Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil. Asuhan masa nifas diperlukan karena pada
periode nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu yang terjadi setelah persalinan dan 50% kematian nifas terjadi pada 24 jam
pertama. Salah satu perawatan masa nifas pada bayi baru lahir adalah perawatan tali pusat
pada bayi.
Seiring berkembangnya zaman terdapat beberapa metode baru seperti lotus birth. Lotus
birth dirintis pertama kali di Negara Amerika. Meskipun seperti metode baru, tetapi lotus
birth sudah ada sejak dahulu dalam budaya Bali. Lotus Birth atau tali pusat yang tidak
dipotong adalah praktek meninggalkan tali pusat yang tidak diklem dan lahir secara utuh,
yang menghasilkan pengkleman internal alami dalam 10-20 menit pasca persalinan. Tali
pusat kemudian kering dan akhirnya lepas dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya
terjadi 3-10 hari setelah lahir.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan pentingnya penyatuan atau
penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi, dan menyatakan dengan jelas
“Penundaan Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah cara fisiologis dalam
perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat secara dini merupakan intervensi yang masih
memerlukan pembuktian lebih lanjut”.
Lotus birth memiliki pro dan kontra di dunia medis, tapi tak jarang masyrakat Indonesia
terutam a kalangan artis memilih metode tersebut. Karena metode ini dipercaya memiliki
manfaat bagi bayi terutama pada sistem kekbalan tubuh, menjaga kekurangan darah dan zat
besi serta mempererat hubungan ibu dan anak. menggunakan metode lotus birth harus sesuai
konsultasi orang tua bayi dengan bidan.
Untuk itu, penulis menuliskan makalah dengan tema masa nifas ibu dan bayi baru lahir
dengan judul “ Evidance Base Penggunaan Metode LB Neonatal Care dalam Perawatan Tali
Pusat pada Bayi”.

B. Rumusan
1
Dari latar belakang tersebut, didapatkan beberapa rumusan masalah. Sebagai berikut :
1. Apa yang disebut dengan metode LB?
2. Bagaimana sejarah LB bisa masuk dan populer di Indonesia?
3. Bagaimana cara melakukan metode LB serta evidance base yang baik dan benar?
4. Apa saja manfaat dan risiko menggunakan LB?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut ada beberapa tujuan. Sebagai berikut
1. Mengetahui apa pengertian LB.
2. Mengetahui sejarah LB.
3. Menambah wawasan mengenai metode LB dan evidance basenya.
4. Mengetahui manfaat dan risiko menggunakan metode LB.

D. Manfaat
Makalah ini memiliki manfaat untuk menambah wawasan bagi masyarakat
umumnya khususnya pada ibu yang akan mengalami masa nifas, sehingga memiliki
edukasi dan pandangan dalam melakukan perawatan terutama pada tali pusat bayi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lotus Birth (LB)


Lotus Birth adalah proses persalinan pada kala III yang tidak langsung dilakukan
pemotongan tali pusat, tetapi dibiarkan tetap terhubung antara bayi dan placenta hingga puput

2
dengan sendirinya. Rata-rata tali pusat lepas dari perut bayi sekitar 3-10 hari pasca
persalinan.
Lotus birth adalah proses melahirkan bayi dengan tetap membiarkan tali pusar
terhubung dengan plasenta selama beberapa hari. Jadi tali pusat dan plasenta yang menempel
di pusar bayi tidak langsung dipotong usai ibu bersalin namun dibiarkan mengering sendiri
dan lalu terputus sendiri. Biasanya plasenta dibalut dengan kain dan diletakkan di sebuah
wadah seperti baskom yang sudah diberikan bunga-bungaan atau herbal tertentu. Kadang
juga ditaburi garam laut untuk mempercepat proses pengeringan.
Lotus Birth / Nonseverance umbilical Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong,
adalah membiarkan tali pusat yang tidak diklem dan lahir secara utuh (jadi setelah bayi lahir,
tali pusat tidak dilakukan pengekleman dan setelah plasenta lahir, plasenta beserta
talipusatnya dibiarkan saja hingga nanti saatnya puput.) Segera setelah bayi lahir ada sebuah
proses fisiologis normal dalam perubahan Wharton’s jelly yang menghasilkan pengkleman
internal alami pada plasenta (sisi maternal) dalam 10-20 menit pasca persalinan .
Dalam lotus birth plasenta dibiarkan dan Tali pusat kemudian Kering dan akhirnya
lepas dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah lahir. Organisasi
Kesehatan Dunia(WHO) menekankan pentingnya penyatuan atau penggabungan pendekatan
untuk asuhan ibu dan bayi, dan menyatakan dengan jelas (dalam Panduan Praktis Asuhan
Persalinan Normal:, Geneva, Swiss, 1997) “Penundaan Pengkleman (atau tidak sama sekali
diklem) adalah cara fisiologis dalam perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat secara
dini merupakan intervensi yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut.”

2.2 Sejarah Lotus Birth


Lotus Birth pertama kali dirintis di Negara Amerika Serikat. Meskipun demikian,
praktik in sebenarnya sudah ada dalam budaya Bali dan Aborigin di Australia. Sumber lain
mengatakan bahwa praktik ini dimulai dengan Claire Day yang sadar akan karya Jane
Goodall seorang primatology mengamati proses persalinan simpanse. Dia mencatat bahwa
simpanse istirahat dan bergerak naik turun di pohon-pohon dengan bayi mereka beserta
plasenta yang tetap melekat pada bayi hingga puput secara alami.
Claire menyadari ini adalah sikap makluk sosial, hewan yang cinta damai dan tetap
terhubung bersama-sama. Dia juga membaca banyak tulisan yang menunjukkan bahwa
banyak orang suci, seperti kisah Buddha dan Kristus tidak diceritakan memotong tali pusat
mereka saat dilahirkan. Claire menyimpulkan bahwa memotong tali pusat adalah traumatis

3
bagi bayi, dan bahwa kita sebagai manusia akan menghabiskan terlalu banyak tahun mencoba
untuk pulih dari ini. Dr. Sarah Buckley, ibu dari 3 anak dengan metode persalinan Lotus Birth
mengatakan bahwa ketika tali pusat dipotong, akan menyebabkan stress pada bayi sehingga
bayi menjadi trauma. Meskipun tali pusat pada dasarkan adalah bukan organ yang hidup,
namun sebenarnya masih terjadi komunikasi dengan bayi.
Informasi mengenai Lotus birth ini juga terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, Kristen
serta Yahudi. Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah “kelahiran teratai” digunakan untuk
menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan Padmasambhava (Lien Sen-
hua), menekankan mereka masuk ke dunia sebagai satu kesatuan yang utuh, anak-anak
kudus. Kelahiran teratai juga ditemukan dalam Hinduisme, misalnya dalam kisah kelahiran
Wisnu.
Di Indonesia dr. I. Nyoman Hariyasa Sanjaya dalam seminar tentang Lotus Birth di
Malang mengatakan bahwa “kalau pohon saja, dengan sendirinya menggugurkan daunnya
mengapa kita memaksanya dengan cara memetik daunnya? Nah begitulah sama halnya
dengan Plasenta. Kalau tali pusat saja, bisa terlepas dengan sendirinya… mengapa kita harus
mengklem/memotongnya…”
Praktik persalinan dengan Lotus birth telah dipraktikan oleh beberapa praktisi
khususnya bidan di tanah air diantaranya ibu Robin Lim di Bali, namun dari informasi yang
penulis dapatkan, preferensi untuk persalinan dengan metode Lotus Birth masih sangat jarang
sekitar 2-3 persalinan setiap bulannya.

2.3 Tata Cara Melakukan Metode LB serta Evidance Base yang Baik dan Benar
Plasenta tetap dibersihkan selama masih tersambung dengan bayi, setelah itu
dikeringkan dengan handuk dengan cara di tepuk-tepuk. Kemudian plasenta disimpan dalam
baskom digunakan memungkinkan terjadinya pertukaran udara, sehingga plasenta
mendapatkan udara dan mulai mengering serta tidak berbau busuk. Kemudian ditaburi garam
laut, garam laut untuk mempercepat proses pengeringan plasenta dan aroma terapi akan
mengurangi bau tidak sedap yang dikeluarkan oleh plasenta, kadang yang sering digunakan
seperti minyak esensial, seperti lavender, atau bubuk tumbuh-tumbuhan seperti goldenseal,
neem, untuk tambahan anti bacterial.
Apabila tindakan pengeringan plasenta tidak diterapkan dengan baik plasenta akan
memiliki bau yang berbeda, bau tersebut dapat diatasi dengan penanaman plasenta secara
langsung atau didinginkan setelah minggu pertama pasca persalinan.

4
Pro dan Kontra tentang Lotus Birth
Secara medis ide lotus birth didukung dengan adanya penelitian yang menyebutkan
bahwa delayed clamping (pemotongan tali pusat yang ditunda) selama 1-2 menit akan
memberikan manfaat klinis yang lebih baik untuk bayi dibandingkan dengan early
clamping (30 detik sampai 1 menit). Tetapi beberapa ahli medis berpendapat plasenta yang
terhubung dengan bayi di luar rahim dalam jangka waktu lama akan menyebabkan infeksi
dan berpotensi membawa dampak yang “mematikan”.
Dr. Patrick O’Brien dari Royal College Obstreticians and Gynaecologist menyatakan
bahwa: “Plasenta yang tidak dipotong dalam jangka waktu tertentu dikhawatirkan membawa
risiko terinfeksi mikroba yang dapat menular kepada bayi. Plasenta lebih rentan terinfeksi
karena berisi darah yang merupakan sumber makanan mikroba. Dalam waktu singkat setelah
melahirkan, setelah tali pusat berhenti berdenyut plasenta tidak memiliki sirkulasi dan pada
dasarnya jaringan yang mati” Pernyataan tersebut juga disetujui oleh Dr. Philip Trisnadi,
Sp.OG bahwa lotus birth dikhawatirkan membawa risiko infeksi. Menurut beliau setelah
kelahiran, plasenta hanya sebuah jaringan mati berbentuk kantong yang berisi darah. Menurut
jurnal Herlyssa Sri Mulyati, Rusmartini ”Perbedaan Pertumbuhan Bayi Baru Lahir pada
Metode LB” metode persalinan lotus merupakan salah satu faktor yang membantu BBL bayi
yang lahir secara optimal. Hasil penelitian menunjukkan ibu yang memilih Lotus Birth
memiliki kenaikan rata-rata BB bayi dalam 7 hari pertama sebesar 462,56 gram dengan p
value 0, 000 artinya pertumbuhan bayi usia 7 hari dengan metode lotus lebih baik.

Beberapa alasan ibu untuk milih Lotus Birth:


1. Tidak ada keinginan ibu untuk memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong tali
pusat.
2. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan
penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.
3. Merupakan suatu penghormatan terhadap bayi dan plasenta.
4. 100% menjamin bahwa bayi mendapatkan volume darah optimal dan spesifik yang
diperlukan bagi bayi.
5. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai masa
pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh.
6. Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu bayi. Sebagian besar
pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga plasenta telah lepas.

5
7. Alasan rohani atau emosional.
8. Tradisi budaya yang harus dilakukan.
9. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali pusat.
10. Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem tertutup antara
plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)
11. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut (adanya luka
membutuhkan waktu untuk penyembuhan.sedangkan jika tidak ada luka, waktu
penyembuhan akan minimal)

Hanya karena tali pusat telah berhenti berdenyut tidak berarti tali pusat menjadi tidak
berguna lagi. Ada yang masih mengalir ke dalam darah bayi. Setelah mencapai volume darah
optimal pada bayi, sisa dari jaringan akan menutup secara aktif. Penutupan semua jaringan
TIDAK terjadi ketika tali pusat tampak berhenti berdenyut. Tali pusat dapat terus berdenyut
sekitar 2 hingga 3 jam.

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam LB :


1. Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat berada sekitar leher bayi, cukup
angkat tali tersebut.
2. Tunggu lahirnya plasenta secara alami. Etika plasenta lahir, tempatkan pada mangkuk
di dekat ibu.
3. Tunggu tranlusi penuh darah dari pusat ke bayi sebelum menangani plasenta.
4. Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu dengan menggunakan air hangat dan tepuk-
tepuk sampai kering.
5. Tempatkan plasenta di tempat yang kering. Letakkan plasenta pada bahan yang
menyerap seperti sebuah popok atau kain kemudian letakkan dalam tas plasenta.
Permukaan plasenta akan berubah setiap hari bahkan lebih cepat jika sering terjadi
rembesan. Alternatif lain untuk mempercepat pengeringan plasenta yaitu dengan
menaburkan garam pada bagian plasenta.
6. Gendong bayi dan beri makan sesuai kebutuhannya.
7. Pakaikan bayi menggunakan pakaian yang longgar.
8. Bayi dapat dimandikan seperti biasa, biarkan plasenta bersamanya.
9. Meminimalisir pergerakan bayi.
Pelu diketahui Lotus Birth tidak bisa dilakukan pada bayi yang terlahir dengan tali pusat
pendek, afiksia berat(BBL tidak dapat bernpas secara spontan dan teratur) bayi yang memiliki
6
hasil tes APGAR sangat rendah, dan pada kasus retensi plasenta dan plasnta yang tak kunjung
lepas dari dinding lahir (hanya kehamilan tanpa penyulit yang bisa melakukan Lotus Birth)

2.4 Manfaat dan RIsiko Menggunakan LB


Beberapa manfaat LB diantaranya :
1. Tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan terjadinya perpanjangan
aliran darah ibu ke janin.
2. Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar- benar
dapat mulai bernapas sendiri.
3. Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.
4. Bayi lebih tenang dan tidur lebih nyenyak
5. Bayi akan menerima 50-100 ml darah yang dikenal sebagai transfusi plasenta yang
mengandung zat besi, keping darah merah, dan zat gizi lainnya.
6. Bayi akan tetap disamping ibu setelah kelahiran, sehingga memungkinakan terjadi
Bounding Attachmet yang lebih lama.
7. Dalam kepercayaan para praktisi lotus birth, plasenta juga merupakan bagian dari
organ bayi yang tersambung dengan ibunya. Pemutusan paksa (dengan dipotong
seperti yang dilakukan praktisi medis pada umumnya) dapat dikatakan sebagai
perlakuan yang kurang manusiawi. Selain itu, lotus birth juga bisa dikatakan sebagai
metode penghormatan terhadap bayi dan membiarkannya memasuki dunia dengan
damai, tanpa paksaan.

Risiko Menggunakan LB diantaranya


1. Risiko kuning
Metode melahirkan dengan lotus birth dapat meningkatkan risiko terjadinya bayi
mengalami kadar bilirubin yang tinggi yang menyebabkan bayi tampak terlihat berwarna
kuning. Hal ini disebabkan karena pasokan darah ekstra yang diperoleh dari tali pusat.
Apabila bayi yang telah dilahirkan dengan metode ini dan kemudian mengalami ikteri (warna
kulit bayi berwarna kuning) kemungkinan proses penyembuhannya membutuhkan waktu
yang lebih lama dan panjang.

2. Risiko infeksi
Plasenta yang masih dipertahankan menyambung dengan tali pusat bayi maka akan
berisiko lebih besar terjadinya infeksi. Menurut pernyataan seorang juru bicara RCOG

7
Inggris mengatakan bahwa segera setelah bayi lahir maka plasenta atau tali pusat akan
berhenti berdenyut. Hal ini membuat ari-ari menjadi sebuah jaringan yang mati dan tidak
begitu bermanfaat jika dipertahankan karena kandungan darah di dalam ari-ari akan rentan
terkena infeksi sehingga berbahaya bagi bayi. Hal ini didukung oleh pernyataan seorang
dokter obgyn dan profesor klinis di Pusat Kesehatan Langone Universitas New York yang
bernama Dr. William Schweizer yang menyatakan bahwa metode lotus birth memiliki risiko
yang signifikan bagi bayi karena penundaan pemotongan tali pusat dapat berisiko terjadinya
infeksi. Selain itu menurut pernyataan beliau tidak ada dokumentasi medis yang
mengungkapkan setelah darah dari ari-ari yang di transfer kepada tubuh bayi tidak ada
fungsinya membiarkan tali pusat masih terhubung dengan bayi dalam waktu yang lama
bahkan hingga berhari-hari.
3. Risiko terjadinya perdarahan
Dengan tingkat repot yang lebih tinggi maka risiko terjadinya perdarahan juga lebih besar.
Karena pada saat anda akan berpergian atau dalam keadaan tertentu anda lupa tidak
membawa tempat atau wadah plasenta tersebut maka risiko tertariknya plasenta akan lebih
besar sehingga dapat menimbulkan perdaraha. Hal ini tentunya sangatlah berisiko bagi
kondisi tali pusat yang masih terhubung dengan plasenta. Jadi jika bunda dan keluarga
memilih melahirkan menggunakan metode ini maka bunda dan keluarga juga harus berhati-
hati dalam segala tindakan untuk meminimalisir terjadinya perdarahan yang akan
membahayakan nyawa si kecil.
4. Lebih Repot
Melahirkan dengan menggunakan lotus birth memiliki tingkat repot yang lebih tinggi
dalam kondisi apapun kita harus membawa wadah atau tempat untuk menyimpan plasenta.
selain itu bunda harus rajin dan telatin dalam perawatan tali pusat dan plasenta yang masih
terhubung tersebut untuk selalu di jaga kebersihan dan kelembabannya. Apabila plasenta
dalam keadaan kotor dan lembab maka akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
bakteri, virus, dan jamur pada plasenta sehingga risiko terjadinya infeksi akan lebih besar.
5. Menimbulkan bau tidak sedap
Melahirkan dengan menggunakan metode lotus birth anda memiliki risiko untuk selalu
mencium bau busuk setiap hari saat merawat bayinya. Bau tidak sedap tersebut berasa dari
plasenta atau ari-ari yang sedang mengering. Mungkin pada hari pertama anda tidak akan
merasakan bau busuk dari plasenta tersebut, akan tetapi anda dapat merasakan bau tidak
sedapnya di hari berikutnya.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Lotus birth adalah metode persalinan di mana setelah bayi lahir, tali pusat bayi sengaja
tidak di potong untuk mempertahankan hubungan plasenta dengan bayi. Tali pusat ini di
biarkan hingga terlepas dengan sendirinya secara alami dari pusar bayi. Waktunya dapat
bervariasi, namun berkisar antara tiga hingga sepuluh hari, bergantung pada kelembaban
udara.
Setelah bayi di lahirkan, biasanya plasenta akan di tempatkan pada wadah yang
bersih dan di berikan rempah-rempah atau minyak dari bunga setiap 24 jam untuk

9
mencegah plasenta berbau dan agar plasenta cepat kering. Saat memandikan bayi,
plasenta juga ikut di bersihkan lalu di keringkan. Mengurus bayi yang lahir dengan
metode ini mungkin memberikan tantangan tersendiri, karena jika Anda ingin
memindahkan bayi harus memindahkan plasentanya juga secara bersamaan.

2. Negara perintis Lotus birth adalah Amerika. Awalnya, lotus birth di lakukan sebagai
langkah pencegahan agar bayi terlindungi dari infeksi luka yang terbuka. Meski pun
Lotus birth merupakan suatu fenomena yang baru, namun penundaan pemotongan tali
pusar sudah ada dalam budaya masyarakat Bali, Indonesia dan suku Aborigin, Australia.
Metode melahirkan dengan cara Lotus birth sebenarnya merupakan sebuah metode
persalinan tradisional yang dahulu banyak di jumpai di masyarakat, Indonesia khususnya
di Bali. Namun, karena alasan repotnya menangani bayi yang masih terhubung dengan
tali pusar, maka metode persalinan ini tidak populer dan mulai di tinggalkan oleh
masyarakat. Metode lotus birth kembali mendunia setelah ada penelitian dari para ahli
kesehatan di University of South Florida pada tahun 2010.

3. Tata cara melakukan metode LB serta evidance base yang baik dan benar yaitu plasenta
tetap dibersihkan selama masih tersambung dengan bayi, setelah itu dikeringkan dengan
handuk dengan cara di tepuk-tepuk. Plasenta di tempat yang kering pada bahan yang
menyerap seperti sebuah popok atau kain kemudian letakkan dalam tas plasenta.
Permukaan plasenta akan berubah setiap hari bahkan lebih cepat jika sering terjadi
rembesan. Alternatif lain untuk mempercepat pengeringan plasenta yaitu dengan
menaburkan garam pada bagian plasenta.
Secara medis ide lotus birth didukung dengan adanya penelitian yang menyebutkan
bahwa delayed clamping (pemotongan tali pusat yang ditunda) selama 1-2 menit akan
memberikan manfaat klinis yang lebih baik untuk bayi dibandingkan dengan early
clamping (30 detik sampai 1 menit.

4. Manfaat Lotus Birth yaitu perpanjangan aliran darah ibu ke janin, oksigen vital yang
melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar- benar dapat mulai bernapas
sendiri, Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.
Bayi lebih tenang dan tidur lebih nyenyak, bayi akan menerima 50-100 ml darah yang
dikenal sebagai transfusi plasenta yang mengandung zat besi, keping darah merah, dan
zat gizi lainnya, bayi akan tetap disamping ibu setelah kelahiran, sehingga

10
memungkinakan terjadi Bounding Attachmet yang lebih lama. Adapun risiko yang dapat
di timbulkan yaitu risiko kuning, risiko infeksi, perdarahan, lebih repot, menimbulkan
bau tidak sedap.

3.2 Saran
1. Sebaiknya bidan memberikan sosialisasi dan edukasi kepada ibu mengenai perawatan
masa nifas.
2. Sebaiknya ibu berkonsultasi kepada bidan jika ingin melakukan lotus birt.
3. Sebaiknya dalam mencari sumber dan informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Yusari, Asih.2016 “Asuhan Kebidanan Nifas dan menyusui”.Jakarta Timur.CV Trans Info
Media
Ladewig,W.Patricia.2006.”Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir”.Jakarta.EGC Medical Publisher
https://moudyamo.wordpress.com/2013/06/01/isu-terkini-dan-evidence-based-dalam-praktik-
kebidanan/
https://www.academia.edu/15766872/Makalah-lotus-birth
https://nakita.grid.id/read/022969/lotus-birth-bikin-bayi-lebih-tenang-dantidur-nyenyak?
page=all
Rachana, S. 2000. Lotus Birth. Australia:Greenwood Press,

11
12
PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAYI BARU LAHIR PADA
METODE LOTUS BIRTH
Herlyssa, Sri Mulyati, Rus
Martini
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Jalan Arteri JORR Jatiwarna Kec Pondok Melati Bekasi-
17415
Email:
lyssafira@yahoo.co.id

ABSTRACT

Newborns health,which is measured by the growth of body in weight and length after born,
is determined by maternal and nenatal factors, particularly the time to pinch or cut placenta
cord..This study aims to examine the relationship betweendelivery method with leaving the
placenta uncut(lotus birth) andthe growth of newborn. This is designed as crosessectional
research, with the use of secondary data from medical record at two maternity clinics in East
Jakarta. The research population is mothersthosegivevaginal birth at the Clinics. The sampling
technique used the total number of population member, namely 111 respondents. This research
results in 63,1% of total sample attended lotus birth with their baby's weight at birth is 3085
gramon average. Oneweek and one month later, the weight increases to 3431, and
4542,34gram on average respectively. Statistical test analysis T testshows that the growth of
1 week newborns under lotus birth methode is better than those who use ordinary birth with
significant P value is 0.00. Thus, delaying umbilical cord cut at birth at lotus birth methode
requires further verification.
Keywords: lotus birth, newborngrowth

ABSTRAK

Kesehatan bayi baru lahir, yang diukur dengan pertumbuhan berat dan panjang bayi setelah
lahir, ditentukan oleh faktor maternal dan neonatal, khususnya waktu penjepitan tali
pusat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persalinan metode penundaan
pemotongan tali pusat (lotus birth) dengan pertumbuhan bayi baru lahir. Desain penelitian
adalah Crosessectional dengan menggunakan data sekunder pada catatan rekam medik dari

13
dua klinik bersalin di wilayah Jakarta timur.Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang
melahirkan normal di klinik bersalin wilayah Jakarta timur. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan seluruh anggota populasi sebanyak 111 responden. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 63,1% dari total sample sebanyak 111 persalinan
menggunakan metode lotus birth, dengan rata-rat berat bayi sesaat setelah dilahirkan
adalah 3085 gram. Satu minggu dan satu bulan berikutnya, berat bayi rata-rata meningkat
secara berurutan menjadi 3431 dan 4542,34gram.. hasil analisis uji statistik T test
menunjukkan bahwaPertumbuhan bayi usia 7 hari yang dilahirkan dengan metode lotus lebih
baik daripada bayi yang lahir dengan metode biasa dengan nilai P value 0.00. Penundaan
pemotongan tali pusat pada persalinan lotus merupakan intervensi yang masih memerlukan
pembuktian lebih lanjut.
Kata Kunci : lotus birth, pertumbuhan bayi baru lahir

14
2 2

PENDAHULUAN

Kesehatan bayi baru lahir sangat ditentukan oleh pertumbuhan bayi setelah lahir.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran, besar, jumlah dan fungsi tingkat sel maupun organ
yang diukur dalam ukuran berat badan (gram, pound dan kilogram) dan panjang badan (cm,
meter) (Dep Kes RI, 2006 ). Pertumbuhan bayi baru lahir adalah pertambahan berat badan
bayi sejak lahir sampai berusia 28 hari.
Whaley and Wong (2010) menyebutkan pertambahan BB bayi lahir sampai usia 6
bulan sebesar 140-200 perminggu. Setelah bayi lahir, berat badan bayi akan mengalami
penurunan yang bersifat normal. Penurunan berat badan bayi dalam 10 hari setelah kelahiran
sekitar 10% dari berat badan waktu lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya mekonium dan
air seni yang belum diimbangi dengan asupan yang mencukupi, misalnya produksi ASI yang
belum lancar dan berat badan akan kembali pada hari kesepuluh.
Bhuta, et al. (2014) menjelaskan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi baru lahir
yaitu faktor maternal dan neonatal. Faktor maternal meliputi pemberian suplemen asam folat,
pemberian suplemen mikronutrien, suplemen kalsium, suplemen kalori dan protein,
pemberian zat besi dan asam folat, suplementasi yodium, merokok, riwayat penyakit selama
kehamilan. Faktor neonatal meliputi memperlambat penjepitan tali pusat/Lotus birth,
inisiasi menyusu dini, pemberian vitamin K, suplementasi l vitamin A neonatal, metode
kangguru dan kelainan kongentital. Penundaan penjepitan dan pemotongan tali pusat pada
metoda persalinan lotus merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pertumbuhan bayi baru lahir.
Metode Persalinan lotus adalah metode persalinan yang membiarkan tali pusat tetap
terhubung dengan bayi dan plasenta setelah kelahiran , tanp a menjepi t ataupun
memotongnya, sehingga tidak memberikan peluang kuman untuk masuk ke dalam tubuh bayi
melalui tali pusat, Metode lotus birth ini diyakini dapat menambah kekebalan tubuh pada bayi
yang baru lahir. Dengan lotus birth, bayi diharapkan mendapatkan lebih banyak darah yang
mengandung oksigen, makanan dan antibodi sehingga memberikan waktu bagi tali pusat untuk
terpisah dari bayi secara alamiah. Dengan cara ini, tali pusat dan plasenta diperlakukan sebagai
suatu kesatuan sampai saat pemutusan secara alami yang biasanya terjadi 3-10 hari setelah
proses kelahiran.

2
3 3

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan pentingnya penyatuan atau


penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi, dan menyatakan dalam panduan asuhan
persalinan normal (Geneva, Swiss,
1997), "Penundaan pengkleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah cara fisiologis dalam
perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat secara dini merupakan intervensi yang masih
memerlukan pembuktian lebih lanjut. Metode lotus birth inipun diyakini dapat menambah
kekebalan tubuh pada bayi yang baru lahir. Dengan lotus birth, bayi diharapkan mendapatkan
lebih banyak darah yang mengandung oksigen, makanan dan antibodi sehingga diharapkan
bayi mendapat nutrisi yan g berpengaru h terhadap pertumbuhannya (Rachana, 2000).
WHO (2014) menyebutkan penundaan penjepitan tali pusat dapat meningkatkan suplay zat
besi sehingga mengurangi kejadian anemia sebesar 60% pada bayi, mengurangi perdarahan
intraventrikuler sebesar 59% pada bayi prematur, mengurangi enterocolitis nekrotik sebesar
62% pada bayi premature, mengurangi sepsis, mengurangi kebutuhan transfuse darah pada bayi
prematur.
Mulyati (2014) melaporkan penelitiannya bahwa proporsi ibu yang melahirkan dengan
metode lotus birth di Klinik Bersalin wilayah Jakarta timur sebesar 43,1%. Dari hasil
pengamatan peneliti di klinik bersalin Ani Rahardjo diperoleh bahwa ada peningkatan berat
badan bayi yang dilahirkan dengan metoda lotus birth. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata
kenaikan berat badan bayi baru lahir dalam satu minggu pertama adalah 500-1000 gram.
Burkley (2006) dan Lim (2001) menjelaskan bahwa tidak ada penurunan berat badan yang
dilaporkan pada bayi yang dilahirkan secara lotus. Pada penelitian terhadap mamalia
(simpanse), dengan membiarkan plasenta utuh tidak merusak atau memotongnya, bayi-bayi
simpanse berkembang dengan sehat. WHO (2014) juga menjelaskan bahwa zat besi sebagai
mikronutrien yang kritikal bagi perkembangan anak terutama perkembangan neurological.
Dengan penundaan pemotongan tali pusat memberikan suplay 75 mg zat besi dalam enam
bulan pertama setelah kelahirannya.
Klinik Bidan Ani Rahardjo adalah salah satu klinik bersalin yang berada di wilayah
Jakarta Timur, telah melakukan pertolongan persalinan dengan metode lotus sejak pertengahan
tahun
2012. Praktik metode lotus birth yang dilakukan Bidan Ani merupakan modifikasi dari
waktu penundaan tali pusat, yaitu setelah bayi berusia 24 jam baru dilakukan pemotongan
tali pusat. Sedangkan metode lotus birth yang murni adalah membiarkan tali pusat lepas
dengan sendirinya.

3
4 4

Mengingat masih adanya pro kontra terhadap metode persalinan lotus dan belum
adanya penelitian tentang hubungan persalinan lotus dengan pertumbuhan bayi baru lahir,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan metode persalinan lotus
dengan pertumbuhan bayi baru lahir. Tujuan penelitian adalah mengetahui adanya
hubungan metode persalinan lotus dengan pertumbuhan bayi baru lahir.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain Cross
Sectional. Peneliti ingin mengetahui adanya hubungan antara variabel bebas (independen)
dan variabel terikat (dependen) dimana variabel terikat adalah pertumbuhan bayi baru lahir,
variabel bebas adalah persalinan lotus, umur ibu, pekerjaan dan paritas.
Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan di klinik di wilayah Jakarta
Timur baik yang lahir secara lotus maupun tidak lotus. Sampel penelitian ini adalah sebagian
ibu yang lahir lotus dan tidak lotus yang lahir pada bulan Januari sampai dengan bulan
Desember 2013. Jumlah sampel sebesar 111 orang Pengambilan sampel dilakukan secara total
populasi. Pengambilan data secara sekunder. Analisis data secara univariat dan bivariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Indikator yang digunakan untuk penilaian pertumbuhan bayi baru lahir adalah
pertambahan berat badan bayi saat lahir dan berat badan saat bayi berusia 7 hari dan 28 hari.
Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

4
Tabel 1.
Distribusi rata-rata Berat Badan bayi saat lahir, usia 7 hari dan usia 28 hari

Variabel Berat badan bayi n Mean SD min Maks


Pertumbuhan bayi BB bayi saat lahir 111 3085 412,068 2100 4550
baru lahir BB saat usia 7 hari 111 3431 459,937 2450 4700
BB bayi usiai 28 hari 111 4542,34 641,844 3100 6500

Pertumbuhan bayi baru lahir akan menentukan kesehatan bayi di masa yang akan datang.
Pada tabel 1. menunjukkan bahwa rata-rata BB bayi saat lahir adalah 3085 gram dengan BB
minimum 2100 gram dan maksimum 4550 gram. Sedangkan BB bayi usia 7 hari memiliki rata-
rata 3431 gram dengan BB minimum sebesar 2450 gram dan maksimum sebesar 4700 gram,
dan pada usia 28 hari memiliki rata-rata 4542,34 gram dengan BB minimum sebesar 3100 gram
dan maksimum sebesar 6500 gram. Hal ini menunjukkan bahwa rata- rata berat badan bayi saat
lahir berada dalam batas normal, walaupun ada bayi yang memiliki berat badan kurang dari
2500 gram dan di atas 4000 gram. Berat badan bayi rata- rata yang ditemukan sesuai dengan
Kemenkes RI (2013) yang menyebutkan berat badan bayi normal adalah sebesar 2500-4000
gram.
BB lahir yang kurang dari 2500 gram dikategorikan sebagai BBLR. Beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya BBLR adalah umur ibu beresiko, jarak kehamilan yang pendek
<1 tahun (Dep Kes RI, 2008), Sedangkan BB lahir lebih dari 4000 gram d i k a t e g o r i k a n
s e b a g a i b a y i b e s a r (Makrosomia), hal ini dapat disebabkan karena faktor genetik, asupan
nutrisi ibu saat hamil dan penyakit DM gestasional (Kemenkes RI, 2013). BB bayi saat lahir akan
mempengaruhi kesiapan bayi dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan sirkulasi
darah pada masa selanjutnya.
Pada masa bayi-balita, berat badan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan fisik dan
status gizi. Status gizi erat kaitannya dengan pertumbuhan, sehingga untuk mengetahui
pertumbuhan bayi, status gizi diperhatikan (Susilowati, 2008). BB dipakai sebagai
indikator yang terbaik saat ini untuk mengetahui gizi dan tumbuh kembang anak. Dapat
menggunakan timbangan bayi atau timbangan injak (Dep Kes RI, 2006).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan rata-rata berat badan bayi dari
sejak lahir sampai usia 7 hari adalah sebesar 346,40 gram dengan standar deviasi 268,134 gram,
sedangkan pertambahan BB usia 28 hari sebesar 1457,21 gram dengan standar deviasi 511,408
gram. Pertambahan ini lebih besar dibandingkan dengan Whaley and Wong (2010) yang
menyebutkan bahwa pertambahan Berat badan bayi dalam enam bulan pertama adalah sebesar
140-200 gram per minggu. Pertambahan berat badan ini dapat disebabkan oleh faktor maternal
dan neonatal yang ada.
Hal ini sesuai dengan Dep Kes RI (2007) yang menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan bayi baru lahir yaitu faktor maternal yang meliputi;
pemberian suplemen asam folat, mikrinutrien, kalsium, zat besi dan, yodium, dan sebagainya.
Sedangkan faktor Neonatal meliputi; Memperlambat penjepitan tali pusat/Lotus birth,
inisiasi menyusu dini, dan pemberian vitamin K.
Semua responden yang melahirkan di kedua klinik bersalin, saat kunjungan ante natal
telah mendapatkan suplemen asam folat, kalsium, zat besi dan vitamin lainnya sebagai
mikrinutrien. Selama masa neonatal, bayi dilakukan penundaan pemotongan tali pusat sampai
24 jam setelah kelahiran dillakukan IMD, mendapatkan vitamin
Pemberian berbagai suplemen dan obat tersebut telah merupakan program pemerintah
baik pada pelayanan ante natal maupun bayi baru lahir. Ketika memberikan asuhan
kehamilan, diharapkan setiap bidan tetap meningkatkan kualitas layanannya dan tetap
mengingatkan ibu hamil untuk mengkonsumsi berbagai suplemen yang memang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin. Begitu juga ketika memberikan asuhan pada bayi baru
lahir, setiap bidan tidak terburu- buru untuk memotong tali pusat, memfasilitasi pelaksanaan
IMD sampai dengan 1 jam, memberikan vitamin K dan vitamin K
Tabel 2.
Distribusi metode lotus birth dan Karakteristik responden

Karakteristik n %

Metode lotus birth Ya 70 63,1


Tidak 41 36,9
Umur ibu Tidak beresiko 101 91
Beresiko 10 9
Pekerjaan Bekerja 67 60,4
Tidak bekerja 44 39,6
Paritas Rendah 85 76,6
Tinggi 26 23,4

Tabel 2. Menunjukkan bahwa sebesar 63,1% ibu melahirkan dengan metode lotus, sebagian
besar umur ibu adalah tidak beresiko yaitu sebesar 91%, sebanyak 60,4% responden bekerja
dan memiliki paritas rendah sebesar 76,6%. Ibu yang memilih melahirkan dengan metode lotus
adalah sebesar 63,1%. Angka ini sedikit lebih besar dengan hasil penelitian Mulyat (2014)
bahwa proporsi ibu yang melahirkan dengan metode lotus birth di Klinik Bersalin wilayah
Jakarta timur sebesar 43,1%. Hal ini kemungkinan disebabkan semakin banyaknya ibu hamil
yang memilih melahirkan dengan metode lotus birth.
Metode Lotus birth memang belum merupakan satu kebijakan dari pemerintah
Indonesia, masih sangat sedikit bidan yang menerapkan metode persalinan lotus birth. Hal ini
sesuai dengan WHO (1997), yang menjelaskan penundaan pengkleman (atau tidak sama sekali
diklem) adalah cara fisiologis dalam perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat secara dini
merupakan intervensi yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut.
Persalinan lotus yang dimaksud pada penelitian ini adalah penundaan pemotongan
talipusat setelah 24 jam bayi lahir. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan pemberian ASI
eksklusif pada bayi baru lahir.Kebijakan yang diambil klinik Bersalin Ani Rahardjo
didasarkan pada Buckley (2006), yang menjelaskan bahwa dengan metode lotus birth
bayi akan menerima tambahan 50-100 ml darah yang dikenal sebagai transfusi placenta.
Darah transfusi ini mengandung zat besi, sel darah merah, keping darah dan bahan gizi
lain, yang akan bermanfaat bagi bayi sampai tahun pertama.
Hilangnya 30 ml darah ke bayi baru lahir adalah setara dengan hilangnya 600 ml
darah untuk o ra n g de w a s a . A s u ha n pe rs al in a n normal dengan pemotongan tali pusat
sebelum berhent i berdenyu t memungkinka n bayi baru lahir kehilangan 60 mL darah, yang
setara dengan 1200 ml darah orang dewasa. Kebijakan klinik untuk memotong tali pusat
setelah 24 jam kelahiran bayi juga didasarkan pada hasil pengamatan bidan bahwa pada
saat 24 jam paska kelahiran, tali pusat sudah tidak berdarah. lagi sehingga bila
dipotong tali pusatnya dapat memaksimalkan pemberian ASI Ekslusif.
Lotus birth merupakan salah satu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi baru
lahir. Lotusbirth atau metoda persalinan lotus adalah salah satu cara metode melahirkan
bayi dengan membiarkan tali pusat tetap terhubung dengan bayi dan plasenta setelah
kelahiran, tanpa menjepit ataupun memotongny a segera lahir, sehingga tidak
memberikan peluang kuman untuk masuk ke dalam tubuh bayi melalui tali pusat.
Metode lotus birth inipun diyakini dapat menambah kekebalan tubuh pada bayi yang
baru lahir. Dengan lotus birth, bayi diharapkan mendapatkan lebih banyak darah yang
mengandung oksigen, makanan dan antibodi (Rachana, 2000). Sehingga diharapkan bayi
mendapat nutrisi yang berpengaruh terhadap pertumbuhannya.

Tabel 3.
Distribusi rata-rata Berat badan bayi menurut pengukuran pertama (0-7 hari)
dan kedua (0-28 hari)

Variabel BB bayi Mean SD SE P value n

Pengukuran 3085.14 412.068 39.112 0,000 111


I (0-7 hari)
Pengukuran II 4542.34 641.844 60.921
(0-28 hari)

Metode Persalinan lotus merupakan salah satu faktor yang membantu pertumbuhan bayi
baru lahir secara optimal. Hasil penelitian menunjukkan ibu yang memilih metode lotus
birth memiliki kenaikan rata-rata BB bayi dalam 7 hari pertama (0-7 hari) sebesar 462,86 gram
dengan p value 0,000, artinya pertumbuhan bayi usia 7 hari dengan metode lotus lebih baik
daripada bayi yang lahir dengan metode bukan lotus. Sedangkan ibu yang memilih metode
lotus birth memiliki kenaikan rata-rata BB bayi dalam usia 0-28 hari sebesar 1499,29 gram
dengan p value 0,313, artinya pertumbuhan bayi usia usia 28 hari dengan metode lotus sama
dengan bayi yang lahir dengan metode bukan lotus.
Hasil ini menunjukkan angka ini sedikit lebih besar pertambahan berat badan bayi yang
dilahirkan dengan metode lotus sebesar 462,86 gram dibandingkan bayi yang dilahirkan bukan
lotus birth. Hal ini sesuai dengan Rachana (2000), yang menyebutkan dengan lotus birth, bayi
diharapkan mendapatkan lebih banyak darah yang mengandung oksigen, makanan dan
antibody, sehingga diharapkan bayi mendapat nutrisi yang berpengaruh terhadap
pertumbuhannya. Buckley (2006) juga menjelaskan bahwa dengan metode lotus birth bayi
akan menerima tambahan 50-100 ml darah yang dikenal sebagai transfusi placenta. Darah
transfusi ini mengandung zat besi, sel darah merah, keping darah dan bahan gizi lain, yang akan
bermanfaat bagi bayi sampai tahun pertama.
Hasil analisis bivariat didapatkan bahwa rata- rata berat badan bayi pada pengukuran
pertama(0-7 hari) adalah 3085 gram dengan standar deviasi 412,068 gram. Pada
pengukuran kedua(0-28 hari) diperoleh rata- rata berat badan adalah 442,34 gram dengan
standar deviasi 641,844 gram. Terlihat perbedaan mean antara pengukuran pertama dan
kedua adalah 1456,8 gram dengan standar deviasi 229,776 gram. Hasil uji statistik dengan uji
T paired Test juga didapatkan nilai P=0,000, yang artinya ada perbedaan pertumbuhan bayi
yang lahir pada usia 0-7 hari dan usia 0-28 hari.
Kemenkes RI (2010) menjelaskan bahwa pemotongan dan pengikatan tali pusat
sebaiknya dilakukan sekitar 2 menit setelah lahir (atau setelah bidan menyuntikkan
oksitosin kepada ibu) untuk memberi waktu tali pusat mengalirkan darah (dengan demikian juga
zat besi) kepada bayi. Sesuai dengan Langkah Manajemen Aktif Kala III, oksitosin diberikan
paling lambat satu menit setelah bayi lahir. Hal ini tidak sesuai dengan The Cochrane
Library, yang menjelaskan bahwa dari Review terhadap 11 studi yang mengevaluasi
manfaat ibu dan bayi dari penundaan penjepitan tali pusat sampai setelah berhenti berdenyut.
Hasil menunjukkan bahwa darah tidak lagi mengalir antara plasenta ibu dan bayi. Dalam
banyak kasus perbedaan waktu antara klem placenta awal dan akhir hanya satu atau dua menit,
namun p e n u n d a a n m e m u n g k i n k a n u n t u k meningkatkan suplai darah dari ibu ke anak
Tabel 4.
Distribusi rata-rata pertambahan BB saat usia 7 hari dan 28 hari
Pada persalinan lotus dan bukan lotus

Pertambahan BB bayi Jenis persalinan n Mean SD SE P Value


Usia 7 hari Lotus 70 462.86 247.405 29.571 0,000
Bukan lotus 41 147,56 166.940 26.072
Usia 28 hari lotus 70 1499.29 414.719 49.568 0,313
Bukan lotus 41 1385.37 643.549 100.50
5
Tabel 4. menggambarkan kenaikan rata-rata BB bayi pada persalinan lotus saat usia 7
hari adalah 462,86 gram, sedangkan kenaikan BB bayi saat usia 28 hari dengan persalinan lotus
sebesar 1499,29 gram. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,000 pada
pertambahan BB usia 7 hari maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara
metode persalinan lotus dengan pertumbuhan BB bayi usia 7 hari. Hal ini sesuai dengan
Bhuta, et al (2014) yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi baru
lahir yaitu; faktor maternal yang meliputi; pemberian suplemen asam folat, mikrinutrien,
kalsium, zat besi dan, yodium, dan sebagainya. Faktor Neonatal meliputi; Memperlambat
penjepitan tali pusat/Lotus birth, Inisiasi menyusu Dini, dan Pemberian Vitamin K.
Semua responden yang melahirkan di kedua klinik bersalin tersebut, saat kunjungan ante
natal telah mendapatkan suplemen asam folat, kalsium, zat besi dan vitamin lainnya sebagai
mikrinutrien. Selama masa neonatal, bayi dilakukan penundaan pemotongan tali pusat sampai
24 jam setelah kelahiran dillakukan IMD, mendapatkan vitamin K. Dengan pemberian
berbagai suplemen dan pemberian obat yang direkomendasikan baik saat hamil maupun saat
neonatal akan membuat bayi menjadi sehat dan tumbuh dan berkembang secara optimal
terutama dalam 7 hari pertama.
Tabel 4. menggambarkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara metode
persalinan lotus dengan pertumbuhan bayi usia 28 hari. Hasil penelitian ini ini tidak sesuai
dengan Buckley (2006) yang menyebutkan bahwa dengan metode lotus Birth, bayi akan
menerima tambahan 50-
100ml darah yang dikenal sebagai transfusi placenta. Darah transfusi ini mengandung zat besi,
sel darah merah, keeping darah dan bahan gizi lain, yang akan bermanfaat bagi bayi sampai
tahun pertama.Ha l ini kemungkinan disebabkan karena banyak faktor lain yang
mempengaruhi pertambahan BB bayi usia 28 hari seperti asupan nutrisi, stimulasi, kasih
sayang dan sebagainya. Metode lotus birth belum lazim dilakukan di indonesia, masih banyak
pro-kontra terhadap metode lotus birth ini, walaupun sebenarnya metode lotus birth merupakan
cara fisiologis dalam proses kelahiran bayi.
Tabel 5.
Distribusi rata-rata pertambahan BB saat usia 7 hari dan 28 hari
Berdasarkan karakteristik responden

Pertambahan BB bayi Jenis persalinan n Mean SD SE P Value


Usia 7 hari Umur tidak 101 349.50 275.363 27.400 0,700
Beresiko 10 315.00 187.157 59.184
beresiko
Bekerja 66 255.30 231.903 28.545 0,000
Tidak bekerja 45 480.00 263.801 39.325
Paritas rendah 85 364.12 272.184 29.522 0,210
Paritas tinggi 26 288.46 250.722 49.171
Usia 28 hari Umur tidak 101 1455.94 520.302 51.772 0,934
Beresiko 10 1470.00 434.102 137.27
Bekerja 66 1425.76 568.077 69.925 0,409
Tidak bekerja 45 1503.33 416.479 62.085
Paritas rendah 85 1467.65 501.706 54.418 0,699
Paritas tinggi 26 1423.08 550.859 108.03
2
Hasil penelitian juga menunjukkan pertumbuhan bayi usia 7 hari pada ibu bekerja
lebih baik dari yang bayi yang lahir dari ibu yang tidak bekerja, dengan mean 255,30 gram,
standar Deviasi 231,903 gram dan P value
0,000. Hal ini mungkin disebabkan karena ibu bekerja memiliki akses yang lebih luas
mendapatkan informasi tentang upaya untuk meningkatkan BB bayi. Saat hamil ibu bekerja
memiliki uang yang cukup untuk membeli makanan dalam memenuhi kebutuhan diri dan
bayinya. Ia tidak tergantung dengan suami, kapanpun ia menginginkan makanan tertentu, ia akan
mudah memperolehnya di tempat kerja dan lingkungannya

Tabel 3.
Distribusi rata-rata Berat badan bayi menurut pengukuran pertama (0-7 hari)
dan kedua (0-28 hari)

Variabel Pertambahan BB bayi Mean SD SE P value n

Pengukuran pertama 346.40 268.134 25.450 0,000 111


Pengukuran kedua 1457.21 511.408 48.541
Tabel 6. menunjukkan bahwa rata-rata berat pertambahan BB bayi pada pengukuran
pertama adalah 346,40 gram dengan standar deviasi 268,134 gram. Pada pengukuran kedua
diperoleh rata-rata pertambahan BB adalah 1457,21 gram dengan standar deviasi 511,408 gram.
Hasil uji statistik didapatkan nilai P Value sebesar 0,000, maka dapat disimpulkan ada perbedaan
signifikan antara pertambahan BB bayi pengukuran pertama( usia 7 hari) dan kedua (usia 28
hari) pada metode persalinan lotus.

SIMPULAN

Ada perbedaan pertumbuhan bayi baru lahir pada metode persalinan lotus. Metode
Lotus birth dapat direkomendasikan sebagai salah satu metode persalinan normal. Peneliti
selanjutnya dapat menggali lebih dalam lagi tentang manfaat lotus birth terhadap kesehatan ibu
dan bayi ditinjau dari aspek fisik, psiko, sosial dan spiritual. Desain penelitian dapat
ditingkatkan menjadi kohort atau eksperimen dengan jumlah sampel yang lebih banyak lagi.
Untuk meningkatkan pertumbuhan bayi baru lahir, setiap bidan diharapkan tetap
meningkatkan kualitas layanan Ante Natal Care dan Asuhan bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA

Buckley, MD. S. 2006. Gentle Birth, Gentle Mothering, Australia


Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Tumbuh kembang
Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2008. Modul
Manajemen bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) untuk Bidan di Desa. Jakarta: Dep Kes RI.
2010.Buku Saku Pelayanan kesehatan neonatal esensial. Pedoman teknis pelayanan
kesehatan dasar. Jakarta: Dep Kes RI..
Lim, R. 2001. After the Baby's Birth: A Complete Guide for Postpartum Women, Ten Speed
Press, U.S.
Mulyati, S. 2014. Hubungan penundaan pemotongan tali pusat dengan kadar Bilirubin di
klinik bersalin Wilayah Jakarta Timur tahun 2014. Jakarta: Poltekkes Kemenkes
Jakarta III.
Rachana, S. 2000. Lotus Birth. Australia: Greenwood Press,
Whaley & Wong. 2010. Essentials of Pediatric Nursing. 5 th ed. Publisher: Mosby.
World Health Organization (WHO), 1997.
Care in normal birth: A practical guide, report of a technical working group. WHO:
Geneva, Switzerland.
WHO & USAID. 2014. Delayed Clamping Of The Umbilical Cord To Reduce Infant Anaemia.
Geneva: WHO and USAID
Zulfiqar, A B., Jai, K. D., , Arjumand, R, Michelle, F. G., Neff, W., Susan, H.,et.al.
2014. Evidence-based interventions for improvement of maternal and child nutrition:
what can be done and at what cost?. http//: ww w.thelancet.com Nutrition
Interventions Review Group, and the Maternal and Child Nutrition Study Group.
Diunduh tanggal 13 maret
2014.

Anda mungkin juga menyukai