net/publication/342361189
CITATIONS READS
0 4,636
1 author:
Ade Heryana
Universitas Esa Unggul
102 PUBLICATIONS 24 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Kajian Antrian Pelayanan Pendaftaran Pasien BPJS Kesehatan RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2018 View project
All content following this page was uploaded by Ade Heryana on 22 June 2020.
Illness Illness
Treatment Prevention
(Pengobatan) (Pencegahan)
Hospital-based
service
Gambar 2. Perbedaan paradigma kesehatan masyarakat sebelum tahun 1970 atau traditional
public health (kiri) dan sesudah tahun 1970 (kanan) atau modern public health. Modifikasi dari:
Germov dkk 2
Pada gambar 2, paradigma kesehatan masyarakat sebelum tahun 1970 atau disebut
traditional public health menggunakan pendekatan biomedical model of health.
Pendekatan ini melihat masyarakat sebagai orang yang tidak paham sama sekali
tentang kesehatan atau disebut dengan negative health. Upaya kesehatan lebih
ditujuka pada aspek lingkungan fisik (udara dan air bersih, makanan sehat, kesehatan
kerja, dll) yang meliputi:
1. Pendidikan kesehatan (health education)
2. Infrastruktur dasar kesehatan masyarakat (basic public health facilities) seperti:
sarana air bersih, pembuangan sampah akhir dan sebagainya
3. Pelayanan kesehatan yang difokuskan pada rumah sakit (lebih kepada pengobatan)
atau hospital-based service
Dari gambar 2 juga terlihat bahwa setelah tahun 1970 (modern public health)
pendekatan yang dipakai adalah social model of health artinya kesehatan bukan hanya
masalah fisik atau bebas dari penyakit saja (biomedik) tetapi juga dipengaruhi oleh
masalah-masalah sosial. Modern public health memandang masyarakat sebagai pihak
yang sudah paham akan masalah kesehatan sehingga dibutuhkan pembinaan agar lebih
mandiri (disebut dengan positive health). Upaya kesehatan lebih ditujukan pada faktor
perilaku, sosial dan ekonomi, sehingga upaya yang dijalankan antara lain:
1. Promosi kesehatan (health promotion)
2. Pencegahan penyakit (illness prevention)
3. Kuratif (illness treatment)
4. Rehabilitatif (rehabilitation)
Dalam laman World Health Organization disebutkan bahwa beberapa kejadian penting
yang menandai munculnya konsep promosi kesehatan setelah tahun 1970 sebagai
berikut3:
1. Tahun 1986, pertama kali diadakan konferensi internasional promosi kesehatan
(International Conference on Health Promotion) di Ottawa, Canada. Konferensi
sebagai respon terhadap gerakan kesehatan masyarakat baru (new public health) di
belahan dunia. Piagam Ottawa menggunakan pendekatan positive health yaitu cara
pandang menyeluruh terhadap kesehatan yang lebih berfokus pada sehat seutuhnya
(wellness) yaitu kondisi yang bukanya hanya bebas dari penyakit tetapi juga sehat
secara spititual, komunal, dan dukungan sosial.
2. Pada konferensi ini dihasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter) yang berisi
strategi dasar untuk mencapai promosi kesehatan, yaitu
a. Advokasi (advocate) yaitu upaya pembinaan untuk memperkuat faktor-faktor
yang dapat memperkuat kesehatan;
b. Permudah (enable) yaitu upaya pelayanan untuk memastikan seluruh warga
mendapatkan hak yang sama dalam layanan kesehatan; dan
c. Mediasi (mediate) yaitu upaya kordinasi melalui kolaborasi lintas sektor
Dari ketiga strategi dasar ini diturunkan upaya-upaya promosi kesehatan antara lain:
penguatan komunitas, pengembangan keterampilan personal, menciptakan
lingkungan yang mendukung, melakukan pembagian kewenangan tenaga
kesehatan, dan membangun kebijakan kesehatan.
3. Konferensi global promosi keseatan diadakan tahun 2016 di Shanghai, China
dengan tema “Promoting health in the Sustainable Development Goals: Health for all
and All for health”. Pada konferensi dirumuskan hubungan antara promosi kesehatan
dengan pencapaian agenda SDGs tahun 2030.
RADICAL
RADICAL HUMANIST STRUCTURALIST
(Kemanusiaan yang (Struktural yang
ekstrim): ekstrim):
- Sehat = holistik - Sakit = kesenjangan
- Deprofesionalisasi - Mengurangi
kesenjangan
Subyektif Obyektif
HUMANIST
TRADITIONAL
(Kemanusiaan)
(tradisional)
- Sehat = holistik
- Sehat = tidak ada
- Meningkat
penyakit
pemahaman &
- Mengubah perilaku
pengembangan
- Tenaga kesehatan
- Klien memegang
memegang pernanan
peranan
Kebijakan
Gambar4. Pembagian kelompok masyarakat dalam memandang masalah kesehatan
Pada gambar 4 ada empat kondisi masyarakat yang berkaitan dengan masalah
kesehatan yaitu radical traditional, humanist, radical humanis, dan radical strukturalist.
Pada masyarakat yang menilai sehat secara subyektif, maka masalah kesehatan
dianggap sebagai masalah holistic atau menyeluruh. Kondisi yang ideal saat ini adalah
yang humanist dimana klien atau pasien memegang peranan
4. Community Mobilization
Community mobilization atau mobilitas massa merupakan intervensi promkes yang
bertujuan mengembangkan kesehatan komunitas. Salah satu metode mobilisasi
massa adalah dengan teknik Participatory Learning and Action (PLA). PLA meliputi
sekumpulan metode dan pendekatan yang dipakai dalam riset aksional, yang
memungkikan kelompok dan individu yang berbeda dapat belajar, bekerja, dan
bertindak bersama-sama secara gotong royong. PLA terdiri dari tahapan seperti
mengindentifikasi issu yang ada, mengidentifikasi hambatan, dan membangun
respon positif dalam situasi gotong royong8.
5. Media to Promote Health
Mass media atau media massa memiliki kekuatan dalam hal kemampuannya untuk
menempatkan issue pada masyarakat, meningkatkan kesadaran akan kesehatan, dan
menyampaikan informasi secara mudah 9. Salah satu media massa yang saat ini
menjadi trend adalah social media. Promosi kesehatan dengan media sosial yang
bertujuan meningkatkan pemahaman dan dukungan perilaku sehat terbukti efektif
secara empiris. Namun demikian media sosial memiliki kelemahan-kelamahan antara
lain 10:
a. Tidak seluruh informasi yang disebar dapat diterima oleh masyarakat, karena
umumnya pencari informasi melalui media sosial bersifat pasif serta masih ada
yang belum terakses jaringan internet
b. Terjadi ketidakseimbangan antara informasi yang diterima dengan bekal
kemampuan dalam menyaring informasi yang dimiliki, sehingga tidak dapat
menyaring informasi mana yang berguna bagi dirinya
c. Terindikasi bahwa beberapa informasi di media sosial merupakan informasi palsu
sehingga justru bisa memperburuk perilaku sehat pada masyarakat
d. Terbatasnya kemampuan tenaga kesehatan dalam mengelola informasi berbasis
media sosial menyebabkan penggunaannya tidak maksimal
e. Interaksi secara fisik antara petugas kesehatan dengan pencari informasi
menyebabkan media sosial berpotensi bias
6. Peer education
Peer education atau pendidikan oleh teman sebaya merupakan intervensi promosi
kesehatan yang melibatkan anggota pendukung kelompok untuk mempromosikan
masalah kesehatan kepada teman sebayanya. Edukasi teman sebaya meliputi:
penyampaian informasi kesehatan, pengembangan keterampilan, dan mengubah
sikap dan nilai yang berkaitan dengan kesehatan 11.
7. Therapeutic change
Therapeutic change atau terapi perubahan merupakan intervensi promosi kesehatan
yang memfokuskan pada psikologi positif dan perubahan perilaku dengan
mempertimbangkan hubungan terapi antara kelompok dengan individu. Intervensi
ini meliputi cognitive behavioral therapy (CBT), motivational interviewing, brief
interventions, dan harm reduction 12.
8. Information and advice methods
Information and advice methods atau metode informasi dan advis merupakan
intervensi promkes yang melibatkan pertukaran informasi dan advis antar individu.
Metode ini sangat beragam tergantung pada individu yang membutuhkan solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi tiap hari. Intervensi ini biasanya terkait
dan/atau saling melengkapi dengan metode intervensi lainnya seperti media massa.
Keunikan itervensi ini adalah tingkat keterlibatan dan interaksi antara petugas
promkes dengan klien yang sangat tinggi13.
REFERENSI
1. Kemm, J. Health Promotion: Ideology, Discipline, and Specialism. (Oxford University
Press, 2015).
2. Germov, J., Freij, M. & Richmond, K. A Sociology of Health Promotion. in An
Introduction to Health Sociology 464–483 (Oxford University Press, 2014).
3. World Health Organization. Health promotion. World Health Organization
https://www.who.int/health-topics/health-promotion#tab=tab_1 (2020).
4. Hickson, F. Concepts in Health Promotion. in Health Promotion Practice (eds.
Nutland, W. & Cragg, L.) 1–66 (Open University Press, 2015).
5. Egan, M. Healthy Public Policy. in Health Promotion Practice (eds. Nutland, W. &
Cragg, L.) 69–81 (Open University Press, 2015).
6. Chauvin, J. & Yeatman, H. Advocacy for Health. in Health Promotion Practice (eds.
Nutland, W. & Cragg, L.) 82–97 (Open University Press, 2015).
7. Gardner, E. Healthy Setting. in Health Promotion Practice (eds. Nutland, W. &
Cragg, L.) 98–115 (Open University Press, 2015).
8. Skovdal, M. & Vallentine, P. Developing Healthy Communities through Community
Mobilization. in Health Promotion Practice (eds. Nutland, W. & Cragg, L.) 116–136
(Open University Press, 2015).
9. Nutland, W. Using media to promote health: mass media, social media, and social
marketing. in Health Promotion Practice (eds. Nutland, W. & Cragg, L.) 137–150
(Open University Press, 2015).
10. Leonita, E. & Jalinus, N. Peran Media Sosial Dalam Upaya Promosi Kesehatan:
Tinjauan Literatur. INVOTEK J. Inov. Vokasional dan Teknol. 18, 25–34 (2018).
11. Forrest, S. Peer education. in Health Promotion Practice (eds. Nutland, W. & Cragg,
L.) 151–164 (Open University Press, 2015).
12. Lee, L. Therapeutic change methods. in Health Promotion Practice (eds. Nutland,
W. & Cragg, L.) 165–181 (Open University Press, 2015).
13. Nutland, W. & Weatherburn, P. Information and advice methods. in Health
Promotion Practice (eds. Nutland, W. & Cragg, L.) 182–194 (Open University Press,
2015).