Oleh
Mushdariah. M
413225034
PROGRAM STUDI
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian,
yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul makalah ini (Perfusion Imaging ASL, DSC, DCE)
sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Mushdariah. M
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Perfusi Imaging 3
B. Sumber Kesalahan Perfusi Imaging 6
C. Gambaran Meningioma Histopatologi menggunakan
MRI Perfusi 12
D. Gambaran Meningioma Histopatologi menggunakan
MRI Perfusi 13
BAB IIIPENUTUP 16
A. Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17
3
4
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran di
bidang pemeriksaan diagnostic radiologi, yang menghasilkan rekaman
gambar potongan penampang tubuh/organ manusia dengan menggunakan
medan magnet berkekuatan tinggi dan resonansi getaran terhadap inti atom
hydrogen. Saat ini MRI berkembang sangat pesat karena selain mampu
menyajikan informasi diagnostik dengan tingkat akurasi yang tinggi juga
bersifat non-invasiv atau tidak ada bahaya radiasi, MRI juga mengalami
kemajuan besar dalam teknik diagnostic dan terapeutik untuk meningkatkan
dan memberikan informasi tentang fungsionalitas veskuler melalui teknik
pencitraan resonansi magneitk berbobot perufusi (Perfusion Imaging).
Perfusi MRI sensitif terhadap mikrovaskuler dan telah ditetapkan dalam
berbagai aplikasi klinis, termasuk klasifikasi tumor, identifikasi darah
stroke, dan karakteristik penyakit lainnya. Teknik perfusi MRI
diklasifikasikan dengan atau tanpa menggunakan agen kontras eksogen.
Teknik resonansi magnetic sangat kuat dalam memvisualisasikan perfusi
jaringan di otak dan bagian tubuh lainnya. Perfusi biasanya mengacu pada
pengiriman darah. Perfusi berhubungan berat dengan pengiriman oksigen
dan nutrisi lain ke jaringan.
Dalam perkembangannya, MRI perfusi dapat dilakukan dengan beberapa
metode sehingga dapat menampilkan nilai perfusi suatu jaringan, akan tetapi
metode-metode tersebut memiliki perbedaan . Metedo-metode tersebut
diantaranya ialah Dynamic Susceptibility Contrast (DSC) dan dynamic
Enhancemen (DCE) yang merupakan metode pemeriksaan MRI perfusi
dengan menggunakan bahan kontras positif, serta Arterial Spin Labeling
(ASL) yang merupakan metode MRI perfusi tanpa menggunakan bantuan
bahan media kontras positif .
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul makalah di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus
dalam makalah ini adalah :
1. Apa saja perbedaan dari ke tiga metode perfusi MRI yaitu ASL, DSC dan
DCE?
2. Bagaimana Gambaran Klasifikasi Meningioma Histopatologi
Menggunakan Aplikasi Klinis Teknik MRI Perfusi?
3. Bagaimana Gambaran Glioma Menggunakan Aplikasi Klinis Teknik
MRI Perfusi?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah :
1. Mengetahui perbedaan dari ke tiga metode perfusi MRI yaitu ASL, DSC
dan DCE
2. Mengetahui Gambaran Klasifikasi Meningioma Histopatologi
Menggunakan Aplikasi Klinis Teknik MRI Perfusi
3. Mengetahui Gambaran Glioma Menggunakan Aplikasi Klinis Teknik
MRI Perfusi?
7
8
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perfusi Imaging
Pada prinsipnya, perfusi merupakan fungsi biologis fundamental yang
terkait dengan pendistribusian dari oksigen dan nutrisi yang dilakukan atau
dibawa oleh aliran darah. Prinsip itulah yang digunakan dalam pemeriksaan
MRI perfusi. MRI perfusi merupakan yang sensitif untuk mengevaluasi
pergerakan secara mikrioskopis jaringan otak khususnya dan jaringan tubuh
lain pada umumnya.
Dua pendekatan MRI perfusi utama yang telah dikembangkan, yaitu
dengan dan tanpa menggunakan agen kontras eksogen. Kelompok teknik
pertama meliputi Dynamic Susceptibility Contrast (DSC)-MRI dan Dynamic
Contrast Enhanced (DCE)-MRI, sedangkan kelompok ke dua Arterial Spin
Labeling (ASL). DSC-MRI hanya digunakan di otak untuk evaluasi klinis
perfusi pada iskemia serebral dan tumor otak.
a. Dynamic Susceptibility Contrast (DSC)-MRI
Dynamic Susceptibility Contrast (DSC)-MRI adalah salah satu nilai
berbasis kontas eksogen, dan bergantung pada injeksi intavena zat
kontras paramagnetic, seperti yang melibatkan kelat Gadolinium (Gd),
untu menghasilkan bolus yang ditentukan. Sebagian besar kelat Gd,
misalnya Gd-dietilentriaminpantasetat, adalah pelacak kumpul darah
yang tidak dapat berdifusi. Teknik ini menggunakan pencitraan yang
sangat cepat untuk menangkap lintasan pertama zat kontras, dan karena
itu juga dikenal sebagai MRI pelacakan bolus.
Teknik biasanya didasarkan pada urutan pencitraan T2 atau T2
Weighted, dengan akusisi dua dimensi (2D) atau tiga dimensi (3D).
Ketika akusisi gradien-echo (GE) digunakan ketidakhomogenan medan
statis akan mengakibatkan hilangnya sinyal karena gangguan medan
mikroskopis tersebut. Selain itu penyebab hilangnya sinyal karena difusi .
Keuntungan akusisi GE adalah peningkatan rasio kontras terhadap noise
9
5. Koreksi Kebocoran
Adanya kerusakan BBB menyebabkan kebocoran pelacak ke
dalam ruang ekstravaskular. Dalam situasi ini, jaringan memiliki efek
relaksasi langsung yang kuat sehingga T1 dan T2* jaringan menurun.
Hal ini menyebabkan kesalahan sistematis dalam perubahan sinyal
DSC. Untuk meminimalkan efek ini, model kinetika lintasan pertama
yang lebih canggih harus diterapkan.
6. Tisu Seragam r2 Relaksivitas Relaksivitas
Antara sinyal MR dan konsentrasi zat kontras diasumsikan
seragam di seluruh jaringan yang berbeda. Jaringan dengan proporsi
pembuluh darah yang berbeda dapat memiliki relaksivitas yang
berbeda. Relaksivitas sinyal jaringan ekstravaskular dapat bergantung
pada parameter urutan denyut. Namun, setiap kesalahan sistematis
dalam asumsi r2 relaksivitas akan dibatalkan dalam perhitungan MTT
karena rasio CBV dan BF.
7. Satuan Absolut
Untuk mengukur CBF dalam satuan absolut (yaitu, mililiter per
100 gram per menit) penting untuk menggunakan faktor skala spesifik
pasien. Beberapa metode tersebut sekarang telah diusulkan, termasuk
yang didasarkan pada pengukuran CBV komplementer, pengukuran
ASL, dan pengukuran angiografi MR fase kontras.
b. DCE-MRI
1. Artefak Pencitraan
Echo planar tidak baik untuk DCE-MRI, karena memiliki
artefak terkait kerentanan tinggi. Snapshot FLASH juga tidak bagus
karena mengalami masalah fungsi point-spread. Artefak gerak
umumnya menyebabkan penurunan kualitas gambar.
2. Resolusi Temporal dan Spasial
Sebuah model membutuhkan resolusi temporal yang tinggi
untuk memberikan gambaran yang komprehensif dari penyebab yang
mendasari penyerapan agen kontras dalam jaringan. Dengan resolusi
14
temporal yang rendah, AIF yang tidak akurat dapat diperoleh. Dengan
resolusi spasial yang rendah, efek volume parsial juga dapat
menyebabkan pengukuran AIF yang tidak akurat.
3. Pemodelan Kinetik
- Pertama, penggunaan model yang kurang detail atau kurang akurat
dapat menimbulkan kesalahan sistematis ke dalam parameter
kinetik yang dievaluasi.
- Kedua nilai in vivo zat kontras harus diasumsikan untuk
menghitung konsentrasi zat kontras berdasarkan nilai yang
diperoleh dari in vitro pengukuran. Namun, nilai relaksivitas
tergantung pada jenis jaringan dan kompartemen air, yang
menyebabkan kesalahan dalam nilai konsentrasi.
- Ketiga, pengukuran konsentrasi zat kontras mungkin tidak akurat
selama penentuan parameter kinetik ketika pertukaran air antara
kompartemen tidak dipertimbangkan secara akurat.
- Keempat, parameter kinetik mungkin memiliki kesalahan jika
waktu transit plasma tidak dipertimbangkan dalam model kinetik.
Akhirnya, sebagian besar sumber kesalahan yang signifikan terkait
dengan T1 nilai yang digunakan. Dalam aplikasi klinis, pemindaian
tambahan untuk mengukur T1 tidak dilakukan karena keterbatasan
waktu. Meskipun orang mencoba memindai T1 pengukuran, teknik
akuisisi cepat, seperti metode dua titik, sering digunakan, yang
menyebabkan pengukuran T1 yang tidak dapat diandalkan nilai
dalam jaringan. Hal ini dapat menyebabkan estimasi parameter
kinetik yang tidak akurat.
c. ASL
1. Efisiensi Pelabelan
Kesalahan dalam efisiensi pelabelan menghasilkan kesalahan
besar dalam estimasi perfusi. Untuk memasukkan semua sinyal dari
perfusi darah, mereka harus diberi label secara efisien. Tidak praktis
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kontras kerentanan dinamis-MRI baik untuk pengukuran cepat waktu
transit, cakupan seluruh otak, dan waktu pemindaian cepat. DCE-MRI baik
untuk pengukuran volume darah dan Ktrans dan untuk mengurangi artefak
pencitraan. ASL baik untuk pengukuran aliran darah, studi berulang, dan
aplikasi pada anak-anak. Metode bolus dengan suntikan zat kontras
memberikan sensitivitas yang lebih baik dengan resolusi spasial yang lebih
tinggi, tetapi metode ASL memberikan kesempatan unik untuk memberikan
informasi CBF tanpa suntikan zat kontras dan memiliki akurasi yang lebih
baik untuk kuantifikasi dengan penggunaan protokol gabungan yang
menggabungkan metode bolus DSC dan DCE dengan ASL.
Pencitraan resonansi magnetik tingkat lanjut dengan nilai ADC, 3D
ASL, perfusi DCE MR, perfusi DSC MR berguna untuk diagnosis
meningioma derajat tinggi dan derajat rendah, dikonfirmasi dengan temuan
histopatologis, dan membantu ahli bedah saraf merencanakan reseksi bedah
sebelum operasi.
Meskipun beberapa keterbatasan klinis dan masalah yang belum
terpecahkan, bukti saat ini yang tersedia menunjukkan latar depan yang luar
biasa dari PW-MRI untuk meningkatkan manajemen glioma. Standarisasi
protokol pencitraan sangat dituntut untuk mempercepat terjemahan PW-
MRI ke dalam aplikasi klinis rutin. Untuk DSC MRI, upaya berkelanjutan
dan terfokus pada pemanfaatan urutan pencitraan baru, agen kontras, dan
algoritma yang lebih baik untuk menghilangkan T1 dan T2 secara
maksimal-efek ekstravasasi dominan. Membangun korelasi antara
karakteristik genetik glioma dan fitur PW-MRI akan memberikan wawasan
mendalam tentang proses angiogenesis tumor dan heterogenitas vaskular,
secara signifikan meningkatkan pemahaman kita tentang biologi tumor dan
akhirnya memungkinkan diagnosis yang lebih tepat dan terapi individu.
DAFTAR PUSTAKA
Jahng, G. H., Li, K. L., Ostergaard, L., & Calamante, F. (2014). Perfusion
magnetic resonance imaging: A comprehensive update on principles and
techniques. Korean Journal of Radiology, 15(5), 554–577.
https://doi.org/10.3348/kjr.2014.15.5.554
Utomo, S. A., Bajamal, A. H., Yuyun Yueniwati, P. W., Haq, I. B. I., Fauziah, D.,
& Fajarini, E. S. (2022). Advanced MRI prediction of meningioma
histopathological classification: a literature review and case
presentations. Bali Medical Journal, 11(1), 23–27.
https://doi.org/10.15562/bmj.v11i1.3100
Zhang, J., Liu, H., Tong, H., Wang, S., Yang, Y., Liu, G., & Zhang, W. (2017).
Clinical applications of contrast-enhanced perfusion MRI techniques in
gliomas: Recent advances and current challenges. Contrast Media and
Molecular Imaging, 2017. https://doi.org/10.1155/2017/7064120
22