Anda di halaman 1dari 15

PARADIGMA KEBIDANAN DAN KOMPETENSI KEBIDANAN SERTA REGULASI

YANG MENGATUR SERTIFIKASI DAN LISENSI BIDAN DI INDONESIA

Tugas Individu Terstruktur

Disusun Oleh:

YUSMARNI

Dosen Pengampu:

DWI PRATIWI KASMARA, S.Keb, Bd, M.Keb

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN (TRANSFER)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SENIOR MEDAN

MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Dzat Yang Maha Kuasa dan Pengatur semesta alam ini. Hanya
atas izin-Nya lah, laporan tugas makalah ini telah terselesaikan.

Untuk itu, penulis mengucapkan Syukur Alhamdulillah, selain itu penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
merumuskan dan menyelesaikan tugas makalah. Secara singkat makalah ini dibuat untuk
membahas mengenai Paradigma Kebidanan dan Kompetensi Kebidanan serta Regulasi
Yang Mengatur Sertifikasi Dan Lisensi Bidan Di Indonesia.

Di dalam makalah ini masih banyak sekali kekurangan yang dilakukan oleh penulis.
Maka, segala saran, kritik dan masukan akan sangat membantu penulis untuk semakin
menyempurnakan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami dan
semua orang yang membaca makalah ini. Amin Ya Robbal Alamiiin.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini masalah pokok yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah
kesehatan yang terjadi pada kelompok Ibu dan Anak yang ditandai antara yang ditandai
antara lain masih tingginya angka kematian Ibu dan Bayi. Kematian pada masa maternal
mencerminkan kemampuan negara dalammemberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat. Masalah kesehatan Ibu danAnak masih tetap menempatkan posisi penting
karena menyangkut kualitassumber daya manusia yang paling hulu yaitu periode
kehamilan, persalinan dantumbuh kembang anak.
Paradigma merupakan suatu perangkat bantuan yang memiliki nilai tinggidan
sangat menentukan bagi penggunanya untuk dapat memiliki pola dan cara pandang dasar
yang khas dalam melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memiliki tindakan
mengenai suatu kenyataan atau fenomena kehidupan manusia. Dengan diterapkannya
paradigma asuhan kebidanan memiliki fungsi dan kegiatan yangn menjadi tanggung
jawab bidan dalam memberi pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau
masalah dalam bidang kesehatan Ibu di masa hamil, persalinan, nifas, bayi setelah lahir,
serta keluarga berencana.
Kemudian kompetensi adalah pengetahuan yang dilandasi oleh pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan
praktik kebidanan pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, secara aman, dan tanggung
jawab sesuai dengan standar dengan syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat (PP
IBI, 2004). Kompetensi tersebut dikelompokkan dalam dua kategori yang merupakan
kopetensi minimal yang mutlak diberikan oleh bidan persalin dan kompetensi
tambahan/lanjutan yang merupakan pengembangan dari pengetahuan dan ketrampilan
dasar untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi perkembangan iptek (PP IBI,1997).
Mengacu pada Permenkes 572 tahun 1996 tentang registrasi dan praktik bidan serta
memperhatikan kompetensi bidan yang di susun oleh ICM, pada Februari 1999, disusun
kompetensi bidan Indonesia dan disahkan pada KONAS IBI XII di Denpasar Bali.
Topik penting lain yang akan di bahas dalam makalah ini adalah Regulasi Yang
Mengatur Sertifikasi Dan Lisensi Bidan Di Indonesia. Mutu pelayanan kebidanan
berorientasi pada penerapan kode etik dan standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan
yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi
mutu pelayanan kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adlah kepuasaan pasien yang
dilayani oleh bidan. Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya di
suatu institusi mempunyai batas jelas wewenangnya yang telah disetujui oleh antar
profesi dan merupakan daftar wewenang yang sudah tertulis.

Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat
harus memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program pemerintah untuk
pembangunan dalam negri, salah satunya dalam aspek kesehatan. Menurut UU No. 23
Tahun 1992 Tentang Kesehatan menjelaskan bahwa tujuan dari pembangunan kesehatan
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidaup sehat bagi setiap
warga negara indonesiamelalaui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.dengan adanya arus
globalisasi salah satu focus utama agar mampu mempunyai daya saing adalah
bagaiamana peningkatan kualitas sumber daya manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah paradigma kebidanan?
2. Apa sajakah kompetensi kebidanan?
3. Apa sajakah Regulasi Yang Mengatur Sertifikasi Dan Lisensi Bidan Di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui paradigma kebidanan,
2. Untuk mengetahui kompetensi kebidanan,
3. Untuk mengetahui Regulasi Yang Mengatur Sertifikasi Dan Lisensi Bidan Di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Paradigma Kebidanan
1. Pengertian Paradigma Kebidanan
Paradigma berasal dari bahasa Latin / Yunani, paradigma yang
berartimodel/pola. Paradigma juga berarti pandangan hidup, pandangan suatu
disiplinilmu / profesi paradigma Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ke-3,
paradigma adalah kerangka berfikir. Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang
bidan dalam memberi pelayanan. Keberhasilan bidan dalam bekerja/memberikan
pelayanan berpegang pada paradigma, berupa pandangan terhadap
manusia/perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan cara pandang
bidanatauhubungan timbal balik antara manusia, lingkungan, perilaku,
pelayanankebidanan dan keturunan.
2. Komponen Paradigma Kebidanan
Manusia/WanitaWanita/manusia adalah makhluk biopsikososial kultural dan
spiritual yangutuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasr yang bermacam-macam
sesuaidengan tingkat perkembangannya.Wanita/ibu adalah penerus generasi keluarga
dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta sosial
yang sangatdiperlukan.Wanita/ibu adalah pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas
manusia sangat ditentukan oleh keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani
sertasosial yang sangat diperlukan.Wanita/ibu adalah pendidik pertama dan utama
dalam keluarga kualitasmanusia sangat ditentukan oleh keberadaan / kondisi dari
wanita/ibu dalamkeluarga. Para wanita di masyarakat adalah penggerak dan pelopor
dari peningakatan kesejahteraan keluarga.
Perempuan sebagaimana halnya manusia adalah mahluk bio-psiko-kultural yang
utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar unik, dan bermacam-macam sesuai dengan
tingkat perkembangan. Perempuan sebagai penerus generasi, sehingga keberadaan
perempuan yang sehat jasmani dan rohani dan sosial sangat diperlukan.
a. Bio adalah wanita yang artinya wanita adalah mahluk biologis yang
memerlukan kebutuhan sesuai dengan tingkat perkembangannya untuk
kelangsungan hidup.
b. Psiko artinya manusia yang mempunyai kejiwaan harus diperhatikan dalam
setiap memberikan pelayanan.
c. Sosio artinya adalah mahluk yang selalu berinteraksi dengan orang lain dan
membutuhkan orang lain.
d. Kultural artinya wanita adalah mahluk yang berbudaya atau memiliki kebiasaan-
kebiasaan tertentu.
e. Spiritual artinya adalah wanita adalah mahluk yang secara fitrah akan selalu
membutuhkan.
Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat
dalaminteraks individu pada waktu melaksanakan aktivitasnya. Lingkungan
tersebutmeliputi lingkungan fisik, lingkungan psikososial, lingkungan biologis
danlingkungan budaya. Lingkungan psikososial meliputi keluarga, komuniti
danmasyarakat. Ibu selalu terlibat dalam interaksi antara keluarga, kelompok,komuniti
maupun masyarakat. Masyarakat merupakan kelompok yang paling penting dan
kompleks yang telah dibentuk oleh manusia sebagai lingkungansosial. Masyarakat
adalah lingkungan pergaulan hidup manusia yang terdiridari individu, keluarga,
kelompok dan komuniti yang mempunyai tujuan atausistem nilai, ibu/wanita
merupakan bagian dari anggota keluarga dan unitkomuniti.
Perilaku-perilakumerupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi
manusiandengan lingkungannya, yanag terwujud dalam bentuk pengetahuan sikap
dantindakan. perilaku manusia bersifat holistik (menyeluruh). Adapun perilaku
profesional dari bidan mencakup:
a. Dalam melaksanakan tugasnya berbegang teguh pada filosofi etika profesidan
aspek legal.
b. Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang dibuatnya.
c. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan
mutahir secara berkala.
d. Mengunakan cara pencegahan universal untuk mencegah penularan penyakitdan
strategi pengendalikan infeksi.
e. Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikanasuhan
kebidanan.
f. Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubunganan dengan praktek
kesehatan, kehamilan, kelahiran, priode pasca persalinan, bayi barulahir dan
anak.
g. Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan kaum wanita /ibu
agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikantentang semua
aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supayamereka bertanggung
jawab atas kesehatannya sendiri.
h. Menggunakan keterampilan komunikasi
i. Bekerja sama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan
pelayanankesehatan ibu dan keluarga 
j. Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan. 
Perilaku ibu selama kehamilan akan mempengaruhi kehamilannya, perilakuibu
dalam mencari penolong persalinan akan mempengaruhui kesejahteraanibu dan janin
yang dilahirkannya, demikian pula perilaku ibu pada masanifas akan mempengaruhui
kesehatan ibu dan bayinya. dengan demikian perilaku ibu dapat mempengaruhi
kesejahteraan ibu dan janinya.
3. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Pelayanan kebidanan adalah layanan yang diberikan oleh bidan sesuai
dengankewenangan yang diberikan. Sasarannya adalah induvidu, keluarga,
danmasyarakat yang meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitasi). Layanan kebidanan
dapatdibedakan menjadi:
a. Layanan primer adalah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab
bidan.
b. Layanan kebidanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidansebagai
anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersama atau sebagaisalah satu
urutan dari suatu proses kegiatan pelayanan kesehatan.
c. Layanan kebidanan rujukan adalah layanan yang dilakukan
oleh bidan dalamrangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya, yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu
menerima rujukan dari dukunyang menolong persalinan, juga layanan rujukan
yang dilakukan oleh bidan ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara
horisontalmaupun vertrikalatau ke profesi kesehatan lainnya.
Asuhan kebidanan meliputi asuhan prakonsepsi, antenatal, intranatal, neonatal,
niofas, keluarga berencana, ginekologi, premenopause, dan asuhan primer. Dalam
pelaksanaannya, bidan bekerja dalam sistem pelayanan yangmemberi konsultasi,
managemen kolaborasi, rujukan sesuai dengan kebutuhandan kondisi kesehatan klien.
Pelayanan kebidanan merupakan perpaduan antara kiat dan ilmu. Bidanmembutuhkan
kemampuan untuk memahami kebutuhan wanita dan mendorongsemangatnya serta
menumbuhkan rasa percaya dirinya dalam menghadapikehamilan, persalinan, maupun
peran sebagai ibu. Dalam menjalankan tugasnya, bidan membutuhkan ilmu tingkat
tinggi dan kemampuan untuk mengambilkeputusan.
B. KOMPETENSI BIDAN
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu
sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu
tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.
1. Pengetahuan dan Keterampilan Dasar
1) Kebudayaan dasar masyarakat di Indonesia.
2) Keuntungan dan kerugian praktik kesehatan tradisional dan modern.
3) Sarana tanda bahaya serta transportasi kegawat-daruratan bagi anggota
masyarakat yang sakit yang membutuhkan asuhan tambahan.
4) Penyebab langsung maupun tidak langsung kematian dan kesakitan ibu dan
bayi di masyarakat.
5) Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-
haknya yang diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesehatan
dalam memperoleh pelayanan kebidanan).
6) Keuntungan dan resiko dari tatanan tempat bersalin yang tersedia.
7) Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman.
8) Masyarakat keadaan kesehatan lingkungan, termasuk penyediaan air,
perumahan, resiko lingkungan, makanan, dan ancaman umum bagi
kesehatan.
9) Standar profesi dan praktik kebidanan.
2. Pengetahuan dan Keterampilan Tambahan
1) Epidemiologi, sanitasi, diagnosa masyarakat dan vital statistik.
2) Infrastruktur kesehatan setempat dan nasional, serta bagaimana mengakses
sumberdaya yang dibutuhkan untuk asuhan kebidanan.
3) Primary Health Care (PHC) berbasis di masyarakat dengan menggunakan
promosi kesehatan serta strategi penvegahan penyakit.                        
4) Program imunisasi nasional dan akses untuk pelayanan imunisasi.
3. Perilaku Profesional Bidan
1) Berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek legal.
2) Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang
dibuatnya.
3) Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan
mutakhir.
4) Menggunakan cara pencegahan universal untuk penyakit, penularan dan
strategis dan pengendalian infeksi.
5) Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan
kebidanan.
6) Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik kesehatan,
kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak.
7) Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita/ibu
agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang
semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka
bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri.
8) Menggunakan keterampilan mendengar dan memfasilitasi.
9) Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan kepada ibu dan keluarga.
10) Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.
C. Regulasi Yang Mengatur Sertifikasi Dan Lisensi Bidan Di Indonesia
1. Sertifikasi
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui kegiatan
pendidikan formal maupun non formal (Pendidikan berkelanjutan). Lembaga
pendidikan non formal misalnya organisasi profesi, rumah sakit, LSM bidang
kesehatan yang akreditasinya ditentukan oleh profesi. Sedangkan sertifikasi dan
lembaga non formal adalah berupa sertifikat yang terakreditasi sesuai standar
nasional. Ada dua bentuk kelulusan, yaitu:
1) Ijasah merupakan dokumentasi penguasaan kompetensi tertentu, mempunyai
kekuatan hukum atau sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan diperoleh
dari pendidikan formal.
2) Sertifikat adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu, bisa diperoleh dari
kegiatan pendidikan formal atau pendidikan berkelanjutan maupun lembaga
pendidikan non formal yang akreditasinya ditentukan oleh profesi kesehatan.
a. Tujuan sertifikasi antara lain: 
1) Tujuan umum Sertifikasi adalah sebagai berikut:
a) Melindungi masyarakat pengguna jasa profesi.
b) Meningkatkan mutu pelayanan.
c) Pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan.
b. Tujuan khusus Sertifikasi adalah sebagai berikut:
1) Menyatakan kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku
(kompetensi) tenaga profesi.
2) Menetapkan kualifikasi dari lingkup kompetensi.
3) Menyatakan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (kompetensi) pendidikan
tambahan tenaga profesi.
4) Menetapkan kualifikasi, tingkat dan lingkup pendidikan tambahan tenaga
profesi.
5) Memenuhi syarat untuk mendapat nomor registrasi.
2. Lisensi Bidan Indonesia
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang
berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang
teregistrasi untuk pelayanan mandiri. Lisensi adalah pemberian ijin praktek sebelum
diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan IBI.Tujuan umum lisensi
adalah untuk melindungi masyarakat dari pelayan profesi. Tujuan khusus dari lisensi
adalah memberikan kejelasan batas wewenang dan menetapkan sarana dan prasarana.

Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SIPB (Surat Ijan
Praktik Biadan). SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes RI kepada tenaga
bidan yang menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bidan
yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB, yang diperoleh dengan cara mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atua Kota setempat dengan
memenuhi persyaratan sebagai berikut : fotokopi SIB yang masih berlaku, fotokopi ijasah
bidan, surat persetujuan atasan, surat keterangan sehat dari dokter, rekomendasi dari
organisasi profesi, pas foto.

Rekomendasi yang telah diberikan organisasi profesi setelah terlebih dahulu


dilakukan penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode
etik serta kesanggupan melakukan praktik bidan. Bentuk penilaian kemampuan keilmuan
dan keterampilan inilah yang diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji
Kompetensi bagi bidan yang mengurus SIPB atau lisensi. SIPB berlaku sepanjang SIB
belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali. (Farelya & Nurrobikha,
2015).

Untuk memperoleh SKIB/SIPB sebagaimana dimaksud dalam


KEPMENKES 1464 yaitu: (Buku Etikolegal dalam Praktik Kebidanan)

PASAL 4
Bidan harus mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah
kabupaten /kota dengan melampirkan:
1. Fotocopy STR yang masih berlaku dan dilegalisasi
2. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki surat izin praktik.
3. Surat pernyataan memiliki tempat kerja di fasilitas pelayanan kesehatan
dan tempat praktik.
4. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4x6 cm sebanyak 3 lembar
5. Rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat
yang ditunjuk.
6. Rekomendasi dari organisasi profesi.
Kewajiban memiliki STR sebagai mana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang undangan. Apabila belum
terbentuk majelis tenaga kesehatan indonesia (MTKI), majelis tenaga kesehatan
provinsi (MTKP) dan/atau proses STR belum dapat dilaksanakan maka surat izin
bidan ditetapkan berlaku sebagai STR. Contoh surat permohonan memperoleh
SIKB/SIPB sebagai mana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam formulir 1
terlampir. Contoh SIKB sebagaimana tercantum dalam formulir II terlampir.
Contoh SIPB sebagaimana tercantum dalam formulir III terlampir.
PASAL 5

1. SIKB/SIPB dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.


2. Dalam hal SIKB/SIPB dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
maka persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf e
diperlukan.
3. Permohonan SIKB/SIPB yang disetujui atau ditolak harus disamaikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota atau dinas kesehatan kabupaten/kota
kepada pemohon dalam waktu selambat lambatnya 1 (satu) bulan sejak
tanggal permohonan diterima.
PASAL 6

Bidan hanya dapat menjalankan praktik dan/atau kerja paling banyak di 1


(satu) tempat kerja dan 1(satu) tempat praktik.

PASAL 7

1. SIKB/SIPB berlaku selama STR masih berlaku dan dapat diperbaharui


kembali jika habis masa berlakunya.
2. Pembaharuan SIKB/SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat 1(satu)
diajukan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota setempat dengan
melampirkan :
a. Fotocopy SIKB/SIPB yang lama.
b. Fotocopy STR
c. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki surat izin praktik
d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4x6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar
e. Rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau penjabat
yang ditunjuk sesuai ketentuan pasal 4 ayat 1 (satu) huruf e dan
f. Rekomendasi dari organisasi profesi.
PASAL 8

SIKB/SIPB dinyatakan tidak berlaku karena:

a. Tempat kerja/praktik tidak sesuai lagi dengan SIKB/SIPB.


b. Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang dicabut oleh penjabat yang
berwenang memberikan izin. (KEPMENKES, 2010)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa paradigma kebidanan adalah
pandangan seorang bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien
sedangkan asuhan kebidanan adalah penerapan, fungsi, kegiatan, serta tanggung
jawab bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien.
2. Adapun manfaat paradigma dikaitkan dengan asuhan kebidanan adalah sebagai
berikut:
a. Manfaat Bagi Pasien
1) Menbantu bidan dalam memahami masalah dan kebutuhan klien
2) Membantu bidan dalam mengkaji kondisi klien
3) Memudahkan dalam merencanakan dan melaksnakan asuhan yang
berkualitas seesuai dengan kondisi klien
b. Manfaat Bagi Pasien
1) Membantu klien untuk mendapatkan rassa nyaman dan aman dalam
menerima asuhan kebidanan
2) Memantu klien dalam meningkatkan kemampuan berperan serta sebagai
individu yang bertanggung jawab atas kesehatannya
Kemudian menigkatkan perilaku positif klien yang akan meningkatakan kesehatan
iu dan anak. Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui kegiatan
pendidikan formal maupun non formal (Pendidikan berkelanjutan). Lembaga pendidikan
non formal misalnya organisasi profesi, rumah sakit, LSM bidang kesehatan yang
akreditasinya ditentukan oleh profesi. Sedangkan sertifikasi dan lembaga non formal
adalah berupa sertifikat yang terakreditasi sesuai standar nasional. Lisensi adalah proses
administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang berwenang berupa surat ijin
praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang teregistrasi untuk pelayanan mandiri.
B. Saran
Selain menarik kesimpulan di atas, penulis juga memberikan saran sebagai berikut:
1. Sebagai generasi mudah agar lebih meningkatkan wawasan dan pengetahuan.
2. Sebagai mahasiswa diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan lebih memahami
materi “PARADIGMA KEBIDANAN” dan sebaiknya mahasiswa lebih banyak
mencari referensi pelengkap sehingga menjadi lebih paham akan materi tersebut.
3. Diharapkan dosen dapat lebih memberikan penjelasan detail kepada mahasiswa
sehingga mahasiswa lebih terbantu dalam memahami materi “PARADIGMA
KEBIDANAN”.
4. Sebagai bidan kita harus memperhatikan ,menghayati dan mengamalkan aspek legal
dalam praktek kebidanan agar nantinya tidak terjadi pelanggaran dan dapat
menjalankan tugas kita sesuai peraturan pemerintah ataupun standar praktek
kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
Farelya, G., & Nurrobikha. (2015). Etikolegal dalam Pelayanan Kebidanan.Yogyakarta:
Deepublish.

Kartini. 2011. Konsep Kebidanan. Kab. Bone: Batari Toja Watampone.

Megawati. 2009. Kumpulan Materi Konsep Kebidanan. Watampone: Batari Toja


Watampone.

Nurqueensha. 2011. Online. http://nurqueensha.blogspot.com/2011.

Ristica, O. D., & Julianti, W. (2014). Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan
Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish.

https://id.scribd.com/document/396416350/Makalah-Regulasi-Sertifikasi-Lisensi-Bidan-Sri-
Wahyuni-2

Anda mungkin juga menyukai