Anda di halaman 1dari 31

CRITICAL BOOK REPORT

BIMBINGAN KONSELING KARIR

Dosen Pengampu: Asiah M, Pd

DISUSUN OLEH:

Suhendro (1212451006)

BK Reg A 2021

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGRI MEDAN

2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya CRITICAL
BOOK REVIEW. Dalam pembuatan TUGAS ini tentu banyak dukungan dari berbagai pihak,
maka mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa tugas ini tentu masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan tugas
ini kedepannya. Semoga dengan adanya penulisan tugas ini dapat menambahkan wawasan bagi
penulis dan membaca yang budiman. Terima kasih.

Medan, September 2022

Suhendro

1212451006
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan Karir adalah proses pemberian bantuan kepada siswa dalam memahami dan
berbuat atas dasar pengenalan diri dan mengenal kesempatan kerja, mampu mengambil
keputusan sehingga yang bersangkutan dapat mengelola pengembangan kariernya.

Bimbingan karier merupakan bentuk layanan khusus usaha bimbingan di sekolah dengan
tujuan penyiapan siswa untuk kehidupan kerja yang berhasil dan bertanggung jawab di dalam
masyarakat. Bimbingan karier bukan satu kesatuan yang berdiri sendiri. Bukan pula suatu
keistimewaan melainkan lebih merupakan penekanan.  Ia bagian, atau salah satu wujud kegiatan
atau program umum bimbingan di dalam sekolah.
Sebagai usaha pendidikan, Bimbingan karier mempunyai fungsi penunjang pelaksanaan
kurikulum yang berlaku. Maka bimbingan karier memusatkan pendidikan utamanya pada
individu siswa dan pada penciptaan situasi belajar yang berpusat dan bertolak dari siswa-
kebutuhannya, cita-cita pendidikan dan kariernya, ciri-ciri pribadinya dan masalahnya.
Pemberian informasi karier sebagai salah satu wujud  kegiatan bimbingan dimaksudkan
untuk pada akhirnya digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan. Harus selalu diingat oleh
konselor dan guru bahwa, segala cara serta siasat pembelajaran perlu diusahakannya sehingga
keputusan karier yang diambil oleh individu siswa sendiri.
Perencanaan dan pemprogaman dalam bimbingan karier merupakan soal penting, tidak
pandang apakah bimbingan karier itu diselenggarakan di sekolah yang kecil atau yang besar, dan
apakah penyelenggaraannya di suatu sekolah itu masih baru atau sudah lama. Pengamatan
terhadap pelaksanaan paket bimbingan karier di sekolah memberikan kesan seakan-akan hal itu
terlepas dari keseluruhan program bimbingan dan pendidikan di seolah. Demikian juga diperoleh
kesan bahwa penyelenggaraan itu bersifat rutin. Barangkali hal ini ada kaitannya dengan
kelemahan dalam penugasan tenaga dan system rekrutmen tenaga bimbingan.
Pimpinan pendidikan yang peduli akan mutu layanan bimbingan dan keberhasilan dalam
pencapaian tujuan akan mengusahakan tenaga yang mempunyai kualifikasi penuh, baik
kualifikasi personal maupun kualifikasi profesional. Banyak sekolah program bimbingannya
ditangani tenaga kerja yang tidak berlatar-belakang pendidikan khusus bimbingan, umumnya
guru kelas yang sudah tua, berumur atau yang dinasnya sudah lama. Sementara konselor yang
berpendidikan S1 ditempatkan di sekolah-sekolah jumlah mereka masih jauh dari mencukupi.
Konselor sekolah seyogyanya memenuhi kualifikasi profesional, di samping kualifikasi pribadi.
Kualifikasi pribadi sifat-sifat konselor adalah bijaksana, toleran, tajam pertimbangannya,
banyak akal, empatik, objektif, percaya diri. Juga harus mampu menempatkan diri dengan
keadaan orang lain, tidak membuat orang defensif, mampu menganalisis masalah hubungan
manusia yang pelik, terampil dalam komunikasi dan memiliki rasa aman. Mengenai kemampuan
profesional, konselor harus memiliki latar belakang yang kuat dalam studi mengenai dinamika
psikologi dan sosial dari hubungan manusia dan pemahaman mengenai tujuan dan proses
pendidikan di sekolah.

a. Permasalahan yang akan dikaji

Adapun permasalahan yang penulis kaji dapat simpulkan bagimana buku yang penullis
jadikan fokus bahan sajian mampu menjadi buku referensi yang sangat membantu para pembaca
melalui penilaian baik buruk serta apa saja kelebihan dan kekurangan yang dimiliki buku yang
penulis sajikan

b. Kajian teori yang digunakan atau konsep yang digunakan

Kajian teori yang digunakan buku ini lebih menganilisi berdasarkan pendapat buku yang
direview dan critik yang berdasarkan ilmu dan kelengkapan bahan tiap buku.

c. Metode yang digunakan

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data seperti studi perpustakaan yaitu dengan
mengumpulkan berbagai sumber-sumber referensi baik berupa buku-buku ataupun artikel yang
membahas masalah ini.
d. Laporan ini bertujuan:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah
2. Menemukan kekurangan dan kelebihan buku
3. Melakukan kritisi pada buku
e. Manfaat

Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat keberbagai pihak, antara lain:

 Bagi mahasiswa menambah wawasan mengenai Bimbingan karir


 Bagi Dosen dapat menambah referensi mengenai Bimbingan karir
 Bagi penulis menambah wawasan sekaligus penyelesaian tugas CBR pada mata kuliah
bimbingan konseling karir
BAB II
ISI BUKU

A. IDENTITAS BUKU

1. Identitas Buku utama

Judul : Bimbingan konseling dan karir : sepanjang rentang kehidupan

Penulis : DR. Uman Suherman AS, M.PD

Penerbit : Rizqi press

Halaman : 235-243

ISBN : 978-602-9098-66-2

TahunTerbit :-

2. Identitas Buku Pembanding

Judul : Introduction to Career Counseling for the 21 Century

Penulis : Robert L. Gibson, Marianne H. Mitchell


Penerbit :-

Halaman : 288

ISBN :-

Tahun terbit :-

Ringkasan Buku utama

A. Sejarah Perkembangan Konseling Karir

Perkembangan konseling karir dibagi menjadi dua bagian utama. Bagian pertama
meliputi periode dari tahun 1850 sampai dengan 1940. Adapun para ahli yang memberikan
kontribusi pada perkembangan konseling karir pada periode 1850 sampai 1940 diantaranya:
Fransis Galton, Wilheim Wundt, James Cattel, Alfred Binet, Franks Parsons, Robert Yerkes, dan
E.K. Strong. Perkembangan bimbingan karir dari periode ini mencakup peristiwa-peristiwa
berikut: 1. Revolusi industri

2. Studi perbedaan (kemampuan) individu


3. Perang dunia I

4. Konferensi nasional bimbingan vocational

5. Perkembangan pengukuran, dan

6. Tindakan-tindakan federal. Pada abad ini dimana awal program bimbingan karir
ditetapkan disekolah-sekolah umum. Di San Fransisco, George A. Merrill mengembangkan
perencanaan siswa untuk mengeksplorasi kursus-kursus keahlian dibidang industri. Salah satu
kontribusi penting dari Person pada perkembangan bimbingan karir adalah kerangka kerja
konseptualnya untuk membantu individu menyeleksi karir. Person mendefinisikan tiga bagian
formulasinya: Pertama, kejelasan pemahaman tentang diri sendiri, bakat, minat, sumber-sumber,
keterbatasan, dan kualitas-kualitas lainnya. Kedua, pengetahuan tentang kebutuhan-kebutuhan
dan kondisi kompensasi, kesempatan, dan prospek yang berbeda dari sebuah pekerjaan. Ketiga,
penalaran yang benar atas hubungan dari kedua kelompok tersebut adalah fakta.

Bagian kedua, para ahli yang berkontribusi dalam pergerakan bimbingan konseling karir
pada periode 1940 adalah: E.G. Williamson, Carl R. Rogers, Eli Ginzerg, Ann Roe, Donald
Super, John Holland, David Tiedeman, dan H.B. Gelatt. Peristiwa-peristiwa yang memberikan
kontribusi secara signifikan pada perkembangan konseling karir sejak periode 1940 sampai
dengan sekarang diantranya:

1. Publikasi-publikasi konseling utama

2. Perang dunia II

3. Program-program penting yang dicanangkan pemerintah federal

4. Formulasi teori-teori perkembangan karir

5. Perkembangan pendidikan karir

6. Pergerakan profesionalisme

7. Kemajuan teknologi Crites (Manrihu, 1992: 2-8 dalam Uman S 2008) menyebutkan
kronologi peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah perkembangan bimbingan karir, sebagai
berikut: Tahun 1859-1900. Bimbingan dan konseling karir yagn belum jelas asal mulanya.
Kondisi ini yang memungkinkan pertumbuhannya adalah ekonomi (misalnya industrialisme dan
berkembangnya pembagian kerja), sosial (misalnya urbanisasi, tenaga kerja anak-anak, imigrasi,
dan transmigrasi), ideologi (misalnya semangat reformasi yang menyala-nyala dan keyakinan
akan dapatnya meningkat martabat dan status manusia), dan ilmiah.

Tahun 1909. Tahun ini merupakan tahun gemilang dalam sejarah bimbingan dan
konseling karir, karena pada tahun ini terbit Choosing a vocation yang disusun oleh Frank
Parsons, yang diakui sebagai “bapak” bidang ini. Parsons telah mengidentifikasi tiga variable
pokok dalam proses pengambilan keputusan karir, yaitu: individu, okupasi, dan hubungan antara
keduanya. Pendekatan apapun yang dilakukan dalam bimbingan dan konseling karir sudah pasti
berkaitan dengan komponen-komponen pokok dari pemilihan pekerjaan ini.

Tahun 1951. Donal E.Super melancarkan the Carer Pattern study, yang segera menjadi
salah satu studi-studi jangka panjang bidang pertama yang diabadikan. Super menolong
membebaskan bimbingan dan konseling karir dari konsep pengambilan keputusan yang statistic
dan single choise at a point in time, memperhatikan kontribusi-kontribusi dari sosiologi dan
ekonomi terhadap bidang ini, dan menempatkan studi perilaku karir dalam konteks
perkembangan manusia. Tahun 1973. Instrumen disusun berdasarkan suatu model hirarkis dari
kematangan karir yang didasarkan pada perbedaan antara isi dan proses pilihan karir yang
sebelumnya tidak disebutkan.

Sebagai variable stimulus, bimbingan dan konseling karir vokasional dapat secara lebih
efektif dipandang dari segi longitudinal dan developmental yang mempersiapkan seseorang
dengan perilaku-perilaku yang dapat mengantisipasi pilihan-pilihan dan membangun karir
kematangan karir, dan tidak hanya sekedar meunggu sampai muncul masalah untuk kemudian
melakukan aksi. Fokus utama bimbingan dan konseling karir sebagai suatu stimulus adalah
edukatif, karena intinya ialah memaksimalkan perkembangan, bukan memperbaiki kekurangan.

Namun sejak tahun 1951, para ahli mengadakan perubahan pendekatan dari model
okupasional (occupational) ke model karier (career). Kedua model ini memliki perbedaan yang
cukup mendasar, terutama dalam landasan individu untuk memilih jabatan. Pada model
okupasional lebih menekankan pada kesesuaian antara bakat dengan tuntutan dan persyaratan
pekerjaan. Sedangkan pada model karier, tidak hanya sekedar memberikan penekanan tentang
pilihan pekerjaan, namun mencoba pula menghubungkannya dengan konsep perkembangan dan
tujuan-tujuan yang lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi, konsep diri, rencana-rencana pribadi
dan semacamnya mulai turut dipertimbangkan.

Pentingnya bimbingan karir sudah mulai dirasakan bersamaan dengan lahirnya gerakan
bimbingan dan konseling diIndonesia pada pertengahan tahun 1950-an, berawal dari kebutuhan
penjurusan siswa diSekolah Menengah Atas (SMA) pada waktu itu. Selanjutnya, pada tahun
1984 bersamaan dengan diberlakukannya Kurikulum 1984, bimbingan karir cukup terasa
mendominasi dalam layanan bimbingan dan penyuluhan pada tahun 1994, bersamaan dengan
perubahan nama bimbinga penyuluhan menjadi bimbingan dan konseling dalam Kurikulum
1994, bimbingan karir ditempatkan sebagai salah satu bidang bimbingan. Sampai sekarang ini
bimbingan karir tetap masih merupakan salah satu bimbingan.

Dalam konteks Kurikikulum Berbasis Kompetensi dengan diintegrasikannya pendidikan


kecakapan hidup ( life skill education ) dalam kurikulum sekolah, maka peranan bimbingan karir
sungguh menjadi amat penting, khususnya dalam upaya membantu siswa dalam memperoleh
kecakapan vocational (vocational skill), yang merupakan salah satu jenis kecakapan hidup ( life
skill education ).

B. Definisi Karir

Setelah mengalami perubahan pada sejarah bimbingan dan konseling karir, bidang ini
memiliki berbagai nama diantaranya: konseling Occupational, bimbingan vocational, dan
bimbingan karir. Istilah “karir” lebih kontemporer, menunjukkan, dan mencakup sikap
developmental dari pengambilan keputusan dari suatu proses yang berlangsung seumur hidup
(Crites 1981:11 dalam Uman S 2008).

Salah satu pendapat dari Feldam dan Arnold (Moekijat, 1995: 4-5 dalam Uman S 2008)
mengemukakan bahwa: karir tidak lagi hanya menunjukkan perubahan pekerjaan gerak vertikal,
naik dalam suatu organisasi. Meskipun sebagian besar karyawan masih berusaha mencapai
kemajuan, akan tetapi banyaknya orang yang menolak pekerjaan yang lebih berat tanggung
jawabnya utuk tetap dalam vocational yang sekarang dipegang dan disukainya, makin
bertambah. Sekarang banyak gerakan karir bergerak secara horizontal dan kadang-kadang
kebawah.
Secara umum, perspektif karir tersebut dapat dikategorikan kedalam dua bagian, yaitu
karir yang identik dengan pekerjaan, dan karir yang dalam konteks life span. Pertama, karir yang
identik dengan pekerjaan mengisyaratkan bahwa sesuatu dikatakan karir jika memenuhi kriteria-
kriteria berikut: 1. Keterlibatan individu dalam menjalankan pekerjaannya

2. Pandangan individu yang melihat pekerjaan sebagai sumber kepuasan yang


bersifat non ekonomi

3. Persiapan pendidikan atau pelatihan dalam memperoleh dan menjalankan


pekerjaan

4. Komitmen untuk menjalankan pekerjaan

5. Dedikasi yang tinggi terhadap apa yang dikerjakan

6. Keuntungan finansial

7. Kesejahteraan personal yang membawa kebermaknaan hidup Kedua, dalam


konteks life span karir dimaknai sebagai perjalanan hidup yang bermakna.
Kebermaknaan yang dimaksud diperoleh individu melalui integrasi peran, setting, dan
peristiwa yang melibatkan pengambilan keputusan-keputusan, komitmen, gaya hidup,
dedikasi, dan persiapan-persiapan untuk menjalani dan mengakhiri kehidupan.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa karir adalah jalannya
peritiwa-peristiwa kehidupan, sekuensi okuvasi-okuvasi dan peranan-peranan kehidupan
lainnya yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab seseorang kepada pekerjaan
dalam keseluruhan pola perkembangan dirinya, serangkaian posisi-posisi yang diberi
upah atau tidak berupah yang diduduki oleh seseorang sejak remaja sampai pension, yang
mana okuvasinya hanya satu, mencakup peranan-peranan yang berkaitan dengan
pekerjaan. Selain itu, karir adalah semua pekerjaan atau vocational yang ditangani atau
dipegang selama kehidupan kerja seseorang.

C. Persamaan dan Perbedaan Karir, Vocational, Occupational, dan Job

Menurut Winkel (Herr&Gramer, 1984:5, & Manrihu,1992: 32-34 dalam Uman S


2008) karir memerlukan sejumlah pelatihan, pendidikan, dan komitmen pada kehidupan
kerja yang dipilih individu. Karir juga merupakan kesuksesan pada apa yang dipilih
individu untuk dilakukan dengan disertai keuntungan finansial dan kebermaknaan
personal. Ocupation lebih menekankan pada seseorang yang merasa terlibat dan
memperoleh kepuasan didalam pekerjaannya karena ada persiapan untuk memegang
pekerjaan, namun keterlibatannya dibatasi pada jam-jam bekerja. Kata Employment dan
job lebih mengarahkan kepada seseorang yang sibuk mengerjakan sesuatu dengan
mendapat imbalan ekonomis atau usaha dan waktu yang dicurahkan, tanpa merasa
terlibat pekerjaan atau memandangnya sebagai sumber kepuasan pribadi yang bersifat
non-ekonomis. Selanjutnya job juga merujuk pada pekerjaan yang tidak berkelanjutan
atau bersifat temporer. Job hanya menuntut kemampuan minim, pendidikan seadanya,
dan dedikasi yang sedikit.

Vocational menurut Super (Herr&Gramer, 1984:5, & Manrihu,1992: 32-34


dalam Uman S 2008) mengemukakan istilah vocation atau vocational yang secara
konseptual mirip dengan karir. Vocation merupakan Occupation dengan tanggung jawab
terutama dibedakan oleh makna psikologis yang kontras dengan makna ekonomisnya,
adanya keterlibatan ego, kebermaknaan dalam diri individu sebagai suatu aktivitas, dan
tidak semata-mata hasil produktif, distributive, atau keuntungan ekonomisnya, walaupun
semua itu bernilai. Lebih jauh, vocation: tidak hanya pelaksanaan tugas, melainkan hasil
keseluruhan perilaku yang berpusat pada pribadi

TEORI-TEORI KARIR

A. Teori Super

1. Asumsi Teori tentang hidup (life span) dari Donald E. super


menitikberatkan pada proses perkembangan karir, yaitu berfokus pada pertumbuhan dan
arah dari sejumlah persoalan karir individu sepanjang rentang hidupnya, ada berbagai
macam pendekatan teori dan teori rentang hidup adalah teori yang mencakup periode
waktu yang cukup panjang.

Proses kematangan karir diawali dengan perkembangan untuk pengambilan


keputusan karir pada masa kanak-kanak. Pada masa ini sejalan dengan perkembangan
rasa keingintahuan dan pengagalian untuk memperoleh informasi dari pengamatan dan
peran model-model. Perkembangan minat,kecakapan,daya tahan, dan nilai-nilai akan
berlangsung pada masa remaja.

Pendekatan teori rentang hidup bangak didasari oleh analisis Donald E. Super.
Beberapa alas an mengapa teori super dijadikan dasar bagi teori rentang hidup adalah
sebagai berikut : a. Teori perkembangan super adalah salah satu teori yang
menggambarkan sebagian kecil rentang hidup

b. Ada beberapa teori rentang hidup yang kemudian dikembangkan


oleh Super menjadi suatu bentuk yang valid dalam teorinya disertai instrument yang
dapat digunakan dalam konseling

c. Banyak penelitian yang dihubungkan dengan konseling dari teori


perkembangan super

d. Beberapa karakter dan factor dari teori perkembangan karr banyak


memiliki kemiripan.

Super (sharf,1992:121-122) mengasumsikan perkembangan karir merupakan


peranan individu dalam dunia yang mereka tempati. Ia juga menjelaskan bahwa peranan
individu mencakup pengaruh dari hasil belajar, sepanjang hidup. Tahapan dan tugas
menjadi poin penting dalam teori super. Asumsi dasar itu meliputi aspek psikologis,
kondisi genetik, aspek geografis, bangsa dan budaya memberikan pengaruh langsung
bagi perkembangan karir.

Faktor sosial ekonomi menyangkut masyarakat, sekolah, keluarga, teman sebaya,


kondisi ekonomi dan pasaran tenaga kerja. Faktor psikologi dan sosial ekonomi
memeberikan pengaruh pada perkembangan dirinya. Individu belajar mengenai dirinya
sendiri dan lingkungannya sesuai tahapan perkembangannya, yang akan membentuk
sebuah konsep pada dirinya sendiri.

2.Teori Perkembangan aspek psikologis dan sosio-ekonomis

inilah terbentuk konsep diri (self concept) individu sebagai hasil dari upaya
mempelajari diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Teori super mengemukakan teorinya
tentang pemilihan karir sebagai implementasi dari konsep diri. Menurut teori super
(surya,1988:234) berkaitan dengan pemilihan karir adalah sebagai berikut :

a. Individu itu mempunyai kualifikasi atau kewenangan untuk banyak bidang


pekerjaan

b. Setiap bidang pekerjaan menuntut pola karakteristik kecakapan dan ciri-ciri


pribadi

c. Meskipun konsep diri individu dan situasi sosial pribadi berubah, proses
pemilihan tetap berlangsung sejalan dengan pertumbuhan, mulai dari tahap eksplorasi,
pemantapan, pemeliharaan, dan penurunan.

d. Pola-pola karir (tingkat, urutan, dan durasi pekerjaan) berkaitan dengan


tingkat sosio-ekonomi orangtua, kecakapan, kepribadian, dan kesempatan)

e. Perkembangan pokasional (karir) sebagai implementasi konsep diri


merupakan hasil interaksi antara pembawaan, factor fisik, kesempatan peran-peran
tertentu, dan dukungan dari teman sebaya dan orang yang memiliki kelebihan.

f. Keterpaduan antara variable individu dan lingkungan, antara konsep diri dan
tantangan realitas dibuat melalui kesempatan bermain peranan dan fantasi , tantangan,
konseling, sekolah, atau pekerjaan

g. Kepuasan tergantung pada kesempatan memperoleh kepuasan kebutuhan


pribadi, dan situasi kerja yang memberikan kesempatan bermain peranan.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut lahirlah konsep super yang berkaitan dengan


peran-peran hidup (life roles) dan tahap-tahap perkembangan

a.Peran-peran Hidup (Life Roles) Seper mendiskripsikan pada enam peran hidup
yang utama, yaitu anak-anak (child), pelajar (student), aktivitas di waktu luang (leisure),
warga masyarakat (citizen), pekerja (worker), dan peran dalam keluarga (homemaker).
Keenam peran utama individu yang disebutkan oleh Super terkenal dengan istilah “
pelangi karir kehidupan”.

b.Tahap Perkembangan Tolbert (Manrihu, 1986:20) mengatakan bahwa


penggunaan istilah “perkembangan” dalam karir mempunyai makna khusus karena
mengimplikasikan bahwa individu terlibat dalam suatu proses jangka panjang untuk
membuat keputusan-keputusan karir dari banyak pilihan, yang masing-masing pilihan itu
dipengaruhi oleh banyak orang dan factor, berbagai kondisi, serta kebutuhan-kebutuhan
dan sifat-sifat pribadi individu itu sendiri. Super (osipow, 1983 :157; Manrihu, 1986: 27-
29) membagi tahap perkembangan karir menjadi lima tahapan sebagai berikut :

1.Tahap perkembangan (growth) dari lahir sampai usia+ 15 tahun, yakni anak
mengembangakan berbagai potensi, sikap-sikap, minat-minat, dan kebutuhan-
kebutuhannya yang dipadukan dalam struktur konsep diri. Konsep diri tersebut
berkembang melalui proses identifikasi terhadap sosok kunci dilingkungan keluarga dan
sekolah. Tahap pertumbuhan terdiri dari 3 subtahap , yaitu :

a) Fantasi (4-10 tahun) yang ditandai dengan dominannya aspek kebetulan akan
rasa keingintahuan.

b) Minat (11-12 tahun) yang ditandai dengan tumbuhnya rasa senang sebagai
determinan utama dari aspirasi dan aktivitas.

c.) Kapasitas (13-14 tahun) yang ditandai dengan pertimbangan bertambahnya


bobot kemampuan, persyaratan, dan latihan karir.

2. Tahap ekplorasi dari usia 15 sampai 24 tahun, yakni ketika individu


memikirkan berbagai alternative karir, tetapi belum mengambil keputusan yang
mengikat. Tahap ini meliputi tiga subtahap sebagai berikut :

a)Tentative (15-17 tahun) yang ditandai dengan mulai dipertimbangkannya


aspek-aspek kebutuhan, minat, kapasitas, nilai-nilai dan kesempatan secara menyeluruh.
b) Transisi (18-21 tahun) yang ditandai dengan menonjolnya pertimbangan yang lebih
realistis untuk memasuki dunia kerja atau latihan profesioanal serta berusaha
mengimplementasikan konsep diri
c) Mencoba dengan sedikit komitmen (22-24 tahun ditandai dengan mulai ditemukannya
lahan atau lapangan pekerjaan yang sangat potensial

3. Tahap pemantapan/pendirian dari usia sampai 44 tahun, yang bercirikan


usaha-usaha memantapkan diri melalui pengalaman-pengalaman selama menjalani karir
tertentu. Tahap pemantapan terdiri atas dua subtahap sebagai berikut :

a). Mencoba dengan komitmen yang bersifat stabil (25-30 tahun) yang ditandai
dengan berbagai dugaan tentang kurang memuaskannya lapangan pekerjaan tertentu

b).Lanjutan (31-44 tahun) yang ditandai dengan semakin jelasnya pola karir serta
usaha-usaha yang mengarah pada pemantapan dan pengamanan posisi dalam bidang
tersebut. 4. Tahun, yakni orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri, menikmati dan
memaknai karir yang sedang dijalaninya.

5. Tahap kemunduran dari usia 65 tahun ke atas yakni ketika individu memasuki
masa pensiun dan menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya. Tahap
kemunduran terdiri atas dua tahap yaitu : a) Perlambatan (65-70 tahun ) yang ditandai
dengan kelelahan sebagai pekerja, langkah kerja yang berkurang, pelaksaan tugas kerja
yang tidak penuh, serta mulai berkurangnya kapasitas kerja b) Pengunduran diri (71
tahun ke atas) yang ditandai dengan menyerahkan atau mewariskan “kekuasaan” kepada
generasi penerus. Kelima tahap ini dipandang sebagai acuan munculnya sikap-sikap dan
perilaku yang menyangkut keterlibatan dalam suatu jabatan, yang tampak dalam tugas-
tugas perkembangan karir. 3. Peranan Informasi dan Seleksi Karir Perolehan
informasi karir sngat berperan bagi kematangan karir seseorang, khususnya menjadi
sebuah konsep yang paling penting dimasa remaja. Teori super memiliki konstruksi yang
valid sehingga digunakan sebagai instrument yang membantu pekerajaan konselor. B.
Teori Trait and Factor 1. Asumsi Istilah “trait” itu sendiri merujuk pada pada
karakteristik individu yang dapat diukur melalui tes. “faktor” merujuk pada karakteristik
yang dibutuhkan untuk penampilan kerja yang sukses. Jadi istilah “trait and factor”
merujuk pada penilaian karakteristik individu dan pekerjaan (Sharf, 1992:17) Dalam
asesmen trait ini, Parson (Sharf, 1992:17) mengajukan bahwa untuk memilih karir,
seorang individu ideal nya harus memiliki : a. Pengertian yang jelas mengenai diri
sendiri, sikap, minat, ambisi, batasan sumber dan akibatnya b. Pengetahuan akan
syarat-syarat dari kondisi sukses, keuntungan dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan
harapan masa depan pada jenis pekerjaan yang berbeda-beda c. Pemikiran yang nyata
mengenai hubungan-hubungan antara dua kelompok atau fakta-fakta ini. Crites (1981:22)
berpendapat bahwa perkembangan karir individu berdasarkan teori trait and factor
didasrkan pada tiga asumsi berikut ini : a. Dengan ciri psikologisnya yang khas, bagi
setiap individu yang paling cocok adalah bekerja di suatu jenis pekerjaan tertentu b.
Sekelompok pekerja dalam pekerjaan-pekerjaan yang berlainan mempunyai ciri
psikologis yang berlainan pula c. Penyesuaian vokasional berbeda-beda, selaras
dengan seberapa jauh kesesuaian antara ciri-ciri pribadi individu yang bersangkutan
dengan tuntutan dunia kerja tertentu. Teori trait and factor memandang individu sebagai
organisasi kapasitas dan sifat-sifat lain yang dapat di ukur dan dihubungkan dengan
persyaratan program latihan atas dasar informasi yang diperoleh tentang perbedaan-
perbedaan individu yang menduduki okupasi atau hubungan pilihan karir dan kepuasan.
Parson dan Williamson (Winkel, 1996:575) ciri khas dari teori trait and factor ialah
bahwa seseorang dapat menemukan vokasioanal yang cocok baginya dengan
mengkolerasikan kemampuan, potensi, dan wujud minat yang dimilikinya dengan
kualitas-kualitas yang secara objektif dituntut bila akan memegang vokasional tertentu. 2.
Konsep Teori Trait and Factor Teori trait and factor menyatakan bahwa pemilihan karir
individu sangat ditentukan oleh kesesuaian kemampuan, minat, prestasi, nilai-nilai, dan
kepribadian dengan dunia kerja. Parson (Sharf, 1992:18) mengkarateristikan tahap
pertama dari pemilihan karir adalah manfaat dari “pemahaman diri,sikap,minat
kemampuan, minat ambisi, sumber daya dan penyebabnya”. Tahap kedua adalah
mendapatkan “pengetahuan dari syarat dan kondisi kesuksesan, keuntungan, dan
ketidakuntungan, kompensasi, kesempatan dan prospek dalam jalur karir yang berbeda”.
Tahap ketiga menurut parson adalah bahwa sebuah pilihan yang diharapkan dibuat
dengan “alasan yang benar dari hubungan dua kelompok itu”. a. Tahap 1 :
Memperoleh Pemahaman Diri Berikut penjelasan dari kelima jenis tes tersebut : 1.
Bakat Tes bakat digunakan untuk memprediksi level kemungkinan yang akan terjadi dan
kemampuan individu untuk melaksanakan tugas. Bakat individu dapat diketahui melalui
tes. 2. Prestasi Prestasi dapat dibagi kedalam tiga tipe, yaitu : pertama, prestasi
akademik biasnya di ukur dengan angka tetapi dengan skor tes khusus. Kedua, prestasi
dalam kerja seperti kesempurnaan tugas-tugas. Ketiga, yang sangat cocok dengan teori
trait and factor, yaitu prestasi yang terkait dengan syarat-syarat untuk memasuki dunia
kerja. 3. Minat Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan (Kamisa,
1997 :370). Minat adalah sesuatu yang bersifat pribadi dan berhubungan erat dengan
sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam
mengambil keputusan. Hurlock (1986 :144) mengatakan bahwa minat merupakan sumber
motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka
bebas memilih. 4. Nilai-nilai Nilai-nilai melambangkan sesuatu yang penting. Nilai-
nilai sebagai suatu yang sulit untuk memperkirakan kemungkinannya. Nilai-nilai yang
sangat penting dalam konseling karir yaitu nilai-nilai umum dan nilai-nilai dunia kerja.
Adapun maksud dari pengetahuan mengenai nilai-nilai adalah agar individu mampu
memutuskan arah karir yang jelas. 5. Kepribadian Pengukuran dari kepribadian telah
menjadi area penting dari belajar dan berguna untuk mengkonseptualisasikan individu
dalam pilihan vokasional. b. Tahap 2 : Memperoleh Pengetahuan Tentang Dunia Kerja
Terdapat tiga aspek penting terkait dengan informasi pekerjaan, yaitu : 1)
menggambarkan pekerjaan, kondisi pekerjaan atau masalah gaji; 2)pengelompokan
pekerjaan; 3) membantu mengetahui karateristik dan kebutuhan untuk masing-masing
pekerjaan. Jenis-jenis informasi pekerjaan , informasi pekerjaan dapat dieksplorasi dari
berbagai sumber yang berbeda, contohnya melalui brosur yang dibuat oleh asosiasi
pekerjaan professional, pamflet, yang bias didapatkan melalui penerbit khusus yang
menangani tentang informasi pekerjaan. c. Tahap 3 : Mengintegrasikan Informasi
tentang Diri dan Dunia Kerja Langkah ketiga ini adalah mengintegrasikan informasi
tentang diri dan dunia kerja. Informasi pekerjaan diindikasikan dengan bahan-bahan
penerimaan, ketertarikan atau minat, nilai, dan karakter pribadi yang dibutuhkan setiap
pekerjaan. 3. Peran Konselor Peran konselor adalah memberikan berbagai informasi
mengenai jenis-jenis pekerjaan, syarat-syarat dan tuntutannya serta prospek bagi
individu. Kemudian konselor diharapkan harus mampu membantu konseli memilih
pekerjaan atau karir tertentu yang sesuai dengan kepribadian, minat, bakat, serta
kemampuannya. Pilihan karir sifatnya kontemporer yang dapat berubah bila konselor
menemukan pengalaman baru mengenai pekerjaan yang dirasakan sesuai dengan bakat,
prestasi, minat, nilai dan kepribadiannya. Oleh karena itu konseling sebaiknya dilakukan
berulang-ulang pada waktu bervariasi dengan mengulang pengungkapan bajat,
kemampuan, prestasi dan minat konseli sehingga kematangan karir tercapai. C. Teori
Kepribadian dari Holland 1. Asumsi Teori Tipologi Karir Holland Mengenai Perilaku
Vokasional (Holland’s Career Typology Theory of Vocational Behavior). Menurut
Holland, penting membangun keterkaitan antara tipe kepribadian individu dan pemilihan
karir. Dengan kata lain, terdapat elaborasi antara inherensi kebutuhan proses dalam
pemilihan karir dengan lingkungan, tipe kepribadian, dan tingkah laku. Unsur yang
mendasari dari pandangan John Holland adalah pemilihan dan penyesuaian karir
merupakan gambaran dari kepribadian mereka tercermin dari pekerjaan yang diambilnya.
Hollan mengolaborasikan hipotesis yang menyatakan bahwa pilihan karir seseorang akan
mewakili perluasan kepribadian dan upaya untuk mengimplementasikan gaya perilaku
pribadi yang luas dalam konteks kehidupan kerja seseorang. Konsep Holland mengenai
perkembangan karir ini tumbuh dari pengalamannya dengan individu yang sedang
membuat keputusan karir. Dia mengamati bahwa kebanyakan individu memandang dunia
pekerjaan dalam istilah stereotip pekerjaan. Holland mengganti proses stereotip tersebut
dengan memberikan asumsi yang berdasarkan pada pengalaman individu dalam pekerjaa,
berdasarkan realitas, serta derajat kekuatan dan kegunaan yang tinggi. Terdapat empat
asusmsi yang menjadi inti (jantung) teori Holland, yaitu pertama, kebanyakan orang
dapat dikategorikan sebagai salah satu dari enam tipe: realistik, investigatif, artistik,
sosial, enterprising, dan konvensional. Kedua, ada enam jenis lingkungan: realistik,
investigatif, artistik, sosial, enterprising, dan konvensional. Ketiga, individu menyelidiki
lingkungan-lingkungan yang memungkinkan melatih keterampilan-keterampilan dan
kemampuan-kemampuannya, mengekspresikan sikap-sikap dan nilai-nilainya, dan
menerima masalah-masalah serta peranan-peranan yang sesuai. Keempat, perilaku
individu ditentukan oleh interaksi antara kepribadiannya dengan ciri-ciri lingkungannya
(Surya, 1988; Herr & Camer, 1979; Sharf, 1995; Osipow, 1983; Manrehu, 1985; Winkel ,
1996; Gani, 1985). Dan dari keempat asumsi tersebut merupakan rangkuman dari 11
pokok pemikiran Holland mengenai karir : 1. Pemilihan vokasional merupakan
penataan kepribadian individu 2. Inventori minat merupakan inventori kepribadian 3.
Stereotip vokasional mempunyai makna psikologis dan sosiologis yang penting dan dapat
dipercaya. 4. Individu dalam vokasional atau pekerjaan memiliki kepribadian yang
serupa dan kesamaan sejarah perkembangan kepribadian. 5. Individu dalam rumpun
pekerjaan dan memiliki tipe kepribadian yang sama dalam merespon situasi dan masalah
dengan cara yang serupa. 6. Kepuasan, pemantapan dan hasil kerja tergantung atas
kepribadian individu dengan lingkungannya tempat individu itu berada. 7.
Pengetahuan tentang kehidupan vokasional tidak disusun dan sering kali terpisah dari
batang tubuh pengetahuan psikologi dan sosiologi. 8. Dalam masyarakat kebanyakan
individu dapat digolongkan kedalam salah satu dari 6 tipe dan setiap tipe merupakan hasil
interaksi antara faktor keturunan, kebudayaan dan pribadi individu sekitar. 9. Terdapat
6 jenis lingkungan, masing-masing dilakukan oleh salah satu tipe kepribadian tertentu.
10. Individu mencari lingkungan dan vokasional yang dapat melaksanakan kemampuan
dan keterampilannya. 11. Perilaku individu diterangkan melalui pola interaksi
kepribadian dengan lingkungannya. 2. Tipe Kepribadian Holland mengajukkan
hipotesis bahwa pilihan karir itu merupakan suatu upaya pengembangan kepribadian dan
mengimplentasikan gaya perilaku pribadi yang khas itu dalam konteks pilihan karir.
Holland percaya bahwa ketika individu menemukan karir yang cocok dengan
kepribadiannya, maka ia akan menikmati dan bertahan lama dalam pekerjaannya tersebut.
Tipe-tipe kepribadian menurut holland antara lain: a. Tipe kepribadian Realistik
Lingkungan realistik ditandai oleh tugas-tugas konkret, fisik, dan eksplisit. Dimana
kemampuan bekerja dengan menggunakan alat dianggap akan lebih penting
dibandingkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam kepribadiannya
orang realistik lebih suka bekerja dengan menggunakan alat atau mesin dalam melakukan
hobi dan pekerjaannya. Tingkah laku dari konseli ini lebih suka saran dan sugesti yang
spesifik untuk menangani masalah karir dan solusi prakteknya. b. Tipe kepribadian
Investigative Lingkungan investigative ditandai dengan tugas-tugas yang memerlukan
kemampuan abstrak dan kreatif tidak tergantung, pada pengamatan pribadinya.
Berdasarkan kepribadiannya orang-orang tipe kepribadian investigative ini lebih
menyukai teka-teki dan tantangan yang membutuhkan pemikiran intelektual. Konseli
dengan kepribadian investigatif menyukai tantangan berupa pertanyaan-pertanyaan yang
belum terjawab. c. Tipe kepribadian Artistik Lingkungan artistik ditandai dengan
tugas-tugas dan masalah-masalah yang memerlukan interprestasi atau bentuk-bentuk
artistik melalui cita rasa, perasaan, dan imajinasi. Seorang artistik suka
mengekspresikkan dirinya dalam kebebasan yang tidak sistematis yang mereka butuhkan,
yaitu mengekspresikan kebebasan dan keterbukaan secara wajar. Biasanya konseli yang
memiliki kepribadian artistik menyukai pendekatan konseling nonstruktural yang salah
satunya dengan menggunakan lembar kerja. d. Tipe kepribadian Sosial Lingkungan
dengan tipe kepribadian ini ditandai dengan tugas-tugas yang memerlukan kemampuan
menginterprestasi dan mengubah perilaku manusia dan minat untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Kepribadian orang dengan tipe ini yaitu lebih suka dan tertarik pada
hal yang berbau kemanusiaan, menolong sesama, atau menjadi pekerja sosial. Tingkah
laku konseli yaitu orang sosial mengekspresikkan idealisme ingin menolong, selalu cinta
sesama. e. Tipe kepribadian Enterprising Lingkungan dengan tipe enterprissing ini
ditandai dengan tugas-tugas yang mengutamakan kemampuan verbal yang dipergunakan
untuk mengarahkan atau mempengaruhi orang lain. Tipe kepribadian yaitu memperoleh
keuntungan merupakan hal yang sangat penting bagi seorang pengusaha. Tingkah laku
dari konseli yaitu sangat santun pada konselor dan ingin cepat mengakhiri pembicaraan.
f. Tipe kepribadian Konvensional Pengorganisasian dan perencanaan dapat
menggambarkan lingkungan konvensional yang baik. Tipe kepribadiannya yaitu seorang
yang menghargai uang, dapat diandalkan, dan memiliki kemampuan menjalankan aturan
dan perintah (arahan). Sikap konseli dengan kepribadian ini yaitu menganggap bahwa
dirinya sebagai pengatur, namun diarahkan juga oleh orang lain. Sehingga perpaduan dari
tipe-tipe kepribadian tersebut antara lain: Sudah jelas bahwa dunia nyata tidak ada
lingkungan kerja yang hanya memakai satu tipe kepribadian saja. Dan berbagai kondisi
lingkungan berbeda banyak hal. Mereka lebih didominasi satu sampai dua tipe
kepribadian ketika mendengarkan sejarah karir dari kliennya, maka tipe kepribadian
holland sangat membantu dalam memecahkan persoalan tersebut. 3. Perpaduan Tipe-tipe
Kepribadian Hal-hal yang penting dalam konseptualisasi dan penggunaan tipe
kepribadian Holland dalam konseling adalah: kesesuaian, perbedaan, konsistensi dan
identitas. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara kepribadian dan lingkungan.
Pertama, kesesuaian berarti hubungan kepribadian dengan lingkungan. Bagaimana
individu menyikapi lingkungan. Konsep kesesuian sangat penting dalam konseling yang
akan membantu pada pencapaian sasaran yang penting. Keinginan seorang konseli untuk
menentukan karirnya adalah menemukan lingkungan yang sesuai dengan kepribadiannya.
Kedua, perbedaan. Baik individu maupun lingkungan dapat berbeda-beda dalam hal
kepribadian yang mereka miliki, baik satu atau dua tipe dari tipe-tipe kepribadian
Holland. Ketiga, konsistensi menunjukkan kesamaan atau perbedaan tipe-tipe Holland,
baik lingkungan atau individual mempunyai banyak keumuman tipe yang lain. Keempat,
identitas memberikan kejelasan dan keseimbangan arah dan tujuan seseorang ke depan.
Identitas menunjukkan pada kestabilan kerja. 4. Peranan Informasi Karir Sistem Hollan
merupakan sistem yang cocok digunakan oleh konseli karena dapat membantu
menyatukan informasi karir ke dalam proses konseling. 5. Peranan Testing Testing
merupakan bagian penting dari perkembangan teori. Dengan menggunakan informasi
validitas dan reliabilitas dapat membantu konselor memecahkan masalah konseli. 6. Isu-
isu Konselor Beberapa permasalahan yang dihadapi konselor ketika menggunakan teori
Holland adalah sebagai berikut: (a) sistem Holland, (b) masalah informasi okupasional,
dan (c) pendekatan yang digunakan dalam konseling dengan konseli. D. Teori Belajar
Sosial Pendekatan Belajar Sosial Terhadap Teori Perkembangan Karir (Social Learning
Approaches To Career Development Theory) menekankan pada pentingnya perilaku dan
kognisi dalam membuat keputusan karir. Lebih lanjut dapat disebutkan bahwa pembuatan
keputusan karir individu dipengaruhi oleh lingkungan (proses pembelajaran sosial)
terutama dari orang lain yang berarti signifikan. Dengan kata lain, bahwa dalam
mengambil keputusan karir individu dapat mengamati, meniru, dan mencontoh orang-
orang yang ada di sekitarnya, jika apa yang diamatinya sesuai dengan keinginan individu
maka apa yang diamatinya dapat direalisasikannya menjadi sebuah perilaku. Bandura,
Hackett dan Bitz (Osipow, 1983) berpendapat bahwa keputusan yang tepat tentang
kemampuan diri sendiri biasanya diperoleh melalui perbandingan gambaran kemampuan
yang satu dengan yang lain. Pendapat ini senada dengan yang diungkapkan Okiishi
(1987) yang mengembangkan genogram. Okiishi berasumsi bahwa ada pengaruh dari
orang lain terhadap individu dalam perencanaan dan pemilihan karir. Ini berarti dapat
diartikan bahwa, terdapat pengaruh lingkungan (pembelajaran sosial) dalam pengambilan
keputusan karir individu. Menurut Mitchell dan Krumboltz (Manrihu 1985; Sharf, 1992)
ada empat kategori faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, yaitu : 1.
Bawaan genetic dan kemampuan-kemampuan khusus. Menurut teori ini orang tertentu
lahir dengan membawa kemampuan baik besar maupun kecil untuk dimanfaatkan dalam
pergaulannya dengan lingkungan sesuai dengan keadaan dirinya. 2. Kondisi-kondisi
dan peristiwa –peristiwa lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan karier, misalnya kesempatan kerja, imbalan yang akan diperoleh,
kebijaksanaan, prosedur seleksi, dan sebagainya. 3. Pengalaman-pengalaman belajar.
Pengalama belajar yang diperoleh akan mempengaruhi perilaku dan keputusan seseorang.
4. Keterampilan-keterampilan dalam menghadapi tugas. Keterampilan merupakan
hasil dari pengalaman belajar, cirri genetik, kemampuan khusus serta lingkungan.
Menurut Krumboltz dan Baker (Munadir, 1996: 101) kemampuan-kemampuan yang
penting dalam pengambilan keputusan karir, adalah sebagai berikut. 1. Mengenai
situasi keputusan yang penting; 2. Menentukan keputusan apa atau tugas yang dikelola
dan realitis; 3. Memeriksa dan menilai secara cermat dan generalisasi obeservasi diri
dan generalisasi pandangan atas dunia; 4. Menyusun alternatif-alternatif yang luas dan
beragam; 5. Mengumpulkan informasi yang diperlukan tentang alternatif-alternatif itu;
6. Menentukan sumber informasi yang handal, cermat, dan relevan; 7.
Merencanakan dan melaksanakan urutan langkah-langkah pengambilan keputusan. Ada
tiga prosedur atau teknik perilaku konselor yang diambil dari Pendekatan Belajar Sosial
Terhadap Teori Perkembangan Karir dalam proses konseling karir, yaitu : a.
Penguatan (renforcement) b. Penggunaan peranan model (role model) c. Simulasi
(simulation) Krumboltz dan Hammer (Sharf, 1992 : 286-296) mengatakan ada tujuh
langkah dalam pengambilan keputusan karir yang disingkat dalam kata DECIDES, yaitu :
a. Mendefenisikan masalah. Tahap ini bertujuan untuk memperjelas masalah konseli
dengan konselor, tetapi juga untuk mencapai kesepakatan bersama yang saling
menguntungkan. b. Membuat rencana kegiatan. Tahap ini terdiri dari uraian dalam
menentuka proses, konseli tidak hanya membuat resolusi karir, tetapi juga belajar
mnentukan pembuatan proses yang akan dilakukan. c. Mengklarifikasi nilai. Pada
langkah ini konselor dapat mendiskusikan nilai konselinya dengan belajar dari
pengalaman yang lalu, membandingkan nilai tes dengan pengalaman nyata di dalam
pekerjaannya. d. Mengidentifikasi pilihan. Konselor dan konseli memerlukan
penilaian diri, penelitian turunan tentang kepentingan dan kedudukan, selebaran dan
pengalaman. e. Mengetahui dampak-dampak masalah. Dalam menemukan
kemungkinann, konselor harus sangat hati-hati dan tidak memberikan pengaruh
berlebihan kepada konseli yang akan dicapai. f. Mengeliminasi beberapa alternatif
secara sistematis. g. Mulai bertindak. E. Teori Sosial Ekonomi 1. Teori
Pencapaian Status Teori pencapaian status menyangkut peranan prestasi dan status sosial
keluarga dalam memengaruhi pemilihan pekerjaan. Meskipun teori pencapaian status
berguna untuk memperkirakan pencapaian pekerjaan, tetapi teori itu masih saja dikritiki
ooleh Sonnenfeld (Sharf, 1992 : 333) menyatakan bahwa teori pecapaian status
belakangan ini tidak cukup dapat menjelaskan perubahan status sejak seseorang muai
bekerja. Dia mengkritik teori pencapaian status menyangkut kegagalan pengguna data
baru dan tidak melihat perubahan status pekerjaan dalam karir. Lebih lanjut, dalam
pandangannya teori pencapaian status tidak memperhatikan perubahan nilai dalam
masyarakat yang membawa kekurangcocokkan ke definisi keberhasilan karir. 2. Teori
Modal Manusia (Human Capital Theory) Teori modal manusia memiliki asumsi dasar
bahwa manusia merupakan sumber daya utama sebagai subjek baik dalam upaya
meningkatkan taraf hidup dirinya maupun dalam melestarikan dan memanfaatkan
lingkungannya. Menurut teori ini konsep-konsep pendidikan dan karir harus didasarkan
atas asumsi bahwa modal yang dimiliki manusia itu terdapat dalam diri manusia itu
sendiri. Modal itu meliputi sikap, pengetahuan, keterampilan, dan aspirasi. Artinya modal
utama bagi manusia itu ada dalam dirinya sendiri dan modal yang paling utama adalah
pendidikan dan pelatihan (termasuk pendidikan dan pelatihan karir). Aktualisasi modal
yang terdapat di dalam diri manusia itu memerlukan masukan lain dari luar dirinya
sebagai sumber daya alam, lapangan kerja, dunia usaha, dana dan informasi. Individu
berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan agar dapat menerima penambahan
penghasilan. Penghasilan tetap dipandang sebagai suatu manfaat dari keahlian,
pendidikan, dan pelatihan, digabungkan dengan usaha berproduksi secara efektif.
Pendidikan dipandang sebagai investasi yang ketika digabungkan dengan pengalaman
kerja yang tepat, akan menghasilkan pendapatan yang diinginkan. Seseorang (dan
keluarganya) menginvestasikan uang untuk kuliah atau pendidikan lainnya pada titik
awal dalam karirnya. Investasi ini direalisasikan beberapa tahun kemudian ketika dia
mulai memperoleh gaji dari pekerjaannya. Perbedaan dalam pilihan dan keahlian individu
akan mengahasilkan pendapatan yang berbeda pula. Dalam teori modal manusia, agaknya
individu dipandang seperti sebuah firma atau perusahaan: jika perawatan kesehatan dan
biaya pindahan akan membantu memperoleh penghasilan besar, maka biaya pendidikan
misalnya, dapat dipandang sebagai investasi dalam penghasilan akhir seumur hidup
seseorang. 3. Teori Ekonomi Rangkap (Dual Economy Theory) Teori ekonomi
rangkap menganggap bahwa semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk
bersaing di pasar tenaga kerja. Sosiolog dan psikolog sudah lama menyadari hal ini tidak
benar. Terutama kelompok yang kurang mampu dan dirugikan cenderung memasuki
jenis-jenis pekerjaan yang berbeda dari kalangan atas. Teori ekonomi rangkap dua
mengklasifikasikan baik perusahaan maupun pasar tenaga kerja dalam dua kelompok:
primer (inti) dan sekunder (sekeliling). Meskipun semula digunakan untuk
menggambarkan dua jenis perbedaan besar dalam pasar tenaga kerja, teori dualistik
secara berangsur-angsur dikembangkan ke dalam suatu ragam yang tak terpisahkan dari
pasar tenaga kerja. Semula, majikan utama dipandang sebagai pemegang tugas sekunder
sistem deretan bertingkat yang dikemukan oleh Piore dan kawan-kawan. Dalam
penelitiannya, dia menemukan bahwa pegawai remaja di pasar tenaga kerja sekunder
cenderung bekerja dalama eceran keci atau dikontrak perusahaan. Perusahaan-perusahaan
tersebut cenderung mengembangkan reputasi sebagai penyewaan anak-anak muda. Para
remaja sering mendengar tentang lowongan pekerjaan di bidang ini melalui teman-teman
mereka. Sebaliknya, pekerjaan yang ada di perusahaan primer datangnya kebanyakan
lebih sering melalui keluarga yang bekerja di perusahaan primer daripada melalui teman-
temannya. 4. Teori Fungsi (Functional Theory) Teori fungsi menekankan tentang
pentingnya hubungan yang erat antara pendidikan (dan karir) dengan pengembangan
sosial ekonomi. Teori ini memberikan makna bahwa pendidikan ialah upaya sadar untuk
menumbuhkan dan mengembangkan mekanisme keseimbangan antara pelestarian nilai-
nilai budaya, kesatuan masyarakat, kestabilan ideologi, dan perkembangan ekonoi dalam
suatu kesatuan wilayah. 5. Teori Gerakan Masyarakat (Social Movement Theory)
Teori gerakan masyarakat berkaitan dengan upaya masyarakat baik dalam memecahkan
masalah yang dihadapi individu maupun dalam memajukan taraf hidup masyarakat. Teori
ini lebih memberikan tekanan pada peranan pendidikan sebagai bagian penting dalam
ggerakan pembangunan masyarakat. Program-program pendidikan disusun atas dasar
kebutuhan yang dirasakan dan dinyatakan oleh masyarakat. Program-program pendidikan
dirancang dan dilaksanakan secara terpadu dengan program-program lainnya dalam
gerakan pembangunan masyarakat. Fungsi pendidikan adalah untuk memotivasi individu
dan masyarakat dalam mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan, aspirasi, dan
untuk meningkatkan kemampuan berpartisipasi dalam upaya bersama guna meningkatkan
taraf hidup dan kehidupan masyarakat. BAB III PERKEMBANGAN DAN
KEMATANGAN KARIR ANAK-ANAK A. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar
Menurut pendapat Hurlock pada tahun 1993 Anak usia sekolah dasar atau sering disebut
late childhood berlangsung pada usia 6 tahun sampai tiba saatnya anak menjadi matang
secara seksual. Pada umumnya usia anak berkisar antara 6-12 tahun. Akhir masa kanak-
kanak memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak prasekolah. Pertumbuhan dan
perkembangan aspek psikofisik anak berjalan relatif lebih tenang, perlahan-lahan dan
seimbang. Masa antara usia 6-12 tahun, dubagi atas dua bagian yaitu: · Masa
pertengahan anak sekitar 6 atu 7 sampai 9 atu 10 tahun · Masa akhir anak atau pra
remaja dari usia 9 tahun sampai 12 tahun. Penjelasan setiap Aspek perkembangan masa
akhir anak (pre adolescence) sebagai berikut: 1 Perkembangan Fisik Pertumbuhan
dan perkembangan fisik anak pada masa ini menjadi agak lambat tetapi konsisten sampai
mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas. Terdapat 4 aspek dalam perkembangan fisik
individu: a. Sistem syaraf Yang pempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi
b. Otot Yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik c.
Kelenjar endokrin Yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru d.
Struktur fisik atau tubuh Yang meliputi tinggi, berat dan proporsi. 2 Perkembangan
Intelegensi Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama,
antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua.
Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir
operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan
maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya. 3 Perkembangan Emosi
Hubungan ketergantungan emosional yang dialami anak terlihat dari hasil pola asuh
orangtua. Orangtua yang peka terhadap perubahan anak akan memberikan hubungan
ketergantungan emosional yang baik. Ketergantungan yang terjalin dengan positif antara
anak dan orantua memberikan pengaruh yang baik bagi perkembangan anak. Emosi yang
secara umum dialami pada tahap perkembangan sekolah dasar adalah marah, takut,
cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senang dan
bahagia) 4 Perkembangan Bahasa Perkembangan bahasa anak sekolah dasar kelas
tinggi berlangsung dengan sangat pesat, terutama kemampuan anak dalam mengenal dan
menguasai pembedahan kata. Anak menambah kosa kata dari berbagai sumber seperti
pelajaran di sekolah, buku bacaan, media massa atau pembicaraan dengan teman dan
orang dewasa lain.

BAB III
PEMBAHASAN

Kelebihan buku utama dan kelemahan buku

1) Dilihat dari aspek tampilan buku yang berjudul Pendidikan Agama Islam yang direview,
tampilan Cover yang menarik dan sampul bukunya sangat bagus sehingga pembaca
tertarik memilih buku untuk dijadikan CBR.
2) Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font sudah sangat
bagus karena setiap sub ataupun bagian pembahasan tertata dengan rapi kemudian font
yang digunakan buku tersebut sehingga pembaca mudah untuk memahaminya

3) Masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan penulisan dalam buku yang harus diperbaiki
karena ortograf sebuah tulisan itu sangat penting adanya.

4).Kelemahan dalam buku ini terdapat beberapa kata yang sulit dipahami oleh pembaca,
terdapat kesalahan dalam penulisan

Kelebihan buku pembanding dan kelemahan buku

Keunggulan Buku

 Buku ini menjelaskan tentang sejarah konseling karir


 Pembahasan dalam bab nya bergelayut dalam artian memiliki hubungan yang relevan
antara satu dengan yang lain.
 Dalam buku ini membahas tentang apa saja yang termasuk kedalam konseling karir

Kelemahan Buku

 Masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan penulisan dalam buku yang harus diperbaiki
karena ortograf sebuah tulisan itu sangat penting adanya.
 Kelemahan dalam buku ini terdapat beberapa kata yang sulit dipahami oleh pembaca,
terdapat kesalahan dalam penulisan

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Bimbingan karier merupakan bentuk layanan khusus usaha bimbingan di sekolah dengan
tujuan penyiapan siswa untuk kehidupan kerja yang berhasil dan bertanggung jawab di dalam
masyarakat. Layanan informasi, yaitu memberikan sejumlah informasi kepada peserta didik
mengenai dirinya maupun mengenai lingkungannya. Pengaturan jadwal kegiatan pelaksanaan
tugas siswa sehingga siswa di sekolah tetap dapat melakukan tugas-tugas intrakurikuler,
kurikuler dan ekstra kurikuler, di samping melaksanakan tugas-tugas dalam melaksanakan
Bimbingan Karir. Ceramah dari nara sumber atau tokoh-tokoh berkarir berupa layanan informasi
tentang pengalaman, usaha, hambatan, keberhasilan dari tokoh-tokoh berkarir. Kunjungan
pengumpulan informasi berupa kegiatan mendapatkan berbagai keterangan yang bersangkut paut
dengan kehidupan dan dunia kerja dari instansi atau perusahaan yang dikunjungi. Membuat peta
dunia kerja yaitu seperangkat kegiatan untuk mengenal berbagai macam pekerjaan, jabatan, atau
karir yang terdapat di lingkungan sekitarnya dan menyusunnya secara sistematis sehingga mudah
dipahami. Konsultasi dan konseling karir yaitu proses pemberian bantuan kepada siswa secara
individual agar dapat memilih karirnya secara tepat, dilaksanakan melalui pendekatan individual
dalam rangkaian interviu konseling.

Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai cara dan alat seperti wawancara,
observasi, studi dokumentasi, angket, tes, analisa hasil kerja siswa. Penilaian perlu diprogramkan
secara sistematis dan terpadu, kegiatan penilaian baik mengenai proses maupun hasil perlu
dianalisis untuk kemudian dijadikan dasar dan tindak lanjut untuk perbaikan dan pengembangan
program layanan bimbingan. Dengan dilakukan penilaian secara komprehensip, jelas dan cermat
maka diperoleh data atau informasi ini dapat dijadikan bahan untuk pertanggungjawaban,
akuntabilitas, pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.

Saran

Bagi Guru BK hendaknya mampu menerapkan program bimbingan konseling karir di


sekolah dengan baik dan benar

Bagi calon Guru BK/Mahasiswa BK agar dapat Mengetahui dan memahami pelaksanaan
Bimbingan Konseling karir di sekolah dan cara penerapan program Bimbingan Konseling Karir
di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Introduction to Career Counseling for the 21 Century/ Robert L. Gibson, Marianne H.


Mitchell

Bimbingan konseling dan karir : sepanjang rentang kehidupan/ Robert L. Gibson,


Marianne H. Mitchell

Anda mungkin juga menyukai