KEPERWATAN MATERNITAS 1
TREND dan ISSUE KEPERAWATAN TEKNIK PERSALINAN
LOTUS BIRTH
Disusun oleh:
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Trend dan Issue
Keperawatan Teknik Persalinan Lotus Birth”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah di semester 3
Keperawatan Maternitas 1. Akhirnya penulismenyampaikan ucapan terima kasih atas
perhatian terhadap makalah inidan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri
penulis dan khususnya bermanfaat bagi pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitulah
adanya makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis
harapkan dari pembaca guna meningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain pada
waktu mendatang.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
BAB III...............................................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
Ketika bayi baru lahir, sesaat kemudian tali pusat akan segera diklem pada dua
tempat dan kemudian akan dipotong diantara keduanya. Dan dalam hitungan menit
kemudian, plasenta ikut lahir. Itulah prosedur persalinan yang sesuai dengan standar
asuhan persalinan normal yang selalu kita aplikasikan hingga pada saat ini. Namun, ada
fenomena yang disebut lotus birth. Lotus birth ini adalah proses persalinan tanpa
mengklem tali pusat seperti yang biasa di lakukan, apalagi sampai memotong tali pusat,
dan tali pusat ini dibiarkan sendiri hingga terlepas dari bayi secara alami.
Negara perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth
dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang
terbuka akibat pemotongan pada tali pusat. Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu
fenomena yang baru, tapi penundaan pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali
dan budaya suku Aborigin Australia jauh sebelumnya. Dan keputusan Lotus birth serta
dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan tanggung jawab dari klien yang telah
memilih dan membuat keputusan untuk asuhan lotus birth ini (informed choncen).
Persalinan ala lotus birth belum lazim di lakukan di negara Indonesia. Praktisi
medis masih pro-kontra terhadap metode lotus birth ini, kata dr Frans O.H. Prasetyadi
SpOG. Kalaupun ada, yang meminta adalah ibu dengan penganut kepercayaan tertentu
dan sudah mengerti dengan resiko yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dr. Ramelan lantas menerangkan prosedur lotus birth. Setelah bayi lahir,
plasenta diletakkan di sebuah wadah khusus plasenta. Kemudian ia didekatkan pada bayi.
Agar tidak berbau busuk, plasenta dicuci dengan garam laut atau dioleskan minyak
lavender. Jadi, saat bayi dibersihkan ada petugas yang membawa sekaligus membersihkan
plasenta, dan hal ini yang menjadi salah satu kerugian metode lotus birth.
Setelah itu, ibu bisa melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Posisi plasenta
juga tak bisa jauh dari bayi. Tentu dibutuhkan petugas yang membantu mendekatkan
posisi plasenta dengan bayi. Sehingga menjadi tampak repot dan memerlukan banyak
tenaga medis, tapi jika sudah menjadi kemauan klien sendiri diharapkan ayah bayi
bersedia membantu membawa dan merawat plasenta tersebut, dan hal ini bisa berdampak
positif karena terjalinnya early bonding antara ayah dan bayi. Dalam waktu 2-3 hari
setelah bayi dilahirkan, plasenta akan putus sendiri (pupak puser).
Lepas dari kelebihan dan kelemahan asuhan lotus birth yang telah
dikemukakan seperti diatas, apalagi masalah pro dan kontra penerapannya secara global
sampai saat sekarang ini, kita sebagai bidan dan pendidik tetap harus mengetahui
perkembangan ilmu kebidanan, khususnya pada lotus birth ini, apakah yang dimaksud
dengan lotus birth dan bagaimana asuhan nya, sebagai perbincangan yang tengah hangat
dan merupakan evidence based dalam dunia kebidanan, kita patut membicarakan nya.
1.3 Tujuan
Sebagai syarat untuk memenuhi tugas pengganti Ujian Akhir Semester pada
mata kuliah Asuhan kebidanan dalam KB.
BAB II
PEMBAHASAN
Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi umumnya dilakukan di klinik
dan rumah bersalin khusus, sehingga proses bonding attachment antara ibu dan bayi dapat
dilakukan, hal ini tentunya bermanfaat bagi ibu dan bayi yang baru lahir.
Karena adanya praktek budaya yang berbeda maka proses pengawetan plasenta
dilakukan dalam berbagai cara yang berbeda. Beberapa orang lebih memilih untuk
menyimpan plasenta sehingga dapat menguburkannya dengan anak di akhir kehidupan
anak tersebut. Sedangkan yang lainnya membiarkan plasenta sampai mengerut dan
mengering secara alami dan kemudian dikuburkan. Salah satu contohnya adalah Orang-
orang Igbo di Nigeria, mereka menguburkan plasenta setelah lahir dan sering menanam
pohon diatas kuburan plasenta tersebut.
Pada Lotus Birth, kelebihan cairan yang dikeluarkan plasenta disimpan dalam
mangkuk atau waskom terbuka atau dibungkus kain, lalu didekatkan dengan bayi. Kain
yang digunakan untuk menutupi plasenta atau wadah yang digunakan harus
memungkinkan terjadinya pertukaran udara, sehingga plasenta mendapatkan udara dan
mulai mengering serta tidak berbau busuk. Garam laut sering digunakan untuk
mempercepat proses pengeringan plasenta. Kadang-kadang minyak esensial, seperti
lavender, atau bubuk tumbuh-tumbuhan seperti goldenseal, neem, bersama dengan
lavender juga digunakan untuk tambahan anti bacterial.
Apabila tindakan pengeringan plasenta tidak diterapkan dengan baik plasenta akan
memiliki bau yang berbeda, bau tersebut dapat diatasi dengan penanaman plasenta secara
langsung atau didinginkan setelah minggu pertama pasca persalinan.
Primatolog Jane Goodall, adalah orang yang pertama kali melakukan studi
jangka panjang dengan objek penelitian simpanse di alam bebas.
Pada hewan Simpanse, yang merupakan mamalia dengan 99% bahan genetik
hampir sama dengan manusia, juga pada prakteknya membiarkan plasenta nya utuh, tidak
merusaknya bahkan memotong. Hal itu dikenal dengan fakta primatologist, dan bayi-bayi
simpanse tersebut mampu hidup dan berkembang dengan sehat, demikian juga dengan
induknya tidak ada masalah. Beberapa praktisi kelahiran teratai simpanse merujuk kepada
praktek sebagai latihan alami bagi manusia juga.
Informasi mengenai lotus birth ini juga terdapat dalam ajaran Budha, Hindu,
Kristen serta Yahudi. Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah "kelahiran teratai" digunakan
untuk menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan Padmasambhava
(Lien Sen-hua), menekankan mereka masuk ke dunia sebagai utuh, anak-anak kudus.
Kelahiran referensi teratai juga ditemukan dalam Hinduisme, misalnya dalam kisah
kelahiran Wisnu.
2.4 Penghormatan terhadap plasenta di berbagai budaya Negara
Beda bangsa, daerah dan suku beda pula penanganannya terhadap keberadaan
ari-ari atau plasenta yang hadir ketika persalinan terjadi. Dalam dunia pengobatan barat,
plasenta dianggap tidak lebih dari sekedar buangan rumah sakit, tetapi mereka mengakui
adanya penanganan khusus yang diberlakukan di berbagai belahan dunia terhadap
plasenta ini.
Diantara suku Navajo Indian barat daya, menjadi suatu kebiasaan untuk
menguburkan plasenta bayi di keempat sudut kuburan keluarga yang dianggap mulia,
sebagai suatu pengikat tanah leluhur dan masyarakat. Sementara suku Maori di Selandia
Baru memiliki tradisi yang sama yaitu menguburkan plasenta di tanah yang masih belum
tercemar. Dalam bahasa asli Maori kata untuk tanah dan plasenta tersebut adalah :
whenua (baca: venua).
Ironis lagi di Vietnam dan China plasenta disiapkan untuk dikonsumsi oleh
ibu yang habis melahirkan. Masyarakat china dan Vietnam mempercayai, bahwa ibu yang
baru melahirkan seharusnya merebus sendiri plasenta bayinya, kemudian dijadikan kaldu
dan meminumnya untuk memperbaiki kualitas ASI nya.
3. Di bungkus kain putih dan di tanam di depan rumah, dengan ketentuan sebelah
kanan untuk laki-laki, sedangkan sebelah kiri untuk perempuan.
4. Selama 42 hari selalu di pasang lilin (malam hari), setiap hari plasenta tersebut
diberikan susu juga.
2. Di dalam kendi disertakan tulisan jawa / Abjad agar diharapkan kelak bayi
tersebut pintar.
4. Selanjutnya di tanam di depan rumah untuk bayi laki-laki selama 42 hari, dan di
belakang rumah selama 36 hari untuk bayi perempuan.
5. Sebagian ada yang membuangnya ke sungai, sehingga bayi ini kelak akan
dianggap suka merantau.
a. Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat berada di sekitar leher bayi
(lilitan tali pusat) cukup di longgarkan dan angkat tali pusat tersebut melewati kepala
bayi.
c. Ketika plasenta lahir, tempatkan plasenta pada mangkuk khusus di dekat ibu.
d. Tunggu transfusi penuh darah secara alami dari pusat ke bayi sebelum menangani
plasenta.
e. Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu dengan cara menggunakan air hangat dan
tepuk-tepuk sampai kering.
g. Letakkan plasenta pada bahan yang menyerap seperti sebuah popok atau kain
kemudian letakkan dalam tas plasenta.
h. Permukaan plasenta akan berubah setiap hari bahkan lebih cepat jika sering terjadi
rembesan. Alternatif lain untuk mempercepat pengeringan plasenta yaitu dengan
menaburkan garam pada bagian plasenta
i. Dalam keseharian tetap lakukan asuhan normal pada bayi baru lahir, Gendong bayi
dan beri makan sesuai kebutuhannya.
l. Meminimalisir pergerakan bayi, khususnya pada bagian daerah didekat tali pusat.
b. Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar-benar
dapat mulai bernafas sendiri.
c. Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.
d. Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya
waktu yang lebih lama untuk bounding attachment.
e. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk terlepasnya tali pusat bila tali pusat dipotong
segera ketika lahir adalah 8-9 hari, ketika berhenti berdenyut 6-7 hari, dan jika
dibiarkan secara alamai 3-4 hari.
f. Dr Sarah Buckley mengatakan : bayi akan menerima tambahan 50-100 ml darah yang
dikenal sebagai transfusi placenta. Darah transfuse ini mengandung zat besi, sel darah
merah, keping darah dan bahan gizi lain, yang akan bermanfaat bagi bayi sampai
tahun pertama kehidupannya. Hilangnya 30 ml darah ke bayi baru lahir adalah setara
dengan hilangnya 600 ml darah untuk orang dewasa. Asuhan persalinan umum
dengan pemotongan tali pusat sebelum berhenti berdenyut memungkinkan bayi baru
lahir kehilangan 60 ml darah, yang setara dengan 1200ml darah orang dewasa.
e. Memerlukan perawatan ekstra pada plasenta agar tidak membusuk dan berbau tidak
sedap.
Setiap ibu memiliki alasan dan pendapat sendiri. Berikut ini adalah beberapa
alasan ibu untuk memilih Lotus Birth:
a. Ibu dan keluarga tidak ingin memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong
tali pusat.
b. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan
penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.
d. Asumsi ibu bahwa dapat menjamin bayi mendapatkan volume darah optimal dan
spesifik yang diperlukan bagi bayi.
e. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai
masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian dan kasih sayang penuh.
f. Mengurangi angka kesakitan bayi akibat infeksi nosokomial dari pengunjung yang
ingin bertemu bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk
menunggu hingga plasenta telah lepas.
i. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali pusat.
k. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut bayi (adanya luka
membutuhkan waktu untuk penyembuhan. sedangkan jika tidak ada luka, waktu
penyembuhan akan minimal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lotus Birth adalah suatu metode asuhan pada bayi baru lahir dimana tali pusat
bayi tidak dipotong. Setelah bayi lahir, tali pusat yang melekat pada bayi dan plasenta
dibiarkan saja, tanpa dijepit atau dipotong. Tali pusat dan plasenta merupakan satu unit
dan satu kesatuan. Tali pusat kemudian akan kering sendiri dan akhirnya lepas secara
alami dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah bayi lahir.
Negara perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth
dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang
terbuka. Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang baru, tapi penundaan
pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku Aborigin Australia.
Dan keputusan Lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan
tanggung jawab dari klien yang telah memilih dan membuat keputusan untuk asuhan lotus
birth ini (informed choncen).
Sedangkan di Negara Indonesia sendiri asuhan bayi dengan lotus birth belum
dapat di aplikasikan, selain terkait dengan pro dan kontra penerapannya juga terkendala
dengan kelemahan-kelemahan pelaksanaan lotus birth sendiri.
3.2 Saran
a. Karena lotus birth adalah suatu ilmu yang baru di harapkan kita sebagai seorang bidan
dapat mengetahui dan selalu mengikuti perkembangan ilmu kebidanan.
b. Diharapkan nanti penerapan dengan metode lotus birth ini dapat dilakukan di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lotusfertility.com/Lotus_Birth_Q/Lotus_Birth_QA.html
http://www.purebirth-australia.com/lotusbirth/lotusbirth.html
http://www.healthypages.co.uk/newsitem.php
http://www.breastfeeding.com/helpme/lotus_birth.html
http://www.womenofspirit.asn.au/LotusBirthText.htm