi dua, yaitu dengan
menurunkan suhu larutan jenuh sampai keadaan lewat jenuh, dan menguapkan larutan
jenuh pada suhu yang konstan. Larutan lewat jenuh merupakan suatu keadaan dimana
dalam suatu larutan mengandung zat terlarut lebih besar daripada yang ada dalam
larutan jenuhnya pada suhu yang sama.
Kristal tunggal yang telah disiapkan diikat pada sebuah benang putih dengan
bobot tawas hasil sintesis dengan penyangga sebesar 2,3594gram dan tawas komersial
dan penyangga sebesar 2,0724 gram. Kristal inilah yang akan diamati
pertumbuhannya. Benang putih digunakan untuk menghindari terjadinya difusi warna
dari benang ke kristal tawas. Larutan lewat jenuh yang telah disaring dapat didinginkan
sampai sekitar 5oC sebelum suhu kamar. Proses pendinginan ini dapat digunakan untuk
mempercepat terbentuknya kristal, dan agar kristal tawas tidak larut dalam air. Kristal
tunggal dibiarkan selama satu malam dalam larutan lewat jenuh tersebut, dan
dihasilkan massa tawas hasil sintesis dengan penyangga menjadi 2,6020gram serta
massa tawas komersial sebesar 2,1503 gram. Hal ini membuktikan terjadinya
penambahan bobotr kristal tunggal akibat perendaman pada larutan lewat jenuh.
Silika atau silikon dioksida (SiO2) merupakan senyawa yang banyak ditemukan
dalam bahan galian yang disebut pasir kuarsa. Silika mempunyai sifat kimia yaitu
berwarna putih (ketika murni), berat molekul 60,1, densitas 2,2 g/cm3. Silika
merupakan material yang tidak mudah terbakar, memiliki stabilitas yang baik pada
suhu tinggi, dan silika juga merupkan material yang tidak menghantarkan listrik
(isolator). Silika terdapat di alam dalam keadaan tidak murni. Silika terbentuk ketika
unsur silicon (Si) teroksidasi secara termal. Lapisan yang sangat tipis terbentuk di
permukaan silicon ketika silicon kontak dengan udara. Temperatur tinggi dan
lingkungan yang berubah merupakan kondisi yang baik dalam pembentukan lapisan
silika. Reaksi yang terjadi pada proses peleburan abu sebagai berikut:
SiO2(s) + 2NaOH(l) → Na2SiO3(s) + H2O (Coniwanti et al. 2008).
Silika merupakan bahan kimia yang pemanfaatan dan aplikasinya sangat luas
mulai bidang elektronik untuk pengampelasan material bahan IC, fiber optik, bahan
cat, pasta gigi, kosmetik, kertas, makanan suplemen, mekanik, medis, seni hingga
bidang-bidang lainnya. Salah satu pemanfaatan silika yang cukup luas adalah sebagai
penyerap kadar air di udara sehingga memperpanjang masa simpan bahan dan sebagai
bahan campuran untuk membuat keramik seni (Coniwanti et al. 2008).
Isolasi silika dari sekam padi dilakukan pencucian sekam padi terlebih dahulu,
dilanjutkan dengan pengeringan dibawah sinar matahari. Jika sekam padi sudah kering,
proses pengarangan dilakukan hingga terbentuk arang sekam. Proses pengarangan
bertujuan agar proses pengabuan sekam tidak membutuhkan waktu yang lama. Arang
sekam lalu diabukan pada cawan porselin dengan suhu tanur 600ºC selama 2 jam. Abu
sekam padi yang diperoleh selanjutnya dimurnikan dengan 10 ml HCl 3% untuk 1gram
abu sekam. Pencucian dengan HCl bertujuan untuk melarutkan oksida lain dalam abu
sekam seperti Al2O2, CaO, Fe2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O (Trivana et al. 2015).
Campuran dipanaskan disertai pengadukan selama 2 jam. Setelah itu, sampel difiltrasi
dan dicuci dengan akuades panas sampai pH netral. Lakukan pengujian pH
menggunakan kertas pH. Kemudian hasil penyaringan dikeringkan pada suhu 105ºC
selama 4 jam hingga diperoleh silika putih.
Silika hasil isolasi dihaluskan dan ditimbang. Silika yang sudah ditimbang
dilarutkan dengan NaOH ke dalam gelas piala. Campuran tersebut dididihkan sambil
terus diaduk hingga agak kering. Setelah itu, campuran dipindahkan ke dalam cawan
porselin untuk dilakukan peleburan pada suhu 500ºC selama 30 menit. Pelarutan yang
diikuti dengan peleburan ini bertujuan agar proses perubahan abu sekam menjadi
natrium silikat berjalan sempurna (Trivana et al. 2015). Natrium silikat yang diperoleh
kemudian didinginkan pada suhu ruang hingga berbentuk padatan berwarna putih
kehijauan. Hasil sintesis natrium silikat diperoleh berat kristal sebesar 0,5370gram
dengan rendemen sebesar 62,9285%.
Simpulan
Kaleng bekas minuman yang berbahan dasar Alumunium dapat digunakan
untuk sintesis tawas. Tingkat kemurnian dan rendemen tawas dipengaruhi oleh
konsentrasi basa, proses pendinginan, konsentrasi asam dan proses pengeringan.
Konsentrasi basa dan asam akan mengambil jumlah alumunium yang terambil. Proses
pendinginan akan mempengaruhi bentuk kristal. Proses pengeringan akan
mempengaruhi tingkat kekeringan dari tawas. Tawas yang diperoleh dari hasil sintesis
dapat digunakan sebagai penjernih air. Kristal tunggal garam besar kalium aluminium
sulfat dodekahidrat dapat mengalami pertumbuhan atau pertambahan ukuran dan
massa akibat perendaman kristal tunggal dalam larutan lewat jenuhnya. Sekam padi
dapat digunakan dalam proses sintesis silika atau silikon dioksida (SiO2). Proses
pengabuan berperan penting dalam meningkatkan hasil rendemen
Daftar Pustaka
Coniwanti P, Srikandhy R, Apriliyanni. 2008. Pengaruh proses pengeringan,
normalitas HCl, dan temperatur pembakaran pada pembuatan silika dari sekam
padi. Jurnal Teknik Kimia. 15(1): 5-11.
Husaini, Cahyono SS, Suganal. Hidayat KN. 2018. Perbandingan koagulan hasil
percobaan dengan koagulan komersial menggunakan metode jar test. Jurnal
Teknologi Mineral dan Batubara.14(2): 31-45. doi:
https://doi.org/10.30556/jtmb.Vol14.No1.2018.387,
Purnawan I, Ramadhani RB. 2014. Pengaruh konsentrasi KOH pada pembuatan tawas
dari kaleng alumunium bekas. Jurnal Teknologi. 6(2): 109-119. doi:
https://doi.org/10.24853/jurtek.6.2.109-119. e-ISSN: 2085-1669.
Trivana L, Sugiarti S, Rohaeti E. 2015. Sintesis dan karakterisasi natrium silikat
(Na2SiO3) dari sekam padi. Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan. 7(2): 66-75.
https://doi.org/10.20885/jstl.vol7.iss2.art1.
LEMBAR RANCANGAN KERJA KIMIA ANORGANIK
Preparasi Pupuk Monoamonium Fosfat Dan Diamonium Fosfat Dari Hasil
Samping Pengolahan Monasit
LEMBAR LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
Preparasi Pupuk Monoamonium Fosfat dan Diamonium Fosfat Dari Hasil
Samping Pengolahan Monasit
Data Pengamatan
Tabel 1 Perhitungan stoikiometri DAP
Senyawa Mr Mol Massa Densitas Volume Ekivalen
(g/mol) (gram) (g/mL) (mL)
H3PO4 98 0,48 47 1,88 25,00 1
(NH4)2HPO4 132 0,48 63,36 1,62 39,11 1
NH4OH 35 0,96 33,6 0,91 36,92 2
Reaksi: 2NH4OH(l) + H3PO4(aq) ⇄ (NH4)2HPO4(aq) + 2H2O(l)
Contoh perhitungan:
𝜌𝜌 1,88 gram/mL
• Massa H3PO4 = 𝑉𝑉 = 25,00 mL = 47 gram
• Mr H3PO4 = (Ar H x 3) + (Ar P) + (Ar O x 4)
= (1x3) + (31) + (16x4)
= 98 gram/mol
Massa H3PO4 47 gram
• Mol H3PO4 = Mr H3PO4 = 64 gram/mol = 0,48 mol
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 (NH4)2HPO4
• Mol (NH4)2HPO4 = koefisien H3PO4
x mol H3PO4
1
= 1 x 0,48 mol = 0,48 mol
0,4
0,3
y = 0,7425x + 0,0555
R² = 0,6916
0,2
0,1
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
Konsentrasi
Daftar Pustaka
Anggraenie R, Utami TD, Haenur AM, Sanjaya AS. 2017. Pemanfaatan tulang ayam
sebagai bahan baku pembuatan asam phospat menggunakan proses basah dengan
pelarut HCL. Jurnal Integrasi Proses. 6(3): 112 - 115. doi:
10.36055/jip.v6i3.1746.
Anggraini M, Sumarni, Sumiarti, Rusyidi S, Sugeng W. 2012. Pengendapan unsur
tanah jarang hasil digesti monasit bangka menggunakan asam sulfat. Eksplorium.
33(2): 121- 128. doi: http://dx.doi.org/10.17146/eksplorium.2012.33.2.2662. e-
ISSN: 0854 – 1418.
Ngibab K. 2019. Penentuan Konsentrasi Ammonium dalam Air Sungai Pelayaran
Ngelom. Journal of Medical Laboratory Science/Technology. 2(1): 37-42. doi:
doi: 10.21070/medicra.v2i1.2071
Praptiwi LW, Pradana J, Renanto. 2012. Pengendalian reaktor preneutralizer pada
pabrik pupuk npk dengan menggunakan pid controller. Jurnal Teknik Pomits.
1(1): 1-4. e- ISSN:2337-3539(Online). p-ISSN: 2301-9271(Print).
Sulistyarti H, Sugiarto R, Sakti SP, Sulistyo E, Atikah, Wiryawan A. 2012. Metode
pervaporator-flow injection (pv-fi) untuk penentuan nitrogen dalam sampel pupuk
secara in-line. Jurnal Kimia Valensi. 2(4): 482-488. doi: 10.15408/jkv.v2i4.265.
Zakiyaha ZN, Rahmawatib C, Fatimaha I. 2018. Analisis kadar fosfor dan kalium pada
pupuk organik di Laboratorium Terpadu Dinas Pertanian Kabupaten Jombang.
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research.3(2): 38-48. doi:
10.20885/ijcr.vol3.iss2.art1