Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembuktian DNA Sebagai Pembawa Materi Genetik Melalui Percobaan Hershey
dan Chase
Hershey dan Chase melakukan percobaan untuk membuktikan bagian mana dari dua
komponen penyusun T2 yang masuk ke dalam sel bakteri. Dalam percobaan ini mereka
menggunakan isotop radio aktif yang berbeda untuk menandai DNA dan protein. Pertama
kali,T2 ditumbuhkan dengan E.coli dalam sulfur radio aktif (35S). Karena protein
mengandung sulfur, atom-atom radio aktif ini hanya masuk ke dalam protein faga
tersebut. Dengan cara yang serupa, kultur T2 yang berbeda ditumbuhkan dalam fosfor
radio aktif (32P).
Karena DNA mengandung fosfor, bukan protein, maka fosfor radio aktif akan melekat
pada DNA. Kedua macam kultur mengandung T2 yang sudah berlabel radio aktif tersebut
kemudian dibiakkan secara terpisah bersama kultur E. Coli yang non radio aktif. Setelah
terjadi infeksi, kultur diblender untuk melepaskan bagian faga yang terdapat di luar sel
bakteri. Hasil blender kemudian diputar dengan sentrifus, sehingga ada bagian sel yang
membentuk pelet di dasar tabung sentrifus. Bagian lainnya yang lebih ringan berada di
dalam cairan (supernatan).
Dari hasil pengamatan radioaktivitas di dalam pelet dan supernatan, dapat dibuktikan
bahwa bakteri yang terinfeksi faga T2 yang berlabel radioaktif pada proteinnya, sebagian
radioaktifnya ditemukan di dalam supernatan yang mengandung partikel-partikel virus.
Hasil ini membuktikan bahwa protein faga tidak memasuki sel inang. Pada bakteri yang
terinfeksi faga T2 yang DNA-nya ditandai dengan fosfor radioaktif, hasil peletnya yang
merupakan materi bakteri, sebagian besar mengandung unsur radioaktif tersebut. Ketika
bakteri tersebut dikembalikan ke dalam kultur, infeksi terus berjalan, dan melepaskan
faga-faga yang mengandung fosfor radioaktif.
Hershey dan Chase menyimpulkan bahwa DNA virus masuk ke dalam sel inang,
sementara sebagian besar protein tetap berada di luar. Masuknya molekul DNA ini
menyebabkan sel-sel memproduksi DNA dan protein virus baru. Peristiwa ini
membuktikan bahwa asam nukleat merupakan materi herediter, bukan protein.
Pada umumnya organisme memiliki DNA sebagai materi genetiknya, tetapi sebagian
virus yang menginfeksi bakteri, hewan maupun tumbuhan bukan DNA melainkan RNA
yang merupakan pembawa informasi genetik. TMV (Tobacco Mosaic Virus) adalah virus
penyebab penyakit pada tanaman tembakau yang memiliki RNA, bukan DNA, sebagai
materi genetiknya. Komponen lain yang menyusun TMV adalah protein yang bersama
RNA membentuk konfigurasi spiral (helikal).
Pada tahun 1956, A Gierer dan G. Schramm melakukan percobaan menginokulasi
RNA murni (tanpa protein) dari TMV pada tanaman tembakau, penyebab penyakit pada
daun yang sangat spesifik disebabkan oleh virus tersebut.
Percobaan ini kemudian dilanjutkan oleh H. Fraenkel-Conrat dan B. Singer pada tahun
1957. Mereka memisahkan RNA dan protein dari strain TMV yang berbeda. RNA dan
protein tersebut kemudian di rekonstruksi dengan pasangan yang RNA dan protein dari
strain yang berlainan. Kedua hasil hibrida virus ini kemudian diinfeksikan pada daun
tanaman tembakau. Isolasi virus dari daun yang terinfeksi menunjukkan bahwa gejala
penyakit yang disebabkan hibrida virus tersebut sangat spesifik dengan RNA dari strain
TMVnya, bukan proteinnya. Dari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
TMV, RNA adalah materi genetik (Henulihi, Victoria, 2013).
2.2 Struktur dan Fungsi DNA
1.2.1 Struktur DNA
Deoxyribonucleic Acid (DNA) merupakan polinukleotida untai ganda yang
memiliki karakteristik komponen penyusun antara lain gula deoksiribosa, gugus
fosfat dan basa nitrogen (adenin, guanin, timin, dan sitosin). Untai DNA tersusun
dari rangkaian nukleotida yang terhubung melalui ikatan fosfodiester yang
terbentuk diantara gula pentosa dan gugus fosfat. Sedangkan untai ganda DNA
terhubung melalui ikatan hidrogen yang terbentuk diantara pasangan basa
nitrogen. Pasangan basa nitrogen pada DNA meliputi adenin dan timin (dua ikatan
hidrogen) serta guanin dan sitosin (tiga ikatan hidrogen). Satu putaran lengkap
untai DNA terdiri dari sepuluh bp (base pairs / pasangan basa) sepanjang 34 Å
atau setara dengan 3,4 nm. Pada tahun 1953, peneliti James Watson dan Francis
Crick mengajukan model DNA berbentuk DNA B. Seiring berjalannya waktu,
bentuk DNA lain seperti DNA A dan DNA Z juga diajukan. Namun, struktur
DNA B merupakan struktur yang paling umum ditemukan di dalam sel. Untai
ganda DNA, memiliki orientasi antipararel yaitu terdiri dari untai ujung 5’ ke
ujung 3’ (5’>3’) dan untai ujung 3’ ke ujung 5’ (3’>5’) yang berpasangan
(Nur’aini, dkk, 2019).
Struktur kovalen asam nukleat berhubungan dengan kemampuannya membawa
informasi genetik dalam bentuk urutan basa sepanjang untai asam nukleat.
Sedangkan struktur heliks ganda, yang terjadi karena kemampuan membentuk
pasangan basa spesifik antara dua untai DNA, berhubungan dengan proses
replikasinya.
Interaksi pasangan basa spesifik pada DNA ditemukan oleh Maurice Wilkins
dan Rosalind Franklin ketika menentukan struktur tiga dimensi DNA dengan
difraksi sinar-X. Didapatkan pola difraksi karakteristik, yang menunjukkan bahwa
DNA dibentuk dari dua buah untai yang melilit teratur dalam struktur heliks.
Berdasarkan data ini James Watson dan Francis Crick membentuk model struktur
DNA deduksi sebagai berikut.
1. Dua buah untai polinukleotida heliks saling melilit seputar sumbu tertentu
dengan arah yang berlawanan
2. Tulang punggung gula-fosfat berada pada sisi luar, sehingga basa purin dan
pirimidin terletak di bagian dalam struktur heliks
3. Basa-basa hampir tegak lurus terhadap sumbu heliks, dan jarak basa yang
berdekatan 3,4 Å. Struktur heliks berulang setiap 34 Å, sehingga dalam satu
putaran heliks terdapat 10 basa. Terdapat rotasi 36 derajat per basa (360 derajat
per satu putaran penuh/10 basa per putaran)
4. Diameter heliks adalah 20 Å
Bagaimanakah struktur yang teratur ini mampu mengakomodasi basa purin
dan pirimidin yang struktur dan ukurannya tidak sama? Untuk menjawab
pertanyaan ini Watson dan Crick menemukan gagasan bahwa guanin berpasangan
dengan sitosin, sedangkan adenin berpasangan dengan timin, membentuk
pasangan basa yang bentuknya sama (Gambar 3.8). Pasangan basa tersebut
terbentuk melalui interaksi ikatan hidrogen.
Studi komposisi pasangan basa DNA pada berbagai spesies oleh Erwin
Chargaff (1950) menunjukkan bahwa ratio A/T dan rasio G/C hampir sama pada
semua spesies yang diteliti, yaitu mendekati harga 1. Sedangkan rasio A terhadap
G bervariasi luas. Makna dari ekivalensi ini terbukti setelah diusulkan model
Watson-Crick.
1.2.2 Fungsi DNA
Adapun fungsi DNA, menurut Effendi (2020), yaitu antara lain:

1. Pengidentifikasi gen dalam penentuan garis keturunan sehingga dapat diteruskan ke


generasi berikutnya,

2. Pengatur perkembangan dan proses metabolisme tubuh, dan

3. Sebagai zarah sendiri (partikel) dalam kromosom. Pemeriksaan DNA seluruh


informasi genetik dan sifat lahir suatu individu dapat diketahui.

3.1 Kesimpulan
Salah satu eksperimen yang berkontribusi dalam pembuktian bahwa DNA merupakan materi genetika adalah
eksperimen Hershey-Chase. Pada eksperimen Hershey-Chase, digunakan virus bacteriophage T2 untuk
membuktikan bahwa DNA lah materi yang ditransfer dalam proses infeksi pada E.coli. Eksperimen Hershey-
Chase didesain dengan menggunakan isotope radiokatif fosfat dan sulfur ( 32P dan 35S). Secara teoritis, protein
mengandung sulfur bukan fosfat, sehingga material protein yang menggandung isotop sulfur dapat dipantau
posisinya (trace), sedangkan DNA salah satu komponennya adalah fosfat, sehingga materi DNA yang
mengandung isotope fosfat, akan dapat dimonitor lokasinya pada virus maupun sel Escherichia coli (E.coli) pada
saat virus T2 bereproduksi dalam eksperimen Hershey-Chase.

Deoxyribonucleic Acid (DNA) merupakan polinukleotida untai ganda yang memiliki karakteristik komponen
penyusun antara lain gula deoksiribosa, gugus fosfat dan basa nitrogen (adenin, guanin, timin, dan sitosin).
Untai DNA tersusun dari rangkaian nukleotida yang terhubung melalui ikatan fosfodiester yang terbentuk
diantara gula pentosa dan gugus fosfat. Sedangkan untai ganda DNA terhubung melalui ikatan hidrogen yang
terbentuk diantara pasangan basa nitrogen. Pasangan basa nitrogen pada DNA meliputi adenin dan timin (dua
ikatan hidrogen) serta guanin dan sitosin (tiga ikatan hidrogen). Satu putaran lengkap untai DNA terdiri dari
sepuluh bp (base pair /pasangan basa) sepanjang 34 Å atau setara dengan 3,4 nm.

Adapun fungsi DNA antara lain:

a. Pengidentifikasi gen dalam penentuan garis keturunan sehingga dapat diteruskan ke generasi
berikutnya,
b. Pengatur perkembangan dan proses metabolisme tubuh, dan
c. Sebagai zarah sendiri (partikel) dalam kromosom. Pemeriksaan DNA seluruh informasi genetik dan
sifat lahir suatu individu dapat diketahui

Anda mungkin juga menyukai