Anda di halaman 1dari 9

BISNIS PARIWISATA, RUANG LINGKUP USAHA PERHOTELAN DAN

STRUKTUR ORGANISASI

1.1 PENGERTIAN PARIWISATA


Pengertian pariwisata menurut beberapa ahli yaitu :
Kodhyat (1998) pariwisata adalah sebagai perjalanan dari tempat satu ke
tempat yang lain. Baik yang dilakukan secara perorangan,
kelompok atau pun usaha.
Gamal (2002) mengartikan sebagai perjalanan seseorang menuju suatu
tempat, di luar tempat tinggalnya. Tentu saja alasan melakukan
perjalanan wisata dipengaruhi oleh banyak alasan, ada yang
disebabkan karena ada kepentingan ekonomi, politik, sosial, buaya dan
lain sebagainya.
Undang-undang RI No 10 Tahun 2009, pariwisata adalah sebagai
aktivitas melakukan perjalanan, baik yang dilakukan oleh individu
ataupun kelompok. Dimana tujuan mereka tidak lain untuk rekreasi,
mempelajari keunikan yang ditawarkan oleh objek wisata atau sekedar
untuk mengembangkan diri.
1.2 JENIS-JENIS PARIWISATA
Pariwisata menurut jenisnya dapat dibagi menjadi :
1. Wisata Budaya, perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan
kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau ke luar negeri,
mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat mereka, cara
hidup mereka, budaya dan seni mereka.
2. Wisata Maritim atau Bahari, Jenis wisata ini banyak dikaitkan
dengan kegiatan olah raga di air, lebih–lebih di danau, pantai, teluk,
atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan
pemotretan.
3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi), Wisata ini banyak
dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa
udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga satwa yang
langka serta tumbuh–tumbuhan yang jarang terdapat di tempat–tempat
lain.
4. Wisata Konvensi, Berbagai negara membangun wisata konvensi ini
dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan–ruangan
tempat bersidang bagi para peserta suatu konfrensi, musyawarah,
konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun
internasional.
5. Wisata Pertanian (Agrowisata), wisata pertanian ini adalah
pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek–proyek
pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya.
6. Wisata Buru, Jenis ini banyak dilakukan di negeri–negeri yang
memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan
oleh pemerintah dan digalakan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.
7. Wisata Ziarah, Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan
agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok
dalam masyarakat.
1.3 USAHA PARIWISATA
Ada beberapa jenis usaha yang termasuk kedalam usaha pariwisata yaitu :
1. Usaha Penginapan
2. Bisnis Tour Guide dan Penerjemah
3. Jasa Sewa Kendaraan
4. Usaha Kuliner
5. Membuka Toko Oleh-Oleh
1.4 MOTIVASI MELAKUKAN PERJALANAN
Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal.
McIntosh (1977) dan Murphy (1985) mengatakan bahwa motivasi dapat
dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu sebagai berikut:
1. Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau
fisiologis).
2. Cultural motivation (motivasi budaya).
3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat
sosial).
4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi).
1.5 PEMASARAN PARIWISATA
J. Krippendorf, dalam bukunya Marketing Et Tourisme merumuskan
pemasaran pariwisata yang dimaksudkan dengan: "Pemasaran Pariwisata
adalah suatu sistem dan koordinasi yang harus dilakukan sebagai
kebijaksanaan bagi perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata,
baik milik swasta atau pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional,
nasional atau internasional untuk mencapai kepuasan wisatawan dengan
memperoleh keuntungan yang wajar".
Prof. Dr. Salah Wahab, L.J Crampton, MA dan L.M.Rothfield dalam
buku mereka berjudul Tourism marketing merumuskan pengertian
pemasaran pariwisata adalah suatu proses manajemen yang dilakukan oleh
organisasi pariwisata nasional atau perusahaan-perusahaan termasuk
dalam kelompok industri pariwisata untuk melakukan identifikasi terhadap
wisatawan yang sudah punya keinginan untuk melakukan perjalanan
wisata dan wisatawan yang punya potensi untuk melakukan perjalanan
wisata dengan jalan melakukan melakukan komunikasi dengan mereka,
mempengaruhi keinginan,kebutuhan.
1.6 ASPEK EKONOMIS PARIWISATA
DR. James J. Spillane (1987) menyatakan ada lima aspek ekonomis
pariwisata;
1. Lokasi Industri Pariwisata
Dari berbagai pengaruh dan akibat tersebut, ada 3 hal yang menjadi
fokus dalam diskusi dalam kaitannnya dengan lokasi sebuah industri
pariwisata yaitu:
 Pengaruh terhadap masyarakat daerah
 Akibat ganda pariwisata
 Berbagai masalah dalam pariwisata
2. Sifat khusus industry pariwisata
Spillane (1987:87-88)mengatakan industri pariwisata mempunyai ciri-ciri
khusus yaitu sebagai berikut:
 Produk wisata tidak dapat dipindahan.
 Produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang sama.
 produk wisata memiliki beragam bentuk .
 Pembeli tidak dapat mencicipi bahkan tidak dapat menguji produk.
 Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar.
3. Aspek penawaran pariwisata
Aspek penawaran pariwisata dapat berupa :
 Proses produksi industri pariwisata
 Pentingnya tenaga kerja serta penyediannya
 Pentingnya infrastruktur/prasarana
 Pentingnya kredit
4. Aspek permintaan industry pariwisata
5. Pasar Industri Pariwisata di Indonesia
1.7 DAMPAK PEMBANGUNAN PARIWISATA
Pembangunan sektor pariwisata telah berdampak pada kehidupan manusia,
tidak hanya berdampak pada dimensi sosial ekonomi semata, tetapi juga
menyetuh dimensi sosial budaya bahkan lingkungan fisik. Dampak terhadap
berbagai dimensi tersebut bukan hanya bersifat positif tetapi juga berdampak
negatif.
 Dampak terhadap pembangunan ekonomi
 Dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat local
 Dampak terhadap sosial-budaya masyarakat.
1.8 PENGERTIAN HOTEL
Menurut Widanaputra (2009:16), hotel adalah suatu jenis akomodasi
yang dikelola secara komersial dengan menggunakan sebagian atau
seluruh bangunan yang ada untuk menyediakan fasilitas pelayanan jasa
penginapan, makanan, dan minuman serta jasa yang lainnya dimana
fasilitas dan pelayanan tersebut disediakan untuk para tamu dan
masyarakat umum yang ingin menginap.
Menurut Ikhsan (2008:2), hotel merupakan suatu lembaga yang
menyediakan para tamu untuk menginap, dimana setiap orang dapat
menginap, makan, minum dan menikmati fasilitas yang lainnya dengan
melakukan transaksi pembayaran.
1.9 JENIS PENGELOLAAN HOTEL
Hotel dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis yaitu :
1 Hotel berdasarkan jenis lokasinya.
2 Hotel berdasarkan plan.
3 Hotel berdasarkan kunjungan tamu.

1.10 KARAKTERISTIK PRODUK HOTEL

 Ada beberapa karakteristik dalam produk hotel antara lain :

1. Prоduk nуаtа (tаngіblе goods) seperti реnjuаlаn kаmаr, makanan,


mіnumаn, kоlаm renang, dаn ѕеbаgаіnуа,
2. Prоduk tidak nуаtа (іntаngіblе gооdѕ) ѕереrtі keramah-tamahan,
kеnуаmаnаn, kеіndаhаn, kеаmаnаn, dan ѕеbаgаіnуа,
3. Produk segar tіdаk tаhаn lаmа (perishable gооdѕ) seperti: bаhаn
makanan dаn ѕауurаn ѕеgаr, dаgіng ikan, dan sebagainya,
4. Produk tahan lаmа (nоn реrіѕhаblе gооdѕ), seperti: minuman kеrаѕ, ѕоft
drіnk, реrlеngkараn tаmu, dаn ѕеbаgаіnуа.
 Karakteristik Produk Hotel lainnya :
Hotel sebagai industri jasa memiliki beberapa karakteristik produk
dengan kekhasannya sebagai berikut :
1. Tamu Terlibat Dalam Proses Produksi, Misal Ketika Tamu
Menikmati Makanan Di Restoran. makanan pesanan tamu diolah di
hadapan tamu. Produk minuman campuran diproduksi di depan tamu
ketika berada di bar.
2. Tidak dapat dipakai sampel, produk harus dinikmati langsung oleh
tamu.
3. Jasa yang tidak terjual pada hari tertentu tidak dapat disimpan dan
dikompensasikan dengan penjualan pada hari berikutnya. Jadi,
kamar yang tidak terjual hari ini, tidak dapat dikompensasikan dengan
penjualan hari berikutnya; kesempatan penjualan hari ini hilang.
Kesempatan penjualan jasa kamar yang telah hilang pada malam
sebelumnya tidak dapat dikompensasikan dengan penjualan jasa kamar
pada malam berikutnya.
4. Tamu Sebagai Konsumen Harus Datang Langsung Ke Lokasi Hotel
Untuk Menikmati Produk Hotel.
5. Mutu Layanan Yang Tidak Konsisten. Produk yang sama disiapkan
oleh karyawan yang berbeda akan menghasilkan mutu yang berbeda.
Oleh karena itu, untuk menjaga konsistensi mutu, selalu diadakan
inspeksi mutu produk sebelum dijual kepada tamu. Misalnya, sebelum
kamar siap ditawarkan kepada tamu, diadakan inspeksi atau
pengendalian mutu oleh penyelia bagian Tata Graha.
6. Citra Hotel Tidak Kasat Mata. Oleh karena itu, diperlukan tindakan
untuk membuat citra hotel menjadi kasat mata. Memberikan seragam
kepada karyawan merupakan salah satu upaya agar citra hotel menjadi
kasat mata.
7. Mudah Ditiru/Diduplikasi Oleh Pesaing. Bila suatu hotel menawarkan
kamar suite plus plunge pool dan spa, maka hotel lain dengan mudah
memberikan produk yang sama.Produk yang ditawarkan oleh satu hotel
dengan mudah ditiru oleh pesaing karena tidak ada hak paten untuk
produk yang ditawarkan kepada pelanggannya.

1.11 STRUKTUR ORGANISASI HOTEL DAN DEPARTEMEN HOTEL


1. Struktur Organisasi Hotel Besar
Sebuah penginapan termasuk dalam ukuran hotel besar apabila
memiliki jumlah kamar lebih dari 300 kamar dengan area public yang
luas dan fasilitas memadai.
2. Struktur Organisasi Hotel Menengah

Sebuah penginapan bisa dikatakan sebagai hotel kelas menengah


apabila didalamnya terdapat kamar dengan jumlah antara 28 – 299
kamar.

3. Struktur Organisasi Hotel Kecil


Sebuah penginapan yang memiliki jumlah kamar di bawah 28
dikategorikan sebagai hotel kelas kecil dengan harga sewa perkamar
sangat bervariasi.
1.12 TANTANGAN INDUSTRI PERHOTELAN ERA INDUSTRI 4.0
DAN NEW NORMAL
Revolusi industri 4.0 atau juga yang biasa dikenal dengan istilah “cyber
physical system” ini sendiri merupakan sebuah fenomena dimana
terjadinya kolaborasi antara teknologi siber dengan teknologi
otomatisasi.Dengan adanya revolusi ini sendiri membawa banyaknya
perubahan di berbagai sektor.

new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas


normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna
mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Menurut Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), industri


perhotelan masih akan mengalami beberapa tantangan. Salah satu yang
masih menjadi tantangan adalah faktor eksternal baik secara geo politik
maupun bencana alam dan juga mendekati era Industri 4.0, tantangan-
tantangan lain yang harus dihadapi para pelaku bisnis di bidang perhotelan
yaitu Teknologi dimana Teknologi membuat pengalaman pelanggan
menjadi faktor penting dalam menciptakan reputasi sebuah hotel karena
pelanggan dapat memberikan umpan balik secara online.sehingga
Pelayanan hotel akan ditingkatkan demi memuaskan pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.wartaekonomi.co.id/read204416/tantangan-bisnis-perhotelan-dalam-
industri-40

https://www.indonesianewnormal.id/2020/05/new-normal-peluang-dan-tantangan-
dalam.html

https://www.amesbostonhotel.com/struktur-organisasi-hotel/

https://www.beginisob.com/2018/12/4-karakteristik-produk-hotel.html

https://m.traveloka.com/id-id/explore/tips/klasifikasi-jenis-jenis-hotel-acc/27223

Anda mungkin juga menyukai