Anda di halaman 1dari 11

 

 
BAB II
  TINJAUAN PUSTAKA
 
II.1. Macam-Macam Pemanas Air di Pasaran
 

  Pemanas Air Tenaga Listrik


Pemanas air tipe ini merupakan pemanas air yang paling umum dijumpai di
 
pasaran. Prinsip kerja dari pemanas air listrik ini yaitu dengan mengalirkan air ke
 
dalam sebuah tangki yang dilapisi sebuah isolasi dan dilengkapi dengan coil yang
 
akan memanaskan air karena adanya arus listrik. Pemanas air tipe ini sudah
  dilengkapi dengan adanya thermostat sehingga sistem dapat hidup atau mati secara
otomatis. Ketika persediaan air panas digunakan, air akan masuk ke dalam tangki
pemanas yang akan menyebabkan turunnya temperatur air di dalam tangki.
Menurunnya temperatur di dalam tangki akan mengaktifkan sistem pemanas hingga
temperatur air panas yang diinginkan tercapai. Pemanas air tipe ini pun memiliki
kekurangan yaitu dibutuhkannya energi listrik yang sangat besar untuk menghasilkan
panas yang diinginkan.

Gambar II. 1 Pemanas Air Listrik


(Sumber: http://sanfordlegenda.blogspot.com/electric water heater)

II-1
 
  II-2

 
Pemanas Air Tenaga Surya
Pemanas air tipe ini adalah tipe yang paling ramah lingkungan karena
 
menggunakan radiasi dari sinar matahari sebagai sumber energi yang digunakan
 
untuk memanaskan air, akan tetapi biaya yang harus dikeluarkan untuk alat ini masih
 
cukup mahal dibandingkan dengan pemanas air tipe lainnya. Prinsip kerjanya sendiri
  yaitu dengan memanfaatkan radiasi matahari yang nantinya diserap oleh absorber,
  lalu air panas ditampung di dalam tangki yang diberi isolasi. Fluida yang mengalir
dengan   memanfaatkan perbedaan massa jenis air di dalam tangki. Pada beberapa
sistem pemanas air tenaga surya telah dilengkapi dengan heater tambahan sehingga
 
dapat memanskan air walaupun tidak terdapat sinar matahari. Jenis pemanas air
 
tenaga surya yang paling umum dijumpai adalah jenis pemanas air tenaga surya
dengan plat datar (flat plate solar water heater). Meskipun memiliki harga yang
cukup mahal, pemanas air tenaga surya ini juga memiliki kekurangan yaitu lebih
rumit dari segi instalasi karena diletakkan di atap rumah dan panas yang dihasilkan
pun tergantung pada cuaca atau panas matahari. Apabila panas matahari tidak
mencukupi untuk memenaskan air maka pemanas listrik (cadangan) akan bekerja
untuk memanaskan air. Dengan kata lain dibutuhkan energi listrik lebih besar lagi
untuk sistem solar water heater ini.

Gambar II. 2 Prinsip Kerja Solar Water Heater


(Sumber: Dokumen WIKA INDUSTRI ENERGI/Power point)

 
  II-3

 
Pemanas Air Bahan Bakar Gas
Prinsip kerja tipe pemanas air ini adalah dengan mengalirkan air melalui pipa
 
ke dalam sebuah tangki yang dilengkapi isolasi di sekelilingnya, lalu pada bagian
 
bawah tangki tersebut dilengkapi dengan kompor gas untuk membakar tangki dan
 
pada akhirnya menghasilkan air panas. Untuk memperluas perpindahan panas
  biasanya ditambahkan sudu atau sirip di bagian dalam tangki. Bidang perpindahan
  perlu diperluas agar input energi lebih besar sehingga temperatur yang diperoleh di
dalam tangki
  lebih tinggi. Pada bagian dalam tangki juga ditambahkan pipa-pipa
tembaga (Cu) guna mempercepat perpindahan panas di dalam tangki.
 

Gambar II. 3 Pemanas Air Berbahan Bakar Gas


(Sumber: http://reyesinspections.com/estimating the lifespan of a water heater/)

Pemanas Air Pompa Panas (Heat Pump)


Pemanas Air tipe ini memanfaatkan kerja kompresor, lalu menghasilkan
tekanan dan panas pada refrigerant. Refrigerant bertemperatur panas dan bertekanan
tinggi didinginkan dalam heat exchanger atau yang disebut kondensor, kemudian

 
  II-4

 
refrigerant
 
akan mengembun, tekanan masih tinggi, berbentuk cair dan temperatur
cenderung sedang. Refrigerant kemudian melalui katup ekspansi atau pipa kapiler
 
dan refrigerant berubah fasa menjadi fasa cair, kemudian melewati evaporator
 
dimana refrigerant berubah fasa menjadi fasa gas karena adanya penyerapan panas.
 
Refrigerant kemudian kembali ke kompresor dan siklus berulang secara terus
  menerus selama sistem dihidupkan
 

Gambar II. 4 Heat Pump Water Heater


(Sumber: Dokumen WIKA INDUSTRI ENERGI/Power point)

Air-Conditioner Water Heater

Air-conditioner Water Heater adalah pemanas air yang memanfaatkan


temperatur refrigerant yang sangat tinggi pada saat keluar dari kompresor. Pada AC
biasa, temperatur tersebut akan diturunkan kembali (dibuang) pada kondensor dengan
cara ditiup dengan kipas atau fan. Sebelum masuk kondensor, aliran refrigerant

 
  II-5

 
dengan  temperatur tinggi tersebut dialirkan terlebih dahulu ke dalam tangki yang
berisi air dingin. Di dalam tangki terdapat pipa atau coil yang disebut Heat
 
Exchanger. Sehingga terjadi kontak antara refrigerant panas dan air dingin pada heat
 
exchanger. Air yang semula dingin perlahan akan memanas sesuai dengan temperatur
 
refrigerant. Sebaliknya refrigerant yang semula sangat panas akan menurun
  temperaturnya sedikit demi sedikit sebagai hasil pertukaran kalor dengan air dingin
  tersebut.

Gambar II. 5 Skema atau prinsip kerja Air-Conditioner Water Heater


(Sumber: Dokument pribadi WIKA SWH/Power point)

Kelebihan sistem air-conditioner water heater:

1. Lebih menghemat energi.

2. Menekan biaya operasional karena memanfaatkan panas buangan AC.

3. Mampu mengurangi udara panas hasil buangan AC di luar rumah,


karena panas pembuangan AC dalam pemrosesan diubah menjadi udara
dingin.

 
  II-6

 
4.  AC menjadi lebih dingin.

  Kekurangan sistem air-conditioner water heater:


1.  Ketergantungan yang tinggi terhadap AC sehingga jika AC tidak
menyala maka tidak bisa memakai water heater.
 
2. Peletakan water heater harus berdekatan dengan kompresor AC sebab
 
bila terlalu jauh akan memperlambat proses pemanasan
 
Pengaruh AC dengan dipasangnya tangki pemanas air atau water heater
 
tank tergantung pada kerja sistem AC yang digunakan. Seberapa banyak kuantitas
dan kualitas
  suhu air panas yang didapatkan tergantung seberapa lama sistem AC
  bekerja secara terus menerus dan seberapa besar kapasitas tangki yang digunakan.
Selain itu berdampak juga pada daya listrik yang digunakan oleh sistem AC
sehingga biaya yang digunakan untuk membayar biaya listrik pun semakin besar.
Pada sistem penukar panas atau heat exchanger terdapat beberapa jenis, yaitu;

• Tubular Heat Exchanger


• Plate Heat Exchanger
• Shell and Tube Heat Exchanger
• Jacketed Vessel

Apabila diklasifikasikan berdasarkan proses perpindahan panasnya, penukar


panas atau heat exchanger dibagi menjadi dua, diantaranya Heat Exchanger Indirect
Heating atau penukar panas tipe kontak tak langsung dan Heat Exchanger Direct
Heating atau tipe kontak langsung. Tabel II.1 merupakan perbedaan atau
perbandingan antara pemanas air kontak langsung dan pemanas air tipe kontak tak
langsung.

 
  II-7

 
Tabel II. 1 Perbedaan penukar panas direct dan indirect heating

  Heat Exchanger Direct Heating Heat Exchanger indirect Heating


 
Keunggulan Kekurangan Keunggulan Kekurangan
 

  Penyerapan panas Air panas bertahan


maksimal cukup lama
 

Hasil Pemanasan
  Perawatan yang
lebih cepat cukup sulit
 

Tidak cocok untuk


Minim perawatan
daerah Sub tropis
Low Risk Product Cocok untuk
daerah Sub tropis
Harga lebih murah (4 musim)

Cocok di daerah High Risk Product


Tropis
(seperti Indonesia)

Harga cukup mahal

II.2. Siklus Air-Conditioner Water Heater

Gambar II.6 menunjukkan siklus ACWH yang memanfaatkan kalor buang dari
unit indoor untuk memanaskan air. Sebagain kalor dari refrigerant yang sudah
dikompresikan oleh kompresor digunakan kembali untuk memanaskan air dibantu
dengan heat exchanger. Hear exchanger sangat menentukan kinerja dari sistem air-
conditioner water heater ini. Pada sistem ACWH sangat dibutuhkan heat exchanger
yang dapat memindahkan kalor sebaik mungkin dari refrigerant tanpa menyebabkan
kebocoran yang dapat mempengaruhi kinerja unit indoor atau evaporator.

 
  II-8

Gambar II. 6 Ilustrasi Siklus Refrigerasi Kompresi Uap Ideal Pada ACWH
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Siklus refrigerasi kompresi uap ideal yang terdapat pada sistem air-conditioner
water heater dapat digambarkan dalam diagram seperti gambar di atas. Proses-proses
yang terjadi adalah,
- Proses 1 ke 2
Refrigerant dihisap oleh kompresor lalu diberi tekanan oleh kompresor hingga
berubah fasa dari cair menjadi gas, bertemperatur dan bertekanan tinggi.
- Proses 2 ke 3
Panas refrigerant ditransfer ke permukaan coil sehingga panas dari
refrigerant berpindah untuk memanaskan air. Begitu sebaliknya, refrigerant
mengalami penurunan tekanan dan temperatur dan sebagian berubah fasa
menjadi cair
- Proses 3 ke 4
Refrigerant keluaran kondensor dan heat exchanger digabungkan kembali
sebelum melalui pipa kapiler atau katup ekspansi. Refrigerant bertekanan dan

 
  II-9

 
bertemperatur tinggi selanjutnya melalui pipa kapiler atau katup ekspansi
 
sehingga mengalami penurunan temperatur dan tekanan.
 
- Proses 4 ke 1
 
Refrigerant pada evaporator dalam keadaan temperatur rendah sehingga dapat
 
menyerap kalor di dalam ruangan. Refrigerant mulai menguap karena
  menyerap kalor sebanyak kalor laten penguapan. Selama proses penguapan di
  dalam pipa terdapat campuran refrigerant fasa cair dan fasa uap. Proses ini

 berulang pada tekanan yang stabil hingga mencapai temperatur superheat.

 
II.3. Teori Dasar Perhitungan Alat Penukaran Kalor
 
Untuk menentukan seberapa besar kalor yang dilepas oleh pipa atau coil.
Dapat menggunakan persamaan untuk silinder horizontal berbentuk panjang dengan
konveksi bebas sebagai berikut:

𝑄𝐻𝐸 = U x ∆T LMTD ………………………………………………………(II-1)

Untuk mengetahui besarnya koefisien konveksi (ħ), dapat menggunakan


persamaan sebagai berikut:

Nu 𝑘
ħ = ……………..…………………………………………………………(II-2)
𝐷

Untuk mencari besarnya Nu, Churcill merekomendasikan persamaan untuk


bilangan Rayleigh sebagai berikut:
2
1
0,387 𝑅𝑎 6
Nu = 0,6 + 8 Untuk 𝑅𝑎 ≤ 1012 ..………….……………..…(II-3)
9 27
0,559 16
[1+( ) ]
{ Pr
}

𝑣
α= …………………………………….………………………………………(II-4)
Pr

g β(Tri−Twi)D3
𝑅𝑎 = ………………………………………………………..…(II-5)
αv

 
  II-10

 
Keterangan:
 
𝑄𝐻𝐸 = Kalor lepas Heat exchanger (double pipe) (Joule)
 
ħ = Koefisien Konveksi (W / m2 . K)
 
Nu = Bilangan Nusselt
 
D = Diameter pipa (m)
  K = Konduktifitas termal pipa (W / m.K)
  Pr = Bilangan Prandtl
Ra  = Bilangan Rayleigh
β = Koefisien ekspansi termal (K-1)
 
g = Grafitasi (m / s2)
 
α = Disfusitas termal (m2 / s)
v = Viskositas kinetic (m2 / s)
Tri = Temperatur refrigerant masuk (°C)
Twi = Temperatur air masuk (°C)
∆T =
LMTD =

II.4. Rumus-rumus yang digunakan pada Perhitungan

Rumus-rumus di bawah digunakan pada BAB IV yaitu pada perhitungan atau


analisis guna mengetahui COPHeat Pump untuk mengetahui koefisien performa dari
sistem air-conditioner water heater yang berfungsi untuk memanaskan air di dalam
tangki.

1. Menghitung laju aliran massa refrigerant (ṁ)

𝑄
ṁ= ………………………………………………………..…(II-6)
(ℎ1 −ℎ4 )

2. Menghitung kerja kompresor (Wcompressor)

Wcompressor = ṁ (ℎ2 − ℎ1 ) …………………………………………..…(II-7)

 
  II-11

 
3.  Menghitung Qout

  Qout = ṁ (ℎ2 − ℎ3 ) …………………………………………………..…(II-8)

 
4. Menghitung Qcondenser
 
𝑄𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑒𝑟 = ṁ𝑟𝑒𝑓 (ℎ2 − ℎ4)………………………………………..…(II-9)
 

  5. Menghitung COPHeat Pump

 COPHeat Pump = 𝑄𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑒𝑟 …………………………………………....…(II-10)


𝑉. 𝐼 . 𝐶𝑜𝑠 𝑝ℎ𝑖
 
6. Menghitung LMTD
 
∆𝑇1 −∆𝑇2
LMTD = ∆𝑇1 ……………………………………………………...…(II-11)
𝑙𝑛
∆𝑇2

7. Menghitung laju perpindahan panas

q = U × A × ∆T LMTD………………………………………………..…(II-12)

Keterangan:
ṁ = Laju alir massa (kg/s)
Q = Kalor (J)
Wcompressor = Kerja kompresor (W)
ṁref = Laju alir massa refrigerant (kg/s)
Qcondenser = Kalor keluar kondensor (J)
V = Tegangan (V)
I = Arus (I)
Cos phi = Faktor daya (kW)
COPHeat Pump = Coeficien of Performance Heat Pump
∆T LMTD = Perbedaan Temperatur rata-rata (°C)
q = Perpindahan panas (W)
U = Koefisien perpindahan panas total (W/m2.K)
A = Luas penampang (m2)

Anda mungkin juga menyukai