Anda di halaman 1dari 43

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP

PEDAGANG DENGAN TINDAKAN PENGELOLAAN


SAMPAH DI PASAR WAMANGGU KABUPATEN
MERAUKE

PROPOSAL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian.

Oleh:

SILVIA JESIKA ANITU

20170711014223

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN


KESEHATAN KERJA
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya persembahkan kehadirat Tuhan Yang Esa, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya semata sehingga penulis mampu menyelesaikan

penyusunan laporan proposal penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan

dan Sikap Pedagang dengan Tindakan Pengelolaan Sampah di Pasar Wamanggu

Kabupaten Merauke “.

Penyusunan laporan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi salah

satu persyaratan kelulusan pada Universitas Cenderawasi Fakultas Ilmu

Kesehatan Masyarakat. Penyusunannya dapat terlaksana dengan baik berkat

dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti

mengucapkan banyak terima kasih.

Walaupun demikian, dalam laporan penelitian ini, peneliti menyadari

masih belum sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik

demi kesempurnaan penelitian ini. Namun demikian adanya, semoga proposal

skripsi ini dapat dijadikan acuan tindak lanjut penelitian selanjutnya dan

bermanfaat bagi kita semua terutama bagi ilmu kesehatan masyarakat.

Jayapura

Peneliti

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
DAFTAR TABEL........................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................iv
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Perumusan Masalah..............................................................................4
C. Tujuan Penelitian..................................................................................5
D. Manfaat Penelitian................................................................................5
E. Keaslian Penelitian...............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................
A. Tinjauan Teori......................................................................................8
B. Kerangka Teori.....................................................................................26
C. Kerangka Konsep.................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................
A. Jenis Penelitian.....................................................................................28
B. Waktu Dan Lokasi Penelitian...............................................................28
C. Populasi Dan Sampel Penelitian...........................................................28
D. Hipotesis Penelitian..............................................................................30
E. Variabel, Definisi Operasional, Kriteria Objektif Dan
Skala Pengukuran.................................................................................31
F. Instrument Penelitian............................................................................32
G. Sumber Data Penelitian........................................................................32
H. Pengolahan dan Analisis Data..............................................................32
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................35

iii
DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian....................................................................6

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran.............31

iv
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori......................................................................26
Gambar 2.2 Kerangka Konsep...................................................................27

v
DAFTAR SINGKATAN

TPS : Tempat Penampunagan Sementara


TPA : Tempat Pemrosesan Akhir
DEPKES : Departemen Kesehatan
BAPENDA : Badan Pendapatan Daerah

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pembangunan yang ingin

dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang maju dan

mandiri. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah mempunyai derajat

kesehatan yang tinggi,karena derajat kesehatan mempunyai pengaruh yang

besar terhadap kualitas sumber daya manusia (Depkes RI, 2008). Menurut

Blum (1974) derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu faktor

lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Status kesehatan

akan tercapai secara optimal apabila keempat faktor tersebut dalam kondisi

yang optimal. Dari keempat faktor tersebut yang paling mempengaruhi status

kesehatan masyarakat adalah faktor lingkungan.

Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan sosial budaya, lingkungan

fisik dan lingkungan biologi. Karena begitu besarnya pengaruh lingkungan,

maka untuk meningkatkan derajat kesehatan, perlu dilakukan upaya kesehatan

lingkungan. Kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan

atau gangguan kesehatan dari faktor resiko lingkungan untuk mewujudkan

kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun

sosial.

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan, karena dari

sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit

(bakteri patogen), dan juga binatang penganggu seperti serangga sebagai

1
pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu sampah harus dikelola

dengan baik sampai sekecil mungkin sehingga tidak menganggu atau

mengancam kesehatan lingkungan dan masyarakat di sekitarnya.

Pada tahun 2016 jumlah timbulan sampah di Indonesia mencapai

65.200.000 ton per tahun dengan penduduk sebanyak 261.115.456 orang

[ CITATION Placeholder1 \l 1033 ] . Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan timbunan sampah di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 67,8 ton

artinya ada sekitar 185.753 ton sampah setiap harinya yang di hasilkan oleh

270 juta penduduk.

Luas areal pelayanan persampahan di Kabupaten Merauke sebesar

146,77 Ha, dengan timbulan sampah kota sebesar 217 m 3/hari. Sementara,

volume timbulan sampah yang dapat dilayani oleh Dinas Kebersihan kota

Merauke hanya sebesar 53,31 m3/hari[ CITATION Din11 \l 1033 ].

Pengelolaan sampah menurut UU No. 18 tahun 2008 adalah kegiatan

yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah. Sistem Pengelolaan sampah yang baik

dan benar akan memberikan keuntungan yaitu mengurangi pencemaran yang

diakibatkan penumpukan sampah, dengan memberikan upaya alternatif karena

timbulan sampah yang terkelola dengan baik. Penyediaan perwadahan yang

digunakan untuk tempat penampungan sampah harus memenuhi syarat- syarat

tempat sampah yang diajukan seperti tidak mudah bocor, konstruksinya kuat,

tempat sampah mempunyai tutup, dan mudah diangkat oleh satu orang.

Pengelolaan sampah tidak terlepas dari peran serta pedagang dalam mengelola

dan menjaga kebersihan lingkungan tempat berjualan dan prilaku terhadap

2
sampah sebelum dibuang, Sehingga keberhasilan pengelolaan sampah secara

baik dan benar akan terasa oleh masyarakat dan lingkungan

sekitarnya[ CITATION Les \l 1033 ] . Undang-undang RI No. 18 Tahun 2008

tentang Pengelolaan Sampah.Pasal 28 Ayat 1 berbunyi “masyarakat dapat

berperan serta dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan Pemerintah.”

Itu artinya bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah sangat

dibutuhkan demi terwujudnya lingkungan yang baik sehat, bersih dan rapi

[ CITATION Pri11 \l 1033 ].

Berdasarkan penelitian Elsye Ramadhani yang berjudul "Hubungan

Pengetahuan Sikap dan Ketersediaan Sarana Pengelolaan Sampah dengan

Partisipasi Pedagang dalam Pengelolaan Sampah di Pasar Raya Solok Tahun

2017, terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap dan

ketersediaan sarana pengelolaan sampah dengan partisipasi pedagang dalam

pengelolaan sampah Pasar raya Solok dengan p value 0,0001 (p< 0,05).

Artinya semakin tinggi pengetahuan, semakin positif sikap dan semakin

memadai sarana pewadahan maka semakin tinggi partisipasi pedagang dalam

pengelolaan sampah.

Pasar adalah salah satu tempat umum yang sanitasi dan dan

kebersihannya harus diperhatikan karena merupakan suatu tempat yang

banyak orang atau masyarakat umum datang untuk berbelanja (Chandra,

2006). Pasar Tradisional adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah

penjual lebih dari satu dan merupakan tempat yang selalu dikunjungi oleh

semua orang yang hendak berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Selain itu juga pasar merupakan suatu tempat bertemunya penjual dengan

3
pembeli termasuk fasilitasnya dimana penjual dapat memperdagangkan

barang dagangannya dengan membayar retribusi (Depkes RI, 1993).

Pasar Wamanggu merupakan pasar tradisional dengan bangunan

modern, yang terletak di Jl. Paulus Nafi, Kelurahan Maro, Kecamatan

Merauke,Kabupaten Merauke . Pasar Wamanggu berdiri diatas lahan dengan

luas keseluruhan 21.167 m2 dan luas bangunan 15.030 m2,terdiri dari 3 lantai

pada lantai 1 digunakan untuk pedagang kelontongan, sayur-sayuran, daging

dan ikan, sedangkan pada lantai 2 di peruntukan bagi pedagang pakaian,

elektronik, kosmetik dan perhiasan, sandal, sepatu dan suku cadang sepeda,

pada lantai 3 diperuntukan bagi pujasera. Pasar ini memiliki 1.313 pedagang

dengan 466 kios, 647 los, dan 174 pelantaran.

Survey awal yang dilakukan peneliti di Pasar Wamanggu pada tanggal

29 Mei 2021 didapatkan bahwa TPS di pasar sudah tersedia, namun masih

banyak sampah berserakan di area pasar, seperti di samping blok-blok

pedagang dan di selokan. Masih terdapat sampah-sampah yang menutupi

selokan-selokan yang berada di area pasar sehingga jika hujan akan terjadi

banjir di sekitar pasar. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Perilaku Pedagang dengan Pengelolaan

Sampah di Pasar Wamanggu Kabupaten Merauke”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut ; “Apakah ada hubungan perilaku pedagang dengan

pengelolaan sampah di Pasar Wamanggu”?

4
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini yaitu mengetahui hubungan

pengetahuan dan sikap pedagang dengan tindakan pengelolaan sampah di

pasar wamanggu.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan pengetahuan pedagang dengan tindakan

pengelolaan di Pasar Wamanggu.

b. Mengetahui hubungan sikap pedagang dengan tindakan pengelolaan

sampah di Pasar Wamanggu.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu :

1. Bagi Pemerintah

Sebagai masukan bagi Badan Pendapatan Daerah.

2. Bagi Masyarakat (Pedagang)

Sebagai bahan informasi dan masukan agar dapat memperhatikan kondisi

lingkungan dan kesehatannya.

3. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman yang berharga, dalam mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh selama dibangka studi, dan juga penelitian ini diharapkan dapat

menambah wawasan kepada peneliti selanjutnya.

5
E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama Judul Tahun/ Metode/ Hasil Penelitian

Peneliti Lokasi Variabel

1 Elsye Hubungan 2017/ Jenis penelitian ini adalah Terdapat Hubungan yang bermakna antara
Pengetahuan,Sikap penelitian survey analitik dengan pengetahuan, sikap dan ketersediaan sarana
Rahmadani dan Ketersediaan Tanjung pendekatan cross sectional/ pengelolaan sampah dengan partisipasi pedagang
Sarana Pengelolaan Pengetahuan, Sikap, ketersediaan dalam pengelolaan sampah Pasar raya Solok dengan
Sampah dengan Harapan Sarana Pengelolaan Sampah dan p value 0,0001 (p< 0,05). Artinya semakin tinggi
Partisipasi Partisipasi pedagang dalam pengetahuan, semakin positif sikap dan semakin
Pedagang dalam pengelolaan Sampah memadai sarana pewadahan maka semakin tinggi
Pengelolaan partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah
Sampah di Pasar
raya Solok Tahun
2017
2 Wiwik Hubungan Antara 2018 Rancangan penelitian yang Hasil penelitianPedagang di Pasar Dolopo Baru
Presepsi Pedagang digunakan adalah metode kualitatif Kabupaten Madiun sebagian besar memiliki
Indrawati dengan Kebersihan /Kabupaten bersifat analitik dengan pendekatan persepsi kurang baik.Sebagian besar kebersihan
Kios di Pasar cross sectional./ Presepsi kios di pasar Dolopo Baru Kabupaten Madiun
Dolopo Baru Madiun Kurang bersih.Terdapat Hubungan antara Persepsi
Kabupaten Madiun Pedagang dengan Kebersihan Kios Pasar Dolopo
Tahun 2018 Baru Kabupaten Madiun.
3 Thomson Analisa Sistem 2013/Pemat Penelitian ini adalah survei yang -Jenis sampah yang dihasilkan Pasar Horas lebih

6
Siahaan Pengelolaan ang Siantar bersifat deskriptif/ Jenis banyak sampah organik daripada sampah
Sampah dan Sampah,Operasional anorganik.
Perilaku Pedagang PengelolaanSampah, Aspek -Jenis Penyimpanan sampah yang dimiliki oleh
di Pasar Horas Kota Kelembagaan,Aspek Peraturan, Pedagang di Pasar Horas berupa keranjang sampah
Pematang Siantar Aspek Pembiayaan Karakteristik yang terbuat dari bambu, kardus, karung dan
Responden dan Perilaku : kantong plastik.
Pengetahuan,sikap dan tindakan -Pengumpulan sampah dilakukan oleh pedagang
dimasing-masing kios/los mereka kemudian petugas
kebersihan Dinas Pasar Horas mengangkutnya dari
kios/los pedagang ke TPS yang ada di Pasar Horas.
-Pengangkutan sampah dilakukan oleh petugas
kebersihan dari Dinas Kebersihan Kota
Pematangsiantar dengan mengangkut sampah dari
TPS menuju ke TPA. Periode pengangkutan
sebanyak 2 kali dengan menggunakan 2 truk
pengangkut berkapasitas 8 m3 (truk besar) dan 6
m3 (truk sedang).
-Secara umum pengetahuan pedagang dalam
mengelola sampah di Pasar Horas pada kategori
baik 57 orang (60,0%) dan sedang 36 orang
(37,9%). Sikap pedagang dalam mengelola sampah
di Pasar Horas pada kategori baik 81 orang (85,3%)
dan sedang 14 orang (14,7%). Tindakan pedagang
dalam mengelola sampah di Pasar Horas pada
kategori sedang 73 orang (76,8%) dan baik 16
orang (16,8%)

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku pada hakikatnya merupakan

tindakan atau aktivitas manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa,

bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya [ CITATION Not07 \t \l

1033 ].

Perilaku dapat juga bersifat potensial, yakni dalam bentuk

pengamatan, motivasi dan persepsi. Bentuk operasional dari perilaku dapat

dikelompokkan menjadi tigajenis, yaitu:

1) Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yakni dengan mengetahui situasi

atau rangsangan dari luar.

2) Perilaku dalam bentuk sikap, yakni tanggapan bathin terhadap

keadaan atau rangsangan dari luar diri subjek atau kecenderungan

untuk berespon (secara positif dan negatif) terhadap orang banyak,

objek dan situasi tertentu.

3) Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit berupa perbuatan

terhadap situasi dan rangsangan dari luar.

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

8
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Menurut

Notoatmodjo[ CITATION Not11 \n \t \l 1033 ] , pengetahuan yang

dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya). Aplikasi ini juga diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain.

9
4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarakan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan

Atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

jastifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria yang telah

ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang

10
bersifat dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap

belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku[ CITATION Not11 \t \l

1033 ].

Dalam bagian lain Allport [ CITATION All54 \n \t \l 1033 ] menjelaskan

bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yakni :

a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu

objek.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap

suatu objek.

c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,

pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan

penting. Menurut Notoatmodjo[ CITATION Not11 \n \t \l 1033 ] , seperti

halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,

yakni :

1) Menerima (receiving)

Menerima, diartikan orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap

gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap

ceramah-ceramah tentang gizi.

2) Merespons (responding)

11
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan

atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu

benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi

sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang mengajak ibu

yang lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya), untuk

pergi menimbang anaknya ke Posyandu, atau mendiskusikan

tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah

mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan menanyakan

bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu

objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat

responden.

c. Tindakan(Practice)

12
Tindakan adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam

suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan agar sikap

menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau

suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah adanya

fasilitas. Tingkatan-tingkatan dari tindakan (practice) yaitu:

1) Persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan dengantindakan yang akan diambil.

2) Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai

dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

3) Mekanisme yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan

sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu

merupakan kebiasaan.

4) Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik.

Pengukuran tindakan secara tidak langsung dapat dilakukan

yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah

dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).

Sedangkan pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan

mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2. Sampah

Sampah umumnya diartikan sebagai barang atau benda yang

dibuang karena tidak terpakai lagi. Sampah juga dimaknai sebagai material

sisa, baik dari hewan, manusia, maupun tumbuhan yang tidak terpakai lagi

13
dan dilepaskan ke alam dalam bentuk padat, cair ataupun gas. Sampah

banyak jenisnya dan disesuaikan berdasarkan sumber, sifat, bentuk atau

asal sampah. Sampah ketika dilepaskan dalam fase cair atau gas dapat

dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.

Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi

baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sampah dalam Undang-

Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah sisa

kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau

semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau

tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang

kelingkungan.

Sampah berasal dari berbagai tempat. Tempat yang dapat

menghasilkan sampah, yaitu:

1) Sampah dari pemukiman penduduk Suatu pemukiman biasanya akan

menghasilkan yang cenderung bersifat organik, seperti sisa makanan

atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.

2) Sampah dari tempat umum dan perdagangan Tempat umum adalah

tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan

melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi

yang cukup besar dalam memproduksi sampah, termasuk tempat

perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang

dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan, sayuran busuk,

sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng serta sampah

lainnya.

14
a. Jenis-Jenis Sampah

Menurut Notoatmodjo [ CITATION Not11 \n \t \l 1033 ] sampah

padat dibagi menjadi:

1) Berdasarkan sumbernya, sampah dibagi menjadi:

a) Sampah Organik (dapat diurai atau degradable)

Sampah yang mengandung senyawa-senyawa organic,

karena tersusun dari unsure-unsur seperti C, H, O, N,

dan lain-lain. Umumnya sampah organik dapat terurai

secara alami oleh mikroorganisme, contohnya sisa-

sisa makanan, sayur-sayuran, buah-buahan dan lain

sebagainya.

b) Sampah Anorganik (tidak dapat diurai atau

undegradable) sampah yang bahan kandungannya

nonorganik, umumnya sampah ini sangat sulit terurai

oleh mikroorganisme. Contohnya kaca, kaleng,

alumunium, plastik, dan lain-lain.

2) Berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar, sampah dibagi

menjadi:

a) Sampah yang mudah terbakar, contohnya kertas,

karet, kayu, plastik dan sebagainya.

b) Sampah yang tidak dapat terbakar, contohnya kaleng,

besi, kaca dan sebagainya.

Sampah menurut wujud atau bentuknya yaitu:

15
a) Limbah cair yang berupa air cucian, air sabun, minyak

goring sisa dan lain-lain.

b) Limbah padat berupa bungkus snack, ban bekas, botol

air minum, dan lain-lain.

c) Limbah gas berupa karbon dioksida (CO2), karbon

monoksida (CO), HCI, NO2, SO2.

b. Sumber-sumber Sampah

Menurut Notoatmodjo [ CITATION Not11 \n \t \l 1033 ]

Sumber-sumber sampah berasal dari berbagai macam tempat yaitu:

1) Sampah yang berasal dari permukiman (domestic waste)

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil

kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang,

seperti sisa makanan baik yang sudah dimasak atau yang

belum, bekas pembungkus berupa kertas, plastik, daun dan

sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahanbahan bacaan,

perabot rumah tangga, daun-daun dari kebun atau taman.

2) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum Sampah ini

berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempattempat

hiburan, terminal bus, stasiun kereta api. Sampah dari

tempattempat umum ini berupa kertas, plastik, botol, daun,

dan sisa makanan.

3) Sampah yang berasal dari perkantoran Sampah dari

perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,

departemen, perusahaan dan sebagainya. Sampah ini berupa

16
kertaskertas, plastik, karbon, dan klip. Umumnya sampah ini

bersifat kering, dan mudah terbakar (rubbish).

4) Sampah yang berasal dari jalan raya Sampah ini berasal dari

pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari: kertas-kertas,

kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban,

onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh.

5) Sampah yang berasal dari industri (industrial waste) Sampah

ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang

berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang

berasal dari proses produksi, misalnya; sampah dari kegiatan

pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil,

kaleng.

6) Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan Sampah ini

berasal dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa

sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang

patah.

7) Sampah yang berasal dari pertambangan Sampah ini berasal

dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis

usaha pertambangan, misalnya : batu-batuan, tanah/cadas,

pasir, sisa-sisa pembakaran (arang).

8) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan Sampah

yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa

kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang

17
3. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah menurut UU No. 18 tahun 2008 adalah

kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang

meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Untuk dapat mewujudkan

visi pengembangan sistem pengelolaan persampahan maka dirumuskan

beberapa misi, yaitu;

1) Mengurangi timbulan sampah dalam rangka pengelolaan

persampahan yang berkelanjutan.

2) Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengelolaan

persampahan.

3) Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran aktif dunia

usaha/swasta

4) Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan dalam

sistem pengelolaan persampahan sesuai prinsip good and cooperate

govermance.

5) Mobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan sistem

pengelolaan persampahan.

6) Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan untuk

meningkatkan sistem pengelolaan persampahan.

Sampah sangat erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat,

karena darisampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme yang

dapat menyebabkan penyakit, dan juga binatang serangga sebagai

pemindahan atau penyebaran penyakit (vektor). Oleh sebab itu sampah

harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak menganggu

18
atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik,

bukan hanya untuk kepentingan kesehatan saja tetapi juga untuk

keindahan lingkungan. Cara pengelolaan sampah antara lain:

a. Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber.

Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel,

pasar, dansebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan

sementara, dalam hal ini tempat sampah.Sampah basah dan sampah

kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk

memudahkan pemusnahannya. Dari tempat penyimpananya ini,

sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam dipo (rumah

sampah).Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk

menampung sampah rumah tangga.Pengelolaannya dapat diserahkan

pada pihak pemerintah.

b. Tahapan Pengangkutan.

Dari dipo, sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau

pemusnahan sampah dengan menggunakan truk pengangkut sampah

yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota kemudian diangkut ke

TPA.

c. Tahapan Pemusnahan. Didalam tahap pemusnahan sampah ini,

terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain; ditanam

(landfill), dibakar (incineration), dan dijadikan pupuk (composting).

Departemen Pekerjaan Umum[ CITATION Dep07 \n \t \l 1033 ]

menjelaskan bahwa prinsip 3R dapat diuraikan sebagai berikut :

19
1) Prinsip pertama adalah reduce atau reduksi sampah, yaitu upaya

untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan

bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap

sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara

mengubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang

boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan

hanya menghasilkan sedikit sampah.

2) Prinsip kedua adalah reuse yang berarti menggunakan kembali bahan

atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses

pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan

kembali botol bekas minuman untuk tempat air, dan lain-lain. Dengan

demikian reuse dapat memperpanjang usia penggunaan barang

melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung.

3) Prinsip ketiga adalah recycle yang berarti mendaur ulang suatu bahan

yang sudah tidak berguna menjadi bahan lain atau barang yang baru

setelah melalui proses pengolahan. Beberapa sampah dapat didaur

ulang secara langsung oleh masyarakat dengan menggunakan

teknologi dan alat yang sederhana, seperti mengolah sisa kain perca

menjadi selimut, kain lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah

dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos.

4. Pedagang

Menurut UU Nomor 29 Tahun 1948, pedagang adalah orang atau

badanpembeli, menerima atau menyimpan barang penting dengan maksud

20
untuk dijual diserahkan, atau dikirim kepada orang atau badan lain, baik

yang masih berwujud barang penting asli, maupun yang sudah dijadikan

barang lain[ CITATION Put \l 1033 ].

Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan

menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggung

jawab sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam

partai kecil atau per satuan. Kegiatan perdagangan dapat menciptakan

kesempatan kerja melalui dua cara: pertama, secara langsung yaitu dengan

kapasitas penyerapan tenaga kerja yang benar, kedua dengan secara tidak

langsung yaitu dengan perluasan pasar yang diciptakan oleh kegiatan

perdagangan disatu pihak dan pihak lain dengan memperlancar penyaluran

dan pengadaan bahan baku [ CITATION Put \l 1033 ]

5. Pasar

Dalam pengertian luas pasar diartikan sebagai tempat bertemunya

penjualyang memiliki kemampuan untuk menjual barang/jasa dan

pembeli yang menggunakan uang untuk membeli barang/jasa dengan

harga tertentu. Menurut [ CITATION Adh03 \l 1033 ] adalah suatu tempat

pertemuan penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dan

jasa. Ada beberapa syarat terjadinya suatu pasar, antara lain sebagai

berikut :

1) Ada tempat untuk berniaga

2) Ada barang dan jasa yang akan diperdagangkan

3) Terdapat penjual barang tertentu

4) Adanya pembeli barang

21
5) Adanya hubungan dalam transaksi jual beli.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

519/MENKES/SK/Vl/2008 Pasar tradisional adalah pasar yang berlokasi

permanen, ada pengelola, sebagian besar barang yang diperjualbelikan

adalah kebutuhan dasar sehari-hari dengan praktek perdagangan dan

fasilitas insfraktuktur yang sederhana, dan ada interaksi langsung antara

penjual dan pembeli.

Menurut Peraturan Penataan dan Pembinaan Pasar

Tradisional,Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern bahwa Pasar tradisional

adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah Daerah,

Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah,

Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa

Toko, Kios, Los dan tenda yang dimiliki atau di kelola oleh pedagang

kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala

kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui

tawar menawar[ CITATION Per08 \l 1033 ].

Kesimpulan yang dapat ditarik dari definisi di atas adalah bahwa

pasar tradisional mempunyai fungsi sebagai tempat jual beli barang

dagangan dan tempat bertemunya antara penjual denganpembeli dan

pasar tradisional tersebut dikelola langsung oleh pemerintah.

6. Teori H. L Blum 1974

Teori Blum dari hasil penelitiannya di Amerika menyatakan bahwa

status kesehatan seseorang itu dipengaruhi oleh 4 faktor; lingkungan,

22
perilaku, pelayanan kesehatan, dan herditas atau keturunan. H. L. Blum

menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar

terhadap status kesehatan; kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku,

pelayanan kesehatan, dan keturunan yang mempunyai andil paling kecil

terhadap statuskesehatan. Keempat faktor tersebut selain berpengaruh

langsung kepada kesehatan juga saling berpengaruh satu sama lain.

Status kesehatan akan tercapai secara optimal jika keempat faktor

tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula.

Jika salah satu faktor berada dalam keadaan yang tidak optimal, maka

status kesehatan akan bergeser ke arah dibawah optimal[ CITATION Ais16 \l

14345 ].

Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk

diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara

fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat.Untuk

menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan

dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat

faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya

masalah kesehatan[ CITATION Ais16 \l 14345 ].

Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor lingkungan (sosial,

ekonomi, politik, budaya), factor perilaku/gaya hidup (life style), faktor

pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik

(keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang

23
mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat

[CITATION IRA18 \l 14345 ].

a. Faktor Lingkungan.

Lingkungan memiliki pengaruh dan peranan yang besar diikuti

perilaku, fasilitas kesehatan dan genetik. Faktor lingkungan terdiri

dari 3 bagian ;

1) Lingkungan fisik, terdiri dari benda mati yang dapat dilihat,

diraba, dan dirasakan.

2) Lingkungan biologis, terdiri dari makhluk hidup yang bergerak,

baik yang dapat dilihat maupun tidak.

3) Lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah bentuk lain secara

fisik dan biologis di atas.

b. Faktor Perilaku.

Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada

perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu dipengaruhi oleh

kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial

ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.

c. Faktor Pelayanan Kesehatan.

Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan

24
sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan,

pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta

kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan.

Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau

atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan,

informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam

memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri

apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.

d. Faktor Genetik

Faktor genetik atau keturunan merupakan faktor yang sulit untuk

diintervensi karena bersifat bawaan dari orang tua.

25
B. Kerangka Teori

Genetik

Derajat
Kesehatan Pelayanan Kesehatan
Lingkungan

Perilaku

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Teori Hendrik L. Blum 1974

26
C. Kerangka Konsep

Pengetahuan
Tindakan Pengelolaan
Sampah di Pasar
Wamanggu Kabupaten
Merauke

Sikap

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan gambar :

: Variabel Bebas

: Variabel Terikat

: Tanda Penghubung

27
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono [ CITATION Sug14 \n \t \l 1033 ] penelitian

kuantitatif dapat diartikan sebagi metode penelitian yang berlandasan pada

filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan. Sedangkan pendekatan cross sectional merupakan penelitian yang

hanya dilakukan pada satu periode terhadap berbagai sampel dalam populasi.

Penelitian ini bersifat analitik dan menggunakan metode

kuantitatif dengan pendekatan Cross sectional untuk mengetahui

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pedagang dengan Tindakan

Pengelolaan Sampah di Pasar Wamanggu Kabupaten Merauke.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2021,

bertempat di Pasar Wamanggu.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah Wilayah Generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

28
ditetapkan oleh peneliti untuk di Pelajari dan kemudian di tarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Populasi pada penelitian ini, adalah

pedagang yang berada di Pasar Wamanggu yang berjumlah 1.313 orang.

Data yang diperoleh dari Petugas Pasar.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut [ CITATION Sug14 \l 1033 ] . Pengambilan sampel

berdasarkan rumus menurut Notoatmodjo [ CITATION Soe05 \n \t \l 1033 ] :

N
n=
1+ N ( d) ²
Keterangan :

N = Jumlah Populasi

N = Besar Ukuran Sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang digunakan 10% (0,1)

Maka besarnya sampel sebagai berikut :

N
n=
1+ N ( d) ²

1.313
n=
1+1.313(0,1) ²
1.313
n=
1+1.313( 0,01)

1.313
n=
1+1.313 x 0,01

1.313
n= =92,92
14,13

29
n=93
Besar sampel adalah 93 responden.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknikinsidental/accidental samplingyaitu sampling

kebetulan. Menurut [ CITATION Sug14 \l 1033 ] , sampling insidental adalah

teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang

secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan

sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok

sebagai sumber data.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan peneliti sampai terbukti melalui data yang terkumpul, hipotesis

dalam penelitian ini adalah :

1. H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Pengetahuan dengan

Tindakan Pengelolaan Sampah.

H1 : Ada Hubungan yang signifikan antara Pengetahuan dengan Tindakan

Pengelolaan Sampah.

2. H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Sikap dengan Tindakan

Pengelolaan Sampah.

H1 : Ada hubungan yang signifikan antara Sikap dengan Tindakan

Pengelolaan Sampah.

30
E. Variabel, Definisi Operasional Penelitian dan Skala Pengukuran

Table 3.1 Variabel, Definisi Operasional dan Sala Pengukuran

No Variabel Definisi Pengukuran Kriteria Skala

1 Pengetahuan Hasil tahu seseorang tentang pengelolaan Kuesioner a. Baik : Jika ≥50 % dari total skor Nominal
sampah yang terdiri dari 6 tingkatan b. Kurang : Jika <50% dari total
pengetahuan yaitu : tahu, memahami, skor.
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. [ CITATION Muh15 \l 14345 ]

2 Sikap Respon tertutup terhadap stimulus atau objek Kuesioner a. Baik : Jika ≥50 % dari total skor Nominal
tertentu. Yang sudah melibatkan faktor b. Kurang : Jika <50% dari total skor
pendapat dan emosi yang bersangkutan [ CITATION Muh15 \l 14345 ]
terhadap pengelolaan sampah dimana terdapat
4 tingkatan sikap yaitu : menerima, merespon,
menghargai dan bertanggung jawab.
3 Tindakan Tingkah laku atau aktivitas nyata responden Kuesioner a. Baik : Apabila semua tahapan Nominal
Pengelolaan terhadap pengelolaan sampah yang terdiri dari pengelolaan sampah telah
Sampah 3 tahap yaitu pengumpulan dan penyimpanan dilakukan.
di tempat sumber, pengangkutan dan b. Kurang : Apabila tidak semua
pemusnahan. pengelolaan sampah dilakukan

31
F. Instrument Penelitian

Instrumen Penelitian adlah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data [ CITATION Soe10 \t \l 1033 ] . Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

1. Kuesioner

2. Alat Tulis

3. Kamera

G. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Data Primer

Menurut Husein Umar[ CITATION Hus13 \n \t \l 1033 ] data primer adalah:

“Data primer merupakan data yang di dapat dari sumber pertama baik dari

individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil

pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti”

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung namun

mendukung dalam penelitian seperti data yang dipeoleh dari Bapenda,

journal, artikel, dan skripsi yang terkait dengan penelitian.

H. Pengelolahan dan Analissi Data

1. Teknik pengolahan data

Data yang dikumpulkan, baik data yang diperoleh dari hasil sendiri

(data primer) atau data yang diperoleh dari sumber lain (data sekunder)

memerlukan proses pengolahan. Dalam hal ini Budiarto [ CITATION


Eko12 \n \t \l 1033 ] menyatakan, melalui beberapa tahapan sebagai

berikut:

a. Pemeriksaan data (editing)

Yang dimaksud proses editing ialah memeriksa data yang telah

dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan, kartu atau buku register.

b. Pemberian Kode (coding)

Untuk mempermudah pengolahan, sebaiknya semua variabel diberi

kode terutama data klasifikasi, misalnya jenis kelamin untuk laki-laki

diberi kode 1 dan wanita deberi kode 2.

c. Penyusunan data (tabulasi)

Penyusunan data merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa

agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan

dan dianalisis.

2. Analisis Data
Analisis univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi

frekuensi dari masing-masing varibel, kemudian data ini disajikan dalam

bentuk table distribusi frekuensi.

Untuk analisis ini menggunakan SPSS versi 16 untuk mencari

frekuensi masing-masing variabel. Rumus yang digunakan :

f
P= X 100 %
n

33
Keterangan :
P : Persentase
f : frekuensi
n : total item 0

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua varibel yang di duga

berhubungan atau berkolerasi. Penelitian ini menggunakan uji statistic

Chi-square dengan bantuan SPSS versi 16.0. Rumus yang digunakan :

∑(f ₀−fₑ) ²
x ²= [ fₑ ]
Keterangan :

x²: Nilai chi-kuadrat

fₑ: Frekuensi yang diharapkan

f₀: Frekuensi yang diperoleh/diamati

34
DAFTAR PUSTAKA

Adhyzal. (2003). Klasifikasi Pasar. Retrieved 31 Mei 2021, from


http;/www.psychologymania.com/2012/10/klasifikasipasar.html.
Allport, G. (1954). The Nature of Prejudice. Oxford, England: Addison Wesley.
Budiarto, E. (2012). Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat .
Jakarta : EGC Bullock.
Departemen Pekerjaan Umum. (2007). Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur.
Dinas Cipta Karya Pemukiman dan Tata Ruang Kabupaten Merauke. (2011).
Statistik Lingkungan Hidup. (2018).
Elsye Rahmadani (2017). Hubungan Pengetahuan,Sikap dan Ketersediaan
Sarana Pengelolaan Sampah dengan Partisipasi Pedagang dalam
Pengelolaan Sampah di Pasar raya Solok Tahun 2017. diakses pada
tanggal 29 Mei 2021 melalui https://pustaka.poltekkes
pdg.ac.id/repository/SKRIPSI.compressed.pdf

Ira Nur Rofika Anggraeni. (2018). Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan


Kesehatan Lingkungan di Desa Segiguk. diakses pada tanggal 29 Mei
2021 melalui http://ejurnal.mipa.unsri.ac.id/index.php/jps/article/view/39

Jainuri, M. (2015). Skala Pengukuran.diakses pada tanggal 29 Mei 2021 melalui


www.academia.edu/5077784/skalapengukuran
Menteri Perdagangan RI. (2008). Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 33/M-DAG/PER?/2008.
Mugawati Aisya. (2016). Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Menarche Di
Sma Negeri 1 Driyorejo Kabupaten Gresik.diakses pada tanggal 29 Mei
2021 melalui http://repository.unair.ac.id/29382

Mustika, I. G. (2014). Analisis Perbedaan Rata-rata Pendapatan Pedagang Acung


Pinggir Pantai Di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. E-Jurnal EP
Unud.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.

35
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2011). Kesehtan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ragil, P. A. (2011). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di
KelurahanJombang Kota Semarang.
Sinta, L. (2016). Perilaku Pedagang dalam Membuang Sampah. Studi Di
Kawasan Bandar Jaya Plaza Dikelurahan Bandarjaya Timur Kecamatan
Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung : Alfabeta .
Thomson Siahaan. (2003) . Analisa Sistem Pengelolaan Sampah dan Perilaku
Pedagang di Pasar Horas Kota Pematang Siantar. diakses pada tanggal
29 Mei 2021 melalui https://media.neliti.com/media/publications/14473-
ID-analisa-sistem-pengelolaan-sampah-dan-perilaku-pedagang-di-pasar-
horas-kota-pema.pdf

Umar, H. (2013). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta: Raja Wali
Iwan.
Wiwik Indrawati.(2018). Hubungan Antara Presepsi Pedagang dengan
Kebersihan Kios di Pasar Dolopo Baru Kabupaten Madiun Tahun 2018.
diakses pada tanggal 29 Mei 2021 melalui http://repository.stikes-
bhm.ac.id/54/

36

Anda mungkin juga menyukai