Anda di halaman 1dari 9

REFLEKSI SINTUA

Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan
pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! (2 Timotius 4:5)

1. PENDAHULUAN
Sintua adalah sebutan untuk seseorang yang menjadi penatua disuatu dedominasi
gereja (Lutheran) seperti HKBP, HKI, GKPI, GKPS, khususnya di kalangan
masyarakat Batak untuk (Calvinis) gereja BATAK KARO (GBKP) Sintua disebut
Pertua. Sintua/Pertua diambil dari serapan kata Presbiteros (orang ang dituakan).
Sintua bersama-sama Diaken (Diakon) / Syamas melayani di gereja dengan sedikit
perbedaan tugas pelayanan sebagai penilik jemaat. Diaken dari serapan kata
Diakonos (Pelayan/Pelayan meja). Didalam Alkitab (bible) kata Pertua/Diaken
terdapat pada I Timotius 3 : 1-7. Seorang Sintua dalam gereja harus mampu
melayani anggota jemaat gereja dan menjadi panutan. Ia diberi hak untuk
memberitakan injil seperti seorang pendeta, akan tetapi dia harus berkumpul dan
bermusyawarah dengan sintua lain dalam suatu sesi yang disebut sermon, di mana
dibahas tentang apa yang akan dikhotbahkannya dalam suatu kebaktian di gereja.
Peranan dan kedudukan Sintua dalam satu organisasi gereja berbeda dengan yang
lain. Setelah diangkat, seorang Sintua dapat ditahbiskan jika tidak ada yang
berkeberatan. Rencana pentahbisan akan diumumkan kepada seluruh anggota
jemaat 2 pekan sebelumnya. Seorang Sintua yang telah diangkat selama minimal 2
tahun sudah dapat ditahbiskan jika dia bersedia. Jika tidak, maksimal 5 tahun
setelah pengangkatan dia sudah harus ditahbiskan. Suatu jemaat menentukan
jumlah Sintua yang ada menurut jumlah anggota jemaat yang dilayaninya.
Karenanya pemilihan Sintua umumnya dapat diadakan jika telah terjadi
pertumbuhan jumlah jemaat, restrukturisasi jemaat, atau karena berkurangnya
jumlah sintua.
Seorang Sintua yang belum ditahbiskan berhenti menjadi Sintua jika keluar dari
Gereja di mana ia terpilih. Pengecualian terjadi di saat anggota jemaat Gereja
tersebut masih menerima yang bersangkutan untuk melayani. Seorang

2. SINTUA DALAM PELAYANAN


Sering kita mendengar perkataan ini: “Gabe Sintua parroha Sintua ma hamu!”,
artinya, “Jadilah Sintua/Penatua yang berhati Penatua”. Apa artinya perkataan ini?
Perkataan ini mau mengharapkan sesuatu yang baik dari seorang Sintua. Sintua
menjadi teladan, tiruan, panutan di tengah keluarga, gereja dan masyarakat.
Mengapa perkataan ini sering disampaikan? Karena ternyata di tengah lapangan
pelayanan, banyak Sintua yang berhati “tuan”, berhati “penguasa”, berhati
“pelawan”, berhati “asusila”, berhati “tidak senonoh” terhadap keluarganya,
gerejanya, pendetanya, tetangganya, dan lain-lain. Sintua bukan lagi panutan dan
tiruan. Bahkan yang paling ngeri lagi orang menjadi “takut” menjadi Sintua. Dan
mereka berkata, ”Lebih baik jadi Jemaat biasa, tetapi berhati Sintua”. Manakah yang
lebih baik? Yang lebih baik sebenarnya adalah Sintua yang berhati Sintua. Sintua
yang membantu (”mangurupi”) Pendeta (baca: Kerajaan Allah/Gereja) di dunia ini.
Untuk dapat melihat sejauh mana peran keluarga Sintua dalam mendukung
pelaksanaan tugas hasintuaon di HKBP ini, maka terlebih dahulu kita melihat apa
sebenarnya tugas-tugas para Sintua di HKBP dan bagaimakah mereka seharusnya
bersikap dan bertingkah laku di dalam pelayanan Jemaat ini. Pelayanan gereja tentu
tidak hanya pelayanan Mimbar (khotbah, evanggelisasi ) dan sermonial
(Ibadah/sakramen), Penatalayanan Administrasi dan Keuangan/manajemen gereja,
tetapi sangat luas dan menyangkut bidang (masalah) Pelayanan Persekutuan
(koinonia) jemaat secara kategorial yang berkaitan dengan kehidupan pribadi,
keluarga yang terkait dengan kehidupan rohani, mental, sosial-ekonomi, bahkan
juga terkait karena masalah budaya - masyarakat dan politik dimana gereja kita
berada/sekitar jemaat. Pelayanan gereja juga Menyangkut Pelayanan yang
berkaitan dengan Pelayanan Marturia; pekabaran injil ke dalam dan ke luar, musik
dan Pelyanan Diakonia Gereja di tengah dunia ini untuk kalangan jemaat itu sendiri
dan di luar jemaat juga.
Jemaat hidup dan berada di tengah-tengah dunia; dunia yang terkait dengan
kebutuhan fisik (pangan - sandang, papan), kebutuhan sosial (dihargai - dihormati -
dikasihi - disayangi) dan kebutuhan rohani (aktualisasi diri, tenang, aman, damai
sejahtera). Mau tidak mau jemaat berada dan bahkan mungkin mengalami 4 S
(Susah, Sakit, Stress dan Stroke) sebelum Stop.
Gereja dalam tritugas panggilanya sebagai Pelayan/Sintua Gereja kepada “warga
jemaat/Gereja”, sebagai Tubuh Kristus (Persekutuan orang percaya), yang melayani
(dalam arti teologis); melindungi, menjaga, memelihara, memberi makan,
membangun, membina, memberi nilai kwalitas dan kwantitas jemaat secara rohani
dan jasmani, sebagaimana Allah menggembalakan umatNya (Maz 23, Yehezkiel 34,
Joh 10).
Panggilan gereja (orang percaya/pelayan): seperti yang dipraktekkan Tuhan Yesus
Kristus pada masa hidupnya (Yoh 10, Yoh 21:15-17): mengajar, berkhotbah,
menyembuhkan, menghibur, melayani, memberi makan, mengunjungi dari desa ke
desa, mengunjungi kota ke kota, kunjungan dari rumah ke rumah dan rumah ibadat,
mendelegasikan tugas (pemuridan), menasehati dengan berbagai metode dan cara
edukatif dan persuasive (teaching, Preaching, konseling dan Healing ).
Pelayan/Sintua Gereja adalah Pelayan (murid-murid/diamanatkan kepada yang
diutus) memberlakukan seperti yang dilakukan Yesus. Dasar atau motivasi
pelayanan adalah Kasih Allah dan mengasihi manusia. Melakukan tugas dan
pelayanan dengan kerendahan hati, tulus dan sukacita, tidak terpaksa/dipaksakan
atau dengan motivasi lain (dihormati/dihargai/prestise, dll). Setulus hati mau
terpanggil untuk kerajaan/kehendak Allah, sekalipun ada kerikil-kerikil, hambatan,
tantangan, cemohan, kritik/celaan yang merendahkan/meremehkan jiwa kita. Ingat
motto: Aku PELTU (Pelayan Tuhan) tentu bukan soal harga diri sebagai pejabat,
orang terhormat.

C. TUGAS SINTUA BERDASARKAN ALKITAB


Di dalam Perjanjian Baru tugas penatua dikelompokkan dengan tiga hal:
1. Melayani secara pastoral, ini mencerminkan situasi awal kehidupan orang Israel
sebagai kelompok pengembara sambil membawa ternaknya. Oleh sebab itu
gambaran umat sebagai domba dan Allah (serta para pemimpin) sebagai gembala
merupakan gambaran yang cukup menonjol dan sekaligus mengungkapkan realita
kehidupan yang penuh tantangan sehingga kita memerlukan kepemimpinan yang
bersifat sebagai gembala ( Maz 23, Joh 10, Yehezkiel 34 ). Paulus mengatakan
kepada para penatua di Efesus: “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh
kawanan domba, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk
menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri”
(Kisah Para Rasul 20: 28). Istilah penilik di sini tidak sama dengan memeriksa
(inspeksi !) melainkan untuk menekankan pekerjaan yang bersifat menolong atau
menyatakan kepedulian terhadap orang yang menderita, yang
dilayani/digembalakan.
2. Memimpin jemaat. Pengertian memimpin disini adalah seperti memimpin
(mengepalai) keluarga (oikonomos). Oleh sebab itulah Paulus rnemakai istilah
“pengatur rumah Allah” untuk tugas kepemimpinan penatua di jemaat (Titus 1: 7;
lihat, 1 Timotius 3: 4-5; 5: 17; 1 Tesalonika 5: 12). Kehidupan jemaat adalah suatu
persekutuan yang saling mempedulikan ibarat suatu keluarga, keluarga Allah
(familia Dei), di mana ada kepemimpinan yang melayani, yang bertujuan
menciptakan kesejahterian semua anggota keluarganya. Dalam konteks lain jemaat
sering dilukiskan sebagai tubuh: memiliki banyak anggota tetapi tetap di dalam
kesatuan ( Rom 12, I Korintus 12). Oleh karena itu pertumbuhan jemaat akan
nampak dan hidup apabila para penetua mempedulikan kehidupan anggota
jemaatnya/gereja.
3. Sebagai penjaga terhadap ajaran yang menyesatkan/ berbagai ajaran sesat, yang
menekankan perlunya kita mewaspadai berbagai rupa ajaran yang menyesatkan
jemaat. Rasul Paulus mengingatkan para penatua di Efesus untuk berjaga-jaga
terhadap ancarnan serigalaserigala ganas. “Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi,
serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan
menyayangkan kawanan itu. Bahkan dan antara kamu sendiri akan muncul murid
dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. Sebab itu berjaga-jagalah
(Kisah Para Rasul 20: 29-31). Titus dinasihatkan untuk berpegang. teguh pada
ajaran yang sehat agar mampu “meyakinkan penentang-penentangnya” (Titus 1;
10).

D. TUGAS SINTUA BERDASARKAN AGENDA HKBP


Ada 7 pokok uraian tugas pokok ”Partohonan Sintua”, yakni: (Agenda HKBP hal. 35)
:
1. Pangula ni huria do Sintua mamatamatahon angka na pinasahat tu nasida dohot
mangaramoti parangenasida. Molo diboto nasida, na hurang ture perange ni
manang ise, ingkon pinsangonnasida i, manang paboaonnasida tu Guru dohot tu
Pandita, asa dipature.
2. Mandasdas tu parmingguan dohot manangkasi alana umbahen na so ro.
3. Mandasdas anakboru sikola, asa ondop ro.
4. Maningkir angka na marsahit jala paturehon na ringkot tu nasida dohot nasa na
tarpatupasa, alai na rumingkot, pasingothon Hata ni Debata tu nasida dohot
tumangiangkonsa.
5. Mangapuli angka na marsak, paturehon angka na dangol dohot na pogos.
6. Mangapuli angka sipelebegu, angka patugamo na asing dohot angka na lilu, asa
dohot marsaulihon hangoluan na pinatupa ni Tuhan Jesus.
7. Mangurupi paturehon angka guguan dohot ulaon na ringkot tu Harajaon ni
Debata.

Atau :
1. Sintua adalah pelayan yang menerima tahbisan membantu (mangurupi) Pendeta
di dalam jemaat untuk mengamati anggota-anggota jemaat yang dipercayakan
kepada mereka dan meneliti perilakunya. Apabila Sintua mengetahui ada Warga
Jemaat perangainya kurang baik, maka mereka harus ditegur dan dibimbing agar
mereka kembali ke jalan yang benar.
2. Sintua mengajak anggota jemaat untuk datang beribadah dan meneliti alasan-
alasan mengapa mereka tidak datang mengikutinya. (artinya, seorang Sintua harus
aktif membuat penelitian terhadap kuantitas dan kualitas ibadah yang dilaksanakan
di dalam Gereja dan juga harus aktif meneliti masalah yang dihadapi Gereja dalam
menarik kehadiran jemaat dalam beribadah).
3. Sintua mengajak para anak untuk rajin datang mengikuti ibadah Sekolah Minggu.
(artinya, Sintua harus terlibat aktif dalam pelayanan kepada anak-anak Sekolah
Minggu, karena Sintua bukan hanya menjadi Sintua bagi orang dewasa saja).
4. Sintua mengunjungi orang sakit dan memberi bantuan sesuai dengan
kemampuannya, namun yang terpenting adalah mengingatkan mereka akan Firman
Allah dan mendoakannya.
5. Sintua menghiburan orang yang berdukacita, menolong orang yang susah dan
orang yang miskin (artinya, Sintua harus berperan aktif mengentaskan kemiskinan
warga jemaat melalui pendidikan, ketrampilan, dll. Sintua harus mampu menjadi
motivator bagi warga jemaat agar warga jemaat mampu keluar dari setiap
pergumulan kehidupan jasmani maupun rohaninya).
6. Sintua membimbing penyembah berhala, orang sesat, supaya turut serta
memperoleh hidup dalam Yesus Kristus. (artinya, Sintua memberitaan Firman Allah
kepada orang belum percaya dan mengenal Tuhan Yesus semisal: penyembah
berhala, orang sesat, supaya turut serta memperoleh hidup dalam Yesus Kristus).
7. Membantu pengumpulan dana (semisal : Persembahan Bulanan, dan dana-dana
lain yang ditetapkan oleh Gereja) dan tugas pelayanan Kerajaan Allah.

E. TUGAS-TUGAS SINTUA BERDASARKAN TATA LAKSANA


a. Memberitakan Firman Allah dan melaksanakan Pekabaran Injil.
b. Mengajak warga Parlagutan untuk mengikuti kabaktian dan meneliti serta
mempelajari apa sebabnya jika mereka tidak datang dalam kebaktian.
c. Mendorong agar anak-anak Anggota Parlagutan rajin dan setia datang mengikuti
kebaktian Sekolah Minggu.
d. Mengunjungi orang sakit dan menyediakan hal-hal yang dibutuhkan si sakit sesuai
dengan kemampuan yang ada, menyampaikan Firman Allah serta mendoakan
mereka.
e. Memberikan penghiburan bagi orang yang berduka dan menolong orang yang
kesusahan.
f. Memberikan bimbingan kepada orang yang belum percaya kepada Kristus agar
mereka juga memperoleh anugerah yakni kehidupan kekal yang telah disediakan
Yesus.
g. Mengupayakan pemasukan persembahan bulanan dan kewajiban anggota
Parlagutan lainnya demi untuk kepentingan Gereja dan pemberitaan Firman Allah.
h. Membimbing serta mengajar orang yang sesat agar mereka kembali ke jalan yang
benar sesuai dengan kehendak Yesus.
i. Sebagai Pelayan di Parlagutan untuk memperhatikan Anggota Parlagutan jika ada
perbuatan serta kelakuan yang menyimpang dari ajaran Firman Tuhan. Jika seorang
Sintua mengetahui ada perilaku anggota Parlagutan yang kurang baik, maka Sintua
harus memberi nasehat dan selanjutnya melaporkan kepada Guru Parlagutan atau
Pendeta untuk digembalakan atau diberikan bimbingan.

F. TUGAS SINTUA LAINNYA


1. Sintua harus kebaktian minggu dan kebaktian lainnya.
2. Mengikuti Perjamuan Kudus.
3. Berpakaian rapi di dalam menghadiri setiap ibadah (memakai dasi dan atau jas
lengkap dan atau memakai baju resmi lainnya)
4. Hadir sebelum ibadah dimulai untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang
berkaitan dengan ibadah
5. Menjaga ketertiban ibadah
6. Memasuki konsistori Gereja sebelum dan sesudah ibadah untuk mengevaluasi
pelayanan hari itu
7. Menghadiri Sermon Sintua untuk mempersiapak pelayanan mingguan
8. Mempersiapkan ibadah sektor/wyik
9. Dan lain sebagainya

G. PRINSIP-PRINSIP PELAYANAN
Dalam mencapai dan menjalankan tugas-tugas hasintuaon di atas, maka para
Sintua HKBP dituntut untuk:
1. Menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya/tugasnya untuk kelancaran dan
kebahagiaan/sukacita orang yang kita layani.
2. Memberikan/mengorbankan: waktu, tenaga, kemampuan, keahlian-keterampilan
secara dinamis-kreatif, tulus, jujur-terpercaya/dipercaya (manegement waktu;
keluarga, pekerjaan kantor dan gereja). Sebagaimana yang diungkapkan Yesus
Anak manusia datang bukan untuk dilayani tetapi melayani (Mark 10:45).
3. Melayani sesuai dengan telenta kita masing-masing (I Pet 4:10). Jadi pelayanan
dalam konteks Gereja adalah untuk kemuliaan Allah dan setiap orang percaya
dipanggil/terpanggil untuk pelayan/melayani sebagai perpanjangan
tangan/kawan/mitra kerja Tuhan ( I Korint 3: 8-9, I Korintus 4:1).
4. Melayani dengan tulus-ikhlas, tanpa pamrih, bukan supaya dihormati, dihargai,
dipuji dan dibilang hebat. Melayani bukan dengan terpaksa/dipaksakan atau untuk
kepentingan/keuntungan diri kita tetapi yang dilayani (I Pet 2:21, I Pet 5:1-6).
Dipanggil untuk mengikuti jejak Allah memberi pelayanan untuk dan demi kehendak
Allah.

H. PENTINGNYA SUATU KUNJUNGAN PASTORAL (SEELSORGE)


Tugas ini seelsorge adalah tugas utama seorang Sintua. Seelsorge adalah
pemeliharaan dan pengawasan jiwa atau roh. Inilah tugas Sintua kepada para
anggotanya. Tugas yang berat. Sering dalam gereja pemeliharaan dan pengawasan
kepada para anggota jemaat kurang memadai. Barangkali sintua senang apabila
banyak orang datang ke kebaktiannya, sedangkan bagaimana keadaan rohani
orang-orang itu tidak diperhatikan. Ada pula sintua yang sibuk menjaga agar tidak
ada seorangpun anggota gerejanya yang sesat terhilang ke kandang orang lain. Ini
semua baik, tetapi jangan itu saja! Pemeliharaan dan pengawasan kepada para
anggota lebih dari pada ini.
Apakah maksudnya pemeliharaan? Pertama, persekutuan (Kis. 4:23; 2:42; Ibr.
10:24,25). Persekutuan ini bukan melulu dalam kebaktian di gereja, tetapi juga
dalam kunjungan, doa, saling menasihati dan saling melayani. Persekutuan jangan
sampai mengambil seluruh waktu orang Kristen! Kedua, pengajaran Firman Allah
(Kis. 2:42; Ef. 4:12-16). Para anggota jemaat seharusnya sungguh memerhatikan
acara Pendalaman Alkitab (Bible Study) di gereja. Ketiga, pelayanan upacara-
upacara, yaitu baptisan dan perjamuan Tuhan. Keempat, pelayanan sosial - yang
menyangkut kebutuhan jasmani anggota jemaat setempat juga perlu diperhatikan
(Lih. Kis 6:1-6).
Kemudian, apakah maksudnya pengawasan?
a. Pertama, jemaat Kristus adalah jemaat yang suci dan tugas pengawasan jemaat
dipercayakan oleh Tuhan kepada jemaat itu sendiri (Matius 18:15-17). Jadi, jemaat
setempat mempunyai tanggung jawab untuk mendekati anggotanya yang bersalah.
Atau datang kepada anggota yang hampir-hampir jatuh dalam suatu jerat. Dengan
mengingat diri sendiri tidak sempurna, dan dengan kasih Tuhan, kita hendaknya
menasihati orang itu. "Saudara, kalau seorang kedapatan melakukan suatu
pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang
benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri (Galatia 6:1,2). Tetapi
apa yang sering terjadi dalam gereja bila ada seorang anggotanya yang hidupnya
mulai main-main dengan dosa? Bukannya kita datang kepada orang itu langsung
untuk menasihati dia, melainkan semua orang di gereja mulai berbisik-bisik satu
kepada yang lain mengenai orang itu, tanpa ada seorang pun yang mau menasihati
dia. Sebaliknya orang itu malah menjadi bahan pembicaraan semua orang. Ini tidak
menolong orang tersebut. Malahan kita justru menjerumuskan dia ke dalam jurang
dosa! Betapa sering kita bersalah di hadapan Tuhan dalam masalah ini.
b. Pengawasan jemaat mempunyai dua tujuan: (a) menyatakan dan mengeluarkan
orang yang tidak benar-benar bertobat dan yang hidupnya hanya senang dalam
dosa dari persekutuan Kristen/jemaat ( lih. 1 Yohanes 2:19). Dan (b) mengajar orang
percaya agar ia sadar dan kembali kepada jalan yang benar.

Bagaimana tugas pengawasan ini dapat dilaksanakan dengan baik? Alkitab


memberikan beberapa petunjuk mengenai pelaksana tugas ini: Apabila seorang
bersalah, hendaklah ditegor langsung oleh yang mengetahuinya (Matius 18:15-17).
Apabila orang itu tidak mau mendengarkan, barulah membawa seorang atau dua
orang saksi lain. Apabila ia masih bersikeras dalam dosanya, seluruh jemaat
menasihatinya. Apabila tidak berhasil menyadarkan dia, ia perlu dikucilkan.
Pendeta/Sintua jemaat setempat wajib mengambil tindakan apabila ada dosa yang
nyata dalam jemaat itu (1 Kor. 5:3-7 ). Seorang yang bertobat dari dosanya, wajib
diampuni dan disambut lagi (2 Kor. 2:6-11).
Kesalahan dan Pamincangon pada Sintua dapat kita lihat pada, ajaran sesat (Titus
1:13; 3:10). Apabila ada anggota yang terus mengikuti ajaran sesat, misalnya
menolak Ketuhanan Yesus dan sebagainya, ia wajib ditegor. Zinah (1 Kor. 5:1-5).
Dosa terbuka (1 Tim. 5:20).
Yang paling penting, dalam melaksanakan tugas pengawasan ini, hendaklah jemaat
bertindak dengan adil (1 Tim. 5:19), dengan rendah hati 2 Kor. 10:12), dengan
lemah lembut (Galatia 6:1), dan dengan kasih (1 Kor. 13:4). Jemaat yang setia
dalam semua ini, penyembahan, pemberitaan Injil, dan pemeliharaan serta
pengawasan, akan sungguh menjadi jemaat yang memuliakan Tuhan (Efesus 1:12).

I. PERANAN KUNJUNGAN PASTORAL


Kunjungan ke rumah tangga adalah merupakan salah satu usaha untuk mengenal
lebih dalam lagi tentang yang berhubungan dengan kehidupan keluarga. Manfaat
yang dapat diperoleh dari kunjungan:
a. Membina hubungan yang lebih erat antara Sintua dan jemaat secara pribadi.
b. Sintua dapat mengenal keluarga dan kehidupan/suasana kehidupan keluarga
jemaat.
c. Sintua dapat mengetahui sekaligus menolong menyelesaikan persoalan -
persoalan yang dihadapi jemaat.
d. Sintua dapat mengevaluasi hasil pelayanannya yang telah diterima warga jemaat
dalam kehidupannya sehari-hari.
e. Kunjungan ke rumah tangga dapat menjadi pelengkap dan penguat pelayanan
Sintua kepada jemaat.
f. Untuk menanamkan keyakinan pada keluarga/jemaat bahwa Sintua turut
bertanggung jawab terhadap perkembangan kehidupan jemaat secara keseluruhan.
g. Sintua dapat membina kerjasama yang baik dengan keluarga/jemaat dalam
proses pembinaan kerohanian jemaat.

Mengingat ada tujuan yang penting yang harus dicapai dalam acara kunjungan
tersebut maka perlu diperhatikan bahwa kunjungan pun harus dipersiapkan dengan
baik, misalny: mencari tahu lebih dulu sehubungan dengan karakter keluarga yang
akan dikunjungi, membuat persiapan / perencanaan kunjungan sesuai dengan
karakter keluarga yang berhubungan dengan: penetapan waktu kunjungan yang
tepat, penetapan petugas kunjungan yang dapat diterima (sesuai dengan karakter
keluarga), menjaga penampilan yang sopan dan berkenan bagi keluarga yang
dikunjungi, mempersiapkan penggunaan bahasa komunikasi yang baik dsb.
Sudah saatnya kita para Sintua di HKBP kembali menghidupkan pelayanan ini jika
kita mau ada kemajuan dan perubahan dalam pelayanan kita di HKBP ini. Memang
sulit bagi kita, namun jika meminta dan memohon kekuatan kepada Kristus, maka
segalanya akan dapat kita jalani dengan baik.

J. ETIKA PELAYANAN GEREJA


Dalam tugas pelayanannya setiap hari setiap pelayan dituntut memiliki etika
pelayanan. Etika pelayanan yang dimaksudkan mengacu pewujudnyataan
pelaksanaan Tri Tugas panggilan Gereja. Harus kita akui sering sekali para pelayan
gerejawi tidak mengetahui batasan tugas dan tanggungjawabnya secara baik dan
benar. Jadi jabatan satu-satunya dalam Gereja adalah pelayanan (Mrk.10:45;
Yoh.3:16).

K. PERAN KELUARGA SINTUA DI HKBP


Dengan melihat banyaknya tugas-tugas para Sintua HKBP di atas, maka dukungan
keluarga sangat dibutuhkan. Secara kemanusiawian, para Sintua HKBP mungkin
tidak sanggup menjalankan tugas-tugas tohonan hasintuaon itu. Namun, harus kita
ingat bahwa dari kita yang dituntut kemauan bukan kemampuan. Jika kita mau,
maka Tuhan akan memampukan kita melakukan tugas-tugas hasintuaon itu.
Dukungan apakah yang harus diberikan oleh keluarga kepada suami/istrinya yang
menjadi Sintua di KHBP? Ada banyak hal yang bisa dikerjakan oleh keluarga Sintua
dalam rangka menopang dan mendukung suami/istrinya yang menjadi Sintua di
HKBP.
a. Mendoakan suami/istrinya ketika pergi menjalankan tugas pelayanan yang mulia
itu.
b. Mengingatkan suami/istrinya dalam tugas pelayanannya.
c. Mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pelayanan
suami/istrinya ketika suami/istrinya mau melaksanakan tugas pelayanan mulia itu.
d. Memberikan dana yang dibutuhkan suami/istrinya ketika pergi menjalankan tugas
pelayanan mulia itu.
e. Merelakan suami/istrinya ketika pergi menjalankan tugas pelayanan mulia itu.
f. Mendampingi suami/istri dalam melaksanakan tugas pelayanan mulia itu, semisal:
bersama-sama pergi ke partangiangan wilayan/wyik.
g. Aktif mengikuti dan memasuki organisasi dan kegiatan kategorial.
h. Tidak cemburu jika suami/istrinya bertemu dengan warga jemaat
i. Tidak banyak menuntut dan tidak mengharapkan balas jasa dalam tugas
pelayanan suami/istrinya.
j. Menjadi teladan di tengah keluarga dan Gereja.
k. Dan lain sebagainya.
Apa kendala bagi keluarga di dalam mendukung pelayanan hasintuaon di HKBP?
Terkadang harus diakui bahwa seringkali para keluarga tidak mau mendukung
suami/istrinya dalam tugas pelayanan ini, adalah karena "merasa malu“. Mengapa
merasa malu? Karena suami/istrinya tidak berlaku sesuai dengan yang dituntut oleh
tohonan yang melekat pada diri suami/istrinya itu. Tidak jarang kita lihat sekarang,
Sintua itu sudah menjadi "Sintua Hari Minggu”, “Sintua Dua Jaman”, “Sintua
Parsermon saja”, “Sintua Pangalo ni Pandita”, “Sintua Parmitu”, “Sintua Parbada”,
“Sintua Pemalas”, “Sintua Sigurgak Ulu, Sigurbak Ateate, Sigurbak Butuha”, Sialo /
Paroaroa Uluan ala ambisi jadi Uluan dan lain-lain.
Bagaimana mungkin lagi keluarga kita mau mendukung kita dalam melaksanakan
tugas pelayanan itu di tengah Gereja dan masyarakat. Pasti keluarga kita “merasa
malu” melihat dirinya sendiri, keluarganya sendiri, dan bahka melihat jemaatnya
sendiri. Karena sudah terlanjur suami/istrinya jadi Sintua HKBP, ya… mau tidak mau
ditahankan ajalah. Coba kita bayangkan, jika kita menjadi Sintua yang benar-benar
Sintua, saya yakin tidak seorang pun keluarga kita tidak mendukung kita dalam
tugas pelayanan itu.
Bagaimakah caranya agar keluarga kita dapat mendukung kita? Jawabannya,
“JADILAH SINTUA HKBP YANG BAIK DAN TELADAN!”. Menjadi Sintua yang baik
memang tidak mudah. Tetapi bukan berarti tidak bisa kita kerjakan. Ingatlah selalu
berkat tahbisan yang disampaikan Tuhan kepada kita saat menerima
tahbisan/tohonan hasintuaon itu yang berkata: “Tuhan Allah Bapa dan Anak-Nya
Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus memberkatii engkau dan memberi hikmat
kepadamu untuk menghayati dan melaksanakan dengan setia tahbisan
Penatua/Sintua yang diserahkan pada Saudara hari ini agar Allah dipermuliakan di
tengah-tengah Jemaat ini.Amin”. Agar menjadi Sintua yang baik, maka kita harus
menghayati dan melaksanakan dengan setia tahbisan itu.
Terakhir, mengapa keluarga dituntut mendukung tugas panggilan hasintuaon
suami/istrinya? Karena dalam mengemban tugas hasintuaon itu, keluarga juga
terlibat dan ikut menerima tohonan/tahbisan itu. Hal ini terlihat pada saat Sintua
tersebut menerima tahbisan Sintua, maka keluarga juga ikut berdiri di belakang
suami/istrinya. Berdiri di belakang suami/istrinya, itu berarti dia ikut bersama
suami/istrinya ikut menerima tugas panggilan itu dan bertanggung jawab di hadapan
Tuhan. Seperti kata orang bijak,”Jika Sintua suami/istriniba, ingkon gabe dohot do
iba gabe Sintua”. Alai ndang na gabe Sintua na mandapot tohonan Sintua, manang
mangantoi aha diula Sintua di parsermonan laho manghobasi ulaon dihuria i.
Manang ndang ingkon dohot dirapot ni Sintua i.

Anda mungkin juga menyukai