Gunakan beberapa tetes saja asam format; catat baunya yang merangsang dan uji
kelarutannya dalam air. Tambahkan larutan NH4OH secukupnya ke dalam larutan
asam format ini sehingga bila dikocok, bau amonia dapat dikenali. Didihkan selama
2–3 menit agar kelebihan amonia hilang, kemudian dinginkan dan teteskan larutan
AgNO3. Amati endapan putih dari perak format. Panaskan lagi; amati bahwa perak
format terurai dan terbentuk endapan logam perak yang berwarna hitam. Amatilah
hal-hal tersebut dalam video berikut ini.
https://www.youtube.com/watch?v=fpyI6Ff-RJ8&feature=emb_imp_woyt
Asam format, atau asam semut, HCOOH, seperti halnya asam asetat, juga merupakan cairan
tak berwarna dan berbau menyengat, serta terasa perih bila mengenai kulit. Senyawa ini
larut dalam air, alkohol, dan eter pada segala nisbah.
Tambahkan beberapa tetes asam format ke dalam beberapa mL larutan raksa(II) klorida,
kemudian panaskan. Endapan putih raksa(I) klorida atau logam raksa yang berwarna abu-
abu akan terbentuk. Dalam uji ini, seperti halnya dalam uji dengan AgNO3 di video di atas,
asam format bertindak sebagai reduktor yang teroksidasi menjadi asam yang lebih tidak
stabil, asam karbonat, yang seketika terurai menjadi karbondioksida dan air. Sementara itu,
raksa(II) klorida tereduksi menjadi endapan putih raksa(I) klorida kemudian logam raksa.
Lain halnya dengan asam format, asam asetat tidak akan menunjukkan perubahan-
perubahan tersebut karena asam asetat sudah tidak memiliki sifat pereduksi lagi.
Diskusikanlah dengan asisten Anda, dari mana perbedaan sifat ini muncul?
Sekarang, mari kita elaborasi lebih lanjut perbedaan sifat pereduksi asam format dan
asam asetat. Tambahkan beberapa tetes asam format pekat ke dalam beberapa mL
larutan H2SO4 encer, kemudian tambahkan KMnO4 secukupnya sehingga terbentuk
warna merah jambu, dan panaskan dalam penangas air. Lakukan uji serupa untuk
asam asetat. Amati setiap perubahan yang terjadi (misalnya, perubahan warna atau
pelepasan gas).
Perhatikan video di bawah ini, lalu renungkan apakah Anda dapat mengamati ciri-ciri
visual bahwa asam asetat tidak mempunyai sifat mereduksi seperti asam format? Ya,
kuncinya ada pada warna khas larutan KMnO4.
https://www.youtube.com/watch?v=HbKQGT1IK3E&feature=emb_imp_woyt
Berbeda dari asam karboksilat lainnya, asam format masih memiliki sebuah gugus aldehida
(formil) selain gugus karboksil. Oleh sebab itu, ia mudah dioksidasi menjadi CO2 dan H2O,
dan mudah mereduksi kalium permanganat:
Dengan menggunakan indikator universal, tentukan pH asam format, asam asetat, dan
asam benzoat. Bandingkan keasaman ketiganya. Perhatikan video berikut ini.
https://www.youtube.com/watch?v=Ms3VKEuSOAY&feature=emb_imp_woyt
Asam karboksilat (RCO2H) tergolong asam lemah (pKa~5), maka hanya sedikit mengurai
dalam air memberikan proton (H+) dan anion karboksilat (RCOO-). Asam asetat (pKa = 4,7)
jauh lebih asam daripada fenol (pKa = 10). Mengapa demikian? Itu karena perbedaan
stabilitas basa konjugat dari asam asetat (ion asetat) yang lebih baik daripada basa konjugat
fenol (ion fenolat). Dapatkah Anda menjelaskannya dari sisi perbedaan struktur kanonik
resonans-nya?
Sementara itu, muatan (–) ion fenolat hanya terdelokalisasi sebagian. Struktur kanonik
dengan muatan (–) di atom O lebih stabil daripada di atom C.
Dengan demikian, keasaman sangat bergantung pada kestabilan basa konjugat,
semakin stabil semakin kuat asamnya. Seperti pada alkohol, gugus penarik-elektron
pada struktur asam karboksilat akan menaikkan menaikkan keasaman. Sebaliknya,
gugus pendorong-elektron menurunkan keasaman dan tidak dipengaruhi oleh panjang
rantai alkil:
https://www.youtube.com/watch?v=4RU9UOVTXBU&feature=emb_imp_woyt
Di sini kita belajar bahwa tidak semua asam karboksilat larut air, misalnya asam
benzoat, C6H5COOH. Namun demikian, kita dapat meningkatkan kelarutan senyawa tersebut
dalam air dengan mengubahnya menjadi garam (senyawa ionik). Garam jenis apa yang
terbentuk? Apakah garam ini bersifat netral, asam, atau basa? Dapatkah garam ini
terhidrolisis? Diskusikanlah dengan asisten Anda.
Perhatian: Asam benzoat mengiritasi kulit dan mata, dan natrium benzoat merupakan iritan
rendah. Hindari sentuhan dengan kedua senyawa ini.
Soal
• Pelarut berikut yang tidak dapat melarutkan asam format adalah n-heksana
• Asam format yang direaksikan dengan nh4oh dan agno3 akan membentuk
endapan perak
• Asam format dapat teroksidasi dengan kmno4 menjadi co2
• Bukti asam format dapat teroksidasi adalah hilang atau memudarnya warna khas
dari larutan kmno4
• Urutan peningkatan keasaman yang paling benar adalah asam benzoate< asam
asetat< asam format
• Pernyataan berikut yang salah adalah asam benzoate larut dalam air
https://www.youtube.com/watch?v=18tvffC7Tr0&feature=emb_imp_woyt
Lipid (dari kata Yunani lipos, lemak) merupakan penyusun tumbuhan atau hewan
yang dicirikan oleh sifat kelarutannya. Terutama, lipid tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organik nonpolar seperti eter, kloroform, atau diklorometana.
Lipid dapat diekstraksi dari sel dan jaringan dengan pelarut organik. Sifat kelarutan
ini membedakan lipid dari bahan hayati lainnya (karbohidrat, protein, dan asam
nukleat), yang pada umumnya tidak larut dalam pelarut organik.
Penetapan Titik Beku dan Titik Cair Lipid
Untuk penetapan titik beku, masukkan sampel yang berupa cairan sebanyak setengah
volume tabung. Lekatkan bagian tabung yang berisi cairan tersebut dengan ujung
termometer air raksa, lalu masukkan tabung ke dalam penangas es untuk
membekukan cairan. Catatlah suhu ketika cairan mulai membeku dan telah membeku
seluruhnya. Sampel yang diukur titik bekunya ialah minyak kelapa, minyak hewani,
dan hasil pelelehan mentega.
https://www.youtube.com/watch?v=LbMyYuneiLg&feature=emb_imp_woyt
Untuk penetapan titik cair, masukkan 2 sudip sampel yang berwujud padat ke dalam tabung
reaksi. Lekatkan bagian tabung yang berisi padatan itu dengan ujung termometer air raksa.
Lelehkan padatan dengan memasukkan tabung ke dalam penangas air yang dipanaskan
dengan hati-hati (api kecil) sambil sesekali airnya diaduk. Catat pada suhu berapa padatan
mulai mencair dan telah mencair seluruhnya. Sampel yang diukur titik cairnya mencakup
mentega serta hasil pembekuan minyak kelapa dan minyak hewani.
https://www.youtube.com/watch?v=ioCwdA3sX8s&feature=emb_imp_woyt
Lemak dan minyak yang acapkali disebut trigliserida atau triasilgliserol ialah anggota
keluarga lipid. Bergantung pada sumbernya, setiap jenis trigliserida memiliki sifat fisik dan
kimia yang beragam. Namun, sebagaimana tersirat dari namanya, semua trigliserida
merupakan triester yang bagian alkohol dari molekulnya selalu gliserol dan bagian asamnya
ialah 3 asam karboksilat berantai panjang yang disebut asam lemak. Istilah residu asam
lemak mengacu pada asam lemak yang ada dalam molekul trigliserida. Berikut ini ialah
reaksi pembentukan trigliserida:
Ketiga gugus R dalam trigliserida dapat sama atau berbeda. Jika berbeda disebut trigliserida
campuran, misalnya gliseril palmitostearooleat. Bilamana ketiganya sama dinamakan
trigliserida sederhana, misalnya gliseril tristearat (tristearin). Jarang dijumpai trigliserida
sederhana di alam.
Asam lemak jenuh berwujud padat pada suhu kamar, sedangkan asam takjenuh berbentuk
cair Titik leleh menurun jika proporsi residu asam lemak takjenuh dalam trigliserida
meningkat. Oleh karena itu, trigliserida seperti lemak hewan, yang kaya akan residu asam
lemak jenuh (sekitar 90%), berwujud padat. Sebaliknya, minyak zaitun yang mengandung
sekitar 86% residu asam oleat dan linoleat, adalah cairan. Dapat disimpulkan bahwa
keadaan fisik, yaitu cair atau padat, memberikan gambaran mengenai jenis residu asam
lemak yang ada. Telah menjadi kebiasaan untuk menamakan trigliserida padat dan
semipadat sebagai lemak, dan yang cair sebagai minyak.
Dua reaksi utama pada molekul trigliserida ialah pada gugus fungsi ester dan alkena
(bila ada). Reaksi penting pada gugus ester meliputi hidrolisis-asam dan penyabunan
(saponifikasi, hidrolisis-basa); hanya reaksi kedua yang akan Anda lakukan dalam
percobaan. Pada pokoknya, lemak/minyak yang dipanaskan dengan basa KOH (atau
NaOH) dalam air akan mengalami hidrolisis pada gugus triester. Dihasilkan garam
dari asam lemaknya, yang sehari-hari kita kenal sebagai sabun, selain gliserol:
https://www.youtube.com/watch?v=xywDZgqRE-0&feature=emb_imp_woyt
Dari pengamatan terhadap video tersebut, dapatkah Anda menyimpulkan bagaimana cara
sabun dibuat dan sifat-sifatnya? Di bagian selanjutnya kita akan memanfaatkan reaksi
penyabunan ini sebagai salah satu parameter kualitas contoh minyak goreng.
Masih ingat dengan reaksi saponifikasi atau hidrolisis basa trigliserida di bagian
sebelumnya? Sekarang kita akan memanfaatkan sifat kimia trigliserida ini sebagai
salah satu parameter penentu kualitas contoh lemak/minyak. Bilangan penyabunan
didefinisikan sebagai jumlah mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 g
trigliserida. Bilangan penyabunan memberi gambaran mengenai jumlah keseluruhan
asam lemak dalam sampel trigliserida. Pada penetapan ini, basa tidak hanya
menyabunkan trigliserida menghasilkan residu asam lemak, tetapi juga menyabunkan
(menggaramkan) asam lemak bebas yang terkandung dalam sampel. Bilangan
penyabunan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini:
Timbang dengan teliti + 2 g minyak ke dalam Erlenmeyer 250 mL, lalu tambahkan
25 mL larutan KOH dalam alkohol 0.5 N dan batu didih. Hubungkan Erlenmeyer
dengan kondenser tegak dan didihkan selama 1 jam sambil sesekali digoyang. Setelah
itu, Erlenmeyer diangkat, ditambahkan 1 mL indikator fenolftalein (pp), dan dititar
dengan HCl 0.5 N. Lakukan 2 kali (duplo). Buat pula penetapan blangko seperti di
atas (tanpa sampel).
Perhatikan video berikut ini lalu hitunglah bilangan penyabunan contoh yang diuji
dalam video. Diskusikan bersama asisten Anda.
https://www.youtube.com/watch?v=g13CVROh4Cw&feature=emb_imp_woyt
Hanus (menggunakan IBr), cara Wijs (menggunakan ICl), cara Kaufman, atau
Chudory. Dalam video ini, bilangan iodin ditetapkan dengan cara Wijs. Simaklah
baik-baik.
https://www.youtube.com/watch?v=fQ1hSNGnXYY&feature=emb_imp_woyt
Residu asam lemak takjenuh dari trigliserida juga dapat mengikat oksigen pada ikatan
rangkapnya membentuk peroksida.
Peroksida yang dihasilkan pada autooksidasi atau permulaan ketengikan ini sangat
reaktif dan dapat ditetapkan secara iodometri sebagai bilangan peroksida. Minyak
dengan bilangan iodin tinggi cenderung menghasilkan bilangan peroksida yang
tinggi, demikian pula sebaliknya. Nilai bilangan peroksida dan persen FFA lazim
dijadikan indikator tingkat kerusakan atau ketengikan minyak.
https://www.youtube.com/watch?v=Wp2PXOqSFxw&feature=emb_imp_woyt
Perhatikan baik-baik video berikut ini lalu diskusikanlah bersama asisten Anda.
https://www.youtube.com/watch?v=TaN1CimEqfY&feature=emb_imp_woyt
Soal
• Pelarut berikut yang tidak dapat melarutkan lemak sapi adalah alkohol dingin
• Lelehan mentega membeku seluruhnya pada suhu 11 c
• Titik cair minyak goreng lebih rendah dibandingkan lemak sapi karena proporsi
asam lemak tak jenuh dalam trigliserida minyak goreng lebih besar
• Fungsi penambahan nacl adalah mempercepat pemisahan sabun dengan gliserol
• Sabun bersifat basa
• Sabun setelah ditambahkan hcl akan menghasilkan asam lemak
• Semakin besar bilangan penyabunan pada suatu sampel menunjukkan semakin
banyak jumlah asam lemak dalam sampel tersebut
• Titran yang digunakan dalam uji bilangan penyabunan adalah hcl
• Bilangan iodin dari 100 gram contoh triolein lebih besar dari bilangan iodin 100
gram contoh gliseril stearopalmitooleat
• Minyak dengan bilangan iodin tinggi cenderung menghasilkan bilangan peroksida
yang tinggi, demikian pula sebaliknya, berdasarkan pernyataan tersebut diantara
kelima asam lemak berikut ini, peroksida paing mudah terbentuk pada asam
inolenat
• Pernyataan yang bener mengenai bilangan asam dari trigliserida adalah dapat
dinyatakan sebagai bobot asam lemak tertentu.