Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEPERWATAN MATERNITAS 1
TREND dan ISSUE KEPERAWATAN TEKNIK PERSALINAN
LOTUS BIRTH

Disusun oleh:

1. Agung Prasetya 163210043


2. Anis Setyawati 163210046
3. Devi Putriani 163210053
4. Hepy November 163210058
5. Mellysa Setiawati 163210063
6. Novia Rurita Leny E163210068
7. Siska Novi Yuliani 163210073
8. Vinda Rahmadania 163210078
9. Achmad Gilang Aditya 163210082

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Trend dan Issue
Keperawatan Teknik Persalinan Lotus Birth”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah di semester 3
Keperawatan Maternitas 1. Akhirnya penulismenyampaikan ucapan terima kasih atas
perhatian terhadap makalah inidan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri
penulis dan khususnya bermanfaat bagi pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitulah
adanya makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis
harapkan dari pembaca guna meningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain pada
waktu mendatang.

Jombang, November 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2

BAB I....................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN................................................................................................................................3

1.1 Latar belakang.............................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4

1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5

BAB II..................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN...................................................................................................................................6

2.1 Pengertian Lotus Birth dalam Asuhan Kebidanan.......................................................................6

2.2 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)...........................................................................................6

2.3 Sejarah Lotus Birth......................................................................................................................7

2.4 Penghormatan terhadap plasenta di berbagai budaya Negara......................................................8

2.5 Langkah- langkah dalam melakukan proses Lotus Birth...........................................................10

2.6 Manfaat atau keuntungan dilakukannya Lotus Birth..................................................................10

2.7 Kelemahan Lotus Birth..............................................................................................................11

2.8 Alasan mengapa memilih Lotus Birth........................................................................................11

BAB III...............................................................................................................................................13

PENUTUP..........................................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan................................................................................................................................13

3.2 Saran..........................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Plasenta merupakan sumber darah bagi bayi yang banyak mengandung sel-sel
induk, besi, oksigen, hormon dan enzim-enzim. Sepertiga dari total suplai darah pada bayi
berasal dari plasenta yang dialirkan melalui tali pusat.

Ketika bayi baru lahir, sesaat kemudian tali pusat akan segera diklem pada dua
tempat dan kemudian akan dipotong diantara keduanya. Dan dalam hitungan menit
kemudian, plasenta ikut lahir. Itulah prosedur persalinan yang sesuai dengan standar
asuhan persalinan normal yang selalu kita aplikasikan hingga pada saat ini. Namun, ada
fenomena yang disebut lotus birth. Lotus birth ini adalah proses persalinan tanpa
mengklem tali pusat seperti yang biasa di lakukan, apalagi sampai memotong tali pusat,
dan tali pusat ini dibiarkan sendiri hingga terlepas dari bayi secara alami.

Negara perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth
dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang
terbuka akibat pemotongan pada tali pusat. Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu
fenomena yang baru, tapi penundaan pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali
dan budaya suku Aborigin Australia jauh sebelumnya. Dan keputusan Lotus birth serta
dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan tanggung jawab dari klien yang telah
memilih dan membuat keputusan untuk asuhan lotus birth ini (informed choncen).

Persalinan ala lotus birth belum lazim di lakukan di negara Indonesia. Praktisi
medis masih pro-kontra terhadap metode lotus birth ini, kata dr Frans O.H. Prasetyadi
SpOG. Kalaupun ada, yang meminta adalah ibu dengan penganut kepercayaan tertentu
dan sudah mengerti dengan resiko yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kepala Subdepartemen Obstetri Ginekologi RSAL, dr Ramelan, Surabaya


juga mengatakan, selama plasenta masih menempel pada ibu, ada aliran darah dari
plasenta yang masuk ke tubuh bayi. Ada sebagian ibu yang beranggapan bahwa kesatuan
antara ibu, bayi, dan plasenta tidak boleh diputus begitu saja. Dianggap ada suatu energi
yang menguatkan bayi bila berdekatan dengan plasentanya. Maka, tali pusat dibiarkan
putus sendiri.
Lotus birth sebenarnya juga mempunyai banyak manfaat dan beberapa
keuntungan untuk bayi, seperti jika tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga
memungkinkan terjadinya perpanjangan aliran darah ibu ke janin, Bayi tetap berada dekat
ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu yang lebih lama untuk
bounding attachment, pemulihan tali pusat yang cepat (2-3 hari) dibandingkan normalnya
jika segera di potong dan mencegah bayi kehilangan 60 ml darah, yang setara dengan
1200 ml darah orang dewasa.

Dr. Ramelan lantas menerangkan prosedur lotus birth. Setelah bayi lahir,
plasenta diletakkan di sebuah wadah khusus plasenta. Kemudian ia didekatkan pada bayi.
Agar tidak berbau busuk, plasenta dicuci dengan garam laut atau dioleskan minyak
lavender. Jadi, saat bayi dibersihkan ada petugas yang membawa sekaligus membersihkan
plasenta, dan hal ini yang menjadi salah satu kerugian metode lotus birth.

Setelah itu, ibu bisa melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Posisi plasenta
juga tak bisa jauh dari bayi. Tentu dibutuhkan petugas yang membantu mendekatkan
posisi plasenta dengan bayi. Sehingga menjadi tampak repot dan memerlukan banyak
tenaga medis, tapi jika sudah menjadi kemauan klien sendiri diharapkan ayah bayi
bersedia membantu membawa dan merawat plasenta tersebut, dan hal ini bisa berdampak
positif karena terjalinnya early bonding antara ayah dan bayi. Dalam waktu 2-3 hari
setelah bayi dilahirkan, plasenta akan putus sendiri (pupak puser).

Lepas dari kelebihan dan kelemahan asuhan lotus birth yang telah
dikemukakan seperti diatas, apalagi masalah pro dan kontra penerapannya secara global
sampai saat sekarang ini, kita sebagai bidan dan pendidik tetap harus mengetahui
perkembangan ilmu kebidanan, khususnya pada lotus birth ini, apakah yang dimaksud
dengan lotus birth dan bagaimana asuhan nya, sebagai perbincangan yang tengah hangat
dan merupakan evidence based dalam dunia kebidanan, kita patut membicarakan nya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Lotus Birth dalam asuhan kebidanan?

2. Bagaimana sejarah Lotus Birth?

3. Bagaimana penghormatan terhadap plasenta di berbagai budaya Negara?

4. Apa langkah- langkah dalam melakukan proses Lotus Birth?


5. Apa manfaat atau keuntungan dilakukannya Lotus Birth.

6. Apa kerugian dilakukannya Lotus Birth?

7. Apa alasan memilih Lotus Birth?

1.3 Tujuan
Sebagai syarat untuk memenuhi tugas pengganti Ujian Akhir Semester pada
mata kuliah Asuhan kebidanan dalam KB.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lotus Birth dalam Asuhan Kebidanan


Lotus Birth adalah suatu metode asuhan pada bayi baru lahir dimana tali pusat
bayi tidak dipotong. Setelah bayi lahir, tali pusat yang melekat pada bayi dan plasenta
dibiarkan saja, tanpa dijepit atau dipotong. Tali pusat kemudian akan kering sendiri dan
akhirnya lepas secara alami dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari
setelah bayi lahir. Tali pusat dan plasenta merupakan satu unit dan satu kesatuan.

2.2 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)


Menekankan pentingnya penyatuan atau penggabungan pendekatan untuk asuhan
ibu dan bayi, dan menyatakan dengan jelas (dalam Panduan Praktis Asuhan Persalinan
Normal:, Geneva, Swiss, 1997) “Penundaan Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem)
adalah cara fisiologis dalam perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat secara dini
merupakan intervensi yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut.”

Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi umumnya dilakukan di klinik
dan rumah bersalin khusus, sehingga proses bonding attachment antara ibu dan bayi dapat
dilakukan, hal ini tentunya bermanfaat bagi ibu dan bayi yang baru lahir.

Karena adanya praktek budaya yang berbeda maka proses pengawetan plasenta
dilakukan dalam berbagai cara yang berbeda. Beberapa orang lebih memilih untuk
menyimpan plasenta sehingga dapat menguburkannya dengan anak di akhir kehidupan
anak tersebut. Sedangkan yang lainnya membiarkan plasenta sampai mengerut dan
mengering secara alami dan kemudian dikuburkan. Salah satu contohnya adalah Orang-
orang Igbo di Nigeria, mereka menguburkan plasenta setelah lahir dan sering menanam
pohon diatas kuburan plasenta tersebut.

Pada Lotus Birth, kelebihan cairan yang dikeluarkan plasenta disimpan dalam
mangkuk atau waskom terbuka atau dibungkus kain, lalu didekatkan dengan bayi. Kain
yang digunakan untuk menutupi plasenta atau wadah yang digunakan harus
memungkinkan terjadinya pertukaran udara, sehingga plasenta mendapatkan udara dan
mulai mengering serta tidak berbau busuk. Garam laut sering digunakan untuk
mempercepat proses pengeringan plasenta. Kadang-kadang minyak esensial, seperti
lavender, atau bubuk tumbuh-tumbuhan seperti goldenseal, neem, bersama dengan
lavender juga digunakan untuk tambahan anti bacterial.

Apabila tindakan pengeringan plasenta tidak diterapkan dengan baik plasenta akan
memiliki bau yang berbeda, bau tersebut dapat diatasi dengan penanaman plasenta secara
langsung atau didinginkan setelah minggu pertama pasca persalinan.

2.3 Sejarah Lotus Birth


Negara perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth
dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang
terbuka. Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang baru, tapi penundaan
pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku Aborigin Australia.
Dan keputusan Lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan
tanggung jawab dari klien yang telah memilih dan membuat keputusan untuk asuhan lotus
birth ini (informed choncen).

Primatolog Jane Goodall, adalah orang yang pertama kali melakukan studi
jangka panjang dengan objek penelitian simpanse di alam bebas.

Pada hewan Simpanse, yang merupakan mamalia dengan 99% bahan genetik
hampir sama dengan manusia, juga pada prakteknya membiarkan plasenta nya utuh, tidak
merusaknya bahkan memotong. Hal itu dikenal dengan fakta primatologist, dan bayi-bayi
simpanse tersebut mampu hidup dan berkembang dengan sehat, demikian juga dengan
induknya tidak ada masalah. Beberapa praktisi kelahiran teratai simpanse merujuk kepada
praktek sebagai latihan alami bagi manusia juga.

Informasi mengenai lotus birth ini juga terdapat dalam ajaran Budha, Hindu,
Kristen serta Yahudi. Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah "kelahiran teratai" digunakan
untuk menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan Padmasambhava
(Lien Sen-hua), menekankan mereka masuk ke dunia sebagai utuh, anak-anak kudus.
Kelahiran referensi teratai juga ditemukan dalam Hinduisme, misalnya dalam kisah
kelahiran Wisnu.
2.4 Penghormatan terhadap plasenta di berbagai budaya Negara
Beda bangsa, daerah dan suku beda pula penanganannya terhadap keberadaan
ari-ari atau plasenta yang hadir ketika persalinan terjadi. Dalam dunia pengobatan barat,
plasenta dianggap tidak lebih dari sekedar buangan rumah sakit, tetapi mereka mengakui
adanya penanganan khusus yang diberlakukan di berbagai belahan dunia terhadap
plasenta ini.

Diantara suku Navajo Indian barat daya, menjadi suatu kebiasaan untuk
menguburkan plasenta bayi di keempat sudut kuburan keluarga yang dianggap mulia,
sebagai suatu pengikat tanah leluhur dan masyarakat. Sementara suku Maori di Selandia
Baru memiliki tradisi yang sama yaitu menguburkan plasenta di tanah yang masih belum
tercemar. Dalam bahasa asli Maori kata untuk tanah dan plasenta tersebut adalah :
whenua (baca: venua).

Suku pedalaman Bolivian Aymara dan Queche meyakini bahwa plasenta


memiliki spirit tersendiri. Karenanya seorang suami atau ayah dari bayi harus
memperlakukan plasenta tersebut dengan mencuci dan menguburkannya pada tempat
yang terlindung dan tersembunyi. Jika ritual tersebut tidak dilakukan secara benar,
keyakinan mereka adalah ibu atau bayi akan menjadi sakit atau bahkan bisa mati.

Suku Ibo di Negiria dan Ghana memperlakukan plasenta sebagai kembaran


dari bayi yang hidup, sementara plasenta tersebut adalah kembaran yang mati. Sehingga
harus dikuburkan dengan ritual tertentu. Lain lagi di Filipina, plasenta dikuburkan dengan
berbagai macam buku oleh ibunya. Ini suatu pengharapan bahwa kelak bayinya akan
tumbuh menjadi anak yang pintar. Kondisi Filipina ternyata tidak berbeda jauh dengan
beberapa masyarakat yang ada di Indonesia, dimana mereka menguburkan plasenta
dilengkapi dengan buku, pensil dengan maksud agar kelak anak yang dilahirkan tersebut
menjadi anak yang pintar.

Ironis lagi di Vietnam dan China plasenta disiapkan untuk dikonsumsi oleh
ibu yang habis melahirkan. Masyarakat china dan Vietnam mempercayai, bahwa ibu yang
baru melahirkan seharusnya merebus sendiri plasenta bayinya, kemudian dijadikan kaldu
dan meminumnya untuk memperbaiki kualitas ASI nya.

Sementara di nusantara Indonesia, Ari-ari atau plasenta sering dianggap


sebagai saudara bayi yang memeliharanya selama kehamilan berlangsung, bahkan tidak
jarang plasenta mendapat perhatian khusus sesuai dengan adat kebiasaaan masyarakat
yang berlaku. Sebagian masyarakat memperlakukan plasenta (ari-ari) dengan tata laksana
khusus, sebagai ungkapan terimakasih karena telah memelihara bayi sampai cukup bulan
serta lahir ke dunia.

Perlakuan masyarakat Bali (beragama Hindu) terhadap plasenta:

1. Setelah dibersihkan dimasukkan ke dalam kelapa yang telah di belah, sebagai


lambang dunia dan isinya.

2. Di isi dengan duri-duri, sehingga terhindar dari gangguan, ditambahkan rempah-


rempah, dan diberi wewangian agar harum dan tidak berbau.

3. Di bungkus kain putih dan di tanam di depan rumah, dengan ketentuan sebelah
kanan untuk laki-laki, sedangkan sebelah kiri untuk perempuan.

4. Selama 42 hari selalu di pasang lilin (malam hari), setiap hari plasenta tersebut
diberikan susu juga.

Perlakuan masyarakat Jawa terhadap ari-ari

1. Setelah ari-ari dibersihkan dimasukkan ke dalam kendi.

2. Di dalam kendi disertakan tulisan jawa / Abjad agar diharapkan kelak bayi
tersebut pintar.

3. Diberikan anget-anget dan duri sehingga pandangannya tajam.

4. Selanjutnya di tanam di depan rumah untuk bayi laki-laki selama 42 hari, dan di
belakang rumah selama 36 hari untuk bayi perempuan.

5. Sebagian ada yang membuangnya ke sungai, sehingga bayi ini kelak akan
dianggap suka merantau.

Perlakuan masyarakat Nusa Tenggara Timur terhadap plasenta

1. Ditaruh sekitar 3 bulan di atas perapian sampai kering.

2. Selanjutnya di tanam di sertai doa dan alat-tulis.


2.5 Langkah- langkah dalam melakukan proses Lotus Birth
Beberapa hal yang dilakukan dalam Lotus Birth diantaranya :

a. Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat berada di sekitar leher bayi
(lilitan tali pusat) cukup di longgarkan dan angkat tali pusat tersebut melewati kepala
bayi.

b. Tunggu lahirnya plasenta secara alami.

c. Ketika plasenta lahir, tempatkan plasenta pada mangkuk khusus di dekat ibu.

d. Tunggu transfusi penuh darah secara alami dari pusat ke bayi sebelum menangani
plasenta.

e. Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu dengan cara menggunakan air hangat dan
tepuk-tepuk sampai kering.

f. Tempatkan plasenta di tempat yang kering.

g. Letakkan plasenta pada bahan yang menyerap seperti sebuah popok atau kain
kemudian letakkan dalam tas plasenta.

h. Permukaan plasenta akan berubah setiap hari bahkan lebih cepat jika sering terjadi
rembesan. Alternatif lain untuk mempercepat pengeringan plasenta yaitu dengan
menaburkan garam pada bagian plasenta

i. Dalam keseharian tetap lakukan asuhan normal pada bayi baru lahir, Gendong bayi
dan beri makan sesuai kebutuhannya.

j. Pakaikan bayi menggunakan pakaian yang longgar.

k. Bayi dapat dimandikan seperti biasa, biarkan plasenta bersamanya.

l. Meminimalisir pergerakan bayi, khususnya pada bagian daerah didekat tali pusat.

2.6 Manfaat atau keuntungan dilakukannya Lotus Birth


a. Tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan terjadinya perpanjangan
aliran darah ibu ke janin.

b. Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar-benar
dapat mulai bernafas sendiri.
c. Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.

d. Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya
waktu yang lebih lama untuk bounding attachment.

e. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk terlepasnya tali pusat bila tali pusat dipotong
segera ketika lahir adalah 8-9 hari, ketika berhenti berdenyut 6-7 hari, dan jika
dibiarkan secara alamai 3-4 hari.

f. Dr Sarah Buckley mengatakan : bayi akan menerima tambahan 50-100 ml darah yang
dikenal sebagai transfusi placenta. Darah transfuse ini mengandung zat besi, sel darah
merah, keping darah dan bahan gizi lain, yang akan bermanfaat bagi bayi sampai
tahun pertama kehidupannya. Hilangnya 30 ml darah ke bayi baru lahir adalah setara
dengan hilangnya 600 ml darah untuk orang dewasa. Asuhan persalinan umum
dengan pemotongan tali pusat sebelum berhenti berdenyut memungkinkan bayi baru
lahir kehilangan 60 ml darah, yang setara dengan 1200ml darah orang dewasa.

2.7 Kelemahan Lotus Birth


a. Tidak bisa diterapkan pada seluruh kebudayaan.

b. Membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai.

c. Membutuhkan tenaga kesehatan yang berpengalaman.

d. Membutuhkan banyak petugas kesehatan, misalnya bayi di mandikan harus ada


petugas yang lain memegangi dan menjaga tali pusat.

e. Memerlukan perawatan ekstra pada plasenta agar tidak membusuk dan berbau tidak
sedap.

2.8 Alasan mengapa memilih Lotus Birth


Hanya karena tali pusat telah berhenti berdenyut tidak berarti tali pusat
menjadi tidak berguna lagi. Ada yang masih mengalir ke dalam darah bayi. Setelah
mencapai volume darah optimal pada bayi, sisa dari jaringan akan menutup secara aktif.
Penutupan semua jaringan tidak terjadi ketika tali pusat tampak berhenti berdenyut. Tali
pusat dapat terus berdenyut sekitar 2 hingga 3 jam.

Setiap ibu memiliki alasan dan pendapat sendiri. Berikut ini adalah beberapa
alasan ibu untuk memilih Lotus Birth:
a. Ibu dan keluarga tidak ingin memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong
tali pusat.

b. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan
penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.

c. Penghormatan terhadap bayi dan plasenta pada sebagian kebudayaan.

d. Asumsi ibu bahwa dapat menjamin bayi mendapatkan volume darah optimal dan
spesifik yang diperlukan bagi bayi.

e. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai
masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian dan kasih sayang penuh.

f. Mengurangi angka kesakitan bayi akibat infeksi nosokomial dari pengunjung yang
ingin bertemu bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk
menunggu hingga plasenta telah lepas.

g. Alasan rohani atau emosional.

h. Tradisi budaya yang harus dilakukan.

i. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali pusat.

j. Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem tertutup


antara plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)

k. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut bayi (adanya luka
membutuhkan waktu untuk penyembuhan. sedangkan jika tidak ada luka, waktu
penyembuhan akan minimal.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lotus Birth adalah suatu metode asuhan pada bayi baru lahir dimana tali pusat
bayi tidak dipotong. Setelah bayi lahir, tali pusat yang melekat pada bayi dan plasenta
dibiarkan saja, tanpa dijepit atau dipotong. Tali pusat dan plasenta merupakan satu unit
dan satu kesatuan. Tali pusat kemudian akan kering sendiri dan akhirnya lepas secara
alami dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah bayi lahir.

Negara perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth
dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang
terbuka. Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang baru, tapi penundaan
pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku Aborigin Australia.
Dan keputusan Lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan
tanggung jawab dari klien yang telah memilih dan membuat keputusan untuk asuhan lotus
birth ini (informed choncen).

Sedangkan di Negara Indonesia sendiri asuhan bayi dengan lotus birth belum
dapat di aplikasikan, selain terkait dengan pro dan kontra penerapannya juga terkendala
dengan kelemahan-kelemahan pelaksanaan lotus birth sendiri.

3.2 Saran
a. Karena lotus birth adalah suatu ilmu yang baru di harapkan kita sebagai seorang bidan
dapat mengetahui dan selalu mengikuti perkembangan ilmu kebidanan.

b. Diharapkan nanti penerapan dengan metode lotus birth ini dapat dilakukan di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.lotusfertility.com/Lotus_Birth_Q/Lotus_Birth_QA.html

http://www.purebirth-australia.com/lotusbirth/lotusbirth.html

http://www.healthypages.co.uk/newsitem.php

http://www.breastfeeding.com/helpme/lotus_birth.html

http://www.womenofspirit.asn.au/LotusBirthText.htm

Anda mungkin juga menyukai