Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PARADIGMA KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS DAN


PERBEDAAN KOMPETENSI PERAWAT GENERALIS DAN SPESIALIS
KEPERAWATAN KOMUNITAS

DOSEM PENGAMPU :
Meriani Herlina, SKM., S.Kep., M.Biom

DISUSUN OLEH :

1. ALi Qori Haqqani Harahap : 2014201002


2. Samudra Ari Maulana : 2014201051
3. Delfia Dara : 2014201005
4. Deswinta : 2014201007
5. Siti Maharani : 2014201062

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN (UIM)

PRODI S1-KEPERAWATAN

T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul Paradigma
Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Perbedaan Kompetensi Perawat Generalis Dan
Spesialis Keperawatan Komunitas
Terima kasih saya ucapkan kepada bapak/ibuyang telah membantu kami baik secara
moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang
telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk

perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Medan, 15 September 2022

PENULIS
BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan  suatu
bentuk  pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada
perkembangannya  ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain,
mengingat ilmu keperawatan  merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman.
Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan
harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara aradigmnal sesuai
dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang  kesehatan yang senantiasa
berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar  rumah sakit Indonesia
umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.
Dalam dunia keperawatan, masyarakat secara umum masih memandang profesi
keperawatan sebagai profesi asistensi dokter atau perkerja aradi yang sifatnya membantu
orang sakit atas instruksi – instruksi dokter bahkan dikalangan praktisi perawat pun
kadang – kadang masih memiliki pandangan yang tidak utuh terhadap profesinya sendiri,
hal ini dapat dilihat di beberapa pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan masih
bersifat vocasional belum sepenuhnya beralih ke pelayanan yang aradigmnal.
Untuk itulah aradigm dalam keperawatan sangat membantu masyarakat secara
umum maupun perawat khususnya dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai
persoalan yang melingkupi profesi keperawatan seperti aspek pendidikan dan pelayanan
keperawatan, praktik keperawatan dan organisasi profesi.

B. Tujuan Makalah
 Untuk mengetahui  pengertian aradigm keperawatan.
 Untuk mengetahui unsur-unsur paradigma keperawatan
 Untuk mengetahui konsep paradigma keperawatan
 Untuk mengetahui hakekat paradigma keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
 Fegurson 
Paradigma adalah pola pikir dalam memahami dan menjelaskan aspek-aspek
teertentu dari setiap kenyataan.

 Poerwanto P (1997)
Paradigma adalah satu perangkat bantuan yang memiliki nilai tinggi dan cara
pandang dasar yang khas dalam melihat, memikirkan, member makna, menyikapi dan
memilih tindakan mengenai suatu kenyataan atau fenomena kehidupan manusia.

 Adam Smith (1975), cit Gaffar (1997)


Paradigma adalah suatu cara dalam mempersepsikan atau memandang
sesuatu. Paradigma menjelaskan sesuatu  dalam memahami suatu tingkah laku.
Paradigma memberikan dasar dalam melihat, memandang, memberi makna,
menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam
keperawatan.

 La Ode Jumadi (1999)


Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara
kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap
fenomena yang ada dalam keperawatan.
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau  cara
kita melihat, memikirkan, member makna, menyikapi  dan memilih tindakan terhadap
berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan.

Paradigma Keperawatan
Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu
faktor yang memenuhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga
keperawatan berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama
dan terlama dengan klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka
perawat perlu mengetahui dan memahami tentang paradigma keperawatan, peran,
fungsi dan tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawata pada
klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan secara individual dari segi bio,
psiko, sosial, spiritual dan cultural.

Paradigma memiliki fungsi antara lain :


1. Menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi
keperawatan sebagai aspek pendidikan dan pelayanan kperawatan, praktik dan
organisasi profesi.
2. Membantu individu dan masyarakat untuk memahami dunia keperawatan kita dan
membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi disekitar kita.

B. Unsur-Unsur Paradigma Keperawatan


Keperawatan sebagai ilmu juga memiliki paradigma sendiri dan sampai saat ini
paradigma keperawatan masih berdasarkan empat komponen yang diantara nya manusia,
keperawatan, kesehatan dalam rentang sehat-sakit dan lingkungan. Sebagai disiplin ilmu,
keperawatan akan selalu berkembang untuk mencapai profesi yang mandiri seiring
dengan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan sehingga paradigma keperawatan
akan terus berkembang.

C. Konsep  Paradigma Keperawatan
1. Konsep Manusia
Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh, dalam arti
merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena
mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya (Konsorsium
Ilmu Kesehatan, 1992).
Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap dengan
lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan keadaan
internalnya (homeoatatis), (Kozier, 2000)
Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu
beradaptasi dan merupakan kesatuan sistem yang saling berinteraksi, interelasi dan
interdependensi (La Ode Jumadi, 1999 :40).
Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia sebagai
sistem terbuka, sistem adaptif , personal dan interpersonal yang secara umum dapat
dikatakan holistik atau utuh.

Konsep manusia terdiri dari :


a) Manusia sebagai makhluk hidup
b) Manusia sebagai makhluk holistic & keseluruhan/utuh

Terdiri dari :
 Bio – Bios = Hidup
 manusia empunyai suatu susunan system organ tubuh
 mempunyai kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya
 tidak lepas dari hokum alam : lahir,berkembang, mati.

 Psiko – psicha = jiwa, roh, sukma


 mempunyai struktur kepribadian
 mempunyai daya pikir, kecerdasan
 mempunyai kebutuhan psikologis, berkembang

 Spiritual
 mempunyai keyakinan / mengakui adanya tuhan
 memiliki pandangan hidup, dorongan hidup yang sejalan dengan sifat religious yang
dianutnya.
 Kultural
 mempunyai nilai budaya yang berbeda

c) Manusia sebagai system


 Sistem adalah suatu kesatuan yang bekerja sama serta tidak dapat ipisah-pisahkan satu
dengan yang lain untuk mencapai tujuan
 Sebagai sistem terbuka , manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan spiritual
sehingga perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya.
 Sebagai sistem adaptif manusia akan merespon terhadap perubahan lingkungannya dan
akan menunjukan respon yang adaptif maupun respon maladaptif. Respon adaptif akan
terjadi apabila manusia tersebut mempunyai mekanisme koping yang baik menghadapi
perubahan lingkungannya, tetapi apabila kemampuannya untuk merespon perubahan
lingkungan yang terjadi rendah maka manusia akan menunjukan prilaku yang
maladaptif .
 Sebagai sarana pelayanan atau askep dan praktek keperawatan. manusia adalah klien
yang dibedakan menjadi individu, keluaarga dan masyarakat.

 Individu sebagai klien


Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagi kesatuan untuh dari aspek bio-
psiko-sosial-spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan bio-psiko-sosio-piritual karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju
kemandirian pasien.

 Keluarga sebagai klien


keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain, baik secara peroraan maupun secara
bersama- sama didalam lingkungan sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.keluarga
dalam fungsinya mempengaruhi dalam rangka membantu keluarga meningkatkan
kemampuan untuk menyelesaikan maslah kesehatan. Perawat berperan sebagai
pendeteksi adanya masalah kesehatan pemberi askep pada anggota keluarga yang sakit,
coordinator pelayanan kesehatan, fasilitator, pendidik dan penasehat keluarga sejauh
menyangkut masalah-maslah kesehatan yang dihadapi.

 Masyarakat sebagai klien


Masyarakat adalah suatu pranata yang terbentuk karena integrasi antara manusia
dan budaya dalam lingkunganya bersifat dinamis dan terdiri dari individu, keluarga,
kelompok dan komunitas yang mempunyai tujuan dan norma sebagai system nilai, seperti
halnya keluarga.

2. Konsep Keperawatan
Konsep keperawatan dikembangkan  dari paradigma keperwatanyang disepakati
sebagai bentuk pelayanan professional yang merupakan kajian integral dari pelayanan
kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk perawatan bio-psiko-
sosial-kultural-spiritual yang komprehensif, ditunjukan kedada individu, keluarga,
kelompok dan komunitas, baik sakit maupun sehat serta mencakup seluruh kehidupan
manusia. Keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik
dan atau mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangya kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Bantuan juga ditujukan kepada penyediaan
pelayanan kesehatan utaa dalam upaya mengadakan perbaikan system pelayanan
kesehatan sehingga memungkinkan setiap orang mencapai hidup sehat dan produktif.

3. Kosep kesehatan
Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri
dengan perubahan – perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk
memepertahankan keadaan kesehatannya. Adapun faktor lingkungan internal yang
mempengaruhi adalah psikologis, dimensi intelektual dan spiritual dan proses penyakit.
Faktor – faktor lingkungan eksternal adalah faktor – faktor yang berada diluar individu
yang mungkin mempengaruhi kesehatan antara lain variabel lingkungan fisik, hubungan
sosial dan ekonomi.
Salah satu ukuran yang dipakai untuk mengukur tingkat atau status kesehatan
adalah rentang sehat sakit. Rentang sehat sakit merupakan skala hipotesa yang berjenjang
untuk mengukur keadaan seseorang. Tingkat sehat seseorang berada pada skala yang
bersifat dinamis, individualis, dan tergantung pada faktor – faktor yang mempengaruhi
kesehatan. Menurut model ini, keadaaan sehat selalu berubah secara konstan, dimana
rentang sehat sakit berada diantara dua kutub yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila
status kesehatan kita bergerak kearah kematian kita berada dalam area sakit (illness area),
tetapi apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita berada dalam area
sehat (wellness area).

 Konsep Sehat Sakit


Pengertian Sehat
 Menurut WHO
Sehat berarti keadan yang sempurna dari fisik, mental dan sosial, tidak yhanya bebas
dari penyakit atau cacat.
 Menurut Perkins
 Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan
fungsinya yang dapat mengadakan penyesuaikan sehingga tubuh dapat mengatasi
gangguan dari luar.
 Sehat adalah keadaan seseorang yang dapat memenuhi kebutuhan pokoknya sebagai
umat manusia sesuai dengan tingkat dan derajat masing-masing.
 Sehat adalah keadaan seseorang yang dapat  menguasai keadaan lingkungan tanpa
menimbulkan ketegangan dan tekanan serta tidak menimbulkan ketidakseimbangan
pada dirinya.

 Pengertian Sakit
 Menurut Parkins
 Sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yan menimpa seseorang
sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani,
rohani dan sosial.
 Menurut  Webster’s New Collegiate Dictionary
 Sakit adalah suatu kondisi dimana kesehatan tubuh lemah
 Sakit adalah keadaan yang disebabkan atau bermacam-macam hal, bisa suatu
kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan
tubuh, baik fungsi jaringan itu sendiri maupun fungsi keseluruhan.

 Keadaaan sehat sakit pada dasarnya adalah :


 Produksi interaksi seseorang dengan lingkungannya
 Sebagai manifestasi keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam mengadaptasi diri
dengan lingkungannya.
 Gangguan kesehatan disebabkan terjadinya ketidakseimbangan antar faktor-faktor:
 Penyebab penyakit (agent)
 Tuan rumah (host) – keadaan individu manusia
 Lingkungan (environment)

Oleh karena pengetahuan sehat dan sakit tidak terlalu spesifik maka para ahli
sepakat menggunakan suatu rentang atau skala seseorang. Salah satu ukuran yang dipakai
adalah healthillnes continum atau rentang sehat sakit.
Rentang sehat sakit merupakan skala hipotesa yang berjenjang untuk mengukur
keadaan seseorang. Tingkat sehat seseorang berada pada skala yang bersifat dinamis, dan
tergantung individualis dan tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.

Menurut model ini keadaan sehat selalu berubah secara konstan → penyakit
meningkat menyebabkan tidak sehat → perasaan sakit menurut kemampuan fungsional.
Konsep sehat digunakan sebagai landasan untuk mencapai sasaran keperawatan
→ derajat kesehatan yang optimal untuk itu keperawatan memberikan bantuan kepada
indoividu, keluarga dan masyarakat untuk dapat merawat dirinya sendiri.
4. Konsep Lingkungan
Lingkungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daerah ( kawasan dsb) yang
termasuk didalamnya. Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
perkembangan menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan
kesehatan. Fokus ingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologi, sosial,budaya dan spiritual.
Lingkungan dibagi 2 yaitu :
a. Lingkungan dalam terdiri dari : 
 -  Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara.
Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu
akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari
debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara
bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa
sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri.
Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan
pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup,
jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur
sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.

-  Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)


F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan
stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu
ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar
matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua
faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya. Komunikasi
dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh,
komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi
tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan
dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau
jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk,
menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu membicarkan
kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang
menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.

- Lingkungan actor (social environment)


Observasi dari lingkungan actor terutama hubungan yang spesifik, kumpulan data
data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk
pencegahan penyakit.
Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam
hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang
ditunjukkan pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan komuniti dengan
lingkungan actor dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna individu paien
yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah
atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh
terhadap lingkungan secara khusus.

b. Lingkungan luar ( kultur, adat, struktur masyarakat, status actor, udara, suara,
pendidikan, pekerjaan dan actor ekonomi budaya ).
Lingkungan dengan kesehatan sangat berpengaruh karena dengan cara terapi
lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh terhadap
penyakit untuk meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan klien.
Lingkungan dengan timbulnya penyakit yaitu apabila lingkungan kita kotor dan tidak
bersih maka akan berpotensi sekali untuk terciptanya banyak penyakit – penyakit.

 Hubungan Keempat Komponen Paradigma Keperawatan

Lingkungan merupakan actor yang mempengaruhi kesehatan dimana apabila


lingkungan itu kotor maka kesehatan manusia akan terganggu sehingga manusia perlu
merawat dirinya atau membutuhkan perawatan dari orang lain. Keperawatan dengan
lingkungan juga sangat berpengaruh dimana jika seseorang sedang rehabilitasi maka akan
memerlukan lingkungan yang bersih.
D. Hakekat Paradigma Keperawatan
Suatu pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat yang berdasarkan cinta
kasih kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sehat maupun sakit yang
khususnya mempunyai masalah kesehatan dalam upaya mencapai derajat ksesehatan
semaksimal mungkin yang meliputi upaya-upaya preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitative dengan potensi yang ada padanya.
Pelayanan perawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
mencegah penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan
penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama untuk memungkinkan setiap
penduduk untuk mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif yang dilakukan sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab dan etika profesi keperawatan.

 Perbedaan antara Profesi SPESIALIS dan GENERALIS


Seorang SPESIALIS, cenderung “tahu diri”—namun disaat bersamaan
mengetahui kelemahan serta kelebihan diri sendiri dan secara jujur maupun secara
transparan lebih memilih untuk menyatakan “apa adanya” tentang apa yang bisa
ditawarkan oleh jasa profesi seorang spesialis, mengemukakan secara terbuka apa
yang ia kuasai dan apa yang tidak / belum ia kuasai, tanpa perlu merasa sedang
merendahkan martabat profesinya sendiri. Martabat serta “harga diri” seorang terletak
pada apa yang ia kuasai secara mendalam, bukan pada apa yang tidak / belum ia
kuasai.

Sebaliknya, kontras dengan “tampilan” seorang SPESIALIS, seorang


GENERALIS merasa dirinya “tahu segalanya”, “tahu banyak hal”, “menguasai segala
hal”, “palugada, apa elu mau gua ada”—sebuah asumsi, terjebak dalam asumsi semu
yang menyesatkan perspektif dirinya terhadap profesi serta kompetensi dirinya
sendiri. Meski, terdapat “kode etik moralitas profesi” yang menekankan bahwa
seorang GENERALIS wajib merujuk pasien / klien bersangkutan kepada seorang
SPESIALIS ketika dirinya dihadapkan kepada masalah spesifik yang butuh
penangangan khusus dari seorang SPESIALIS. Contoh, seorang dokter UMUM akan
merujuk pasiennya yang memiliki masalah pada sarafnya kepada dokter SPESIALIS
saraf—namun amat sangat jarang kalangan profesi hukum melakukan praktik rujuk-
merujuk serupa seperti praktik kedokteran, akibat menjamurnya (fenomena)
“pengacara palugada” (apa elu mau, gua ada).

Kontraktor GENERALIS yang terjebak pada asumsi bahwa dirinya “sanggup


membangun segalanya” atau “mampu membuat segalanya”, dapat membuat
keyakinan atau kepercayaan diri “semu” bahwa dirinya memiliki kompetensi yang
memadai untuk membangun apa yang sejatinya hanya dapat ditangani oleh kalangan
kontraktor SPESIALIS. Hanya kontraktor GENERALIS yang masih cukup memiliki
kesadaran untuk tetap “sadar diri”, yang menyadari keterbatasan dirinya, yang akan
berbesar jiwa mengakui keterbatasan kompetensi dirinya dengan mengakui
kompetensi kalangan kontraktor SPESIALIS.

Seorang SPESIALIS, seringkali dimulai dari GENERALIS (meski tidak


selalu linear sedemikian). Ketika seorang (yang telah) SPESIALIS memilih untuk
beralih kembali menjadi seorang GENERALIS, maka dirinya tidak mungkin lagi
menjadi seorang SPESIALIS—karena faktor keterbatasan waktu. Karenanya, tidak
mengherankan ketika seorang pemangku jabatan CEO atau direktur suatu lembaga,
tidak terampil untuk hal-hal teknis yang biasa dikerjakan oleh seorang SPESIALIS—
mereka sangat bergantung pada tim ahli yang disewa atau dipekerjakan olehnya untuk
pekerjaan-pekerjaan teknis.

Akan lebih bijak serta lebih efisien, bagi sang pasien untuk mencari pelayanan
jasa dari seorang dokter SPESIALIS, atau sang dokter UMUM merujuk sang pasien
pada dokter SPESIALIS alih-alih memaksakan dirinya secara sengaja menjadi
SPESIALIS terhadap semua jenis penyakit—yang tentunya tidak mungkin sanggup
menjadi SPESIALIS dalam seluruh bidang spesifik disiplin ilmu manapun,
setidaknya akibat faktor keterbatasan waktu bila bukan faktor keterbatasan biaya
investasi pendidikan spesialis.

Karenanya pula, adalah sebuah “dusta” bagi kalangan profesi mana pun, bila
dirinya menyatakan seolah-olah “tahu segalanya”, “menguasai segalanya”,
“menangani segalanya”, “sanggup segalanya”, atau seperti “bisa segalanya”. Seorang
CEO atau direksi suatu perusahaan besar, tidak pernah mengatakan “saya bisa
segalanya”, namun “akan saya panggil anggota tim saya yang terampil (SPESIALIS)
untuk membahas dan mengerjakannya, lalu mendelegasikan kepada mereka masing-
masing” (fungsi pekerjaan manajerial, itulah tugas pokok dan fungsi seorang
manajer).

Menyatakan “lebih banyak yang tidak saya ketahui”, bukanlah suatu aib
terlebih tabu untuk dikatakan dan disampaikan secara terbuka kepada calon pengguna
jasa—justru reputasi kita dibangun dari kejujuran dan spesifikasi kompetensi.
Seseorang, lebih dikenal dan dikenang oleh publik bukan karena kemampuan
GENERALIS yang dimiliki olehnya, namun karena keterampilan SPESIALIS yang
dimiliki oleh seseorang. Tokoh seperti Beethoven, bukan dikenal karena pandai
memasak, namun karena keterampilan spesifiknya, yakni citarasa bermain musik.
Tokoh seperti Steve Jobs, bukan dikenal karena pandai melukis, namun karena
keterampilan spesifiknya, yakni bidang teknologi komputerisasi.

Bukan hanya reputasi yang sedang dipertaruhkan oleh seorang SPESIALIS,


namun juga “nasib” klien pengguna jasa sang profesional yang SPESIALIS.
Mengakui sebagai “lebih banyak yang tidak diketahui” adalah kekuatan itu sendiri
dibalik kharisma dari seorang SPESIALIS—sehingga dirinya layak menyandang dan
dilekatkan gelar “profesional”, suatu kehormatan tersendiri (reputasi) yang berbeda
level dengan gelar akademik. Mengapa? Ketika seseorang memandang dirinya “telah
tahu segalanya”, maka sejatinya dirinya telah berhenti berkembang dan mencapai titik
stagnan dalam hidup dan profesinya—terjebak dalam asumsi semu, bahwa dirinya
telah “sempurna” sebagai final dari segi kompetensi dan kemampuan yang dikuasai.

Lebih tinggi ketimbang kalangan GENERALIS manapun. Setidaknya,


seorang GENERALIS selalu bergantung pada peran para SPESIALIS. Dalam satu
lembaga, hanya dibutuhkan satu orang GENERALIS (yakni sang manajer),
selebihnya ialah para SPESIALIS sebagai operator penggerak lembaga. Karenanya
pula, lapangan pekerjaan bagi seorang GENERALIS selalu lebih sempit ketimbang
seorang SPESIALIS.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu
faktor yang memenuhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga
keperawatan berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan
terlama dengan klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka perawat
perlu mengetahui dan memahami tentang paradigma keperawatan, peran, fungsi dan
tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawata pada klien. Perawat
harus selalu memperhatikan keadaan secara individual dari segi bio, psiko, sosial,
spiritual dan cultural.

B. Saran

Perawat disarankan untuk selalu mengikuti perkembangan  ilmu keperawatan,


mengingat ilmu keperawatan  merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman dan perawat disarankan untuk bersikap profesional dalam
memberikan perawatan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Gaffar, (1999). Pengantar Keperawatan Profesional. EGC, Jakarta.


Sumijatun, (2010).  Konsep Dasar menuju Keperawatan Profesional.Trans Info Media. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai