Anda di halaman 1dari 25

TINJAUAN TEORETIS

APENDIKSITIS

A. PENGERTIAN
Apendikstis adalah inflamasi akut bagian dari saluran gastrontestinal bawah yang
disebabkan oleh infeksi akibat bakteri, virus dan jamur.
Apendikstis adalah peradangan pada apendiks vermformis dan merupakan
penyebab abdomen akut, yang paling sering penyakit ini dapat mengenai semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia
antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer Arief, 2000. Kapita Selekta edisi 3, jilid 2).

B. ETIOLOGI
Penyebab utamanya adalah penyumbatan lumen apendiks oleh :
 Hiperplasia folikel limfoid
 Adanya fekalit dalam lumen apendiks
 Adanya benda asing
 Struktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya

C. JENIS-JENIS APENDIKSSITIS
1. Apendiksitis gangrenosa
Terganggunya aliran arteri akan terjadi / menyebabkan infark dinding apendiks
yang diikuti oleh gangrene.
2. Apendiksitis perforasi
Terpecahnya dinding apendiks yang rapuh yang sebelumnya telah mengalami
infark.
3. Infiltrat afendikularis
Penggumpalan darah apendiks yang keras dan melekat pada dinding peritoneum.

1
D. MANIFESTASI KLINIK
 Nyeri daerah umbilikus
 Anoreksia
 Malaise
 Nyeri kuadran bawah disertai mual, muntah
 Nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan
kandung kemih atau ureter.
 Demam ringan
 Terjadi konstipasi
 Kadang-kadang diare

E. PEMERIKSAAN

Pemeriksaan urine

USG dilakukan bila terjadi infiltrat apendikularis

Jumlah leukosit mungkin lebih besar dari 10.000 mm3

F. DIAGNOSIS PEMBANDING
Eastroentritis, Adenntis, Divertikulitis, Enteritis Regional, ambublasis, kolik ureter,
kista ovarium. Tanda dan gejala yang sering dikacaukan dengan apendiksitis.

G. PENATALAKSANAAN
1. Sebelum operasi
a. Observasi
Pembedahan diindikasikan bila diagnosis apendikstitis telah ditegakkan.
b. Antibiotik dan cairan iv diberikan sampai pembedahan dilakukan.

2. Operasi Apendiktomi
Dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perporasi. Apendiktomi
dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spiral dengan insisi abdomen bawah
atau dengan teraparaskopi.

2
3. Pasca operasi
Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan didalam, syok, hipertermi atau gangguan pernapasan.
Angkat sonde lambung bila pasien sudah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung
dapat dicegah, baringkan pasien dalam posisi fowler, pasien dikatakan baik jika
dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama ini pasien dipuasakan, bila tindakan
operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum.
Puasakan diteruskan sampai fungsi usus kembali normal, kemudian berikan
minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam. Lalu naikkan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya diberikan makanan sering, hari berikutnya diberikan makanan
lunak. Satu hari pasca operasi, pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat
tidur selama 2x30 menit, pada hari kedua dapat berdiri dan duduk diluar kamar.
Hari ketujuh kahian dapat diangkat.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi utama apendikitis adalah perforasi apendiks, yangdapat berkembang
menjadi peritonitis atau abses. Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri,
spasme otot, dinding perut kuadran kanan bawah dengan tanda-tanda peritonitis
umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam, malaise dan leukositosis
semangkin jelas.

I. ANATOMI

3
Susunan saluran pencernaan
1. Mulut (eris)
2. faring (rekak)
3. esophagus (kerongkongan)
4. lambung (venti kularis)
5. intestinum minor
- Duodenum
- Jejunum
- Ileum
6. intestimun mayor
- Sukum
- Kolon asenden
7. rectum
- Kolon desenden
- Kolon sigmoid
8. anus
Apendiks adalah adalah ujung seperti jari kecil panjang kira-kira 10 cm (4 inci)
melekat pada sekum tepat dibawah katub ileosekal.
Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum.
Karena pengosonganya tidak efektif dan lumenya kecil, apendiks cenderung menjadi
tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (Brunner dan Suddart. 2001.
Keperawatan Medikal Bedah edisi 8, vol. 2).
Fungsi apendiks sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi, kadang
apendiks erasi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan perforasi kedalam
rongga abdomen.

4
J. PATOFISIOLOGI

a. Apendiks trinflamasi → alami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat,


kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor atau
benda asing

Meningkatkan tekana intraluminal

Nyeri abdomen atas (epigastrium) / menyebar secara progresif

Terlokalisasi di kuadran bawah dan abdomen

Arteri terganggu → terjadinya infark dinding apendiks diikuti gangrene

Timbul masa local / infiltrate apendikularis → peradangan apendiks

b. Aliran dinding arteri

Infark dinding apendiks rapuh → pecah

Gangrene apendiksitis perforasi

Apendisitis gangrenosa

5
c. Obstruksi lumen apendiks → mucus alami bendungan

Mucus berlanjut

Elastisitas dinding apendiks

Peningkatan intralumen

Aliran limfe terlamat

Odema dipedesis ulserasi mukosa


Bakteri

Oedema bertambah, obstruksi vena, bakteri tembus dinding

Radang meluas → peritoneum

Nyeri didaerah kanan bawah

Apendiks supuraktif

d. Jika proses bejalan lambat

Omentum o usus berdekatan

Timbul massa local

Infiltrat apendikularis

6
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
“ APENDICITIS “

A. Anamnesa
1. Identitas pasien
2. Identitas penanggung jawab
3. keluhan utama
Perhatikan tanda-tanda dan gejala apa yang menjadi penyebab penyakit.
4. Riwayat penyakit sekarang
P : penyebab yan memperberat dan meringankan
Q : kuantitas (bagaimana gejala dirasakan)
R : daerah mana yang dirasakan gejala tersebut
S : skala keparahan
T : waktu gejala mulai timbul
5. Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama dan pernah dirawat
sebelumnya.
6. Riwayat penyakit keluarga
Apakah dalam keluarga klien mempunyai penyakit yang sama dengan klien.
7. Pola kebiasaan
a. Pola nutrisi
b. Pola eliminasi
c. Pola istirahat dan tidur
d. Pola aktifitas
e. Pola psikososial

B. Pemeriksaan fisik
1. k/u pasien
2. Pemeriksaan sistematik
3. Pemeriksaan penunjang

7
a. Pemeriksaan lab
b. Hb normal 14-16
c. Ph air kemih rendah (+)

Dianosa keperawatan
1. Nutrisi akut b/d distensi jaringan usus atau inflamasi adanya insisi bedah
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia, absorbsi nutrient
3. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit

Intervensi
Dx 1
 Kaji tingkat nyeri
 Berikan posisi senyanman mungkin
 Berikan lingkungan yang nyaman
 Kolaborasi dalam pemberian terapi

Diagnosa II
 Timbang BB px setiap hari
 Berikan makanan kecil tambahan yang tepat dan makanan yang bervariasi
 Kolaborasi dalam pemberian diit

Diagnosa III
 Kaji tingkat kecemasan
 Diskusikan informasi yang dibutuhkan klien, berikan kesempatan klien untuk
bertanya.
 Berikan lingkungan yang tenang dan istirahat

8
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “N”
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN SEHUBUNGAN DENGAN
POST APENDIKSITIS

A. ANAMNESA
1. Identitas
 Identitas pasien
Nama : Ny “N”
Jenis kelamin : perempuan
Umur : 36 Tahun
Agama : Islam
Alamat : sukaraya
Pekerjaan :
Tgl MRS : 22-12-2010
Tgl dikaji : 24 – 12 – 2010

 Identitas penanggung jawab


Nama : Tn “A”
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 35 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :
Alamat : sukaraya
Hub dg px : suami

2. Keluhan Utama
Nyeri pada abdomen kanan bawah.

9
3. Riwayat penyakit sekarang
P : nyeri abdomen kanan bawah akibat peradangan apendiks
Q : nyeri dirasakan klien seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan pada abdomen kanan bawah
S : skala nyeri 3
T : nyeri timbul saat ditekan dan beraktifitas

4. Riwayat Penyakit dahulu


Klien mengatakan tidak pernah mengidap penyakit seperti sekarang
(apendiksitis).

5. Riwayat penyakit Keluarga


Klien mengatakan di keluarganya tidak memiliki penyakit seperti yang
dideritanya.

6. Riwayat kebiasaan
a) Pola aktifitas
Dalam melakukan aktifitas, px sebagian mandiri sebagian lagi dibantu
keluarga.
b) Pola pemeliharaan kesehatan
Px dalam merawat diri sebagian dibantu oleh keluarga.
c) Pola nutrisi
- Diet yang disajikan dihabiskan
- Frkuensi 3x sehari
- Gangguan menelan tidak ada
d) Pola eliminasi
BAB : ada kesulitan dalam BAB
BAK : 3-4 x/hari
e) Pola psikososial
Hubungan px dengan keluarga baik.

10
B. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum
Px tampak lemah

2) Vital sign
TD : 100/80 mmHg
Pols : 88 x/menit
Temp : 38o C
RR : 24x/menit

3) Pemeriksaan Head To Toe


1. Kepala : tidak ada benjolan, tidak terdapat lesi
Kulit kepala baik, rambut tidak rontok
2. Mata : konjungtiva palpebra pucat, gerak mata normal.
3. telinga : telinga simetri, pendengaran baik.
4. hidung : mukosa hidung lembab, tidak terdapat lesi
5. leher : tidak teraba kelenjar tiroid
6. kulit : turgor kulit baik
7. abdomen : datar lemas, terdapat nyeri tekan pada abdomen kanan bawah

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematology
Hb : 10,8
Gol darah : AB
Leukosit : 7.600
Wakt perdarahan 2 menit
Waktu pembekuan 6 menit

11
D. Pengobatan
IVFD RL gtt 30 x/menit
Cefotaxim vial 2x1 → skin tes
Ranitidine amp 2x1 → iv
Paracetamol tablet 3x1
Ketoroklak amp 3% → drip dalam RL
Antacid tablet 3x1

12
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 Ds : pasien mengatakan nyeri pada Apendik terinflamasi Nyeri
abdomen kanan bawah.
Do : pasien tampak meringis Peningkatan tekanan
kesakitan. intralaminal

Nyeri abdomen

2 Ds : px selalu menanyakan tentang Penyakit apendiksitis Ansietas


penyakitnya.
Do : pasien tampak gelisah. Informasi in adekuat
Pasien tampak takut dan
cemas. Kurangnya pengetahuan

Ansietas

13
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “N”
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN SEHUBUNGAN DENGAN
POST APENDIKSITIS

Perencanaan Implementasi Evaluasi


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1 Nyeri b/d inflamasi Setelah dilakukan  Kaji skala nyeri  Mengetahui skala nyeri  Mengkaji skala nyeri S : px mengatakan
apendiks. tindakan keperawatan  Berikan posisi dan untuk pemberian dengan menggunakan nyeri pada
Ds : pasien selama 2x24 jam senyaman terapi obat. skala : 3. abdomen kanan
mengatakan diharapkan nyeri (-) mungkin.  Mengurangi rasa nyeri  Memberikan posisi bawah.
nyeri pada atau hilang dengan  Monitor TTV dan memberikan senyaman mungkin : O : px tampak
abdomen kanan kriteria: pasien. kenyamanan. tidur telentang dengan 1 meringis
bawah.  Nyeri hilang  Kolaborasi  Mengetahui TTV px bantal. A : masalah belum
Do : pasien tampak  Px tidak meringis dalam dan keadaan umum px.  Memonitor TTV pasien. teratasi.
meringis pemberian  Mengurangi rasa nyeri. TD : 110/80 mmHg, pols P : intervensi
kesakitan. terapi. : 88 x/menit, RR : 24 dilanjutkan.
x/menit, tempt 38 C.
 Kolaborasi dalam
pemberian terapi IVFD
RL gtt 30x/menit
Cefotaxim vial 2x1 →
skin tes
Ranitidine amp 2x1 →
iv
Paracetamol tablet 3x1
Ketoroklak amp 3% →
drip dalam RL
Antacid tablet 3x1

14
Perencanaan Implementasi Evaluasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
2 Ansietas b/d Setelah dilakukan  Kaji tingkat  Factor ini  Mengkaji tingkat S : px masih selalu
kurangnya tindakan keperawatan kecemasan. mempengaruhi kecemasan. menanyakan
pengetahuan selama 2x24 jam  Diskusikan kemampuan partisipasi  Mendiiskusikan tentang
mengenai proses diharapkan px telah informasi yang klien untuk menerima informasi yang penyakitnya.
penyakit. mempunyai dibutuhkan informasi. dibutuhkan klien, O : px tampak
Ds : px selalu pengetahuan tentang klien, berikan  Untuk menyampaikan berikan kesempatan gelisah.
menanyakan penyakitnya dengan kesempatan informasi yang klien untuk bertanya. Px tampak takut
tentang kriteria: klien untuk dibutuhkan klien.  Memberikan lingkungan dan cemas.
penyakitnya.  Klien tidak bertanya.  Memudahkan px dari tenang dan istirahat. A : masalah belum
Do : pasien tampak bertanya lagi.  Berikan stress luar ↑ relaksasi. Membatasi pengunjung teratasi.
gelisah.  Klien tidak lingkungan dll. P : intervemsi
Pasien tampak gelisah, takut dan tenang dan dilanjutkan.
takut dan cemas. cemas. istirahat.

15
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny “N” NO.RM : 081024
Umur : 36 tahun diagnosa medik : appendikcitis
No Hari/tanggal Diagnosa keperawatan Perkembangan (SOAPIE)
1 Rabu Nyeri b/d inflamasi S : klien mengatakan masih nyeri
24-12-2010 apendiks pada abdomen kanan bawah.
(DP) O : klien tampak meringis kesakitan.
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I:
 Kaji skala nyeri
 Berikan posisi senyaman
mungkin.
 Monitor TTV pasien
 Kolaborasi dalam pemberian
terapi.
IVFD RL gtt 30 x/menit
Cefotaxim vial 2x1 → skin tes
Ranitidine amp 2x1 → iv
Paracetamol tablet 3x1
Ketoroklak amp 3% → drip
dalam RL
Antacid tablet 3x1
E : masalah belum teratasi klien
masih merasakan nyeri dengan
skala 3.

Ansietas b/d kurangnya S : px masih selalu menanyakan


pengetahuan mengenai tentang penyakitnya.
proses penyakit. O : px tampak gelisah
Px tampak takut dan cemas.
P : intervensi dilanjutkan
I:
 Kaji tingkat kecemasan
 Diskusikan informasi yang
dibutuhkan klien, berikan
klien kesempatan untuk
bertanya.
 Berikan lingkungan tenang
dan istirahat.
E : masalah belum teratasi klien
masih cemas.

16
No Hari/tanggal Diagnosa keperawatan Perkembangan (SOAPIE)
1 Kamis Nyeri b/d inflamasi S : klien mengatakan nyeri pada
25-12-2010 apendiks abdomen kanan bawah.
(DS) O : klien tampak meringis kesakitan.
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I:
 Kaji skala nyeri
 Berikan posisi senyaman
mungkin.
 Monitor TTV pasien
 Kolaborasi dalam pemberian
terapi.
E : masalah belum teratasi

Ansietas b/d kurangnya S : px tidak lagi menanyakan tentang


pengetahuan mengenai penyakitnya.
proses penyakit. O : px tidak gelisah
Px tidak takut dan cemas lagi.
A : masalah teratasi.
P : intervensi dihentikan.

17
ASKEP APENDISITIS
Posted on Maret 27, 2008 by harnawatiaj

Pengertian

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan
rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan
dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup
tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
(Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus
buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan
menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar
kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus
lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan
lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007)

Klasifikasi

Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :


Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah
sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk
nanah.
Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan

18
timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya
ditemukan pada usia tua.

Anatomi dan Fisiologi Appendiks merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang
tidak berfungsi) yang melekat sepertiga jari.

Letak apendiks.
Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara
di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia
anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney
yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat.

Ukuran dan isi apendiks.


Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa
mengandung amilase dan musin.

Posisi apendiks.
Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding
abdomen. Pelvis minor.

Etiologi

Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat
banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi
pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena
adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing,
parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering
menyebabkan obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid.
(Irga, 2007)

Patofisiologi

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat
kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi
meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat
secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari
abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.

Manifestasi Klinik

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan
nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut
sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa
mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah

19
ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa
bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang
tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak
terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang
bertambah buruk bisa menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007)

Pemeriksaan diagnostik

Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri
mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut
kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di
dinding usus).
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,
menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.

Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.


Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling terasa nyeri
pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat
menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.

Test rektal.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada
daerah prolitotomi.
Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi
tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.
Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb
(hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan
apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
Pemeriksaan radiologi Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa
apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran
sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan.
Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas
dalam diafragma.

Penatalaksanaan

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan
IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah diagnosa
ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera
mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen

20
bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
Konsep Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara
fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa
yang akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam,
gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh
karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap
penerimaan anastesi.

Untuk melengkapi hal tersebut, maka perawat di dalam melakukan asuhan keperawatan
harus menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

Pengkajian
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
Identitas penanggung Riwayat kesehatan sekarang.
Keluhan utama Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut
kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian
setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.
Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu
yang lama. Keluhan yang menyertai Biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah,
panas. Riwayat kesehatan masa lalu Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan
klien sekarang Pemeriksaan fisik Keadaan umum Klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
Berat badan Sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
Sirkulasi : Klien mungkin takikardia. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.
Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat
berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau
napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi
duduk tegak.
Keamanan Demam, biasanya rendah.
Data psikologis Klien nampak gelisah.
Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak
tenang.

Diagnosa keperawatan

Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan muntah.
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.
Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi
kurang.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan

21
Intervensi keperawatan .

Rencana tujuan dan intervensi disesuaikan dengan diagnosis dan prioritas masalah
keperawatan.
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa mual dan muntah,
ditandai dengan : Kadang-kadang diare. Distensi abdomen. Tegang. Nafsu makan
berkurang. Ada rasa mual dan muntah. Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume
cairan dengan kriteria : Klien tidak diare. Nafsu makan baik. Klien tidak mual dan muntah.

Intervensi : Monitor tanda-tanda vital.


Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang hypovolemia.

Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine.


Rasional : Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan
kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan membutuhkan
peningkatan cairan.

Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering.


Rasional : Untuk meminimalkan hilangnya cairan.

Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh, ditandai
dengan : Suhu tubuh di atas normal. Frekuensi pernapasan meningkat. Distensi abdomen.
Nyeri tekan daerah titik Mc. Burney Leuco > 10.000/mm3 Tujuan : Tidak akan terjadi
infeksi dengan kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi post operatif (tidak lagi panas,
kemerahan).

Intervensi : Bersihkan lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada melalui
prinsip-prinsip pencukuran.
Rasional : Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut akan mencapai ke
dasar rambut, sehingga benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mikro
organisme.

Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan melakukan klisma.
Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab dapat lancar.
Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga dapat
mengakibatkan ruptura apendiks.

Anjurkan klien mandi dengan sempurna.


Rasional : Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar terhadap timbulnya mikro
organisme.

HE tentang pentingnya kebersihan diri klien.


Rasional : Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja sama dalam pelaksaan tindakan.

22
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal, ditandai
dengan : Pernapasan tachipnea. Sirkulasi tachicardia. Sakit di daerah epigastrum menjalar
ke daerah Mc. Burney Gelisah. Klien mengeluh rasa sakit pada perut bagian kanan bawah.
Tujuan : Rasa nyeri akan teratasi dengan kriteria : Pernapasan normal. Sirkulasi normal.

Intervensi : Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.


Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara
dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.

Anjurkan pernapasan dalam.


Rasional : Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat sehingga otot-otot
menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.

Lakukan gate control.


Rasional : Dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang saraf yang
berdiameter kecil sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke hypothalamus.

Beri analgetik.
Rasional : Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila sudah
mengetahui gejala pasti).

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi


kurang. Gelisah. Wajah murung. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya. Klien
mengeluh rasa sakit. Klien mengeluh sulit tidur
Tujuan : Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan pengobatannya.

Intervensi : Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah
operasi.
Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan
setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.

Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah
operasi.
Rasional : Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan.

Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband, pembatasan mandi, dan
penyembuhan latihan.
Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat mempercepat proses
penyembuhan.

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun. Nafsu makan menurun
Berat badan menurun Porsi makan tidak dihabiskan Ada rasa mual muntah
Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri

23
Intervensi : Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien
Rasional : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.

Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah
membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.

Timbang berat badan sesuai indikasi


Rasional : Mengawasi keefektifan secara diet.

Beri makan sedikit tapi sering


Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.

Anjurkan kebersihan oral sebelum makan


Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan

Tawarkan minum saat makan bila toleran.


Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.

Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres.


Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa
kontrol dan mendorong untuk makan.

Memberi makanan yang bervariasi


Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan. Kuku nampak kotor
Kulit kepala kotor Klien nampak kotor
Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri

Intervensi : Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta
cuci rambut dan potong kuku klien.
Rasional : Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan meningkatkan
kesehatan.

Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.


Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman

Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.


Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene.

Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.


Rasional : Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan

24
Bimbing keluarga / istri klien memandikan
Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan

Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.


Rasional : Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya
infeksi.

Implementasi

Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian


kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada
tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan
tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien
post apendektomi. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen,
interdependen dan dependen.
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh
perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya Pada
fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan
profesi/disiplin ilmu yang lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan
fungsi dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan
orang lain.

Evaluasi.

Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada
klien perlu dilakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : Apakah
klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh?. Apakah klien dapat
terhidar dari bahaya infeksi?. Apakah rasa nyeri akan dapat teratasi?. Apakah klien sudah
mendapat informasi tentang perawatan dan pengobatannya.

25

Anda mungkin juga menyukai