Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN GIZI DAN WAKTU KERJA


TERHADAP KELUHAN CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS PADA
PEKERJA PEMBUATAN GENTENG DI DUSUN BERJO KULON
KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai derajat

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Diajukan oleh:

Alifna Rizqa Baraka

NIM 1700029014

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2021
PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN GIZI dan WAKTU KERJA
TERHADAP KELUHAN CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS PADA
PEKERJA PEMBUATAN GENTENG DI DUSUN BERJO KULON
DESA SIDOLUHUR KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN
YOGYAKARTA

Disusun oleh

Alifna Rizqa Baraka

NIM 1700029014

Telah Disetujui untuk Seminar Proposal

Tanggal:...............................

Dosen Pembimbing

Subhan Zul Ardi, S.KM.,M.Sc

NIY: 60150804

Mengetahui

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lina Handayani,S.KM.,M.Kes.,Ph.D

NIY:60030447

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Hubungan antara Asupan Gizi
dan Waktu Kerja terhadap Keluhan Cumulative Trauma Disorders pada
Pekerja Pembuatan Genteng di Dusun Berjo Kulon Desa Sidoluhur Kecamatan
Godean Kabupaten Sleman Yogyakarta”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak luput
dari kesalahan dan belum sempurna serta tidak lepas dari adanya kerjasama
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan
hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Muchlas, M.T selaku Rektor Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.


2. Lina Handayani, S.KM, M.Kes, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
3. Dr. Widodo Haryono, A.Md., S.T., M.Kes selaku Ketua Dewan Penguji
yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.
4. Muchammad RIfai, S.KM., M.Sc selaku Penguji yang telah memberikan
kritik dan saran kepada penulis.
5. Subhan Zul Ardi, S.KM., M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis.
6. Kedua Orangtua dan Adik yang telah emberikan do’a dan dukungan baik
secara moril maupun materil.
7. Dan semua teman-teman yang telah membantu penulis.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan proposal skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh sebab itu saran dan kritik pembaca sangat penulis
harapkan. Semoga proposal skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb

ii
Penulis

Alifna Rizqa Baraka

DAFTAR ISI

JUDUL.........................................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................v
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Perumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian............................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................................3
E. Keaslian penelitian..........................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................6
TUNJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................6
A. Telaah Pustaka................................................................................................................6
B. Landasan Teori..............................................................................................................21
C. Kerangka Konsep..........................................................................................................22
D. Hipotesis........................................................................................................................22
BAB III.....................................................................................................................................23
METODE PENELITIAN.........................................................................................................23
A. Jenis Penelitian..........................................................................................................23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................................23
C. Populasi dan Sampel..................................................................................................23
D. Instrumen dan Alat Penelitian...................................................................................24
E. Variabel dan Devinisi Operasional............................................................................24

iii
G. Rencana Jalan Penelitian...........................................................................................25
H. Analisis Data.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................29

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kebutuhan Kalori Laki-laki........................................................................................11
Tabel 2 Penggolongan Jenis Kegiatan.....................................................................................11
Tabel 3 Standar Kebutuhan Kalori Berdasarkan Usia.............................................................12
Tabel 4 Kebutuhan Karbohidrat Laki-laki...............................................................................13
Tabel 5 Kebutuhan Karbohidrat Perempuan............................................................................13

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep....................................................................................................19

v
vi
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi,
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja menjadi sangat penting untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat, dan bebas dari
pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja (Zar, 2012).
Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
adalah alat kerja, iklim kerja, sikap kerja, beban kerja, manajemen
produktivitas dan terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja (Astuti,
2017). Beberapa kasusk penyakit akibat kerja antara lain. Organisasi
Perburuhan Internasional (ILO, 2018) memperkirakan lebih dari 2,4 juta (86,3
%) kematian dikarenakan oleh penyakit akibat kerja. Pada pekerja, terdapat
sekitar 2.998.766 kasus penyakit umum dan 428.844 kasus penyakit yang
berkaitan dengan pekerjaan. Salah satu penyebab dari adanya penyakit akibat
kerja karena adanya peningkatan pertumbuhan industri, peningkatan industri
skala kecil sejumlah 141.894 (83,7%), industri skala sedang 14.970 (8,83%)
dan industri skala besar sejumlah 169.524 perusahaan (Wirdati et al., 2015).
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja memiliki dampak negatif yang
sangat merugikan, karena selain menimbulkan penderitaan manusia juga
menimbulkan biaya ekonomi yang cukup signifikan. Perkiraan kerugian
tahunan yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja dan juga penyakit akibat kerja
yaitu sebesar 3,94 % dari PDB global (ILO, 2017).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, data penyakit
akibat kerja di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 40.694. Angka tersebut
mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Diketahui bahwa jumlah kejadian penyakit akibat kerja di Indonesia pada
tahun 2011 sebanyak 57.929, tahun 2012 sebanyak 60.322 dan tahun 2015
sebanyak 97.144 . Sedangkan kasus penyakit akibat kerja yang terjadi di
daerah Jateng dan DIY menurut data BPJS Ketenagakerjaan selama tahun

1
2

2020 (hingga oktober 2020) terdapat 14.949 kasus (B. Ketenagakerjaan,


2020).
Penyakit akibat kerja yang diderita pekerja adalah penyakit
muskuloskeletal, salah satu jenis penyakit muskuloskeletal adalah penyakit
cumulative trauma disorder. Cumulative trauma disorder merupakan
sekumpulan gangguan atau kekacauan pada sistem musculoskeletal berupa
cedera pada syaraf, otot, tendon, ligamen, tulang, dan persendian pada titik-
titik ekstrim pada bagaian tubuh seperti tangan, pergelangan, siku, bahu, kaki,
lutut, pinggul, pungung, dan bahu (Bahrudin, 2011).
Cumulative trauma disorder dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Penelitian oleh (Musdalifah, 2017) menunjukkan bahwa faktor asupan gizi
memiliki hubungan dengan keluhan penyakit cumulative trauma disorder pada
pekerja buruh angkut gudang logistik sub dirve bulog Kota Makassar.
Selanjutnya penelitian oleh (Mongkareng et al., 2018) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara waktu kerja terhadap keluhan
musckuloskeletal pada pekerja pembuatan babi guling di Kelurahan Kolongan
Kecamatan Tomohon Tengah Kota Tomohon.
Dusun Berjo Kulon Kabupaten Sleman merupakan salah satu sentra
pembuatan genteng yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan
hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, dari 5 orang pekerja diketahui
bahwa pekerjaan pembuatan genteng merupakan pekerjaan manual handling
dengan alat kerja seperti cangkul, mesin penggiling tanah, mesin cetak
genteng, penampan genteng, dan pisau, sedangkan proses kerjanya meliputi
pemilihan dan pencampuran material, pencetakan, pengeringan dengan angin
dan matahari, serta pembakaran dengan tungku. Rata-rata jumlah konsumsi
kalori pekerja setiap harinya kurang dari 2.000 kkal/hari atau tidak memenuhi
kebutuhan asupan kalori harian, selain itu sebagian besar pekerja melakukan
pekerjaannya selama lebih dari 8 jam/hari dan kadang-kadang bekerja lembur
selama 2-3 jam/hari. Para pekerja sering mengalami keluhan sakit pada
beberapa bagian tubuh seperti punggung, bahu, kaki, lengan, tangan, dan kaki
yang dirasakan pada malam hari sebelum tidur dan pagi hari ketika bangun
tidur. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian pada
pekerja pembuatan genteng dengan judul “Hubungan antara asupan gizi dan
3

waktu kerja terhadap keluhan cumulative trauma disorders pada pekerja


pembuatan genteng di Dusun Berjo Kulon Kabupaten Sleman Yogyakarta?”.

B. Perumusan Masalah
Pembuatan genteng merupakan pekerjaan dengan manual handling
yang memiliki resiko penyakit muskuloskeletal bagi pekerja, disebabkan oleh
proses kerja menggunakan kegiatan manual, serta adanya keluhan antara lain
jam kerja lebih dari 8 jam, air minum?, kebutuhan kalori tidak memenuhi
AKG, terdapat keluhan yang mengarah ke MSDs. Berdasarkan hal tersebut,
peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Apakah terdapat hubungan antara
asupan gizi dan waktu kerja terhadap keluhan cumulative trauma disorders
pada pekerja pembuatan genteng di Dusun Berjo Kulon Kabupaten Sleman
Yogyakarta?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara asupan gizi dan waktu kerja terhadap keluhan
cumulative trauma disorders pada pekerja pembuatan genteng di Dusun Berjo
Kulon Kabupaten Sleman Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan antara asupan gizi terhadap keluhan cumulative
trauma disorders pada pekerja pembuatan genteng di Dusun Berjo Kulon
Kabupaten Sleman Yogyakarta.
b. Mengetahui hubungan antara waktu kerja terhadap keluhan cumulative
trauma disorders pada pekerja pembuatan genteng di Dusun Berjo Kulon
Kabupaten Sleman Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pekerja pembuatan genteng di Dusun Berjo Kulon, Desa Sidoluhur,
Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman Yogyakarta.
4

a. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi


mengenai keluhan cumulative trauma disorder dan faktor yang
mempengaruhinya sehingga dapat segera diambil tindakan pengendalian.
b. Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan pengetahuan bagi
para pekerja tentang asupan gizi yang baik dan pengaturan waktu kerja
sebagai upaya pengendalian keluhan cumulative trauma disorder sehingga
dapat meminimalisir kerugian-kerugian yang mungkin terjadi.
c. Sebagai masukan untuk mengambil tindakan untuk mengurangi keluhan
cumulative trauma disorderi pada pekerja.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan
Hasil dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi masukan
data dan informasi yang dapat dijadikan referensi dan tambahan studi pustaka
bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
3. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kemampuan
dalam bidang Kesehatan Masyarakat khususnya peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

E. Keaslian penelitian
Penelitian yang berjudul Hubungan antara Asupan Gizi dan Waktu Kerja
terhadap Keluhan cumulative trauma disorder pada Pekerja Pembuatan
Genteng di Dusun Berjo Kulon Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian
serupa yang sudah pernah dilakukan, meliputi:
1. (Muhammad, 2016) dengan judul penelitian “Hubungan Posisi dan Masa
Kerja dengan Gangguan Sistem Muskuloskelatal pada Perawat”. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan
cross sectional. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan antara posisi
dengan gangguan muskuloskelatal pada perawat di RSUD Labuang Baji
Makassar dan tidak ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan
muskuloskelatal pada perawat di RSUD Labuang Baji Makassar. Persamaan
pada penelitian ini terletak pada metode penelitian dan teknik pengumpulan
sampel yang digunakan sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebas,
waktu dan lokasi penelitian.
5

2. (Hasrianti, 2016) dengan judul penelitian “Hubungan Postur Kerja dengan


Keluhan Muskuloskelatal pada Pekerja di PT. Maruki Internasional Indonesia
Makassar”. Metode penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan
pendekatan observasional analitik dan studi cross sectional. Hasil dari
penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan bermakna antara postur kerja
dengan keluhan muskuloskelatal pada pekerja di factory 3 bagian produksi PT.
Makuri Internasional Indonesia, Makassar dengan nilai p > 0.05 yaitu p =
0.940. Persamaan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan teknik
pengumpulan sampel yang digunakan. Sedangkan perbedaannya terletak pada
variabel bebas, waktu dan lokasi penelitian.
3. (Arisnawati, 2017) dengan judul penelitian “Hubungan Postur Kerja dengan
Keluhan Cumulative Trauma Disorder pada Pekerja Pelintingan Rokok
Manual di PT. Panen Boyolali”. Metode penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan pendekatan observasional analitik dan studi cross sectional.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara postur kerja dengan keluhan Cumulative Trauma Disorder
pada Pekerja Pelintingan Rokok Manual di PT. Panen Boyolali dengan nilai p
value = 0,000 (p<0,05), nilai koefisien korelasi 0,475 yang berarti tingkat
kekuatan hubungan sedang. Persamaan dalam penelitian ini adalah variabel
terikat dan metode penelitian yang digunakan. Sedangkan perbedaannya
terletak pada variabel bebas, waktu dan lokasi penelitian.
4. (Wulandari, 2017) dengan judul penelitian “Risiko Ergonomi Dan Keluhan
Musculoskeletal Disorders Pada Penjahit (Studi di UD. Ilfa Jaya Konveksi
Banyuwangi)”. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan studi penelitian
cross sectional. Hasil dari penelitian menunjukkan nilai tingkat keluhan gejala
Musculoskeletal Disorders berdasarkan Nordic Body Map (NBP)
menghasilkan 68,75% tingkat risiko sedang, 25% tingkat risiko rendah, dan
6,25% tingkat risiko tinggi, dengan keluhan yang dirasakan seperti sakit atau
kaku pada leher, bahu, lengan atas, punggung, pinggang, siku, lengan bawah,
pergelangan tangan dan kaki, tangan, kaki, betis, paha, dan lutut. Persamaan
dengan penelitian ini terletak pada metode penelitian dan variabel terikat yang
digunakan. Perbedaannya terletak pada variabel bebas, teknik pengambilan
sampel, waktu dan lokasi penelitian.
6

5. (Margiana, 2020) dengan judul penelitian “Pengaruh Sikap Kerja Duduk


terhadap Keluhan Cumulative Trauma Disorder (CTDs) pada Pekerja Bagian
Sewing di CV. Eka Braja Paksi Garmen Klaten”. Metode penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan pendekatan analitik dan studi cross sectional.
Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara sikap kerja duduk
terhadap keluhan cumulative trauma disorders (CTDs) pada pekerja bagian
sewing di CV. Eka Baja Praksi Garmen Klaten dengan hasil p value = 0,000 ≤
0,05 dan nilai contingency coefficient (C) yaitu 0,653 yang berarti kekuatan
hubungan kuat. Persamaan dalam penelitian ini adalah variabel terikat yang
akan diteliti dan metode penelitian yang digunakan. Sedangkan perbedaannya
terletak pada variabel bebas yang diteliti.
BAB II

TUNJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka

1. Ergonomi
a. Pengertian Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata ergos yang
berarti kerja dan nomos yang berarti aturan atau kaidah. Berdasarkan kedua
kata tersebut, ergonomi diartikan sebagai suatu aturan atau kaidah yang
ditaati dalam lingkungan pekerjaan yang ditinjau baik secara anatomi,
fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain atau perencanaan
(Kuswana, 2017).
International Ergonomic Association (IEA) mendefinisikan ergonomi
sebagai studi anatomis, fisiologi, dan psikologi dari aspek manusia ketika
bekerja di lingkungannya. Hal-hal tersebut berkaitan dengan efisiensi,
keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan pekerja baik di tempat kerja,
rumah, maupun tempat-tempat lain yang secara umum memerlukan studi
mengenai tubuh manusia, mesin atau alat kerja, dan lingkungan kerja yang
saling berhubungan dengan tujuan agar sesuai (IEA, 2010).
b. Ruang Lingkup Ergonomi
Berdasarkan sudut pandang objek kajian yang dipelajari, secara garis
besar ruang lingkup ergonomi dibagi menjadi empat, yaitu:
1) Ergonomi kognitif (Cognitif ergonomic)
Ilmu yang berkaitan dengan proses mental manusia kerja, meliputi
ingatan dalam bekerja, reaksi dalam bekerja, persepsi dalam bekerja,
beban kerja, pengambilan keputusan, human-computer interaction,
kehandalan manusia, motivasi kerja, performa kerja, dan stres kerja.
2) Ergonomi organisasi (Organizational ergonomic)
Ilmu yang berkaitan dengan sosioteknik dalam sistem kerja,
meliputi struktur organisasi kerja, kebijakan dan proses, manajemen
sumber daya manusia, komunikasi kerja, alokasi fungsi kerja, talk
analysis, teamwork, participatory approach, komunitas kerja, kultur

7
8

organisasi, organisasi virtual, perancangan waktu kerja, dan


produktivitas kerja tim atau individu.
3) Ergonomi lingkungan (Enviromental ergonomic)
Ilmu yang berkaitan dengan keadaan sekitar lingkungan kerja fisik
orang yang melakukan pekerjaan, meliputi penchayaan, kebisingan,
getaran, desain interior (termasuk bentuk dan warna), dan temperature
di tempat kerja.
4) Ergonomi fisik (Physical ergonomic)
Kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas fisik kerja manusia,
meliputi anatomi tubuh manusia, karakteristik fisiologi dan biomedika,
antropometri, kekuatan fisik manusia, postur kerja, beban fisik kerja,
studi gerakan, waktu kerja, Musculoskelatal Disorder (MSD),
pemindahan material, tata letak tempat kerja, keselamatan dan
kesehatan kerja, ukuran dan dimensi tempat atau alat kerja, fungsi
indra dalam bekerja, control dan display (Sugiono et al., 2018).
c. Tujuan Ergonomi
Secara umum tujuan dari ergonomi adalah:
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dilakukan dengan upaya
pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja
fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2) Meningkatkan kesehatan sosial, dilakukan dengan peningkatan kualitas
kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna,
dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia
produktif maupun setelah tidak produktif.
3) Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek, meliputi
aspek teknis, ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap sistem
kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan hidup yang
tinggi (Tarwaka, 2004).
d. Prinsip Ergonomi
Prinsip ergonomi merupakan pedoman untuk penerapan ergonomi di
tempat kerja, secara umum prinsip ergonomi dibagi menjadi 5, yaitu:
1) Prinsip Kegunaan (Utility)
9

Produk yang dihasilkan memiliki kegunaan atau manfaat bagi


seseorang untuk mendukung aktivitas secara maksimal tanpa
menimbulkan masalah dalam penggunaannya.
2) Prinsip Keamanan (Safety)
Produk yang dihasilkan memiliki fungsi yang bermanfaat tanpa
menimbulkan resiko keselamatan maupun kesehatan yang dapat
merugikan pemakainya.
3) Prinsip Kenyamanan (Comfortability)
Produk yang dihasilkan disesuaikan dengan pemakai, agar
sesuai dengan kebutuhan dan tidak mengganggu agar dapat
mendukung aktivitas seseorang.
4) Prinsip Keluwesan (Flexibility)
Ergonomi dapat digunakan untuk kebutuhan dalam kondisi
maupun fungsi ganda.
5) Prinsip Kekuatan (Durability)
Produk yang dihasilkan harus awet, tahan lama, dan tidak
mudah rusak ketika digunakan (Halajur, 2018).
e. Resiko Ergonomi
Risiko ergonomi adalah hal-hal yang dapat mengakibatkan terjadinya
cedera pada bagian tubuh pekerja yang disebabkan oleh adanya aktivitas
pekerjaan, meliputi:
1) Pekerjaan dengan menggunakan tenaga atau keluatan, seperti
mengangkat, mendorong, menarik, dan lain-lain.
2) Pekerjaan berulang atau monoton, melakukan jenis pekerjaan
dengan menggunakan otot atau anggota tubuh yang sama secara
berulang kali.
3) Pekerjaan statis, diam dalam posisi yang sama pada periode waktu
tertentu.
4) Pekerjaan menggunakan alat kerja yang menimbulkan getaran.
5) Pekerjaan dengan kontak tegangan.
6) Pekerjaan dengan menggunakan kelenturan tubuh, seperti lenturan,
puntir, dan jangkauan atas (Kuswana, 2017).
2. Musculoskelatal Disorder
a. Pengertian Musculoskelatal Disorder
10

Musculoskeletal Disorder merupakan keluhan yang terjadi pada bagian-


bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang, mulai dari adanya keluhan
sangat ringan sampai keluhan sangat berat (Tarwaka, 2004).
Keluhan yang terjadi pada otot skeletal umumnya disebabkan oleh
adanya kontraksi otot berlebih karena beban kerja yang terlalu berat dan durasi
kerja yang lama. Apabila kontraksi otot melebihi 20% dari kekuatan otot
maksimum menyebabkan peredaran darah ke otot berkurang, berbanding lurus
dengan tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang
diperlukan. Suplai oksigen ke otot berkurang, mengakibatkan terhambatnya
proses metabolisme karbohidrat sehingga terjadi penimbunan asam laktat yang
menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot (Suma’mur, 1982; Grandjean, 1993
dalam (Tarwaka, 2015).
b. Gejala Musculoskelatal Disorder (CTDs)
Gejala Musculoskelatal Disorder menurut (Humantech, 1995) yang
menggambarkan keparahan penyakit CTDs terbagi menjadi :
1) Tahap 1
Nyeri dan kelelahan pada saat bekerja tetapi setelah beristrahat
yang cukup tubuh akan pulih kembali, tidak mengganggu kapasitas
kerja.
2) Tahap 2
Keluhan rasa nyeri tetap ada setelah waktu semalam, istrahat,
timbul gangguan tidur, dan sedikit mengurangi performa kerja.
3) Tahap 3
Rasa nyeri tetap ada walaupun telah istrahat, nyeri dirasakan
saat bekerja, saat melakukan gerakan yang repetitif, tidur terganggu,
dan kesulitan dalam menjalankan pekerjaan yang pada akhirnya akan
mengakibatkan terjadinya inkapasitas.
c. Penyakit-penyakit Musculoskelatal Disorder
1) Cumulative Trauma Disorders
a) Pengertian
Cummulative Trauma Disorders (CTDs) didefinisikan sebagai
sekumpulan kondisi patologi yang menyebabkan gangguan pada fungsi
normal jaringan lunak dalam sistem muskuloskeletal yang meliputi
11

saraf, tendon, otot, dan struktur penyokong, seperti intervertebral discs


(Antara et al., 2010).
b) Gejala
Jenis pekerjaan yang monoton dan sikap kerja janggal dapat
memicu munculnya gejala Cumulative Trauma Disorders (CTDs).
CTDs mempengaruhi bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam suatu
pekerjaan, tubuh bagian atas terutama punggung dan lengan adalah
bagian tubuh yang paling rentan terhadap resiko terkena CTDs. CTDs
terjadi karena adanya ketegangan otot yang terakumulasi pada bagian
tubuh setelah melalui beberapa periode waktu. Trauma yang dirasakan
termasuk dalam jenis trauma ringan (minor stressors) dan jika diterima
oleh tubuh secara berulang-ulang akan berakumulasi dan menimbulkan
gejala seperti rasa sakit pada bagian-bagian tubuh, baik sangat ringan
sampai sangat sakit. CTDs dapat terjadi pada saat proses pemindahan
material secara manual seperti kegiata mengangkat, memikul, yang
apabila dilakukan dengan tidak ergonomis dapat menimbulkan over
exertion lifting dan carrying yaitu kerusakan jaringan tubuh yang
diakibatkan oleh beban angkat berlebih (Bahrudin, 2011).
2) Carpal Tunnel Syndrom (CTS)
a) Pengertian
Carpal Tunnel Syndrom (CTS) merupakan sekumpulan gejala
yang disebabkan oleh kerusakan nervus medianus di dalam
terowongan karpal yang dapat menyempit pada tempat lewatnya syaraf
yang terletak di bawah ligamentum transversum karpale (fleksor
retinakulum). Penderita umumnya merasakan nyeri dan parastesia
(Baehr & Frotscher, 2014).
b) Gejala
Tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik, gangguan
motorik terjadi apabila sudah memasuki tahap berat. Gejala awal
berupa parastesia yang terjadi dalam distribusi syaraf medianus tangan
pada jari 1,2,3 dan setengah sisi radial jari 4 walaupun kadang-kadang
dirasakan pada seluruh jari. Gejala dirasakan pada malam hari, dengan
rasa nyri yang panas membakar, perasaan geli, dan mati rasa
(Bahrudin, 2011).
12

3) Low Back Pain Syndrom (LBP)


a) Pengertian
Low Back Pain (LBP) merupakan sindrom nyeri yang terjadi pada
region punggung bawah dengan penyebab yang bervariasi antara lain
degenerasi, inflamasi, infeksi, metabolisme, neoplasma, trauma,
konginetal, vaskuler, muskuloskelatal, viserogenik, dan psikogenik
serta paska operasi (Kuntowato dkk, 2015).
b) Gejala
Gejala Low Back Pain (LBP) seperti sakit di bagian tertentu yang
dapat mengurangi tingkat pergerakan tulang belakang yang di tandai
oleh kejang otot. Sakit yang dirasakan dari tingkat menengah sampai
parah dan menjalar sampai ke kaki, sulit berjalan normal dan
pergerakan tulang belakang menjadi berkurang, sakit ketika
mengendarai mobil, batuk, atau mengganti posisi (Eleanor bull, 2007).
4) Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS)
a) Pengertian
Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS) adalah sekumpulan gejala
vaskuler, neurologi, dan muskuloskelatal yang mengenai jari, tangan,
dan lengan yang diakibatkan oleh penggunaan alat-alat yang bergetar
(Chani & Kurniawan, 2018).
b) Gejala
Gejala HAVS terdiri dari gejala muskuloskelatal, gejala
sensorineural, dan gejala vaskuler. Gejala muskuloskelatal terjadi
karena adanya getaran langsung pada jaringan muskuloskelatal yang
berhubungan dengan getaran frekuensi rendah. Gejala sensorineural
seperti rasa kesemutan atau baal pada satu jari atau lebih. Gejala
vaskuler dikenal dengan Raynaud disease atau vibration white finger
yang terjadi akibat spasme vaskuler, ditandai dengan pucat pada jari
tangan atau kaki disertai dengan kesemutan atau mati rasa (Chani &
Kurniawan, 2018).
5) Tendinitis dan Tenosynovitis
a) Pengertian
Tendinitis merupakan peradangan pada tendon, adanya struktur
ikatan yang melekat pada masing-masing bagian ujung dari otot ke
13

tulang. Tenosynovitis merupakan peradangan tendon yang juga


melibatkan synovium atau perlindungan tendon dengan pelumasnya
(Levy & Barry, 2005).
b) Gejala
Gejala dari Tendinitis dan Tenosynovitis adalah rasa pegal, sakit
pada bagian tertentu khusunya ketika bergerak aktif seperti pada siku
dan lutut disertai dengan pembengkakan, kemerah-merahan, terasa
terbakar, sakit dan membengkak ketika bagian tubuh tersebut
beristirahat (Levy & Barry, 2005).
d. Keluhan Musculoskelatal Disorder
Menurut (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996 dalam (Tarwaka, 2015) )
keluhan musculoskelatal merupakan keluhan yang dirasakan oleh seseorang,
pada bagian otot-otot skeletal mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai
sangat sakit. Keluhan musculoskelatal dirasakan apabila otot menerima beban
statis secara berulang dalam jangka waktu yang lama, keluhan terjadi pada
sendi, ligament, dan tendon. Keluhan inilah yang biasanya disebut dengan
keluhan atau cidera pada sistem musculoskeletal.
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1) Keluhan sementara (reversible)
Keluhan otot yang trejadi pada saat otot menerima beban statis, namun
demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan
dihentikan.
2) Keluhan menetap (persistent)
Keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja
telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut (Utomo,
2013).
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Cumulative Trauma Disorder
1) Asupan Gizi
a) Pengertian
Gizi atau zat gizi merupakan ikatan kimia yang diperlukan tubuh
untuk menghasilkan energi, membentuk dan memelihara jaringan serta
mengendalikan proses kehidupan yang terjadi pada tubuh manusia.
Makanan merupakan salah satu bahan yang dapat menjadi sumber gizi
ataupun unsur kimia yang dapat diubah oleh tubuh menjadi zat gizi
14

yang berguna bagi tubuh (Welis, 2012). Zat gizi diperoleh dari
makanan-makanan yang dikonsumsi. Setiap makanan memiliki
kandungan gizi yang berbeda-beda tergantung dari macam-macam
bahan makanannya.
Gizi kerja merupakan zat yang dibutuhkan dan harus dipenuhi oleh
tubuh tiap-tiap pekerja dan disesuaikan dengan pekerjaanya agar
kesehatan dan produktivitas kerja dapat terpenuhi dengan setinggi-
tingginya. Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang sangat
dibutuhkan oleh tenaga kerja. Apabila pekerja bekerja keras tanpa
diimbangi dengan pengonsumsian makanan yang bergizi, maka pekerja
akan merasa kurang bertenaga, lemas dan produktivitas menurun
(Adrianto & Ningrum, 2010).
Asupan gizi merupakan tingkat kecukupan energi bahan makanan
yang dikonsumsi dalam 24 jam terakhir yang dilihat dari total zat gizi
dan dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Asupan gizi
berperan penting dalam proses pertumbuhan, terutama dalam
perkembangan otak. Selain itu, asupan gizi merupakan salah satu
faktor yang menentukan kebugaran jasmani. Asupan gizi digunakan
sebagai sumber energi dalam melakukan aktifitas maupun pekerjaan
(Azis & Hasanah, 2018).
b) Kebutuhan Gizi Pekerja
Pekerja harus mengkonsumsi makanan yang mempunyai nilai gizi
cukup guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja.
Kekurangan nilai gizi makanan yang dikonsumsi sehari-hari akan
berdampak buruk terhadap tubuh, antara lain kemampuan fisik
berkurang, daya tahan tubuh menurun, kurang bertenaga, penurunan
berat badan, badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat
dan lain sebagainya.
c) Kebutuhan gizi pekerja meliputi:
1. Kalori
Jumlah kalori yang harus dikonsumsi oleh tenaga kerja perlu
disesuaikan dengan jenis pekerjaan (kegiatan) yang dilakukan.
Sesuai dengan kebiasaan makan diatas, maka jumlah kalori yang
perlu dikonsumsi tenaga kerja adalah paling sedikit 2/5 dari
15

kebutuhan kalori sehari (24 jam), diantaranya 1/3 bagian dari


kebutuhan sehari dalam bentuk makanan utama dan sisanya
sebagai makanan tambahan.
Sebagai patokan dalam perhitungan jumlah kalori yang haru
dikonsumsi adalah laki-laki Indonesia, sehat, usia 25 tahun, berat
badan 55 kg dan perempuan Indonesia, sehat, usia 25 tahun, berat
badan 47 kg masing-masing dalam suhu lingkungan 25°C, yaitu;

Jenis kegiatan Laki-laki Perempuan (47


(55 kg) kg)
Kerja ringan 2.400 Cal. 1.900 Cal.
Kerja sedang 2.800 Cal. 2.200 Cal.
Kerja berat 3.900 Cal. 3.100 Cal.
Tabel 1 Kebutuhan Kalori Laki-laki

Keterangan penggolongan jenis kegiatan:

Kerja ringan Kerja sedang Kerja berat


Menulis, Bertani, berkebun Mencangkul di sawah
mengetik atau di kebun
Menjahit, Mengemudikan traktor Mengangkat atau
merajut dan alat-alat besar memikul barang-
barang berat
Mengendarai Mencuci, memeras dan Menggergaji kayu
mobil (sopir) menjemur pakaian atau besi
pribadi
Kerja-kerja Menyetrika Memotong kayu di
kantor hutan
Kerja Mendorong kereta Menarik atau
laboratorium ringan mendayung becak
Menyapu lantai Kerja-kerja lain yang Keja tambang dan
banyak gerak, tetapi sejenis
tidak begitu banyak
menggunakan otot
Kerja-kerja lain Kerja-kerja lain yang
16

yang sedikit banyak bergerak dan


sekali banyak menggunakan
menggunakan otot-otot serta lama
otot waktunya
Tabel 2 Penggolongan Jenis Kegiatan

Kebutuhan jumlah kalori dapat naik turun, sesuai dengan berat


badan masing-masing pekerja. Faktor usia juga perlu
diperhitungkan karena tidak semua pekerja berusia 25 tahun.
Berikut standar kebutuhan kalori berdasarkan usia:

Usia (Tahun) Prosentase dari standar RDA


20 – 30 100,0
30 – 40 97,0
40 – 50 94,0
50 – 60 86,5
60 – 70 79,5
70 - ke atas 69,0
Tabel 3 Standar Kebutuhan Kalori Berdasarkan Usia

2. Protein
Kebutuhan protein sangat bergantung pada berat badan tenaga
kerja dan nilai biologi dari protein yang dikonsumsi. Rata-rata
diperlukan 1 gram tiap kg berat badan untuk protein sempurna atau
yang berasal dari hewan (protein hewani). Untuk protein nabati
(berasal dari tumbuh-tumbuhan) kebutuhannya menjadi 1,2 g/kg
berat badan dari berbagai jenis bahan makanan.
3. Lemak
Kebutuhan lemak sangat bergantung dari lebutuhan kalori.
Kira-kira 20-25% dari seluruh kalori berasal dari lemak, sehingga 1
gram lemak dapat meberikan 9 kalori. Untuk menentukan
kebutuhan lemak dapat digunakan rumus:
20-25% x (Total kalori yang dibutuhkan) x 1 gram
(Menkes, 2014)
4. Karbohidrat
17

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam tubuh.


Fungsi utama dari karbohidrat adalah menyiapkan keperluan energi
tubuh.
Kebutuhan karbohidrat laki-laki

Kelompok Berat badan Tinggi badan Karbohidrat


umur (kg) (cm) (g)
10 – 12 Tahun 36 145 300
13 – 15 Tahun 50 163 350
16 – 18 Tahun 60 168 400
19 – 29 Tahun 60 168 430
30 – 49 Tahun 60 166 415
50 – 64 Tahun 60 166 340
65 – 80 Tahun 58 164 275
80 > keatas 58 164 235
Tabel 4 Kebutuhan Karbohidrat Laki-laki

Kebutuhan karbohidrat perempuan

Kelompok Berat badan Tinggi badan Karbohidrat


umur (kg) (cm) (g)
10 – 12 Tahun 38 147 280
13 – 15 Tahun 48 156 300
16 – 18 Tahun 52 159 300
19 – 29 Tahun 55 159 360
30 – 49 Tahun 56 158 340
50 – 64 Tahun 56 158 280
65 – 80 Tahun 53 157 230
80 > keatas 53 157 200
Tabel 5 Kebutuhan Karbohidrat Perempuan

Makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh pekerja harus


memenuhi kebutuhan-kebutuhan gizi tersebut diatas (Menkes,
2019).
2) Waktu Kerja
a) Pengertian Waktu Kerja
18

Menurut Keputusan Menteri Nomor 234 Tahun 2003 (Rahmat et


al., 2003), waktu kerja merupakan waktu yang digunakan untuk
melakukan pekerjaan tertentu. Sedangkan waktu kerja lembur
merupakan waktu kerja yang melebihi tujuh jan dalam satu hari dan
empat puluh jam dalam satu minggu untuk enam hari kerja atau
delapan jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu untuk lima
hari kerja dalam satu minggu atau waktu kerja pada hari istirahat
mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2015 (M. Ketenagakerjaan, 2015) mendefinisikan waktu kerja
sebagai waktu yang digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan pada
suatu periode tertentu. Periode kerja merupakan waktu tertentu bagi
pekerja atau buruh untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan jadual
kerja yang ditetapkan.
b) Ketentuan Waktu Kerja
Berdasarkan pada Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 (Rahmat
et al., 2003) tentang Ketenagakerjaan, pasal 77 ayat (1) menyebutkan
bahwa setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
Ayat (2) Waktu kerja sebagaimana yang disebut dalam ayat (1)
meliputi:
1. Tujuh jam satu hari dan 40 jam satu minggu, untuk enam hari kerja
dalam satu minggu; atau
2. Delapan jam satu hari dan 40 jam satu minggu, untuk lima hari
kerja dalam satu minggu
Dalam ayat (3) disebutkan bahwa ketentuan waktu kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku bagi sektor usaha
atau pekerjaan tertentu. Sedangkan dalam ayat (4) menyebutkan bahwa
ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan
tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan
Keputusan Menteri.
Dalam pasal 78 mengatur tentang waktu kerja lembur. Ayat (1)
menyebutkan bahwa pengusaha diberikan kesempatan untuk
mempekerjakan buruh atau pekerjanya melebihi waktu kerja
19

sebagaimana dimaksud dalam pasal 77 ayat (2) dengan memenuhi


beberapa syarat berikut:
1. Ada persetujuan dari buruh atau pekerja yang bersangkutan; dan
2. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak tiga jam
dalam satu hari dan 14 jam dalam satu minggu
Dalam ayat (2) ditetapkan apabila pengusaha mempekerjakan
buruh atau pekerja melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud ayat
(1) wajib membayar upah kerja lembur.
Dalam ayat (3) disebutkan mengenai ketentuan waktu kerja lembur
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b tidak berlaku bagi
sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
Istrahat yang berlaku umum dalam pasal 79 (1) Undang-undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menetapkan bahwa
pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada buruh atau
pekerja. Pada ayat (2) disebutkan bahwa waktu itirahat dan waktu cuti
sebagaimana disebutkan dalam ayat (1), meliputi:
1. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setangah jam
setelah bekerja selama empat jam terus-menerus dan waktu
istirahat tersebut tidak termasuk dalam jam kerja
2. Istirahat mingguan satu hari untuk enam hari kerja dalam satu
mingu atau dua hari untuk lima hari kerja dalam satu minggu
3. Cuti tahunan, sekurang-kurangnya dua belas hari kerja setelah
buruh atau pekerja bersangkutan bekerja selama dua belas
bulan secara terus menerus; dan
4. Istirahat panjang sekurang-kurangnya dua bulan dan
dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing
satu hulan bagi pekerja atau buruh yang telah bekerja selama
enam tahun secara terus menerus pada perusahaan yang sama
dengan ketentuan buruh atau pekerja tersebut tidak berhak lagi
atas istirahat tahunannya dalam dua tahun berjalan dan
selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja enam
tahun.
Pengaturan dalam pasal 79 (2) huruf a adalah mengenai waktu
ngaso (rehat) atau istirahat yang menjadi hak buruh setelah pekerja
20

menjalankan pekerjaan selama empat jam terus menerus, harus


diadakan waktu mengaso, sedikit-sedikitnya harus setengah jam
lamanya dan tidak termasuk dalam waktu kerja. Waktu mengaso ini
dimaksudkan untuk memulihkan kembali tenaga pekerja dan kemudian
kembali menjalankan pekerjaannya.
3) Postur Kerja
Postur atau sikap kerja adalah posisi tubuh pekerja ketika sedang
melakukan suatu pekerjaan. Postur dapat diartikan sebagai konfigurasi dari
tubuh manusia, yang meliputi kepala, punggung, dan tulang belakang
(Pramestari, 2017) .
4) Usia
Usia atau umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kerja otot. Pekerja yang berusia ≥ 30 tahun berisiko 4,4 kali mengalami
keluhan muskuloskeletal tingkat tinggi dibandingkan dengan pekerja
berusia < 30 tahun, kondisi ini disebabkan oleh berkurangnya kekuatan
otot karena bertambahnya umur (Shobur et al., 2019).
5) Jenis Kelamin
Menurut (Tarwaka, 2015), walaupun masih ada perbedaan pendapat
dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap resiko keluhan
otot skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan
menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko
keluhan otot. Hal ini karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita
memang lebih rendah daripada pria, kekuatan otot wanita hanya sekitar
duapertiga dari otot pria sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita.
6) Kebiasaan Olahraga
Olahraga merupakan segala kegiatan yag dilakukan secara sistematis
untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani,
rohani, dan sosial. Tingkat keluhan otot sangat dipengaruhi oleh tingkat
kesegaran tubuh atau kebiasaan olahraga yang dilakukan. Tingkat
kesegaran tubuh rendah, maka risiko terjadinya keluhan adalah 7,1%,
tingkat kesegaran tubuh sedang adalah 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh
tinggi adalah 0,8% (Tarwaka, 2004).
7) Riwayat Penyakit
21

Cumulative trauma disorders yang dialami oleh pekerja dapat


diperparah oleh kondisi pekerja yang mempunyai riwayat penyakit.
Beberapa kondisi seperti patah atau dislokasi tulang, artritis, diabetes,
gangguan kelenjar thiroid, menophause, dan beberapa kondisi lain dapat
memberikan kontribusi bagi timbulnya keluhan cumulative trauma
disorders (Wakhid, 2014).
f. Langkah-langkah Mengatasi Keluhan Muskuloskelatal
Menurut (Tarwaka, 2015) terdapat dua cara, yaitu:
1) Rekayasa teknik
Rekayasa teknik dapat dilakukan dengan pemilihan beberapa
alternatif, meliputi:
a) Eliminasi, dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada.
b) Substitusi, dengan mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan
baru yang aman, menyempurnakan proses produksi, dan
menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan.
c) Partisi, dengan memisahkan antara sumber bahaya dan pekerja.
d) Ventilasi, dengan menambahkan ventilasi untuk mengurangi
risiko sakit, misalnya akibat suhu terlalu panas.
2) Rekayasa manajemen
Rekayasa manajemen dapat dilakukan dengan hal-hal berikut:
a) Pendidikan dan pelatihan.
b) Pengaturan antara waktu kerja dan istirahat yang seimbang.
Pengawasan yang intensif.
3. Nordic body Map (NBM)
Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengetahui keluhan
Cumulative Trauma Disorder pada pekerja adalah Nordic Body Map (NBM).
Nordic Body Map (NBM) adalah kuesioner yang paling umum digunakan untuk
menentukan ketidaknyamanan atau rasa sakit fisik pada bagian tubuh tertentu.
Responden yang mengisi kuesioner diminta untuk menunjukkan apakah ada
keluhan di bagian tubuh tersebut. NBM bertujuan untuk mengetahui lebih detail
bagian tubuh yang mengalami nyeri atau ketidaknyamanan saat bekerja. Dengan
menggunakan NBM, dimungkinkan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
keluhan nyeri yang dialami. Kuesioner Nordic Body Map merupakan kuesioner
yang paling umum digunakan karena terstandarisasi dan tersusun rapi. Melalui
22

kuesioner ini dapat diketahui bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat
keluhan mulai dari Tidak Sakit, Agak Sakit, Sakit dan Sangat Sakit (Dewi, 2020).

B. Landasan Teori
Asupan gizi merupakan tingkat kecukupan energi bahan makanan yang
dikonsumsi dalam 24 jam terakhir yang dilihat dari total zat gizi dan dibandingkan
dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Asupan gizi berperan penting dalam proses
pertumbuhan, terutama dalam perkembangan otak. Selain itu, asupan gizi
merupakan salah satu faktor yang menentukan kebugaran jasmani. Asupan gizi
digunakan sebagai sumber energi dalam melakukan aktifitas maupun pekerjaan.
Waktu kerja merupakan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
tertentu. Sedangkan waktu kerja lembur merupakan waktu kerja yang melebihi
tujuh jan dalam satu hari dan empat puluh jam dalam satu minggu untuk enam hari
kerja atau delapan jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu untuk lima
hari kerja dalam satu minggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan
atau pada hari libur resmi yang ditetapkan.
Cummulative Trauma Disorders (CTDs) merupakan sekumpulan kondisi
patologi yang menyebabkan gangguan pada fungsi normal jaringan lunak dalam
sistem muskuloskeletal yang meliputi saraf, tendon, otot, dan struktur penyokong,
seperti intervertebral discs. Faktor risiko penyakit cumulative trauma disorders
antara lain adalah asupan gizi, waktu kerja, usia, jenis kelamin, postur kerja,
kebiasaan olahraga, dan riwayat penyakit.

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas : Variable Terikat :


1. Asupan Gizi Keluhan Cumulative Trauma
2. Waktu Kerja Disorder

Variabel pengganggu :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Postur kerja
4. Kebiasaan olahraga
5. Riwayat penyakit
23

Keterangan:

Variabel diteliti
Variabel tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka Konsep

D. Hipotesis
1. Ho : Tidak ada hubungan antara asupan gizi dan waktu kerja terhadap keluhan
cumulative trauma disorders pada pekerja pembuatan gerabah di Desa
Kasongan Bantul Yogyakarta
2. Ha : Ada hubungan antara asupan gizi dan waktu kerja terhadap keluhan
cumulative trauma disorders pada pekerja pembuatan gerabah di Desa
Kasongan Bantul Yogyakarta
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan antara asupan gizi dan waktu kerja terhadap keluhan
cumulative trauma disorders pada pekerja pembuatan genteng di Desa
Sidoluhur, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional yaitu
penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel
bebas dan terikat dilakukan secara bersamaan pada saat penelitian berlangsung
(Sugiono, 2013).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan genteng di Dusun Berjo
Kulon Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian ini akan dilaksanakan pada
bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2021.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari subyek atau obyek yang telah
ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
pekerja sentra industri genteng di Dusun Berjo Kulon 8Kabupaten Sleman
Yogyakarta yang berjumlah 92 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara Probability Sampling dengan teknik sampel acak sederhana
(simple random sampling) yaitu memberikan peluang yang sama pada
setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel dengan
sistem pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi (Sugiono, 2013).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

24
25

N
n= 2
Nx (d ) +1

Keterangan:
n : besar sampel
N : besar populasi
d : tingkat ketelitian yang diinginkan
N
n= 2
Nx (d ) +1

92
n= 2
92 x ( 0,1 ) +1

92
n= = 47,92 dibulatkan menjadi 48
1,92
Berdasarkan hasil dari perhitungan diatas, maka total besar sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 48 pekerja.
Kriteria inklusi:
a. Belum pernah mengalami cidera di bagian punggung
b. Tidak memiliki penyakit di daerah punggung
c. Pekerja yang tidak sedang berpuasa
d. Berusia 25-50 tahun
Kriteria eksklusi:
a. Pekerja yang sedang tidak aktif bekerja

D. Instrumen dan Alat Penelitian


Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiono, 2013). Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Kuesioner Nordic
Body Map untuk mengetahui keluhan CTDs yang dikutip dari ……………..
dengan validitas …………………., status gizi menggunakan kuesioner angka
kecukupan gizi atau survei recall, waktu kerja menggunakan kuesioner …….,
alat bantu penelitian antara lain………….
1. Kuesioner asupan gizi untuk mengetahui asupan gizi pekerja
2. Kuesioner waktu kerja untuk mengetahui lama waktu kerja pekerja
3. Kamera untuk mendokumentasikan hasil observasi
4. Alat tulis untuk mencatat hasil observasi
26

5. Laptop untuk mengolah data hasil observasi

E. Variabel dan Devinisi Operasional


1. Variabel Penelitian
Variabel yang akan diuji dalam penelitian ini meliputi:
a. Variabel Bebas
Variabel bebas atau variabel independen merupakan variabel yang
mempengaruhi atau menyebabkan munculnya variabel terikat atau
dependen. Variabel bebas yang akan dilakukan pengujian dalam
penelitian ini adalah asupan gizi dan waktu kerja.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen. Variabel
terikat yang akan dilakukan pengujian dalam penelitian ini adalah
keluhan CTDs.

F. Devinisi operasional
a. Asupan gizi
Asupan gizi merupakan tingkat kecukupan energi bahan makanan
yang dikonsumsi dalam 24 jam terakhir yang dilihat dari total zat gizi
dan dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Alat ukur : Kuesioner
Kategori :
1. Cukup : memenuhi angka kecukupan gizi (AKG)
2. Kurang : tidak memenuhi angka kecukupan gizi
Skala data : Nominal
b. Waktu kerja
Waktu kerja merupakan waktu yang digunakan untuk melakukan
suatu pekerjaan pada suatu periode tertentu.
Alat ukur : Kuesioner
Kategori :
1. Baik : 7 jam sehari (6 hari kerja dalam 1 minggu) atau
8 jam sehari (5 hari kerja dalam 1 minggu)
27

2. Tidak baik: lebih dari 7 jam sehari (6 hari kerja dalam 1 minggu)
atau 8 jam sehari (5 hari kerja dalam 1 minggu)
Skala data : Nominal
c. Keluhan CTDs
Cummulative Trauma Disorders (CTDs) juga didefinisikan
sebagai sekumpulan kondisi patologi yang menyebabkan gangguan
pada fungsi normal jaringan lunak dalam sistem muskuloskeletal yang
meliputi saraf, tendon, otot, dan struktur penyokong, seperti
intervertebral discs.
Alat ukur : Nordic Body Map (NBM)
Kategori :
1. Ada keluhan : Merasakan sakit pada bagian tubuh
tertentu
2. Tidak ada keluhan : Tidak merasakan sakit pada bagian
tubuh tertentu
Skala data : Nominal

G. Rencana Jalan Penelitian


1. Tahap persiapan
a. Mencari dan menetapkan lokasi penelitian.
b. Melakukan observasi ke lokasi penelitian di Dusun Berjo Kulon, Desa
Sidoluhur, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman Yogyakarta.
c. Mencari studi pustaka penelitian terdahulu untuk mendapatkan referensi
mengenai asupan gizi, waktu kerja dan keluhan Cummulative Trauma
Disorders (CTDs).
d. Membuat surat izin untuk melakukan studi pendahuluan.
e. Melakukan studi pendahuluan kepada pekerja pembuatan genteng di
Dusun Berjo Kulon, Desa Sidoluhur, Kecamatan Godean, Kabupaten
Sleman Yogyakarta untuk mendapatkan data-data awal pendukung
penelitian.
f. Melakukan penyusunan proposal skripsi dengan konsultasi kepada dosen
pembimbing.
g. Mengikuti ujian proposal skripsi.
2. Tahap pelaksanaan
28

a. Peneliti mendatangi responden satu persatu dengan menggunakan atribut


kesehatan seperti masker dan hand sanitizer.
b. Peneliti menjelaskan mengenai kuesioner yang akan diberikan kepada
responden.
c. Memberikan panduan cara pengisian kuesioner kepada responden dan
memberitahukan inform consent atau persetujuan penelitian..
d. Melakukan pengumpulan data dengan kuesioner untuk mengetahui
asupan gizi dan waktu kerja.
e. Memberikan pertanyaan sesuai dengan lembar Nordic Body Map (NBM)
untuk melihat keluhan Cummulative Trauma Disorders (CTDs).
f. Melakukan pemeriksaan kembali terhadap semua lembar kuesioner
responden.
3. Tahap pengolahan data
a. Pengolahan data dilakukan dengan SPSS melalui tahapan:
a. Editing
Kegiatan pengecekan kembali data penelitian berupa isian
kuesioner yang telah diperoleh.
b. Coding
Pemberian kode atau kegiatan pengubahan data dari bentuk
kalimat atau huruf menjadi bentuk bilangan atau angka.
c. Processing
Kegiatan memasukkan data kedalam program SPSS untuk
dianalisis agar mendapatkan jawaban penelitian.
d. Clearing
Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan
agar tidak ada kesalahan.
b. Melakukan analisis data dan penarikan kesimpulan.
c. Melakukan penyusunan laporan hasil penelitian.

H. Analisis Data
Analisis data disebut juga dengan pengolahan dan penafsiran data. Analisis
data merupakan suatu rangkaian dari penelaahan, pengelompokan,
sistematisasi, penafsiran dan verivikasi data (Siyoto & Ali, 2015).
1.Analisis Univariat
29

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan setiap variabel


penelitian, yaitu variabel bebas (asupan gizi dan waktu kerja) dan variabel
terikat (keluhan CTDs).
2.Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
memiliki hubungan atau berkorelasi. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara asupan gizi dan waktu kerja terhadap keluhan
CTDs menggunakan Uji Chi Square. Hubungan antara variabel bebas dan
terikat dilihat dari nilai signifikansi p>0,05 (taraf kepercayaan 95%):
a. Dikatakan hubungan bermakna secara statistik, jika p-value <0,05
b. Dikatakan hubungan tidak bermakna secara statistik, jika p-value ≥ 0,05
Apabila nilai harapan atau nilai expected count kurang dari 5 sehingga
tidak memenuhi, maka menggunakan uji alternative lain yaitu Uji Fisher
Exact. Uji Fisher Exact menggunakan derajat kepercayaan 95% dimana
nilai α = 0,05; bermakna bila p ˃ 0,05 yang dihitung menggunakan bantuan
computer dengan aplikasi SPSS.
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, H., & Ningrum, A. (2010). Jurnal Kesehatan Masyarakat. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 5(2), 145–150.

Antara, H., Kerja, S., Dengan, D., Cumulative, G., & Disorders, T. (2010). Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 6(1), 8–15.

Arisnawati. (2017). Hubungan postur kerja dengan keluhan. Skripsi. Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Astuti, T. R. I. B. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja ( Studi


Pada Karyawan Bagian Produksi PT Mazuvo Indo ) The Factors That Influence
Productivity of Work at Production Departement ( A study at PT Mazuvo Indo ).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja ( Studi Pada Karyawan Bagian
Produksi PT Mazuvo Indo ) The Factors That Influence Productivity of Work at
Production Departement ( A Study at PT Mazuvo Indo ), 02(05), 0–22.

Azis, A. A., & Hasanah, M. U. (2018). PESANTREN MTs DI KABUPATEN BURU


( Azrimaidaliza dan Purnakarya , 2011 ). dalam perkembangan otak . Kemampuan
seseorang untuk dapat mengembangkan saraf belajar di sekolah . Asupan nutrisi akan
mempengaruhi daya konsentrasi dan kecerdasan anak dalam dan status gizi siswa dan
hubungannya dengan hasil belajar IPA siswa Pesantren MTs di Kabupaten dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut . 1(2), 50–56.

Baehr, M., & Frotscher, M. (2014). Diagnosis Topis Neurologis DUUS. In Diagnosis Topis
Neurologis DUUS. EGC.

Bahrudin, M. (2011). Carpal Tunnel Syndrome. Carpal Tunnel Syndrome, 7(14), 177–185.

Chani, F. Y., & Kurniawan, B. (2018). Hand Arm Vibration Syndrome : Ancaman Bagi
Pekerja Sektor Industri Hand Arm Vibration Syndrome : A Threat to Industrial Sector
workers. 5, 483–488.

Dewi, N. F. (2020). IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI DENGAN METODE NORDIC


BODY Jurnal Sosial Humaniora Terapan. 2(2), 125–134.

Halajur, U. (2018). Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja. Wineka Media.

30
31

Hasrianti, Y. (2016). Hubungan Postur Kerja dengan Keluhan Muskuloskelatal pada Pekerja
di PT. Makuri Internasional Indonesia Makassar.

Humantech. (1995). Applied Ergonomics Training Manual. Berkeley Vale.


https://doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.602

ILO. (2017). Memanfaatkan Teknologi untuk Pertumbuhan dan Penciptaan Lapangan Kerja.

ILO. (2018). Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja Muda. In Kantor


Perburuhan Internasional , CH- 1211 Geneva 22, Switzerland.

Ketenagakerjaan, B. (2020). BPJAMSOSTEK Jateng-DIY masif sosialisasikan Program JKK


dan PAK. https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/27221/BPJAMSOSTEK-Jateng-
DIY-masif-sosialisasikan-Program-JKK-dan-PAK

Ketenagakerjaan, M. (2015). Waktu Kerja dan Waktu Istirahat (p. 91).

Levy, & Barry, S. (2005). Preventing Occupational Disease & Injury (Secong edi). American
PPublic Health Association.

Margiana. (2020). Pengaruh Sikap Kerja Duduk Terhadap Keluhan Cumulative Trauma
Disorders ( CTDs ) Pada Pekerja Bagian Sewing di CV . Eka Braja Paksi Garment
Klaten The Effect of Sit Work Attitudes Related to Complaints of Cumulative Trauma
Disorders ( CTDs ) On Sewing Wor (Vol. 2, Issue 2).

Menkes, R. (2014). Pedoman Gizi Seimbang.

Menkes, R. (2019). Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia.

Mongkareng, E. R., Kawatu, P. A. T., Franckie, R. R., Masyarakat, F. K., & Ratulangi, U. S.
(2018). HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DAN POSISI KERJA DENGAN
KELUHAN MUSCULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMBUAT BABI GULING DI
KELURAHAN KOLONGAN KOTA TOMOHON. HUBUNGAN ANTARA MASA
KERJA DAN POSISI KERJA DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL PADA
PEKERJA PEMBUAT BABI GULING DI KELURAHAN KOLONGAN KOTA
TOMOHON, 7(5).

Muhammad, N. akbar. (2016). Hubungan Posisi Dan Masa Kerja Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal Pada Perawat. Skripsi. Program Studi S1 Keperawatan Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 4, 5–17.
32

Musdalifah, D. R. (2017). Faktor yang Berhubungan Dengan Keluhan Cummulative Trauma


Disorders (CTDs) Pada Buruh Angkut di Gudang Logistik Sub Divre Bulog Kota
Makassar.

Rahmat, D., Yang, T., & Esa, M. (2003). Ketenagakerjaan (Issue 1).

Shobur, S., Sari, F. I., Kesehatan, P., & Palembang, K. (2019). FAKTOR RISIKO
MUSCULOSKELETAL DISORDERS ( MSDs ) PADA PEKERJA TENUN IKAT DI
KELURAHAN TUAN KENTANG KOTA PALEMBANG. 6(November), 113–122.

Siyoto, S., & Ali, M. (2015). DASAR METODOLOGI PENELITIAN. 2015, June 2015, 63.
https://www.google.co.id/books/edition/DASAR_METODOLOGI_PENELITIAN/
QPhFDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=pengertian+populasi&printsec=frontcover

Sugiono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
In Alfabeta (Vol. 5). http://belajarpsikologi.com/metode-penelitian-kualitatif/

Sugiono, Putro, W., & Sari, S. (2018). Ergonomi Untuk Pemula. In A. Mansyur (Ed.), UB
Press. UB Press.

Tarwaka. (2004). Ergonomi Industri. Harapan Press.

Tarwaka. (2015). Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi Dan Aplikasi Di


Tempat Kerja. In Harapan Press. Harapan Press.

Utomo, A. (2013). Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi Dan Keluhan Gangguan Trauma
Kumulatif Pada Pekerja Pabrik Rahmat Tempe Di Pancoran Jakarta Selatan. Skripsi.
Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi Dan Keluhan Gangguan Trauma Kumulatif Pada
Pekerja Pabrik Rahmat Tempe Di Pancoran Jakarta Selatan. Universitas Indonesia.

Wakhid. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Musculoskeletal Disorders. Jurnal


Kedokteran Dan Kesehatan Malikussaleh, J. Kedokt. dan Kesehat. Malikussaleh, 69–77.

Welis, W. S. (2012). Ilmu Gizi.

Wirdati, I. E., Denny, H. M., & Kurniawan, B. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Elektrikal Dalam Menerapkan Work Permit Di Pt . X Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 3(April), 456–464.

Wulandari, D. (2017). Risiko Ergonomi Dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada


Penjahit (Studi di UD. Ilfa Jaya Konveksi Banyuwangi). In Jember (Ed.), Risiko
33

Ergonomi Dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Penjahit (Studi di UD. Ilfa
Jaya Konveksi Banyuwangi).

Zar, A. (2012). Fakto-faktor yang Mempengaruhi Sistem Musculoskeletal pada Mahasiswa


Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakto-Faktor Yang
Mempengaruhi Sistem Musculoskeletal Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 23(1), 13–20. https://doi.org/10.22146/jpsi.10037

Anda mungkin juga menyukai