Di susun oleh :
Kelompok 2
Evi Supriani (4008220207)
Fitri Hadiyanti Hasanah ( 4008220083)
Irmawati (4008220053)
Merry Hendriyani (4008220230)
Siti Khoirunnisa (4008220162)
Wiwing Widaningsih (400220160)
Raendha Permana (4008220215)
Ananda Eka (4008220213)
Siti Neneng Vivi ulwaidah ( 4008220079)
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan Rahmatnya maka kami telah menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebiah makalah dengan judul
“PENUNDAAN PEPENJEMPITAN TALI PUSAT TERHADAP KADAR
BILLIRUBIN BAYI BARU LAHIR” yang menurut kami dapat memberikan
manfaat yang sangat besar bagi kita selaku mahasiswa untuk mengetahu materi
tersebut.
Melalui kata pengantar ini kami terlebih dahulu meminta maaf bilamana
isi makalah ini terdapat kekurangan dan tulisan yang kami buat kurang tepat.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
2.4 Pengaruh Penundaan Penjepitan Tali Pusat Terhadap Kadar Bilirubin pada
4.1 Kesimpulan..................................................................................................11
4.2 Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
atau yang dikenl dengan burut (Riksani, 2012:3).
Penjepitan dan pemotongan tali pusat akan menghentikan aliran darah dari ari-ari
(plasenta) ke bayi. jika prosedur ini ditunda, akan ada lebih banyak darah yang mengalir
ke tubuh bayi dari plasenta.
Sebelum memotong tali pusat, dokter mungkin akan menunggu beberapa menit
hingga tali pusat berhenti berdenyut, yang menandakan aliran darah sudah berhenti
dengan sendirinya.
Masa setelah bayi lahir, terjadilah peralihan peran oksigenasi dari plasenta ke paru
bayi. Selama masa tersebut, oksigenasi bayi melalui plasenta masih berlanjut. Jika peran
oksigenasi plasenta dihentikan mendadak (penjepitan dini), sementara paru belum
berfungsi optimal, maka cerebral blood flow menjadi tidak adekuat.
4. Apakah pengaruh penundaan penjepitan tali pusat terhadap kadar billirubin pada bayi
baru lahir?
1.3 Tujuan
4. Untuk mengetahui pengaruh penundaan penjepitan tali pusat terhadap kadar bilirubin
2
pada bayi baru lahir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Penundaan penjepitan tali pusat terhadap kadar billirubin pada bayi baru lahir
Secara historis, dalam asuhan kebidanan, tali pusat tidak dijepit sampai tali pusat
berhenti berdenyut. Pada tahun 2007, World Health Organization (WHO)
merekomendasikan bahwa tali pusat seharusnya tidak diklem lebih awal dari yang
seharusnya, tetapi tidak menjelaskan maksudnya secara spesifik. Beberapa hipotesis
menyatakan bahwa penjepitan tali pusat dini memiliki efek merugikan pada bayi baru
lahir. Penjepitan tali pusat dini mengurangi volume darah substansial yang diperlukan
dan menyebabkan kerusakan hipovolemik dengan mengalihkan darah dan menghambat
perfusi kapiler, yang mengakibatkan peradangan dan peningkatan risiko infeksi pada bayi
baru lahir. Selain volume darah berkurang, ada juga penurunan massa sel darah merah,
5
kadar zat besi dan hilangnya sel induk hematopoietik, serta mengembangkan beberapa
gangguan darah dan diabetes tipe 2.
Pada masa bayi baru lahir oksigenasi bayi melalui plasenta masih berjalan/ berlanjut,
darah masih ditransfusikan ke bayi (disebut transfusi plasental). Hal tersebut dapat
mempengaruhi hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), menambah volume darah, mencegah
hipovolemi dan hipotensi pada bayi baru lahir, sehingga otak tetap mendapat suplai
oksigen yang cukup.
Proporsi transfusi plasenta terbesar terjadi pada menit pertama. Peningkatan volume
sel darah merah pada transfusi plasenta ini akan mempengaruhi kadar bilirubin bayi baru
lahir. Sebagian besar (70-80%) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak dimana
setiap 1 gr hemoglobin menghasilkan 35 mg bilirubin, disamping itu 20-30% berasal dari
substansi yang mengandung heme seperti mioglobin, sitokrom, katalase dan peroksidase
dan ini disebut shunt bilirubin. Tempat dimana terjadinya perusakan hemoglobin adalah
sel-sel retikuloendotelial dan dalam proses ini termasuk pemecahan cincin porpirin
menjadi hematin, biliverdin dan bilirubin. Insidens Hiperbilirubinemia pada bayi baru
lahir meningkat pada ras Asia Timur, penduduk asli Amerika, Yunani. Pada saudara
sekandung dengan hiperbilirubinemia, ibu diabetes, hipertensi, ibu mendapat diazepam,
oksitosin, anestesi epidural,ketuban pecah dini, kelahiran dengan forsep, ekstraksi vakum,
berat lahir rendah, prematuritas, bayi lakilaki, pengikatan tali pusat tertunda, pasase
mekonium yang tertunda, dan bayi yang mendapat air susu ibu (ASI) Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengidentifikasi kadar bilirubin bayi baru lahir dari perbedaan waktu
perlakuan penundaan penjepitan tali pusat yaitu 2 menit, 3-7 menit/ sampai tali pusat
tidak berdenyut, dan setelah 2 jam plasenta lahir.
Pengaruh Penundaan Penjepitan Tali Pusat (DCC) terhadap Kadar Bilirubin Bayi
Baru Lahir
Tabel Pengaruh Penundaan Penjepitan Tali Pusat (DCC) terhadap Kadar Bilirubin Bayi
Baru Lahir
Selisih
6
Mean Sd P Rerata CI 95%
Perlakuan
Berdasarkan tabel 2, kadar bilirubin bayi baru lahir pada perlakuan 3-7 menit
menunjukkan pengaruh yang bermakna terhadap kadar bilirubin bayi baru lahir dengan
nilai P value 0,013 dan rerata lebih rendah 1,22mg/dl dibandingkan kelompok perlakuan
DCC 2 jam. Rata- rata kadar bilirubin lahir paling tinggi terdapat pada kelompok
perlakuan DCC 2 menit dengan nilai mean (4,04mg/dl). Proporsi transfusi plasenta
terbesar terjadi pada menit pertama. Peningkatan volume sel darah merah. Pada transfusi
plasenta ini akan mempengaruhi kadar bilirubin bayi baru lahir (Santoso, 2009). Hal
tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini dimana pada perlakuan DCC 2 menit (waktu
tercepat penundaan penjepitan tali pusat) memiliki rerata paling tinggi 4,04 mg/dl
dibanding dengan perlakuan 3-7 menit dan perlakuan 2 jam, Beberapa hipotesis
menyatakan bahwa penjepitan tali pusat dini memiliki efek merugikan pada bayi baru
lahir. Penjepitan tali pusat dini mengurangi volume darah substansial yang diperlukan
dan menyebabkan kerusakan hipovolemik dengan mengalihkan darah dan menghambat
perfusi kapiler, yang mengakibatkan peradangan dan peningkatan risiko infeksi pada bayi
baru lahir. Selain volume darah berkurang, ada juga penurunan massa sel darah merah,
kadar zat besi dan hilangnya sel induk hematopoietik, serta mengembangkan beberapa
gangguan darah dan diabetes tipe 2 (Holvey, 2014).
Sebagian besar (70-80%) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak
dimana setiap 1 gr hemoglobin menghasilkan 35 mg bilirubin, disamping itu 20-30%
berasal dari substansi yang mengandung heme seperti mioglobin, sitokrom, katalase dan
peroksidase dan ini disebut shunt bilirubin. Tempat dimana terjadinya perusakan
hemoglobin adalah sel-sel retikuloendotelial dan dalam proses ini termasuk pemecahan
7
cincin porpirin menjadi hematin, biliverdin dan bilirubin. Insidens Hiperbilirubinemia
pada bayi baru lahir meningkat pada ras Asia Timur, penduduk asli Amerika, Yunani.
Pada saudara sekandung dengan hiperbilirubinemia, ibu diabetes, hipertensi, ibu
mendapat diazepam, oksitosin, anestesi epidural,ketuban pecah dini, kelahiran dengan
forsep, ekstraksi vakum, berat lahir rendah, prematuritas, bayi laki-laki, pengikatan tali
pusat tertunda, pasase mekonium yang tertunda, dan bayi yang mendapat air susu ibu
(ASI).
BAB III
PEMBAHASAN
8
kadar bilirubin bayi baru lahir dengan nilai P value 0,013 dan rerata lebih rendah
1,22mg/dl dibandingkan kelompok perlakuan DCC 2 jam. Rata- rata kadar bilirubin lahir
paling tinggi terdapat pada kelompok perlakuan DCC 2 menit dengan nilai mean
(4,04mg/dl). Proporsi transfusi plasenta terbesar terjadi pada menit pertama dapat
mempengaruhi kadar bilirubin bayi baru lahir. (Irmawati)
3. Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di dalam
sisitem retikuloendotelia. Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru lahir < 2 mg/dL .
Dalam waktu Penundaan Penjepitan Tali pusat memberikan Dampak yang sangat
berpengaruh terhadap kadar bilirubin pada bayi baru lahir. Metode penundaan penjepitan
tali pusat dibagi menjadi dua kelompok, yang pertama dilakukan penjepitan tali pusat dini
(3-7 menit / sampai tali pusat tidak berdenyut setelah lahir) dan tertunda (2 jam setelah
lahir. Kadar bilirubin bayi baru lahir pada perlakuan 3-7 menit menunjukkan pengaruh
yang bermakna terhadap kadar bilirubin bayi baru lahir dengan nilai P value 0,013 dan
rerata lebih rendah 1,22mg/dl dibandingkan kelompok perlakuan DCC 2 jam. Rata- rata
kadar bilirubin lahir paling tinggi terdapat pada kelompok perlakuan DCC 2 menit
dengan nilai mean (4,04mg/dl). Penjepitan tali pusat dini mengurangi volume darah
substansial yang diperlukan dan menyebabkan kerusakan hipovolemik dengan
mengalihkan darah dan menghambat perfusi kapiler, yang mengakibatkan peradangan
dan peningkatan risiko infeksi pada bayi baru lahir .(Evi Supriani)
4. Penjepitan tali pusat lambat atau menunda penjepitan tali pusat adalah pendekatan fisiologis
melibatkan penjepitan tali pusat pada saat denyut tali pusat sudah berkurang. Pada saat bayi lahir
masih terdapat peredaran darah antara bayi dan plasenta melalui arteri dan vena umbilikalis, dan
saat yang tepat dalam memotong tali pusat akan mempengaruhi volume darah neonatus saat
persalinan. Dengan mengukur volume darah residu di plasenta setelah penjepitan tali, Penundaan
penjepitan tali pusat juga dapat meningkatkan penyimpanan cadangan zat besi saat lahir sehingga
dapat mencegah terjadinya anemia defisiensi besi. kadar bilirubin bayi baru lahir pada
perlakuan 3-7 menit menunjukkan pengaruh yang bermakna terhadap kadar bilirubin bayi
baru lahir dengan nilai P value 0,013 dan rerata lebih rendah 1,22mg/dl dibandingkan
kelompok perlakuan DCC 2 jam. Rata- rata kadar bilirubin lahir paling tinggi terdapat
pada kelompok perlakuan DCC 2 menit dengan nilai mean (4,04mg/dl).(Wiwing
widaningsih)
5. Dapat disimpulkan bahwa penundaan pemotongan tali pusat memiliki lebih banyak
manfaat daripada risiko. Akan tetapi pada kasus-kasus tertentu, pemotongan tali pusat
9
harus segera dilakukan, misalnya pada bayi yang mengalami sesak napas setelah lahir dan
membutuhkan resusitasi atau pembukaan jalan napas. (Siti Khoirunnisa)
6. Dapat Di simpulkan bahwa penundaan pemotongan tali pusat memegang peranan penting
dalam menentukan kecukupan zat besi pada bayi baru lahir. manfaat menunda pemotongan tali
pusat pada bayi baru lahir baik dari segi mencegah anemia maupun pengaruh jangka panjang
untuk perkembangan selanjutnya dari bayi baru lahir.( Ananda Eka Saputri)
7. Penundaan penjepitan tali pusat dapat berefek pada nilai hematologi bayi baru lahir.
Keuntungan dari penundaan penjepitan tali pusat diantaranya yaitu mencegah anemia,
meningkatkan kadar hematokrit, mengurangi kejadian perdarahn postpartum,
mengoptimalkan trasfusi oksigen ke bayi, meningkatkan kedekatan ibu dan bayi serta
meningkatkan pertumbuhan otak bayi. (Fitri Hadiyanti Hasanah)
8. Penjepitan tali pusat tertunda atau Delayed Cord Clamping (DCC) menurut
rekomendasi WHO adalah penjepitan tali pusat di atas 1 menit setelah
kelahiran.penundaan penjepitan tali pusat yang direkomendasikan adalah setidaknya 30-
60 detik setelah kelahiran pada bayi cukup bulan dan prematur yang tidak membutuhkan
ventilasi tekanan positif.
Penelitian menemukan bahwa sebanyak 80-100 mL volume darah dapat ditransfer dari
plasenta ke bayi baru lahir dalam waktu 1-3 menit pertama kehidupan. Penambahan
volume darah ini pada bayi cukup bulan dapat meningkatkan haemoglobin/hematokrit
hingga usia 4-12 bulan.
BAB IV
10
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Perlakuan 3-7 menit menunjukkan pengaruh yang bermakna terhadap kadar
bilirubin bayi baru lahir dengan nilai P value 0,013 dan rerata lebih rendah 1,22mg/dl
dibandingkan kelompok perlakuan DCC (Delayed Cord Clamping) 2 jam.
Rata- rata kadar bilirubin bayi baru lahir paling tinggi terdapat pada kelompok perlakuan
DCC (Delayed Cord Clamping) 2 menit dengan nilai mean 4,04mg/dl.
4.2 Saran
Saran Bagi peneliti lain diharapkan dapat meneliti faktor faktor lain yang
berhubungan dengan kadar bilirubin seperti pola pemberian ASI (Air Susu Ibu) pada
bayi, umur kehamilan ibu saat melahirkan dan faktor berat badan bayi.
11
DAFTAR PUSTAKA
12