Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/342361189

SOSIOLOGI PROMOSI KESEHATAN

Preprint · June 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.21248.46081

CITATIONS READS
0 4,636

1 author:

Ade Heryana
Universitas Esa Unggul
102 PUBLICATIONS   24 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Budaya Literasi View project

Kajian Antrian Pelayanan Pendaftaran Pasien BPJS Kesehatan RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2018 View project

All content following this page was uploaded by Ade Heryana on 22 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Sosisologi Promosi Kesehatan | Ade Heryana, SST, MKM

SOSIOLOGI PROMOSI KESEHATAN


Ade Heryana, SST, MKM | Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul | heryana@esaunggul.ac.id
Juni 2020

PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN


Promosi kesehatan (promkes) adalah sekumpulan aktivitas yang dapat melindungi
dan meningkatkan kesehatan masyarakat, baik pada individu yang sehat maupun yang
mengalami sakit1. Istilah lain dari promosi kesehatan antara lain propaganda kesehatan
(health propaganda), pendidikan kesehatan (health education), peningkatan kesehatan
(health improvement), pengembangan kesehatan (health development) dan pemasaran
sosial (social marketing). Pengertian promosi kesehatan dapat dilihat dari tiga sudut
pandang:
a. Promosi kesehatan sebagai ideologi, menyatakan bahwa promkes merupakan
sekumpulan nilai-nilai dan keyakinan, yang antara lain:
 Kesehatan merupakan nilai-nilai yang sebaiknya dijalankan oleh seseorang,
 Kesehatan individu dan komunitas dapat dilindungi serta ditingkatkan dengan
meningkatkan lingkungan fisik dan sosial serta mengadopsi perilaku sehat,
 Perlindungan dan peningkatan kesehatan harus selalu diukur, dan
 Setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan kesehatan
b. Promosi kesehatan sebagai disiplin ilmu, menyatakan bahwa promkes
menggunakan konsep-konsep dari disiplin ilmu lain seperti psikologi perilaku,
pendidikan, komunikasi, pemasaran, ilmu politik, pengembangan komunitas, dan
ilmu sosial untuk mengatasi masalah kesehatan di masyarakat.
c. Promosi kesehatan sebagai tenaga spesialis atau profesi, menyatakan bahwa
promkes merupakan sebuah profesi yang bekerja berdasarkan disiplin ilmu promosi
kesehatan.
Gambar 1. Poster kesehatan
anjuran hidup sehat yang
mudah dilakukan
merupakan salah satu
bentuk promosi kesehatan.
Foto: UCC Sports

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi dan Antropologi Kesehatan 1


Sosisologi Promosi Kesehatan | Ade Heryana, SST, MKM

Apakah terdapat perbedaan antara pendidikan kesehatan dengan promosi kesehatan?


Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan yaitu sebagai salah
satu tools yang dipakai untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Pendidikan
kesehatan meliputi rencana kombinasi pembelajaran berdasarkan teori yang relevan
yang memungkinkan individu, kelompok, dan komunitas memiliki kesempatan untuk
mendapatkan informasi dan keterampilan yang dibutuhkan dalam rangka memutuskan
tindakan untuk mencapai derajat kesehatan1.
Untuk lebih memahami perbedaan pendidikan kesehatan dengan promosi kesehatan,
Germov dkk membagi sudut pandang kesehatan masayarakat dalam dua periode yaitu
sebelum tahun 1970 dan setelah tahun 19702. Periode sebelum tahun 1970 dinamakan
traditional public health, setelah tahun 1970 dinamakan modern public health (lihat
gambar 2).

Basic Public Health


Health Rehabilitation
Health Promotion
(Rehabilitasi)
education Facilities (air (Promkes)
bersih, TPA)

Illness Illness
Treatment Prevention
(Pengobatan) (Pencegahan)
Hospital-based
service

Gambar 2. Perbedaan paradigma kesehatan masyarakat sebelum tahun 1970 atau traditional
public health (kiri) dan sesudah tahun 1970 (kanan) atau modern public health. Modifikasi dari:
Germov dkk 2

Pada gambar 2, paradigma kesehatan masyarakat sebelum tahun 1970 atau disebut
traditional public health menggunakan pendekatan biomedical model of health.
Pendekatan ini melihat masyarakat sebagai orang yang tidak paham sama sekali
tentang kesehatan atau disebut dengan negative health. Upaya kesehatan lebih
ditujuka pada aspek lingkungan fisik (udara dan air bersih, makanan sehat, kesehatan
kerja, dll) yang meliputi:
1. Pendidikan kesehatan (health education)
2. Infrastruktur dasar kesehatan masyarakat (basic public health facilities) seperti:
sarana air bersih, pembuangan sampah akhir dan sebagainya
3. Pelayanan kesehatan yang difokuskan pada rumah sakit (lebih kepada pengobatan)
atau hospital-based service

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi dan Antropologi Kesehatan 2


Sosisologi Promosi Kesehatan | Ade Heryana, SST, MKM

Dari gambar 2 juga terlihat bahwa setelah tahun 1970 (modern public health)
pendekatan yang dipakai adalah social model of health artinya kesehatan bukan hanya
masalah fisik atau bebas dari penyakit saja (biomedik) tetapi juga dipengaruhi oleh
masalah-masalah sosial. Modern public health memandang masyarakat sebagai pihak
yang sudah paham akan masalah kesehatan sehingga dibutuhkan pembinaan agar lebih
mandiri (disebut dengan positive health). Upaya kesehatan lebih ditujukan pada faktor
perilaku, sosial dan ekonomi, sehingga upaya yang dijalankan antara lain:
1. Promosi kesehatan (health promotion)
2. Pencegahan penyakit (illness prevention)
3. Kuratif (illness treatment)
4. Rehabilitatif (rehabilitation)
Dalam laman World Health Organization disebutkan bahwa beberapa kejadian penting
yang menandai munculnya konsep promosi kesehatan setelah tahun 1970 sebagai
berikut3:
1. Tahun 1986, pertama kali diadakan konferensi internasional promosi kesehatan
(International Conference on Health Promotion) di Ottawa, Canada. Konferensi
sebagai respon terhadap gerakan kesehatan masyarakat baru (new public health) di
belahan dunia. Piagam Ottawa menggunakan pendekatan positive health yaitu cara
pandang menyeluruh terhadap kesehatan yang lebih berfokus pada sehat seutuhnya
(wellness) yaitu kondisi yang bukanya hanya bebas dari penyakit tetapi juga sehat
secara spititual, komunal, dan dukungan sosial.
2. Pada konferensi ini dihasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter) yang berisi
strategi dasar untuk mencapai promosi kesehatan, yaitu
a. Advokasi (advocate) yaitu upaya pembinaan untuk memperkuat faktor-faktor
yang dapat memperkuat kesehatan;
b. Permudah (enable) yaitu upaya pelayanan untuk memastikan seluruh warga
mendapatkan hak yang sama dalam layanan kesehatan; dan
c. Mediasi (mediate) yaitu upaya kordinasi melalui kolaborasi lintas sektor
Dari ketiga strategi dasar ini diturunkan upaya-upaya promosi kesehatan antara lain:
penguatan komunitas, pengembangan keterampilan personal, menciptakan
lingkungan yang mendukung, melakukan pembagian kewenangan tenaga
kesehatan, dan membangun kebijakan kesehatan.
3. Konferensi global promosi keseatan diadakan tahun 2016 di Shanghai, China
dengan tema “Promoting health in the Sustainable Development Goals: Health for all
and All for health”. Pada konferensi dirumuskan hubungan antara promosi kesehatan
dengan pencapaian agenda SDGs tahun 2030.

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi dan Antropologi Kesehatan 3


Sosisologi Promosi Kesehatan | Ade Heryana, SST, MKM

Gambar 3. Ottawa Charter (Piagam Ottawa)


merupakan deklarasi bersama negara-negara
internasional untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan sebagai awal lahirnya
Promosi Kesehatan di dunia. Foto: WHO

KEBUTUHAN SEHAT DAN PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN


Terkait dengan pemahaman akan promosi kesehatan terdapat konsep penting yang
harus diketahui yaitu kebutuhan sehat (health need) 4. Kebutuhan sehat merupakan
segala sesuatu yang menyebabkan seseorang dapat mengendalikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan. Misalnya: untuk menjalan diet yang sehat seseorang
membutuhkan pengetahuan tentang makanan dan nilai gizinya, akses untuk
mendapatkan buah dan sayuran, kemampuan untuk menyiapkan makanan, waktu,
fasilitas dan sebagainya. Kebutuhan sehat ada dua jenis yaitu 1) kebutuhan sehat yang
diekspresikan seseorang atau disebut expressed needs; dan 2) kebutuhan sehat yang
diidentifikasi ahli dengan dasar logis dan penelitian, atau disebut normative needs.
Kebutuhan sehat tersebut dipenuhi oleh promosi kesehatan dengan dua pendekatan
yaitu promosi kesehatan secara individu atau Individualist Health Promotion (IHP),
dan promosi kesehatan struktural atau kolektif atau Structuralist Collectivist Health
Promotion (SCHP)2.
1. Pendekatan IHP
Pendekatan ini lebih menekankan pada pendidikan kesehatan dengan tema gaya
hidup, dan melibatkan tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, tenaga kesehatan
lainnya, psikologo, pendidik, ahli media dan pemasaran. Sasaran dari IHP adalah
individu atau perseorang yang membutuhkan kesehatan. Biasanya kebutuhan
kesehatan ini sebagian besar diidentifikasi secara logis berdasarkan penelitian
(normative needs).
Pendekatan IHP menggunakan metode ceramah/kuliah untuk menjelaskan tentang
risiko dan kesehatan. Penggunaan metode ceramah/kuliah karena menganggap

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi dan Antropologi Kesehatan 4


Sosisologi Promosi Kesehatan | Ade Heryana, SST, MKM

seseorang tidak memiliki cukup informasi untuk memahami, mengevaluasi dan


bertindak seceara sehat. Sehingga IHP memiliki kelemahan-kelamahan antara lain:
a. Seringkali gagal mengubah perilaku seseorang dalam jangka panjang. Umumnya
orang yang menerima ceramah atau kuliah hanya memahami saja, namun
perilakunya belum tentu berubah. Misalnya: seorang mahasiswa memberikan
penyuluhan cara Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) kepada masyarakat. Pada
jangka pendek masyarakat paham metode CTPS tersebut, namun belum tentu
mengubah perilaku CTPS mereka
b. Terjadi kondisi yang disebut dengan victim-blaming, yaitu kecenderungan
tenaga kesehatan menganggap bahwa penyakit atau masalah kesehatan yang
diderita seseorang disebabkan oleh perbuatannya sendiri dan hal tersebut
dianggap sebagai tanggung jawab individu.
c. Menganggap bahwa sebagian orang tidak memiliki kekuasaan untuk
menentukan dirinya sendiri dan menganggap masyrakat tidak menempatkan
kesehatan sebagai prioritas utama dalam hidupnya.
d. Mengabaikan masalah sosial sebagai penyebab penyakit dan tidak
mempertimbangkan faktor sosial dalam pencegahan penyakit, karena
pendekatannya lebih kepada pengobatan individu atau disebut dengan
biomedicine/biomedical model.
e. Penilaian risiko atau penyebab penyakit lebih kepada bahaya-bahaya yang tidak
dapat diantisipasi manusia atau risk society seperti polusi udara, keracunan
makanan, dan penurunan kualitas lingkungan. Umumnya terjadi di negara-
negara barat. Efeks samping dari kondisi ini terjadi medikalisasi
(medicalization) terhadap masalah-masalah non-medis, misalnya batuk-pilek
diberikan obat antibiotik, penjualan produk-produk suplemen yang dianggap
sebagai obat yang dapat menangkal penyakit menular, dan sebagainya. Dampak
lanjutan dari medikalisasi adalah munculnya perilaku konsumerisme yaitu
seseorang yang belanja barang dan jasa di pasar hanya untuk memuaskan
kebutuhannya yaitu hasrat untuk tampil beda dibanding yang lain dan
meningkat seiring dengan berkembangnya media iklan. Misalnya: penjualan
produk/jasa perawatan kulit yang sebenarnya tidak dibutuhkan, produk susu,
makanan tambahan dan sebagainya.
2. Pendekatan SCHP
Pendekatan ini lebih menekankan pada program kesehatan yang melibatkan
professional di bidang kesehatan komunitas, pembuat kebijakan dan birokrasi,
sehingga sasarannya lebih luas dibanding IHP atau masyarakat.

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi dan Antropologi Kesehatan 5


Sosisologi Promosi Kesehatan | Ade Heryana, SST, MKM

SCHP menggunakan paradigma konstruksi sosial atau social construction atau


constructionism. Menurut paradigma ini, karakter manusia terbentuk secara sosial
sehingga manusia berupaya mengembangkan realitas sosial secara alami/natural
dan merupakan sesuatu yang tidak terelakkkan. Menurut pandangan ini kondisi-
kondisi seperti normal-tidak normal, sehat-sakit, benar-salah merupakan sesuatu
yang sifatnya subyektif atau merupakan hasil pemikiran/karya manusia.
Pendekatan SCHP didasari pada pemikiran bahwa untuk kondisi masyarakat
ditentukan oleh bagaimana mereka menilai suatu pengetahuan (misalnya:
Kesehatan) dan bagaimana mereka mengklasifikasikan struktur sosial dalam
masyarakat. Lihat gambar 4 berikut ini.
Radikal

RADICAL
RADICAL HUMANIST STRUCTURALIST
(Kemanusiaan yang (Struktural yang
ekstrim): ekstrim):
- Sehat = holistik - Sakit = kesenjangan
- Deprofesionalisasi - Mengurangi
kesenjangan

Subyektif Obyektif
HUMANIST
TRADITIONAL
(Kemanusiaan)
(tradisional)
- Sehat = holistik
- Sehat = tidak ada
- Meningkat
penyakit
pemahaman &
- Mengubah perilaku
pengembangan
- Tenaga kesehatan
- Klien memegang
memegang pernanan
peranan

Kebijakan
Gambar4. Pembagian kelompok masyarakat dalam memandang masalah kesehatan

Pada gambar 4 ada empat kondisi masyarakat yang berkaitan dengan masalah
kesehatan yaitu radical traditional, humanist, radical humanis, dan radical strukturalist.
Pada masyarakat yang menilai sehat secara subyektif, maka masalah kesehatan
dianggap sebagai masalah holistic atau menyeluruh. Kondisi yang ideal saat ini adalah
yang humanist dimana klien atau pasien memegang peranan

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi dan Antropologi Kesehatan 6


Sosisologi Promosi Kesehatan | Ade Heryana, SST, MKM

INTERVENSI PROMOSI KESEHATAN


Intervensi merupakan aktivitas yang memiliki tujuan dan yang direncanakan pada suatu
lokasi tertentu, yang bertujuan memberikan perubahan terhadap individu atau
kelompok tertentu. Dengan demikian intervensi harus memiliki tujuan dan perencanaan.
Dalam menjalankan promosi kesehatan, harus diperhatikan lima dimensi intervensi yakni
tujuan, pengaturan, sasaran, obyektif dan sumberdaya. Dengan demikian intervensi
sebaiknya mengandung unsur: a) tujuan aktivitas, pengaturan tujuan dan targetnya; b)
sumberdaya untuk menjalankan intervensi; c) lokasi atau tempat dilakukan intervensi;
dan d) target sasaran dari intervensi.
Intervensi promosi kesehatan yang baik harus memenuhi syarat kualitas sebagai berikut:
1. Feasiblility (kelayakan) yaitu intervensi sebaiknya dapat dijalankan dengan
mempertimbangkan sumber daya yang ada. Namun perlu diingat bahwa intervensi
yang layak di satu tempat, belum tentu layak di tempat lain
2. Acceptability (dapat diterima) yaitu aktivitas dan hasilnya dapat diterima dengan
baik oleh yang memberikan dan menerima intervensi.
3. Accessability (dapat diakses) yaitu intervensi dapat menjangkau sasaran yang
dianggap potensial termasuk dapat menghilangkan bias dalam intervensi
4. Efficacy and effectiveness (efikasi dan efektif) yaitu dapat memberikan dampak
secara klinis dalam skala laboratorium (efikasi) dan dalam kehidupan nyata atau di
lapangan (efektif)
5. Cost and cost-effectiveness (Biaya dan efektif secara biaya) yaitu intervensi yang
dijalankan dapat terjangkau dari sisi biaya.

Gambar 5. Bentuk intervensi promosi kesehatan. Foto: Pinterest

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi dan Antropologi Kesehatan 7


Sosisologi Promosi Kesehatan | Ade Heryana, SST, MKM

METODE PROMOSI KESEHATAN (INTERVENSI PROMOSI KESEHATAN)


Promosi kesehatan membutuhkan metode untuk membantu pelaku promkes mencapai
tujuan yang diharapkan. Dalam buku Health Promotion Practices disebutkan ada
sembilan metode yang dipakai untuk menerapkan promosi kesehatan yaitu:
1. Healthy Public Policy
Healthy public policy (HPP) merupakan kebijakan publik yang disusun dengan
mempertimbangkan aspek kesehatan pada masyarakat dengan melakukan
modifikasi determinan sosial. Tujuan HPP adalah meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan mengurangi ketimpangan dalam pelayanan kesehatan. Namun
penggunaan HPP dalam promosi kesehatan mendapat hambatan antara lain: 1)
pemahaman yang tidak kompeten dan tidak jelasnya tujuan dari HPP; 2) rendahnya
bukti-bukti positif dari dampak yang dihasilkan dari intervensi kesehatan; dan 3)
adanya konflik kepentingan antar kelompok politik dan sektor terkait5.
2. Health advocacy
Advokasi kesehatan merupakan salah satu kunci sukses keberhasilan intervensi
promosi keseahatan. Keberadaan advokasi kesehatan semakin dibutuhkan seiring
dengan makin kompleksnya permasalahan kesehatan yang memerlukan pendekatan
yang memuaskan dan inovatif. Inti dari advokasi kesehatan adalah menyampaikan
apa yang sudah dilakukan dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan pada waktu yang
akan datang6.
3. Healthy setting
Healthy setting (HS) merupakan lingkungan fisik yang menyehatkan dan
menentukan peran masyarakat dalam lingkungan. Konsep lingkungan fisik terus
berkembang dari mulai “lokasi” ke “lingkungan” hingga “sistem secara keseluruhan”.
Pendekatan HS dapat dijalankan mengikuti intervensi promosi kesehatan lainnya,
namun HS memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dilihat dari ukuran intervensi,
keragaman, dan pemangku kepentingan yang beragam7.
Gambar 6. Program kesehatan yang
dicanangkan WHO banyak menerapkan
mobilisasi sosial. Foto: WHO

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi dan Antropologi Kesehatan 8


Sosisologi Promosi Kesehatan | Ade Heryana, SST, MKM

4. Community Mobilization
Community mobilization atau mobilitas massa merupakan intervensi promkes yang
bertujuan mengembangkan kesehatan komunitas. Salah satu metode mobilisasi
massa adalah dengan teknik Participatory Learning and Action (PLA). PLA meliputi
sekumpulan metode dan pendekatan yang dipakai dalam riset aksional, yang
memungkikan kelompok dan individu yang berbeda dapat belajar, bekerja, dan
bertindak bersama-sama secara gotong royong. PLA terdiri dari tahapan seperti
mengindentifikasi issu yang ada, mengidentifikasi hambatan, dan membangun
respon positif dalam situasi gotong royong8.
5. Media to Promote Health
Mass media atau media massa memiliki kekuatan dalam hal kemampuannya untuk
menempatkan issue pada masyarakat, meningkatkan kesadaran akan kesehatan, dan
menyampaikan informasi secara mudah 9. Salah satu media massa yang saat ini
menjadi trend adalah social media. Promosi kesehatan dengan media sosial yang
bertujuan meningkatkan pemahaman dan dukungan perilaku sehat terbukti efektif
secara empiris. Namun demikian media sosial memiliki kelemahan-kelamahan antara
lain 10:
a. Tidak seluruh informasi yang disebar dapat diterima oleh masyarakat, karena
umumnya pencari informasi melalui media sosial bersifat pasif serta masih ada
yang belum terakses jaringan internet
b. Terjadi ketidakseimbangan antara informasi yang diterima dengan bekal
kemampuan dalam menyaring informasi yang dimiliki, sehingga tidak dapat
menyaring informasi mana yang berguna bagi dirinya
c. Terindikasi bahwa beberapa informasi di media sosial merupakan informasi palsu
sehingga justru bisa memperburuk perilaku sehat pada masyarakat
d. Terbatasnya kemampuan tenaga kesehatan dalam mengelola informasi berbasis
media sosial menyebabkan penggunaannya tidak maksimal
e. Interaksi secara fisik antara petugas kesehatan dengan pencari informasi
menyebabkan media sosial berpotensi bias

6. Peer education
Peer education atau pendidikan oleh teman sebaya merupakan intervensi promosi
kesehatan yang melibatkan anggota pendukung kelompok untuk mempromosikan
masalah kesehatan kepada teman sebayanya. Edukasi teman sebaya meliputi:
penyampaian informasi kesehatan, pengembangan keterampilan, dan mengubah
sikap dan nilai yang berkaitan dengan kesehatan 11.

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi dan Antropologi Kesehatan 9


Sosisologi Promosi Kesehatan | Ade Heryana, SST, MKM

7. Therapeutic change
Therapeutic change atau terapi perubahan merupakan intervensi promosi kesehatan
yang memfokuskan pada psikologi positif dan perubahan perilaku dengan
mempertimbangkan hubungan terapi antara kelompok dengan individu. Intervensi
ini meliputi cognitive behavioral therapy (CBT), motivational interviewing, brief
interventions, dan harm reduction 12.
8. Information and advice methods
Information and advice methods atau metode informasi dan advis merupakan
intervensi promkes yang melibatkan pertukaran informasi dan advis antar individu.
Metode ini sangat beragam tergantung pada individu yang membutuhkan solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi tiap hari. Intervensi ini biasanya terkait
dan/atau saling melengkapi dengan metode intervensi lainnya seperti media massa.
Keunikan itervensi ini adalah tingkat keterlibatan dan interaksi antara petugas
promkes dengan klien yang sangat tinggi13.

REFERENSI
1. Kemm, J. Health Promotion: Ideology, Discipline, and Specialism. (Oxford University
Press, 2015).
2. Germov, J., Freij, M. & Richmond, K. A Sociology of Health Promotion. in An
Introduction to Health Sociology 464–483 (Oxford University Press, 2014).
3. World Health Organization. Health promotion. World Health Organization
https://www.who.int/health-topics/health-promotion#tab=tab_1 (2020).
4. Hickson, F. Concepts in Health Promotion. in Health Promotion Practice (eds.
Nutland, W. & Cragg, L.) 1–66 (Open University Press, 2015).
5. Egan, M. Healthy Public Policy. in Health Promotion Practice (eds. Nutland, W. &
Cragg, L.) 69–81 (Open University Press, 2015).
6. Chauvin, J. & Yeatman, H. Advocacy for Health. in Health Promotion Practice (eds.
Nutland, W. & Cragg, L.) 82–97 (Open University Press, 2015).
7. Gardner, E. Healthy Setting. in Health Promotion Practice (eds. Nutland, W. &
Cragg, L.) 98–115 (Open University Press, 2015).
8. Skovdal, M. & Vallentine, P. Developing Healthy Communities through Community
Mobilization. in Health Promotion Practice (eds. Nutland, W. & Cragg, L.) 116–136
(Open University Press, 2015).
9. Nutland, W. Using media to promote health: mass media, social media, and social
marketing. in Health Promotion Practice (eds. Nutland, W. & Cragg, L.) 137–150
(Open University Press, 2015).
10. Leonita, E. & Jalinus, N. Peran Media Sosial Dalam Upaya Promosi Kesehatan:
Tinjauan Literatur. INVOTEK J. Inov. Vokasional dan Teknol. 18, 25–34 (2018).

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi dan Antropologi Kesehatan 10


Sosisologi Promosi Kesehatan | Ade Heryana, SST, MKM

11. Forrest, S. Peer education. in Health Promotion Practice (eds. Nutland, W. & Cragg,
L.) 151–164 (Open University Press, 2015).
12. Lee, L. Therapeutic change methods. in Health Promotion Practice (eds. Nutland,
W. & Cragg, L.) 165–181 (Open University Press, 2015).
13. Nutland, W. & Weatherburn, P. Information and advice methods. in Health
Promotion Practice (eds. Nutland, W. & Cragg, L.) 182–194 (Open University Press,
2015).

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi dan Antropologi Kesehatan 11

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai