Anda di halaman 1dari 51

1

LAPORAN PENDAHULUAN

Persalinan pada Ny. D G2P1001 30 Tahun


di PMB Ny. Muhartik STr. Keb Desa Kandangan Kec. Kandangan Kab. Kediri

Oleh :

NANDA PUTRI ARDHYA GARINI


NIM. 202002005

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN 2022
2

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas


praktik di PMB Ny. Muhartik STr. Keb pada tanggal 05 September sampai 17
September 2022 oleh mahasiswi D3 Kebidanan STIKES Karya Husada Kediri
tahun 2022.
Nama : Nanda Putri Ardhya Garini
NIM : 202002005
Judul: Laporan Pendahuluan “Persalinan pada Ny. D G2P1AO 30 Tahun di
PMB Ny. Muhartik STr. Keb Desa Kadangan Kec. Kandangan Kab. Kediri”
Laporan pendahuluan ini telah disetujui dan disahkan pada
Hari :
Tanggal :

Kediri, September 2022


Mahasiswa

Nanda Putri Ardhya Garini

Mengetahui Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik

Anis Setyowati, SST., M. Keb Muhartik, STr., Keb


3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan mengenai
Persalinan. Laporan ini disusun sebagai kelengkapan pelaksanaan praktik oleh
mahasiswi sesuai dengan kurikulum yang diberikan kepada mahasiswi program
studi D3 kebidanan STIKES Karya Husada Kediri.
Dengan terselesaikannya laporan pendahuluan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. CI lahan praktik ibu bidan Muhartik STr.Keb sebagai bidan pendamping
yang telah mengarahkan selama praktik.
2. Semua asisten bidan PMB Muhartik STr.Keb yang telah membimbing dan
megarahkan selama praktik.
3. Segenap dosen pembimbing dari D3 Kebidanan STIKES Karya Husada
Kediri
4. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan pendahuluan
ini.

Penulis selalu terbuka dengan kritik dan saran dari pembaca, penulis berharap
pembaca dapat memahami dengan baik agar pengetahuan kita bertambah dan bisa
menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Kediri, September 2022

Penulis
4

TINJAUAN TEORI

PERSALINAN

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya cerviks dan

janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal

adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. Beberapa

pengertian lain dari persalinan spontan dengan tenaga ibu, persalinan

buatan dengan bantuan, persalinan anjuran bila persalinan terjadi

tidak dengan sendirinya tetapi melalui pacuan. Persalinan dikatakan

normal apabila tidak ada penyulit. (Sukarni & Margareth, 2019)

2. Tanda-Gejala Persalinan

Untuk mendukung deskripsi tentang tanda dan gejala persalinan,

akan dibahas materi sebagai berikut:

1) Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat.

a) Lightening

Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa

bahwa keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang

sesak, tetapi sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit

lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri pada

anggota bawah.

b) Polakisuria
5

Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan

epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada

kedudukannya dan kepala janin sudah mulai masuk ke

dalam pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan

kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk

sering kencing yang disebut Polakisuria.

c) False labor

Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan,

calon ibu diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya

hanya merupakan peningkatan dari kontraksi Braxton

Hicks.

d) Perubahan cerviks

Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cerviks

menunjukkan bahwa cerviks yang tadinya tertutup, panjang

dan kurang lunak, kemudian menjadi lebih lembut, dan

beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan

penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masing-masing ibu,

misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2cm

namun pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan

tertutup.

e) Energy Sport

Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-

kira 24-28 jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa


6

hari sebelumnya merasa kelelahan fisik karena tuanya

kehamilan maka ibu mendapati satu hari sebelum persalinan

dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini

tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti

membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah,

dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan

tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan

menjadi panjang dan sulit.

f) Gastrointestinal Upsets

Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda

seperti diare, obstipasi, mual dan muntah karena efek

penurunan hormon terhadap sistem pencernaan.

2) Tanda-tanda persalinan

Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :

a) Timbulnya kontraksi uterus

Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his

pembukaan.

b) Penipisan dan pembukaan cerviks

Penipisan dan pembukaan cerviks ditandai dengan

adanya pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.

c) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)

Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis

cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan


7

yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin

pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa

capillair darah terputus.

d) Premature Rupture of Membrane

Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-

konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban

pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah

kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam

hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat

sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada

pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin

robek sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan

diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban

keluar (Kurniarum, 2016).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor-faktor yang memiliki peranan penting dalam proses

persalinan, yaitu :

1) Power (faktor ibu)

Kekuatan mendorong janin keluar, his, (kontraksi uterus),

kontraksi oto-otot dinding perut, kontraksi diafragma dan

ligamentum action terutama ligamentum rotundum.

2) Passenger (faktor janin)


8

Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran atau berat janin)

dan plasenta.

3) Passage (faktor jalan lahir)

Keadaan jalan lahir yang terdiri dari bagian keras ketulang-

tulang panggul dan bagian-bagian lunak, yaitu otot-otot jaringan

dan ligamen-ligamen.

4) Psikis Ibu

Terjadi peningkatan kecemasan, dengan makin

meningkatnya kecemasan akan semakin meningkatkan intensitas

nyeri.

5) Penolong Persalinan

Salah satu faktor sangat mempengaruhi terjadinya kematian

ibu adalah kemampuan dan keterampilan penolong persalinan.

4. Mekanisme Persainan Normal

Gerakan – gerakan janin dalam persalinan adalah sebagi berikut:

1) Engagement (masuknya kepala)

Kepala janin berfiksir pada pintu atas panggul.

2) Descent (penurunan)

Penurunan di laksanakan oleh satu / lebih.

a) Tekanan cairan amnion

b) Tekanan langsung fundus pada bokong kontraksi otot

abdomen.

c) Ekstensi dan penelusuran badan janin.


9

d) Kekuatan mengejan.

3) Fleksion (fleksi)

Fleksi di sebabkan karena anak di dorong maju dan ada

tekanan pada PAP, cerviks, dinding panggul atau dasar panggul.

Pada fleksi ukuran kepala yang melalui jalan lahir kecil, karena

diameter fronto-occipital di gantikan diameter sub occipito.

4) Internal rotation (rotasi dalam)

Waktu terjadi pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa

sehingga bagian terendah dari janin memutar ke depan ke bawah

simfisis (UUK berputar ke depan sehingga dari dasar panggul

UUK di bawah simfisis)

5) Extensition (ekstensi)

UUK di bawah simfisis maka sub occiput sebagai

hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi (ekstensi).

6) External rotation (rotasi luar)

Gerakan sesudah defleksi untuk menyesuaikan kedudukan

kapala denga punggung anak.

7) Expulsion (ekspulsi)

Terjadi kelahiran bayi seluruhnya. (Rosyati, 2017).

5. Tahapan Persalinan

a. Kala I

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus

dan pembukaan cerviks hingga mencapai pembukaan lengkap


10

(10 cm). Persalinan kala I berlangsung 18 –24 jam dan terbagi

menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.

1) Fase laten persalinan

a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan cerviks secara bertahap

b) Pembukaan cerviks kurang dari 4 cm

c) Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam

2) Fase aktif persalinan

Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi

maximal, dan deselerasi

a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya

meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika

terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan

berlangsung selama 40 detikatau lebih

b) cervix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan

kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga pembukaan

lengkap (10 cm)

c) Terjadi penurunan bagian terendah janin.

b. Kala II

1) Pengertian Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan

lengkap dari cerviks dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada

multi.
11

2) Tanda dan gejala kala II

Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:

a) Ibu ingin meneran

b) Perineum menonjol

c) Vulva vagina dan sphincter anus membuka

d) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat

e) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali

f) Pembukaan lengkap (10 cm )

g) Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan

multipara rata-rata 0.5 jam

h) Pemantauan : tenaga atau usaha mengedan dan

kontraksi uterus, janin yaitu penurunan presentasi janin

dan kembali normalnya detak jantung bayi setelah

kontraksi

c. Kala III

1) Pengertian

a) Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban

b) Berlangsung tidak lebih dari 30 menit

c) Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta

d) Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan

pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan

mengurangi perdarahan
12

e) Tanda-tanda pelepasan plasenta : perubahan ukuran dan

bentuk uterus, uterus menjadi bundar dan uterus

terdorong ke atas karena plasenta sudah terlepas dari

Segmen Bawah Rahim, tali pusat memanjang,

semburan darah tiba tiba.

2) Pemantauan kala III

a) Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang

kedua. Jika ada maka tunggu sampai bayi kedua lahir

b) Menilai apakah bayi beru lahir dalam keadaan stabil,

jika tidak rawat bayi segera

d. Kala IV

1) Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam

setelah itu

2) Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung

3) Masa 1 jam setelah plasenta lahir

4) Pemantauan 15 menit pada jampertama setelah kelahiran

plasenta, 30 menit pada jam kedua setelah persalinan, jika

kondisi ibu tidak stabil, perludipantau lebih sering

5) Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada

masa ini

6) Observasi yang dilakukan: tingkat kesadaran penderita,

pemeriksaan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan,


13

dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-

500cc. (Kemenkes, 2016)

6. Perubahan Fisiologis dalam Persalinan

1) Perubahan Uterus

Dalam uterus terjadi perubahan saat masa persalinan,

perubahan yang terjadi sebagai berikut:

a) Kontraksi uterus yang dimulai dari fundus uteri dan

menyebar ke depan dan ke bawah abdomen

b) Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim

(SBR)

(1) SAR dibentuk oleh corpus uteri yang bersifat aktif dan

berkontraksi Dinding akan bertambah tebal dengan

majunya persalinan sehingga mendorong bayi keluar

(2) SBR dibentuk oleh istmus uteri bersifat aktif relokasi

dan dilatasi. Dilatasi makin tipis karena terus diregang

dengan majunya persalinan

2) Perubahan Bentuk Rahim

Setiap terjadi kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah

panjang sedangkan ukuran melintang dan ukuran muka belakang

berkurang. Pengaruh perubahan bentuk rahim ini:

a) Ukuran melintang menjadi turun, akibatnya lengkungan

punggung bayi turun menjadi lurus, bagian atas bayi

tertekan fundus, dan bagian tertekan Pintu Atas Panggul.


14

b) Rahim bertambah panjang sehingga otot-otot memanjang

diregang dan menarik. Segmen bawah rahim dan serviks

akibatnya menimbulkan terjadinya pembukaan serviks

sehingga Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah

Rahim (SBR).

3) Faal Ligamentum Rotundum

a) Pada kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada tulang

punggung berpindah ke depan mendesak dinding perut

depan kearah depan. Perubahan letak uterus pada waktu

kontraksi ini penting karena menyebabkan sumbu rahim

menjadi searah dengan sumbu jalan lahir.

b) Dengan adanya kontraksi dari ligamentum rotundum,

fundus uteri tertambat sehingga waktu kontraksi fundus

tidak dapat naik ke atas.

4) Perubahan Serviks

a) Pendataran serviks/Effasement Pendataran cerviks adalah

pemendekan kanalis servikalis dari 1-2 cm menjadi satu

lubang saja dengan pinggir yang tipis.

b) Pembukaan cerviks adalah pembesaran dari ostium

eksternum yang tadinya berupa suatu lubang dengan

diameter beberapa milimeter menjadi lubang dengan

diameter kira-kira 10 cm yang dapat dilalui bayi. Saat


15

pembukaan lengkap, bibir portio tidak teraba lagi. SBR,

serviks dan vagina telah merupakan satu saluran.

5) Perubahan Pada Sistem Urinaria

Pada akhir bulan ke 9, pemeriksaan fundus uteri menjadi

lebih rendah, kepala janin mulai masuk Pintu Atas Panggul dan

menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang

ibu untuk sering kencing. Pada kala I, adanya kontraksi

uterus/his menyebabkan kandung kencing semakin tertekan.

a) Pada kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina

sehingga dapat dilalui bayi

b) Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada

dasar panggul yang ditimbulkan oleh bagian depan bayi

menjadi saluran dengan dinding yang tipis.

c) Saat kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke

depan atas. Dari luar peregangan oleh bagian depan nampak

pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis sedangkan

anus menjadi terbuka.

d) Regangan yang kuat ini dimungkinkan karena

bertambahnya pembuluh darah pada bagian vagina dan

dasar panggul, tetapi kalau jaringan tersebut robek akan

menimbulkan perdarahan banyak.

6) Perubahan System Kardiovaskuler (Meliputi Tekanan Darah

Dan Jantung)
16

Selama persalinan, curah jantung meningkat 40% sampai

50% dibandingkan dengan kadar sebelum persalinan dan sekitar

80% sampai 100% dibandingkan dengan kadar sebelumnya.

Peningkatan curah jantung ini terjadi karena pelepasan

katekolamin akibat nyeri dan karena kontraksi otot abdomen dan

uterus. Seiring dengan kontraksi uterus sekitar 300 sampai 500

ml darah dipindahkan ke volume darah sentral.

7) Perubahan Pada Metabolisme Karbohidrat Dan Basal

Metabolisme Rate

Pada saat mulai persalinan, terjadi penurunan hormon

progesteron yang mengakibatkan perubahan pada sistem

pencernaan menjadi lebih lambat sehingga makanan lebih lama

tinggal di lambung, akibatnya banyak ibu bersalin yang

mengalami obstivasi atau peningkatan getah lambung sehingga

terjadi mual dan muntah. Metabolisme karbohidrat aerob dan

anaerob meningkat secara perlahan yang terjadi akibat aktivitas

otot rangka dan kecemasan ibu. Peningkatan ini ditandai dengan

adanya peningkatan suhu badan ibu, nadi, pernafasan, cardiac

out put dan hilangnya cairan. Pada Basal Metabolisme Rate

(BMR), dengan adanya kontraksi dan tenaga mengejan yang

membutuhkan energi yang besar, maka pembuangan juga akan

lebih tinggi dan suhu tubuh meningkat. Suhu tubuh akan sedikit

meningkat (0,5-10C) selama proses persalinan dan akan segera


17

turun setelah proses persalinan selesai. Hal ini disebabkan

karena adanya peningkatan metabolisme tubuh. Peningkatan

suhu tubuh tidak boleh lebih dari 10 C.

8) Perubahan Pada System Pernapasan

Dalam persalinan, ibu mengeluarkan lebih banyak CO2

dalam setiap nafas. Selama kontraksi uterus yang kuat, frekuensi

dan kedalaman pernafasan meningkat sebagai responns terhadap

peningkatan kebutuhan oksigen akibat pertambahan laju

metabolik. Rata rata PaCO2 menurun dari 32 mmhg pada awal

persalinan menjadi 22mmhg pada akhir kala I. Menahan nafas

saat mengejan selama kala II persalinan dapat mengurangi

pengeluaran CO2.

9) Perubahan Pada Gastrointestinal

Motilitas lambung dan absorbsi makanan padat secara

substansial berkurang banyak sekali selama persalinan aktif dan

waktu pengosongan lambung. Efek ini dapat memburuk setelah

pemberian narkotik. Banyak wanita mengalami mual muntah

saat persalinan berlangsung, khususnya selama fase transisi pada

kala I persalinan. Selain itu pengeluaran getah lambung yang

berkurang menyebabkan aktifitas pencernaan berhenti dan

pengosongan lambung menjadi sangat lamban. Cairan

meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. Mual atau muntah

terjadi sampai ibu mencapai akhir kala I. Ketidaknyamanan lain


18

mencakup dehidrasi dan bibir kering akibat bernafas melalui

mulut. Karena resiko mual dan muntah, beberapa fasilitas

pelayanan bersalin membatasi asupan oral selama persalinan.

10) Perubahan Pada Hematologi

Haemoglobin akan meningkat selama persalinan sebesar

1,2gr% dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum

persalinan pada hari pertama pasca persalinan kecuali terjadi

perdarahan. Peningkatan leukosit secara progresif pada awal

kala I (5.000) hingga mencapai ukuran jumlah maksimal pada

pembukaan lengkap (15.000). Haemoglobin akan meningkat

selama persalinan sebesar 1,2gr% dan akan kembali pada tingkat

seperti sebelum persalinan pada hari pertama pasca persalinan

kecuali terjadi perdarahan. Peningkatan leukosit terjadi secara

progresif pada awal kala I (5.000) hingga mencapai ukuran

jumlah maksimal pada pembukaan lengkap (15.000). Selama

persalinan waktu pembekuan darah sedikit menurun, tetapi

kadar fibrinogen plasma meningkat. Gula darah akan turun

selama persalinan dan semakin menurun pada persalinan lama,

hal ini disebabkan karena aktifitas uterus dan muskulus skeletal.

11) Nyeri

Nyeri dalam persalinan dan kelahiran adalah bagian dari

respon fisiologis yang normal terhadap beberapa faktor. Selama

Kala I persalinan, nyeri yang terjadi pada kala I terutama


19

disebabkan oleh dilatasi cerviks dan distensi segmen uterus

bawah. Pada awal kala I, fase laten kontraksi pendek dan lemah,

5 sampai 10 menit atau lebih dan berangsung selama 20 sampai

30 detik. Wanita mungkin tidak mengalami ketidaknyamanan

yang bermakna dan mungkin dapat berjalan ke sekeliling secara

nyaman diantara waktu kontraksi. Pada awal kala I, sensasi

biasanya berlokasi di punggung bawah, tetapi seiring dengan

waktu nyeri menjalar ke sekelilingnya seperti korset/ikat

pinggang, sampai ke bagian anterior abdomen. Interval

kontraksi makin memendek, setiap 3 sampai 5 menit menjadi

lebih kuat dan lebih lama. Pada Kala II, nyeri yang terjadi

disebabkan oleh distensi dan kemungkinan gangguan pada

bagian bawah vagina dan perineum. Persepsi nyeri dipengaruhi

oleh berbagai faktor. (Kemenkes, 2016)

7. Perubahan Psikologis dalam Persalinan

1) Perubahan Psikologis Ibu Bersalin Kala I

Pada persalinan Kala I selain pada saat kontraksi uterus,

umumnya ibu dalam keadaan santai, tenang dan tidak terlalu

pucat. Kondisi psikologis yang sering terjadi pada wanita dalam

persalinan kala I adalah:

a) Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan-

kesalahan sendiri. Ketakutan tersebut berupa rasa takut jika


20

bayi yang yang akan dilahirkan dalam keadaan cacat, serta

takhayul lain..

b) Timbulnya rasa tegang, takut, kesakitan, kecemasan dan

konflik batin.

c) Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya

melahirkan bayi yang merupakan hambatan dalam proses

persalinan:

(1) Adanya rasa takut dan gelisah terjadi dalam waktu

singkat dan tanpa sebab sebab yang jelas

(2) Ada keluhan sesak nafas atau rasa tercekik, jantung

berdebar-debar

(3) Takut mati atau merasa tidak dapat tertolong saat

persalinan

(4) Muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, cepat

dan takikardi

d) Adanya harapan harapan mengenai jenis kelamin bayi yang

akan dilahirkan. Relasi ibu dengan calon anaknya terpecah,

sehingga popularitas AKU-KAMU (aku sebagai pribadi ibu

dan kamu sebagai bayi) menjadi semakin jelas. Timbullah

dualitas perasaan yaitu:

(1) Harapan cinta kasih

(2) Impuls bermusuhan dan kebencian

e) Sikap bermusuhan terhadap bayinya


21

(1) Keinginan untuk memiliki janin yang unggul

(2) Cemas kalau bayinya tidak aman di luar Rahim

(3) Belum mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu

f) Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi:

(1) Takut mati

(2) Trauma kelahiran

(3) Perasaan bersalah

(4) Ketakutan riil

2) Perubahan Psikologis Ibu Bersalin Kala II

Pada masa persalinan seorang wanita ada yang tenang dan

bangga akan kelahiran bayinya, tapi ada juga yang merasa takut.

Adapun perubahan psikologis yang terjadi adalah sebagai

berikut:

a) Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat

pembukaan lengkap

b) Bingung dengan adanya apa yang terjadi pada saat

pembukaan lengkap

c) Frustasi dan marah

d) Tidak memperdulikan apa saja dan siapa saja yang ada di

kamar bersalin

e) Rasa lelah dan sulit mengikuti perintah

f) Fokus pada dirinya sendiri.


22

Masalah psikologis yang terjadi pada masa persalinan

masalah psikologis yang terjadi pada masa persalinan adalah

kecemasan. Pada masa persalinan seorang wanita ada yang

tenang dan bangga akan kelahiran bayinya, tetapi ada juga yang

merasa takut.. Kecemasan dapat diekspresikan melalui respon

fisiologis dan psikologis.

Secara fisiologis, respon tubuh terhadap kecemasan adalah

dengan mengaktifkan sistem syaraf otonom (simpatis dan

parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi proses

tubuh, sedangkan sistem saraf parasimpatis akan menimbulkan

respons tubuh. Bila korteks otak menerima rangsang, maka

rangsangan akan dikirim melalui saraf simpatis ke kelenjar

adrenal yang akan melepaskan adrenal/epineprin sehingga

efeknya antara lain nafas menjadi lebih dalam, nadi meningkat,

dan tekanan darah meningkat.(Kurniarum, 2016)

8. Kebutuhan Fisik Ibu Bersalin

1) Kebutuhan Oksigen

Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan

perlu diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II,

dimana oksigen yang ibu hirup sangat penting artinya untuk

oksigenasi janin melalui plasenta. Suplai oksigen yang tidak

adekuat, dapat menghambat kemajuan persalinan dan dapat

mengganggu kesejahteraan janin. Oksigen yang adekuat dapat


23

diupayakan dengan pengaturan sirkulasi udara yang baik selama

persalinan. Ventilasi udara perlu diperhatikan, apabila ruangan

tertutup karena menggunakan AC, maka pastikan bahwa dalam

ruangan tersebut tidak terdapat banyak orang. Hindari

menggunakan pakaian yang ketat, sebaiknya penopang

payudara/BH dapat dilepas/dikurangi kekencangannya. Indikasi

pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat adalah Denyut Jantung

Janin (DJJ) baik dan stabil.

2) Kebutuhan Cairan Dan Nutrisi

Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum)

merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu

selama proses persalinan. Pastikan bahwa pada setiap tahapan

persalinan (kala I, II, III, maupun IV), ibu mendapatkan asupan

makan dan minum yang cukup. Asupan makanan yang cukup

(makanan utama maupun makanan ringan), merupakan sumber

dari glukosa darah, yang merupakan sumber utama energi untuk

sel-sel tubuh. Kadar gula darah yang rendah akan

mengakibatkan hipoglikemia.

Sedangkan asupan cairan yang kurang, akan mengakibatkan

dehidrasi pada ibu bersalin. Pada ibu bersalin, hipoglikemia

dapat mengakibatkan komplikasi persalinan baik ibu maupun

janin. Pada ibu, akan mempengaruhi kontraksi/his, sehingga

akan menghambat kemajuan persalinan dan meningkatkan


24

insiden persalinan dengan tindakan, serta dapat meningkatkan

risiko perdarahan postpartum. Pada janin, akan mempengaruhi

kesejahteraan janin, sehingga dapat mengakibatkan komplikasi

persalinan seperti asfiksia.

3) Kebutuhan Eliminasi

Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu

difasilitasi oleh bidan, untuk membantu kemajuan persalinan

dan meningkatkan kenyamanan pasien. Anjurkan ibu untuk

berkemih secara spontan sesering mungkin atau minimal setiap

2 jam sekali selama persalinan. Kandung kemih yang penuh,

dapat mengakibatkan:

a) Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke

dalam rongga panggul, terutama apabila berada di atas spina

isciadika

b) Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his

c) Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali ibu

karena bersama dengan munculnya kontraksi uterus

d) Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II 5.

Memperlambat kelahiran plasenta

e) Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena kandung

kemih yang penuh menghambat kontraksi uterus. Apabila

masih memungkinkan, anjurkan ibu untuk berkemih di

kamar mandi, namun apabila sudah tidak memungkinkan,


25

bidan dapat membantu ibu untuk berkemih dengan wadah

penampung urin. Bidan tidak dianjurkan untuk melakukan

kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum ataupun

setelah kelahiran bayi dan placenta.

4) Kebutuhan Hygiene (Kebersihan Personal)

Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu

diperhatikan bidan dalam memberikan asuhan pada ibu

bersalin, karena personal hygiene yang baik dapat membuat

ibu merasa aman dan relax, mengurangi kelelahan,

mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah,

mempertahankan integritas pada jaringan dan memelihara

kesejahteraan fisik dan psikis.

Membersihkan daerah genetalia dapat dilakukan

dengan melakukan vulva hygiene menggunakan kapas

bersih yang telah dibasahi dengan air Disinfeksi Tingkat

Tinggi (DTT), hindari penggunaan air yang bercampur

antiseptik maupun lisol. Bersihkan dari atas (vestibulum),

ke bawah (arah anus). Tindakan ini dilakukan apabila

diperlukan, misalnya setelah ibu BAK, setelah ibu BAB,

maupun setelah ketuban pecah spontan.

Pada kala II dan kala III, untuk membantu menjaga

kebersihan diri ibu bersalin, maka ibu dapat diberikan alas

bersalin (under pad) yang dapat menyerap cairan tubuh


26

(lendir darah, darah, air ketuban) dengan baik. Apabila saat

mengejan diikuti dengan faeses, maka bidan harus segera

membersihkannya, dan meletakkannya di wadah yang

seharusnya.

5) Kebutuhan Istirahat

Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan

istirahat pada ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat

selama proses persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang

dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu

untuk mencoba relaks tanpa adanya tekanan emosional dan

fisik.

6) Posisi Dan Ambulasi

Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa

disadari dan terus berlangsung/progresif. Bidan dapat

membantu ibu agar tetap tenang dan rileks, maka bidan

sebaiknya tidak mengatur posisi persalinan dan posisi

meneran ibu. Bidan harus memfasilitasi ibu dalam memilih

sendiri posisi persalinan dan posisi meneran, serta

menjelaskan alternatif-alternatif posisi persalinan dan posisi

meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif. Bidan

harus memahami posisi-posisi melahirkan, bertujuan untuk

menjaga agar proses kelahiran bayi dapat berjalan senormal

mungkin. Dengan memahami posisi persalinan yang tepat,


27

maka diharapkan dapat menghindari intervensi yang tidak

perlu, sehingga meningkatkan persalinan normal. Semakin

normal proses kelahiran, semakin aman kelahiran bayi itu

sendiri.

7) Pengurangan Rasa Nyeri

Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif

tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus,

dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama

persalinan. Respons fisiologis terhadap nyeri meliputi:

peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan,

keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot. Rasa nyeri ini

apabila tidak diatasi dengan tepat, dapat meningkatkan rasa

khawatir, tegang, takut dan stres, yang pada akhirnya dapat

menyebabkan terjadinya persalinan lama. Bidan dapat

membantu ibu bersalin dalam mengurangi nyeri persalinan

dengan teknik self-help. Teknik ini merupakan teknik

pengurangan nyeri persalinan yang dapat dilakukan sendiri

oleh ibu bersalin, melalui pernafasan dan relaksasi maupun

stimulasi yang dilakukan oleh bidan. Teknik self-help dapat

dimulai sebelum ibu memasuki tahapan persalinan, yaitu

dimulai dengan mempelajari tentang proses persalinan,

dilanjutkan dengan mempelajari cara bersantai dan tetap

tenang, dan mempelajari cara menarik nafas dalam.


28

8) Penjahitan Perineum (Jika diperlukan)

Proses kelahiran bayi dan placenta dapat menyebabkan

berubahnya bentuk jalan lahir, terutama adalah perineum.

Pada ibu yang memiliki perineum yang tidak elastis, maka

robekan perineum seringkali terjadi. Robekan perineum

yang tidak diperbaiki, akan mempengaruhi fungsi dan

estetika. Oleh karena itu, penjahitan perineum merupakan

salah satu kebutuhan fisiologis ibu bersalin. Dalam

melakukan penjahitan perineum, bidan perlu

memperhatikan prinsip sterilitas dan asuhan sayang ibu.

Berikanlah selalu anastesi sebelum dilakukan penjahitan.

Perhatikan juga posisi bidan saat melakukan penjahitan

perineum. Posisikan badan ibu dengan posisi litotomi/dorsal

recumbent, tepat berada di depan bidan. Hindari posisi

bidan yang berada di sisi ibu saat menjahit, karena hal ini

dapat mengganggu kelancaran dan kenyamanan tindakan.

9) Kebutuhan Akan Proses Persalinan Yang Terstandar

Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan persalinan

yang terstandar merupakan hak setiap ibu. Hal ini

merupakan salah satu kebutuhan fisiologis ibu bersalin,

karena dengan pertolongan persalinan yang terstandar dapat

meningkatkan proses persalinan yang alami/normal.

(Kurniarum, 2016)
29

9. Asuhan Persalinan Normal

60 Langkah APN (Asuhan Persalinan Normal) yaitu:

1) Melihat tanda dan gejala kala dua Mengamati tanda dan gejala

persalinan kala dua. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum

dan/atau vaginanya. Perineum menonjol. Vulva-vagina dan

sfingter anal membuka.

2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus

set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali

pakai/pribadi yang bersih.

5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6) Mengisap oksitosin 10unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan

meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi

atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).


30

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-

hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau

kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut

vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari

depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung

tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan

tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).

8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah

lengkap.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam

larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam

keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit.

10) Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan

bahwa DJJ dalam batas normal (100 – 180 kali/menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ

dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada

partograf.
31

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik.

a) Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai

keinginannya

b) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk

meneran.

c) Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu

serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan-temuan.

d) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka

dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat

ibu mulai meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah

duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran :

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinganan untuk meneran.

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).


32

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

g) Menilai DJJ setiap lima menit.

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu

primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara,

merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk

meneran

i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran

dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai meneran

pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di

antara kontraksi.

j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera setalah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan

segera.

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan

bayi.

15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah

bokong ibu.
33

16) Membuka partus set.

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

lahirnya kelapa.

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,

letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,

membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu

untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala

lahir perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran

perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir. Jika ada

mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung

setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee

disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap

yang baru dan bersih.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera

proses kelahiran bayi :

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.


34

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya

di dua tempat dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan. Lahir bahu

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu

untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut

menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu

anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan

lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan

bahu posterior. Lahir badan dan tungkai

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum

tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan

tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat

melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk

menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan

anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan

anterior bayi saat keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada

di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua

mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.


35

25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas

perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari

tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di

tempat yang memungkinkan).

26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi

kecuali bagian pusat.

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah

ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah

ibu).

28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

29) Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan

kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian

kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami

kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.

30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi

kedua.

32) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.


36

33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan

suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian

luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu. Penegangan tali

pusat terkendali

34) Memindahkan klem pada tali pusat

35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat

di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang

(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40

detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu

hingga kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi,

meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan

ransangan puting susu. Mengluarkan plasenta. Setelah plasenta

terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat

ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan

lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.


37

37) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva. Jika plasenta tidak lepas

setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :

a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

b) Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung

kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.

c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit

sejak kelahiran bayi.

38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tang forseps disinfeksi

tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang

tertinggal. Pemijatan Uterus

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan

masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

40) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan

masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).


38

a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase

selam 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik. Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.

43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih

bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi

dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril

atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul

mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati yang pertama

46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan

klorin 0,5%.

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam : 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

a) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.


39

b) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.

c) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan

perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

d) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,

lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan

menggunakan teknik yang sesuai.

50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase

uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan

setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama

dua jampertama pasca persalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal. Kebersihan dan keamanan

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas

peralatan setelah dekontaminasi

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.


40

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah.

Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan

ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman

dan makanan yang diinginkan.

57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

60) Dokumentasi. Melengkapi partograf (halaman depan dan

belakang). (Depkes RI, 2015)


41

DAFTAR PUSTAKA

Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalianan Dan Bbl

Komprehensif. Jakarta: Kemenkes RI

Rosyati.2017. Buku Saku Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC

Legawati. 2018. Asuhan Persalianan Dan Bayi Baru Lahir. Malang:


Wineka Media

Sukarni, Icesmi & Z.H Margareth. 2019. Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas
Dilengkapi Dengan Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika

Depkes RI. 2015. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK- KR.
42

FORMAT ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Asuhan Kebidanan dilakukan oleh : Nanda Putri Ardhya Garini


Tanggal/Waktu : 06 September 2022 / 07.30 WIB
Tempat : BPM Muhartik STr. Keb
DATA SUBYEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama Klien :Ny. D Nama Suami : Tn. D
Umur : 30 tahun Umur : 23 tahun
Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Swasta
Alamat : Jeruk Gulung, Kandangan Alamat :JerukGulung,
Kandangan
2. Keluhan Utama
- Ibu mengatakan perutnya mules-mules

3. Riwayat Menstruasi
a. Siklus haid : 28 hari
b. Lama : 7-9 hari
c. Karakteristik : khas menstruasi
d. HPHT : 24 – 11- 2021
e. TP : 06-09-2022
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Kehamilan Persalinan Bayi Nifas KET
Suam An UK Pe Jenis Penolong Tempat pen se BB Umur lakta pen
No i k ny y x L/P si y
Spt tindk SC Dkn bdn dr rm h PMB PK RS BL
M
- - - - 3700 -
1. Suam 1 40 mgg - vaku - - L
43

. i ke-1 - m - gram - -

2. H A M I L I N I

5. Riwayat Kontrasepsi
ibu mengatakan pernah KB implant
6. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. HPL : 06-09-2022
b. ANC pertama umur kehamilan : 6 minggu
7. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit seperti paru, DM, Epilepsi, Hati,
Psikosis, Ginjal, Malaria, Jantung, Asma, Diare lama, dan PMS
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan bahwa keluarga tidak memiliki penyakit seperti Hipertensi, DM,
Paru, Jantung, Psiksis, Gamelli
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola nutrisi
Sebelum: Makan : 2x sehari porsi sedang (nasi, sayur, lauk, buah-buahan)
Minum : minum 7-8 gelas sehari
Setelah : Makan : 2x sehari porsi sedang (nasi, sayur, lauk, buah-buahan)
Minum : minum 7-8 gelas sehari
b. Pola eliminasi
BAK : Ibu mengatakan Bak 4-5 kali sehari
BAB : Ibu mengatakan Bab 1 kali sehari
c. Pola istirahat :
Ibu Mengatakan Tidur siang 1 jam, Tidur malam 8 jam
d. Pola aktivitas :
Ibu melakukan aktivitas sehari( memasak, membersihkan rumah, mencuci
pakaian)
e. Personal hygiene :
Mandi, gosok gigi dan mengganti pakaian 2x sehari
44

f. Pola seksualitas :
2 kali dalam satu minggu
g. Pola kebiasaan :
Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang menggangu kesehatan seperti
(merokok, minum jamu, dan minum minuman beralkohol)
h. Psikososial :
- Ibu mengatakan sangat senang dengan kehamilannya
- Ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung penuh kehamilannya
- Ibu mengatakan hubungan dengan suami, keluarga, dan tetangga
berjalan dengan baik
- Ibu mengatakan suami adalah tulang punggung keluarga yang
berpenghasilan cukup

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran :composmetis
b. Tekanan darah : 110/80mmHg
c. Denyut nadi : 80x/menit
d. Pernapasan : 22x/menit
e. Suhu : 36,3oC
f. Lila : 31 cm
g. BB/TB : 72kg/156 cm

2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka :simetris, tidak oedema, tidak ada cloasma
b. Mata :simetris, conjungtiva merah muda
c. Leher : Pembesaran vena jugularis: tidak ada, Pembesaran kelenjar tyroid:
tidak ada, Pembesaran kelenjar getah bening: tidak ada
d. Dada :simetris, payudara mengalami pembesaran, areola hyperpigmentasi,
puting menonjol belum ada pengeluran
e. Abdomen :
45

Palpasi
Leopold I : fundus teraba bulat tidak melenting (kesan bokong)
Leopold II : bagian kanan perut ibu teraba keras memanjang seperti
papan (kesan punggung). Bagian kiri perut ibu teraba
bagian-bagian kecil (kesan extermitas).
Leopold III : teraba bulat melenting (kesan kepala). Bagian terendah
masuk PAP
Leopold IV : kepala masuk PAP 5 jari
Mc. Donald : 34 cm
Auskultasi : DJJ 125x/menit
f. Ano Genetalia : terdapat lendir bercampur darah
PemeriksaanKhusus (VT) : pembukaan 10 cm,
ketuban pecah berwarna jernih, presentasi kepala,
denominatur uuk, molase(-)

g. Ekstermitas : simetris, tidak oedema, tidak ada varises

3. Pemeriksaan Penunjang
tidak dikaji
ANALISIS DATA
Diagnosis :
Ny “D” G2P1001 UK 40 minggu inpartu kala 1 fase aktif
46

PENATALAKSANAAN
Jam Kegiatan

1. Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan, bahwa sekarang ibu dalam
proses persalinan, sudah ada kontraksi dan pembukaan (3cm), keadaan ibu dan janin
baik.
E/ ibu memahami penjelasan bidan
2. Menjelaskan keluhan yang dirasakan ibu bahwa rasa sakit yang ibu rasakan merupakan
hal normal karena ibu sudah akan bersalin dan setiap wanita yang akan melahirkan akan
merasakan hal yang sama.
E/ ibu memahami penjelasan bidan
3. Mengajarkan teknik relaksasi pada ibu, saat ada rasa sakit (his) anjurkan ibu untuk
menarik nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan melalui mulut dan menganjurkan
ibu untuk istirahat jika tidak ada his.
E/ ibu melakukan relaksasi seperti yang diajarkan bidan
4. Menganjurkan keluarga untuk tetap memberikan ibu makan atau minum sesuai
keinginan ibu, agar tidak terjadi dehidrasi akibat kekurangan cairan.
E/ keluarga memahami penjelasan bidan
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi yaitu apabila ibu ingin berjalan–jalan
07.30
diperbolehkan.
E/ibu memahami penjelasan bidan
6. Memantau kemajuan persalinan yaitu, TTV, Djj tiap 30 menit, His
Jam HIS DJJ S/N/TD Lain-lain
(dalam 10 (x/menit)
menit)
07.30 5×45” 130 36.2/82/110/ VT: pem 10 cm, eff 100%, ketuban (-),
80 molase 0

7. Mempersiapkan fisik dan mental ibu dalam menghadapi persalinan


A. Persiapan fisik
a. Mengosongkan kandung kemih dan rektal dengan meminta ibu berkemih dan
BAB.
E/ ibu telah bab dan bak
B. Persiapan mental
a. Beri dukungan dan keyakinan pada ibu untuk tidak terlalu cemas.
E/ ibu terlihat lebih tenang
47

LEMBAR OBSERVASI PERSALINAN

Kala I

Tanggal/Jam HIS (dalam DJJ S/N/TD Lain-lain


10 menit) (x/menit)
06-09- 5×45” 130 36.2/82/110/8 VT: pem 10cm, eff 100%, ketuban (-),
0
22/07.00 molase 0

Kala II

Tanggal/Jam Kegiatan

1. Informasikan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan bayi
sehat dan proses kelahiran bayi akan segera berlangsung.
E/ ibu memahami penjelasan bidan dan siap menghadapi persalinan
2. Mempersiapkan pertolongan persalinan dengan mempersiapkan alat
perlindungan diri seperti sarung tangan, celemek, penutup kepala,
masker dan alas kaki, peralatan persalinan serta tempat kelahiran bayi
06-09-22/07.30 dan pakaian bayi.
E/ APD, partus set, dan pakian bayi telah dispkan
3. Beri dukungan emosional kepada ibu yaitu menganjurkan suami untuk
mendampingi dan membantu ibu selama proses persalinan.
E/ suami bersedian mendampingi istri
4. Menjelaskan jenis posisi dalam persalinan dan memberi kebebasan
pada ibu untuk memilih posisi sesuai dengan keinginan ibu seperti
berdiri, jongkok, setengah duduk dll.
E/ ibu memilih posisi berbaring dan merasa nyaman
5. Mengajarkan kepada ibu cara mengerjanan yang baik, yaitu saat ada
rangsangan mengedan, pegang kedua paha dengan kedua tangan sambil
menarik kedekat dada kemudian mengedandan pada ujung mengedan
48

lakukan seperti mengejan saat bab.


E/ ibu memahami penjelasan bidan
6. Memimpin persalinan kala II dengan prinsip 3b yaitu bersih tempat,
bersih alat dan bersih penolong.
E/
a. Tampak kepala 2-3 cm di depan vulva, memberi alas/underpad
dibawah bokong ibu dan letakkan handuk diatas perut ibu.
b. Memasang handscoon
c. Lindungi perineum ibu dengan satu tangan dan 3 jari tangan kiri
berada di sub occiput untuk melindungi kepala maka lahirkanlah
ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar, mata, hidung, mulut dan seluruh
kepala
d. Menyeka hidung dan mulut bayi kemudian periksa apakah ada
lilitan tali pusat.
e. Untuk melahirkan bahu depan bayi di ayun ke bawah untuk
melahirkan bahu belakang bayi di ayun ke atas kemudian lakukan
sanggah susur pada bayi sampai keseluruhan tubuh bayi lahir
kemudian letakkan di atas perut ibu sambil menilai kondisi bayi
BUGAR , lalu keringlan bayi tutup bagian kepala sampai
keseluruhan tubuh bayi
f. Klem tali pusat 3 cm dari pusat bayi dengan klem 1 dan klem II tali
pusat 2 cm dari klem II, kemudian potong tali pusat antara klem I
dan klem II.
7. Memberi ibu minum untuk mencegah dehidrasi.

E/ KU ibu baik

8. Menjaga privasi ibu yaitu dengan memastikan bahwa tempat persalinan


dalam ruangan yang tertutup dan tidak membiarkan orang lain masuk
tanpa seizin ibu.

E/ privasi ibu rejaga


49

Kala III

Tanggal/Jam Kegiatan

1. Menginformasikan keadaan ibu akan dilakukan pengleuaran plasenta.


2. Memeriksa uterus ibu untuk memastikan apakah janin tunggal
E/ janin tunggal
3. Menginformasikan pada ibu akan dilaksanakan manajemen aktif kala
III
4. Memberikan suntikan oksitosin 10 IU IM. Pada sepertiga atas paha
06-09-2022/07.45 bagian luar , tangan kanan memegang tali pusat dan dengan klem 5 – 6
cm, didepan vulva tunggu adanya kontraksi, lakukan penegangan tali
pusat terkendali jika terdapat tanda – tanda pelepasan plasenta yaitu
adanya semburan darah, tali pusat semakin panjang dan uterus globular
maka segera lahirkan plasenta,setelah tampak di vulva pegang dengan
kedua tangan kemudian putar searah jarum jam sampai seluruhnya
lahir.( setelah plasenta lahir, terjadi semburan darah tiba-tiba seperti
pancuran air > 500 cc.
E/ plasenta lepas dan lahir
5. Melakukan masase pada fundus ibu.
E/ terdapat his
6. Memeriksa kelengkapan plasenta yaitu kotiledon, selaput ketuban dan
pembuluh-pembuluh darah lainnya.
E/ plasenta lahir lengkap

Kala IV

Tanggal/Jam Kegiatan
50

1. Menginformasikan keadaan ibu dan bayi pada keluarga bahwa ibu dan
bayi dalam keadaan baik dan sehat.
E/ ibu terlihat senang
2. Melakukan haeting pada laserasi jalan lahir
E/ laserasa tertup dan tidak ada perdarahan dari luka laserasi
3. Memeriksa fundus uteri setiap 15 menit pada jam pertama dan 20 – 30
menit selama 2 jam kedua untuk memastikan bahwa kontraksi uterus
baik.
E/ kontraksi baik dan TFU 3 jari dibawah pusat
4. Melakukan pengawasan pada ibu selama 2 jam pertama, mengukur
tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan.
E/ TTV dalam batas normal ( N 82 S 36.20c TD 100/80)

06-09-2022/08.00 5. Meninjau jumlah perdarahan selama kala IV dan melakukan vulva


hygiene serta ganti pakaian dalam dengan doek yang bersih.
E/ Perdarahan ± 100cc dan keadaan ibu bersih
6. Menganjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan.
E/ ibu minum air mineral
7. Melakukan pemeriksaan antropometri bayi, dan bedung bayi dengan
bedung yang baru.
E/ BB 3500 gr PB 49 cm LK 35,5 cm
8. Memberikan salep mata dan menyuntikan vitamin K.
E/ salep mata telah dioleskan pada conjungtiva dan vitamin K telah
diauntik kan pada 1/3 paha kanan bayi
9. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui bayi nya segera mungkin.
E bayi belajar menyusu
10. Melanjutkan pengisian partograf
51

Mengetahui, CI/ Kepala Ruang Mahasiswa


Pembimbing Institusi

Anda mungkin juga menyukai