Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENUNDAAN PENJEPITAN TALI PUSAT TERHADAP


KADAR BILLIRUBIN BAYI BARU LAHIR

Di susun oleh :

Kelompok 2
Evi Supriani (4008220207)
Fitri Hadiyanti Hasanah ( 4008220083)
Irmawati (4008220053)
Merry Hendriyani (4008220230)
Siti Khoirunnisa (4008220162)
Wiwing Widaningsih (400220160)
Raendha Permana (4008220215)
Ananda Eka (4008220213)
Siti Neneng Vivi ulwaidah ( 4008220079)

SARJANA KEBIDANAN EKSTENSI


STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2022-2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan Rahmatnya maka kami telah menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebiah makalah dengan judul
“PENUNDAAN PEPENJEMPITAN TALI PUSAT TERHADAP KADAR
BILLIRUBIN BAYI BARU LAHIR” yang menurut kami dapat memberikan
manfaat yang sangat besar bagi kita selaku mahasiswa untuk mengetahu materi
tersebut.
Melalui kata pengantar ini kami terlebih dahulu meminta maaf bilamana
isi makalah ini terdapat kekurangan dan tulisan yang kami buat kurang tepat.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

Bandung, 13 September 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah...........................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Pemotongan tali pusat................................................................3

2.2 Manfaat dari Penundaan Pemotongan Tali pusat.........................................3

2.3 Resiko menunda pemotongan tali pusat.......................................................4

2.4 Pengaruh Penundaan Penjepitan Tali Pusat Terhadap Kadar Bilirubin pada

Bayi Baru Lahir.............................................................................................5

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Feed Back Pembelajaran..............................................................................8

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan..................................................................................................11

4.2 Saran............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengertian tali pusat yaitu jembatan penghubung antara plasenta dan bayi. Tali
pusatlah yang bertugas untuk menyalurkan darah, nutrisi dan oksigen yang juga
dibutuhkan oleh bayi. Setelah masa kehamilan berakhir, maka tugas dan fungsi plasenta
dan tali pusat pun berakhir. Tali pusat adalah jaringan pengikat yang menghubungkan
plasenta (ari-ari) dengan janin. Tali pusat ini berbentuk seperti tali yang memanjang saat
berada didalam kandungan. Fungsi tali pusat adalah menjaga kelangsungan hidup
pertumbuhan janin didalam kandungan dengan mengalirkan oksigen dan nutrisi dari ibu
ke aliran darah janin (Abata, 2015:91). Tali pusat atau dalam istilah medis dikenal dengan
funiculus umbilicalis merupakan sebuah saluran kehidupan bagi janin selama dalam
kandungan. Tali pusat memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
janin. Melalui tali pusat inilah, makanan, oksigen, serta nutrisi lain yang dibutuhkan oleh
bayi disalurkan dari peredaran darah sang ibu. Tali pusat hanya berperan selama proses
kehamilan. Ketika bayi sudah dilahirkan maka tali pusat sudah tidak dibutuhkan lagi. Itu
sebabnya, tindakan yang paling sering dilakukan adalah memotong dan mengikat tali 9
pusat hingga akhirnya beberapa hari setelah itu tali pusat akan mengering dan lepas
dengan sendirinya (Riksani, 2012:2).
Anatomi tali pusat merupakan bagian-bagian yang terdapat pada tali pusat. Tali
pusat bentuknya seperti tali. Biasanya melingkar-lingkar dan mempunyai sekitar 40
puntiran spiral. Tali pusat terlihat mengilap dan bewarna kebiru-biruan, yang
menunjukkan bahwa terdapat pembuluh darah di dalamnya. Tali pusat merentang dari
umbilicus (pusar) janin ke permukaan plasenta dan mempunyai panjang normal kurang
lebih 50-55 cm, dengan ketebalan sekitar 1-2 cm. Tali pusat dianggap berukuran pendek,
jika panjangnya kurang dari 40 cm. Tali pusat yang terlalu panjang ataupun terlalu
pendek mempunyai dampak yang kurang baik bagi bayi. Jika tali pusat terlalu panjang,
akan beresiko terjadinya lilitan disekitar leher ataupun bagian tubuh janin lainnya. Hal ini
tentunya akan berbahaya bagi kesehatan janin. Sebaliknya, tali pusat yang terlalu pendek
akan menyulitkan ketika proses persalinan berlangsung, misalnya persalinan yang tidak
maju, terlepasnya plasenta dari tempatnya (solusio placenta), dan efek samping pada bayi
yang umumnya menyebabkan hernia umbilicalis/ keluarnya organ dari tempat biasanya

1
atau yang dikenl dengan burut (Riksani, 2012:3).
Penjepitan dan pemotongan tali pusat akan menghentikan aliran darah dari ari-ari
(plasenta) ke bayi. jika prosedur ini ditunda, akan ada lebih banyak darah yang mengalir
ke tubuh bayi dari plasenta.
Sebelum memotong tali pusat, dokter mungkin akan menunggu beberapa menit
hingga tali pusat berhenti berdenyut, yang menandakan aliran darah sudah berhenti
dengan sendirinya.

Masa setelah bayi lahir, terjadilah peralihan peran oksigenasi dari plasenta ke paru
bayi. Selama masa tersebut, oksigenasi bayi melalui plasenta masih berlanjut. Jika peran
oksigenasi plasenta dihentikan mendadak (penjepitan dini), sementara paru belum
berfungsi optimal, maka cerebral blood flow menjadi tidak adekuat.

Untuk membuktikan lebih lanjut dari penelitian sebelumnya yaitu adanya


pengaruh waktu penjepitan tali pusat setelah bayi lahir terhadap kadar hemoglobin (Hb)
dan Bilirubin bayi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Pemotongan tali pusat ?

2. Apakah Manfaat dari penundaan pemotongan Tali pusat ?

3. Apa resiko penundaan pemotongan tali pusat ?

4. Apakah pengaruh penundaan penjepitan tali pusat terhadap kadar billirubin pada bayi
baru lahir?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Pemotongan tali pusat.

2. Untuk mengetahui manfaat dari penundaan pemotongan tali pusat.

3. Untuk mengetahui resiko penundaan pemotongan tali pusat.

4. Untuk mengetahui pengaruh penundaan penjepitan tali pusat terhadap kadar bilirubin

2
pada bayi baru lahir

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemotongan tali pusat


Pemotongan tali pusat merupakan hal yang harus diperhatikan. Sesaat setelah bayi
lahir dan menangis, tali pusat tidak dengan serta merta dipotong. Tali pusat masih
terhubung dengan plasenta dan terus berdenyut sampai beberapa menit untuk mensuplai
oksigen sampai ia bisa bernafas dengan normal. Saat tali pusat berhenti berdenyut maka
akan segera dijepit dan dipotong. Tali pusat bayi baru lahir umumnya bewarna kebiruan
dan panjangnya 2,5 atau 5 cm sesudah dipotong. Klem plastik akan dipasang pada
potongan tali pusat untuk menghentikan perdarahan (Abata, 2015: 38). Tali pusat terdiri
dari dua pembuluh darah arteri dan satu vena. Ketika tali pusat dijepit, maka pembuluh
darah ini akan menyempit secara fisiologis. Lama kelamaan pembuluh darah tersebut
menutup dan berdegenerasi menjadi jaringan ikat, yang akhirnya akan terlepas (puput)
dengan sendirinya. Tali pusat juga tidak mengandung saraf nyeri, oleh karena itu ketika
tali pusat dipotong, dijepit ataupun saat puput tidak akan terasa sakit, sehingga bayi tidak
akan rewel (Abata, 2015: 92). Adapun cara pemotongan tali pusat menurut Dewi
(2011:3) yaitu

2.2 Manfaat Menunda Memotong Tali Pusat

1. Lebih banyak darah yang diterima bayi


Penundaan pemotongan tali pusat memungkinkan lebih banyak darah ditransfer
dari plasenta ke bayi. Cara ini dapat meningkatkan jumlah darah bayi hingga
sekitar 30-35%.

2. Meningkatkan cadangan zat besi di tubuh bayi


Penambahan volume darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin atau sel darah
merah, sehingga jumlah zat besi yang disimpan dalam tubuh bayi baru lahir juga
akan meningkat. Ini penting karena zat besi dibutuhkan untuk mencegah bayi
terkena anemia, serta untuk menunjang tumbuh kembang dan kognitif bayi.
3
3. Membantu transisi bayi
Lebih banyak pasokan darah untuk bayi saat lahir dapat membantunya beradaptasi
dengan lebih baik terhadap lingkungan baru di luar rahim. Pergantian oksigen
dalam darah bayi akan berjalan lebih mudah karena paru-paru mendapat cukup
aliran darah.

4. Mendukung perkembangan saraf bayi

Menunda pemotongan tali pusat diduga dapat membantu perkembangan saraf


bayi. Dalam sebuah penelitian pada sejumlah anak berusia 4 tahun, terlihat bahwa
anak-anak yang menjalani penundaan pemotongan tali pusat saat lahir memiliki
pergerakan fisik dan kemampuan sosial yang lebih baik dibandingkan anak-anak
yang tali pusatnya segera dipotong setelah lahir.

5. Meningkatkan kekebalan tubuh bayi

Menunda pemotongan tali pusat dapat meningkatkan transfer sel-sel kekebalan


tubuh dari ibu ke bayi. Hal ini akan memperkuat daya tahan tubuh bayi, sehingga
ia tidak mudah terserang penyakit, khususnya penyakit infeksi.

6. Mengurangi risiko ibu mengalami perdarahan

Penelitian menemukan bahwa penundaan pemotongan tali pusat dapat membantu


mengurangi risiko perdarahan pasca persalinan maupun kebutuhan transfusi darah
pada ibu setelah melahirkan.

A. Manfaat Menunda Pemotongan Tali Pusat bagi Bayi Prematur

Sementara bagi bayi yang lahir prematur atau lahir sebelum usia kehamilan 37


minggu, menunda pemotongan tali pusat dapat memberikan manfaat berupa:

 Meningkatkan sirkulasi dan volume darah dalam tubuh bayi.


 Menurunkan risiko bayi mengalami pendarahan otak.
 Menurunkan risiko bayi membutuhkan transfusi darah.
 Menurunkan risiko bayi terkena necrotizing enterocolitis, yaitu kondisi berbahaya
di mana terjadi kerusakan jaringan usus akibat peradangan.
4
2.3 Risiko Menunda Pemotongan Tali Pusat
Meski memberikan banyak manfaat, menunda pemotongan tali pusat juga memiliki
risiko. Bayi yang tali pusatnya tidak langsung dipotong setelah lahir lebih berisiko
mengalami sakit kuning, karena memiliki lebih banyak kandungan zat besi. Meski
demikian, kondisi ini relatif umum terjadi pada bayi baru lahir dan dapat diatasi dengan
fototerapi (bayi disinari dengan sinar ultraviolet).

Berdasarkan data dari berbagai penelitian medis, dapat disimpulkan bahwa


penundaan pemotongan tali pusat memiliki lebih banyak manfaat daripada risiko. Akan
tetapi pada kasus-kasus tertentu, pemotongan tali pusat harus segera dilakukan, misalnya
pada bayi yang mengalami sesak napas setelah lahir dan membutuhkan resusitasi atau
pembukaan jalan napas.

2.4 Penundaan penjepitan tali pusat terhadap kadar billirubin pada bayi baru lahir

Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di dalam


sisitem retikuloendotelial. Mayoritas bilirubin diproduksi dari protein yang mengandung
heme dalam sel darah merah (Paulette, 2003). Kadar bilirubin serum normal pada bayi
baru lahir < 2 mg/dL. Pada konsentrasi > 5 mg/dL bilirubin akan tampak secara klinis
berupa pewarnaan kuning, terutama pada permukaan kulit. Peningkatan bilirubin
merupakan masalah yang sering dijumpai pada bayi baru lahir, dimana terjadi peralihan
transisi normal atau fisiologis yang lazim terjadi pada 60 % pada bayi cukup bulan dan 80
% pada bayi kurang bulan (Cohen, 2006; dalam Lowdermilk, 2010).

Secara historis, dalam asuhan kebidanan, tali pusat tidak dijepit sampai tali pusat
berhenti berdenyut. Pada tahun 2007, World Health Organization (WHO)
merekomendasikan bahwa tali pusat seharusnya tidak diklem lebih awal dari yang
seharusnya, tetapi tidak menjelaskan maksudnya secara spesifik. Beberapa hipotesis
menyatakan bahwa penjepitan tali pusat dini memiliki efek merugikan pada bayi baru
lahir. Penjepitan tali pusat dini mengurangi volume darah substansial yang diperlukan
dan menyebabkan kerusakan hipovolemik dengan mengalihkan darah dan menghambat
perfusi kapiler, yang mengakibatkan peradangan dan peningkatan risiko infeksi pada bayi
baru lahir. Selain volume darah berkurang, ada juga penurunan massa sel darah merah,
5
kadar zat besi dan hilangnya sel induk hematopoietik, serta mengembangkan beberapa
gangguan darah dan diabetes tipe 2.

Pada masa bayi baru lahir oksigenasi bayi melalui plasenta masih berjalan/ berlanjut,
darah masih ditransfusikan ke bayi (disebut transfusi plasental). Hal tersebut dapat
mempengaruhi hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), menambah volume darah, mencegah
hipovolemi dan hipotensi pada bayi baru lahir, sehingga otak tetap mendapat suplai
oksigen yang cukup.

Proporsi transfusi plasenta terbesar terjadi pada menit pertama. Peningkatan volume
sel darah merah pada transfusi plasenta ini akan mempengaruhi kadar bilirubin bayi baru
lahir. Sebagian besar (70-80%) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak dimana
setiap 1 gr hemoglobin menghasilkan 35 mg bilirubin, disamping itu 20-30% berasal dari
substansi yang mengandung heme seperti mioglobin, sitokrom, katalase dan peroksidase
dan ini disebut shunt bilirubin. Tempat dimana terjadinya perusakan hemoglobin adalah
sel-sel retikuloendotelial dan dalam proses ini termasuk pemecahan cincin porpirin
menjadi hematin, biliverdin dan bilirubin. Insidens Hiperbilirubinemia pada bayi baru
lahir meningkat pada ras Asia Timur, penduduk asli Amerika, Yunani. Pada saudara
sekandung dengan hiperbilirubinemia, ibu diabetes, hipertensi, ibu mendapat diazepam,
oksitosin, anestesi epidural,ketuban pecah dini, kelahiran dengan forsep, ekstraksi vakum,
berat lahir rendah, prematuritas, bayi lakilaki, pengikatan tali pusat tertunda, pasase
mekonium yang tertunda, dan bayi yang mendapat air susu ibu (ASI) Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengidentifikasi kadar bilirubin bayi baru lahir dari perbedaan waktu
perlakuan penundaan penjepitan tali pusat yaitu 2 menit, 3-7 menit/ sampai tali pusat
tidak berdenyut, dan setelah 2 jam plasenta lahir.

Pengaruh Penundaan Penjepitan Tali Pusat (DCC) terhadap Kadar Bilirubin Bayi
Baru Lahir

Tabel Pengaruh Penundaan Penjepitan Tali Pusat (DCC) terhadap Kadar Bilirubin Bayi
Baru Lahir
Selisih

6
Mean Sd P Rerata CI 95%

Perlakuan

2 menit 4.04 1.39 0.255 0.54 -0.40 - 1.49


3-7 menit 2.27 1.53 0.013 -1.22 -2.16 - -
0.27

2 jam (Ref) 3.49 1.54

Berdasarkan tabel 2, kadar bilirubin bayi baru lahir pada perlakuan 3-7 menit
menunjukkan pengaruh yang bermakna terhadap kadar bilirubin bayi baru lahir dengan
nilai P value 0,013 dan rerata lebih rendah 1,22mg/dl dibandingkan kelompok perlakuan
DCC 2 jam. Rata- rata kadar bilirubin lahir paling tinggi terdapat pada kelompok
perlakuan DCC 2 menit dengan nilai mean (4,04mg/dl). Proporsi transfusi plasenta
terbesar terjadi pada menit pertama. Peningkatan volume sel darah merah. Pada transfusi
plasenta ini akan mempengaruhi kadar bilirubin bayi baru lahir (Santoso, 2009). Hal
tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini dimana pada perlakuan DCC 2 menit (waktu
tercepat penundaan penjepitan tali pusat) memiliki rerata paling tinggi 4,04 mg/dl
dibanding dengan perlakuan 3-7 menit dan perlakuan 2 jam, Beberapa hipotesis
menyatakan bahwa penjepitan tali pusat dini memiliki efek merugikan pada bayi baru
lahir. Penjepitan tali pusat dini mengurangi volume darah substansial yang diperlukan
dan menyebabkan kerusakan hipovolemik dengan mengalihkan darah dan menghambat
perfusi kapiler, yang mengakibatkan peradangan dan peningkatan risiko infeksi pada bayi
baru lahir. Selain volume darah berkurang, ada juga penurunan massa sel darah merah,
kadar zat besi dan hilangnya sel induk hematopoietik, serta mengembangkan beberapa
gangguan darah dan diabetes tipe 2 (Holvey, 2014).

Sebagian besar (70-80%) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak
dimana setiap 1 gr hemoglobin menghasilkan 35 mg bilirubin, disamping itu 20-30%
berasal dari substansi yang mengandung heme seperti mioglobin, sitokrom, katalase dan
peroksidase dan ini disebut shunt bilirubin. Tempat dimana terjadinya perusakan
hemoglobin adalah sel-sel retikuloendotelial dan dalam proses ini termasuk pemecahan

7
cincin porpirin menjadi hematin, biliverdin dan bilirubin. Insidens Hiperbilirubinemia
pada bayi baru lahir meningkat pada ras Asia Timur, penduduk asli Amerika, Yunani.
Pada saudara sekandung dengan hiperbilirubinemia, ibu diabetes, hipertensi, ibu
mendapat diazepam, oksitosin, anestesi epidural,ketuban pecah dini, kelahiran dengan
forsep, ekstraksi vakum, berat lahir rendah, prematuritas, bayi laki-laki, pengikatan tali
pusat tertunda, pasase mekonium yang tertunda, dan bayi yang mendapat air susu ibu
(ASI).

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Feed Back proses pembelajaran

1. Penyusunan Makalah ini (Penundaan Penjepitan Tali pusat terhadap kadar


bilirubin pada bayi baru lahir) memberikan informasi detail bahwa penjepitan tali pusat
dini memiliki efek merugikan pada bayi baru lahir. Penjepitan tali pusat dini mengurangi
volume darah substansial yang diperlukan dan menyebabkan kerusakan hipovolemik
dengan mengalihkan darah dan menghambat perfusi kapiler, yang mengakibatkan
peradangan dan peningkatan risiko infeksi pada bayi baru lahir, serta dari penyusunan
makalah ini dapat mengetahui pengaruh penundaan penjepitan tali pusat (DCC) terhadap
kadar bilirubin bayi baru lahir ternyata perlakuan DCC 2 menit (waktu tercepat
penundaan penjepitan tali pusat) memiliki rerata paling tinggi 4,04 mg/dl dibanding
dengan perlakuan 3-7 menit dan perlakuan 2 jam terhadap kadar bilirubin bayi baru lahir.
Setelah mengetahui manfaat DCC dan pengaruh terhadap kadar bilirubin bayi baru lahir
maka baiknya mampu menerapkan pada Asuhan persalinan di tempat kerja (Merry
Hendriyani)

2. Meski memberikan banyak manfaat, menunda pemotongan tali pusat juga


memiliki risiko pada bayi yang tali pusatnya tidak langsung dipotong setelah lahir yaitu
mengalami sakit kuning, karena memiliki lebih banyak kandungan zat besi. Maka dari itu
dapat di ketahui bahwa Penundaan Penjepitan Tali pusat ini berpengaruh terhadap kadar
bilirubin pada bayi baru lahir. Contoh nya pada tabel di makalah ini kadar bilirubin bayi
baru lahir pada perlakuan 3-7 menit menunjukkan pengaruh yang bermakna terhadap

8
kadar bilirubin bayi baru lahir dengan nilai P value 0,013 dan rerata lebih rendah
1,22mg/dl dibandingkan kelompok perlakuan DCC 2 jam. Rata- rata kadar bilirubin lahir
paling tinggi terdapat pada kelompok perlakuan DCC 2 menit dengan nilai mean
(4,04mg/dl). Proporsi transfusi plasenta terbesar terjadi pada menit pertama dapat
mempengaruhi kadar bilirubin bayi baru lahir. (Irmawati)
3. Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di dalam
sisitem retikuloendotelia. Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru lahir < 2 mg/dL .
Dalam waktu Penundaan Penjepitan Tali pusat memberikan Dampak yang sangat
berpengaruh terhadap kadar bilirubin pada bayi baru lahir. Metode penundaan penjepitan
tali pusat dibagi menjadi dua kelompok, yang pertama dilakukan penjepitan tali pusat dini
(3-7 menit / sampai tali pusat tidak berdenyut setelah lahir) dan tertunda (2 jam setelah
lahir. Kadar bilirubin bayi baru lahir pada perlakuan 3-7 menit menunjukkan pengaruh
yang bermakna terhadap kadar bilirubin bayi baru lahir dengan nilai P value 0,013 dan
rerata lebih rendah 1,22mg/dl dibandingkan kelompok perlakuan DCC 2 jam. Rata- rata
kadar bilirubin lahir paling tinggi terdapat pada kelompok perlakuan DCC 2 menit
dengan nilai mean (4,04mg/dl). Penjepitan tali pusat dini mengurangi volume darah
substansial yang diperlukan dan menyebabkan kerusakan hipovolemik dengan
mengalihkan darah dan menghambat perfusi kapiler, yang mengakibatkan peradangan
dan peningkatan risiko infeksi pada bayi baru lahir .(Evi Supriani)
4. Penjepitan tali pusat lambat atau menunda penjepitan tali pusat adalah pendekatan fisiologis
melibatkan penjepitan tali pusat pada saat denyut tali pusat sudah berkurang. Pada saat bayi lahir
masih terdapat peredaran darah antara bayi dan plasenta melalui arteri dan vena umbilikalis, dan
saat yang tepat dalam memotong tali pusat akan mempengaruhi volume darah neonatus saat
persalinan. Dengan mengukur volume darah residu di plasenta setelah penjepitan tali, Penundaan
penjepitan tali pusat juga dapat meningkatkan penyimpanan cadangan zat besi saat lahir sehingga
dapat mencegah terjadinya anemia defisiensi besi. kadar bilirubin bayi baru lahir pada
perlakuan 3-7 menit menunjukkan pengaruh yang bermakna terhadap kadar bilirubin bayi
baru lahir dengan nilai P value 0,013 dan rerata lebih rendah 1,22mg/dl dibandingkan
kelompok perlakuan DCC 2 jam. Rata- rata kadar bilirubin lahir paling tinggi terdapat
pada kelompok perlakuan DCC 2 menit dengan nilai mean (4,04mg/dl).(Wiwing
widaningsih)

5. Dapat disimpulkan bahwa penundaan pemotongan tali pusat memiliki lebih banyak
manfaat daripada risiko. Akan tetapi pada kasus-kasus tertentu, pemotongan tali pusat

9
harus segera dilakukan, misalnya pada bayi yang mengalami sesak napas setelah lahir dan
membutuhkan resusitasi atau pembukaan jalan napas. (Siti Khoirunnisa)

6. Dapat Di simpulkan bahwa penundaan pemotongan tali pusat memegang peranan penting
dalam menentukan kecukupan zat besi pada bayi baru lahir. manfaat menunda pemotongan tali
pusat pada bayi baru lahir baik dari segi mencegah anemia maupun pengaruh jangka panjang
untuk perkembangan selanjutnya dari bayi baru lahir.( Ananda Eka Saputri)
7. Penundaan penjepitan tali pusat dapat berefek pada nilai hematologi bayi baru lahir.
Keuntungan dari penundaan penjepitan tali pusat diantaranya yaitu mencegah anemia,
meningkatkan kadar hematokrit, mengurangi kejadian perdarahn postpartum,
mengoptimalkan trasfusi oksigen ke bayi, meningkatkan kedekatan ibu dan bayi serta
meningkatkan pertumbuhan otak bayi. (Fitri Hadiyanti Hasanah)
8. Penjepitan tali pusat tertunda atau Delayed Cord Clamping (DCC) menurut
rekomendasi WHO adalah penjepitan tali pusat di atas 1 menit setelah
kelahiran.penundaan penjepitan tali pusat yang direkomendasikan adalah setidaknya 30-
60 detik setelah kelahiran pada bayi cukup bulan dan prematur yang tidak membutuhkan
ventilasi tekanan positif.
Penelitian menemukan bahwa sebanyak 80-100 mL volume darah dapat ditransfer dari
plasenta ke bayi baru lahir dalam waktu 1-3 menit pertama kehidupan. Penambahan
volume darah ini pada bayi cukup bulan dapat meningkatkan haemoglobin/hematokrit
hingga usia 4-12 bulan.

Volume darah tambahan menambahkan kadar besi sebanyak ± 40-50 mg/kgBB.


Tambahan kadar besi ini jika dikombinasikan dengan kadar besi darah pada bayi cukup
bulan (75mg/kg) sangat berguna untuk mencegah kejadian anemia defisiensi besi pada
tahun pertama kehidupan.Anemia defisiensi besi sering terjadi pada anak dibawah usia 5
tahun, maka dari itu penundaan penjepitan tali pusat merupakan salah satu cara mencegah
kejadian anemia defisiensi besi pada negara pendapatan rendah dengan keterbatasan
suplai seperti Indonesia. (Siti Neneng Vivi Ulwaidah)
9.

BAB IV
10
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Perlakuan 3-7 menit menunjukkan pengaruh yang bermakna terhadap kadar
bilirubin bayi baru lahir dengan nilai P value 0,013 dan rerata lebih rendah 1,22mg/dl
dibandingkan kelompok perlakuan DCC (Delayed Cord Clamping) 2 jam.
Rata- rata kadar bilirubin bayi baru lahir paling tinggi terdapat pada kelompok perlakuan
DCC (Delayed Cord Clamping) 2 menit dengan nilai mean 4,04mg/dl.

4.2 Saran
Saran Bagi peneliti lain diharapkan dapat meneliti faktor faktor lain yang
berhubungan dengan kadar bilirubin seperti pola pemberian ASI (Air Susu Ibu) pada
bayi, umur kehamilan ibu saat melahirkan dan faktor berat badan bayi.

11
DAFTAR PUSTAKA

 Eichenbaum-Pikser G, Zasloff JS. Delayed clamping of the umbilical cord: a


review with implications for practice. J Midwifery Womens Health 2009;54:3216.
 Andersson, O., & westas, l. h. (2011).effect of delayed versus earlyumbilical cord
clamping on neonatal outcomes and iron status at 4 months : a randomized
controlled trial. bmj, 343.
 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018
 Rabe, Reynolds, & Diaz-Rossello. (2007). Early versus delayed umbilical cord
clamping inpreterm infants (Review). The Cochrane Library(4).
 Kosim, M. S., S, Q., & Sudarmanto, B. (2009). Pengaruh Waktu Penjepitan Tali
Pusat Terhadap Kadar Billirubin Bayi Baru Lahir. Sari Pediatri, 10(5)
 Saigal S, O’Neill A, Surainder Y, Chua L, Usher R. Plecental transfusion and
hyperbilirubinemia in the premature. Pediatrics. 1972;49;406-19.
 Prawiroharjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Penerbit Sarwono
Prawirohardjo

12

Anda mungkin juga menyukai