Anda di halaman 1dari 2

Perjuangan Dewi Sartika dalam mewujudkan cita-cita nya

Dewi Sartika lahir di Bandung, 4 Desember 1884 adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum
perempuan, diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966. Ayahnya
adalah seorang pejuang kemerdekaan. Dewi Sartika dilahirkan dari keluarga priyayi Sunda. Nyi
Raden Rajapermas dan Raden Somanagara. Meski melanggar adat saat itu, orang tuanya bersikukuh
menyekolahkan Dewi Sartika.

Ayah : wi, Bagaimana jika ayah, tetap menyekolahkan Uwi ke Sekolah Belanda.

Dewi : Sebenarnya saya sangat setuju kanda, namun, bukankah hal itu bertentangan dengan adat
saat ini wahai kanda..

Ayah : Hal yang kau katakan tidaklah salah , akan tetapi melihat semangat Uwi

belajar, kanda rasa menyekolahkan kamu adalah pilihan yang bagus

sudah sepakat, bahwa kau akan melanjutkan sekolah ke belanda

Dewi : Benarkah? Terimakasih Ayahanda. Uwi senang sekali (Mencium Tangan ayah)

Namun, kebahagiaan dari Dewi Sartika hanya sesaat. Ayahnya harus diasingkan ke Ternate

Karena pemberontakan yang dilakukannya dan la drop out dari Sekolahnya. Dewi Sartika beranjak
menjadi gadis remaja yang cantik dan anggun. Karena kecantikan dan

Idealisme mengenai pendidikan yang baik.

Tak lama dari penolakan tersebut, terdengar kabar bahwa ayahnya Raden Somanagara meninggal
dunia.Pada tahun 1906 Dewi Sartika memutuskan untuk mendirikan sekolah atas bantuan Bupati
Bandung dan Pemerintah Kolonial.

C. Den Hemmer: Dewi, apakah kamu belum berniat untuk menikah dengan Raden Kanjun

Dewi : Maaf, saya belum berniat untuk melangsungkan pernikahan dengan Raden kanjun

C. Den Hemmer: Kenapa?

Dewi : saya memiliki prinsip yang berbeda-beda Raden, aku lebih mementingkan pendidikan terlebih
dahulu dan ingin mendirikan sekolah

C. Den Hemmer : Sekolah apa yang hendak kamu rintis?

Dewi :Saya ingin mendirikan “Sekolah Istri”.

C. Den Hemmer : Why kamu hendak mendirikannya?

Dewi : Saya ingin menanamkan kepada perempuan bumi putra sebagai perempuan, mereka harus
bisa segala-gala. Agar mereka punya rasa percaya diri terhadap kemampuannya dan tidak melulu
bergantung pada suami, apalagi pada belas kasihan orang lain

C. Den Hemmer : Good, good. I like your plan sangat bagus sekali cara mu

Semenjak itu, akhirnya sekolah khusus bagi perempuan pribumi berdiri untuk pertama

Kalinya di Hindia Belanda alias Indonesia. Dewi Sartika lantas menemui saudaranya Nyi
Purwa

Nyi Poerwa : Tak biasanya kau datang ke sini, ada gerangan apakah ? adakah yang ingin kau
bicarakan wi?

Dewi : kak Poerwa, kak Oewid, Uwi berniat mengajak kakak untuk membantu Uwi mengajar di
sekolah baru Uwi kak.

Nyi poerwa : Sekolahmu sudah didirikan?

Dewi : sudah kak, saya sudah mendirikan sekolah

Nyo poerwa: Kita yang dulu sudah mewujudkan cita-citanya. kami akan siap membantu sebisa kami
dik, kami yakin perjuanganmu Takkan sia-sia wi, teruslah membuat kami bangga.

Dewi : Terima kasih kak. Dewi akan berusaha untuk mewujudkan cita-cita

Dewi Sartika dan saudara terus mengembangkan Sekolah Istri. Hingga pada suatu waktu, pasukan
Jepang memporak-porandakan semuanya. Saat itu, Dewi Sartika dan lainnya berjalan menuju
Bandung Selatan. Ia tinggal di Ciamis, dan mulai sakit-sakitan dan akhirnya wafat pada tanggal 01
September 1948.

Anda mungkin juga menyukai