ABSTRAK
Salah satu ciri durian Sulawesi Tengah yaitu kecil dan memiliki biji yang besar. Biji
durian selama ini kurang mendapatkan perhatian dan tidak dimanfaatkan sehingga perlu
dilakukan upaya pemanfaatan untuk diolah sebagai bahan pangan seperti tepung. Jenis durian
yang digunakan dalam pembuatan tepung pada penelitian ini yaitu durian lokal yang berasal dari
Kabupaten Parigi moutong, Toli–Toli dan Donggala. Dilakukan penelitian yang bertujuan
menentukan karakteristik fisik kimia tepung biji durian (kadar abu, kadar air dan biomassa)
sedangkan karakteristik kimia meliputi (Karbohidrat, protein dan lemak) serta mineral (Mangan,
Seng, Kalium dan Kalsium). Sifat fisik ditentukan dengan menggunakan metode secara
grafimetri, karakteristik kimia, Karbohidrat ditentukan dengan metode Luff Schrool, Protein
dengan metode Kjehdal, lemak dengan metode soxhlet sedangkan mineral menggunakan metode
spektrofotometri serapan atom (SSA). Dari hasil analisis yang dilakukan, diperoleh kadar abu
diperoleh sebesar 12, 633 %. Dan kadar air sebesar 2,182%. Selanjutnya analisis kadar
karbohidrat diperoleh sebesar 59,2%, lemak 3,24%, protein 8,75%, mangan (Mn) 10,1 mg/kg
dan seng (Zn) 6,30 mg/kg untuk tepung biji durian kabupaten toli-toli, tepung biji durian
kabupaten donggala diperoleh kadar karbohidrat 41,76%, lemak 3,24%, protein 10,93%, mangan
(Mn) 7,1 mg/kg dan seng (Zn) 1,22 mg/kg. Sedangkan tepung biji durian Parigi Moutong
diperoleh pada sampel A untuk kadar karbohidrat sebesar 52,8%, protein 3,50% dan lemak
2,06% sedangkan pada sampel B untuk kadar karbohidrat sebesar 43,2%, protein 2,27% dan
lemak 2,25%, kadar kalium sebesar 612,605 mg /100g dan kadar kalsium diperoleh sebesar 15,
555 mg /100g. Berdasarkan hasil tersebut, tepung biji durian dapat menjadi salah satu alternatif
bahan pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan zat karbohidrat, lemak, protein, mangan, seng,
kalium dan kalsium didalam tubuh sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Pengolahan
tepung biji durian sebagai bahan makanan dapat dijadikan sebagai bahan pengganti atau subtitusi
tepung terigu.
Kata Kunci : Karakteristik fisik dan kimia
PENDAHULUAN
Durian merupakan buah yang memiliki nutrisi yang cukup lengkap selain daging buahnya,
bijinya juga memiliki kandungan bebagai nutrisi. Akan tetapi, masyarakat sebagian besar hanya
mengonsumsi buahnya dan bijinya tidak dimanfaatkan dan dibuang begitu saja. Pada umumnya,
kulit dan biji durian belum termanfaatkan secara maksimal, sebagian kecil hanya dimanfaatkan
sebagai pakan ternak dan sebagian besarnya dibuang begitu saja (Wati, M, 2017).
Biji durian merupakan bagian dari buah durian yang menjadi limbah bagi masyarakat. Biji
durian mentah tidak dapat dikonsumsi secara langsung sebab, memiliki asam lemak siklopropena
yang beracun. Biji durian berbentuk bulat telur, memiliki corak putih kekuning- kuningan
ataupun coklat muda. Biji durian kaya akan karbohidrat paling utama patinya yang lumayan
besar sekitar 42, 1% sebanding dengan ubi jalar 29, 9% ataupun singkong 34, 7%. Tidak hanya
itu, biji durian memiliki bermacam vitamin, Sumber mineral dan faktor mineral. Antara lain
karbohidrat (30%), protein (9,79%), lemak (0,2%), Kalsium (0,27%), serta fosfor (0,9%)
(Sumarli RE dan Rahmayuni, 2015).
Minimnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat setempat untuk
memanfaatkan hasil samping dari limbah biji durian menjadikan penumpukan limbah yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan, padahal jika limbah biji durian tersebut diolah menjadi
bahan baku makanan maka akan memberikan nilai jual (Widhiantari dkk., 2020).
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang tersusun dari unsur C, H dan O yang memiliki
fungsi utama yaitu sebagai sumber biokalori dalam bahan makanan, sebagai pemanis (sukrosa,
glukosa dan fruktosa. Faktor yang mempengaruhi jumlah karbohidrat yang dibutuhkan oleh
setiap orang yaitu usia, berat badan dan aktivitas (pekerja berat atau hidup santai) (Tandra,
2015).
Menurut Natsir (2018) Protein merupakan suatu zat yang sangat penting bagi tubuh karena
protein disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat
pembangun, pengatur metabolisme dalam tubuh transport, proteksi imun dan sebagai biokatalis
sedangkan menurut Probosari (2019), Protein memiliki banyak manfaat bagi tubuh maupun
untuk kesehatan tubuh, salah satunya yaitu protein dapat mengaktifkan insulin tanpa
meningkatkan glukosa darah. Hal ini disebabkan karena sekresi insulin yang dapat mengubah
glukosa menjadi energi yang disebarkan ke seluruh tubuh. Protein memiliki pengaruh terhadap
indeks glikemik karena semakin tinggi protein dalam suatu makanan maka indeks glikemik
semakin rendah. Natsir (2018) mengatakan bahwa Protein terdiri dari unsur-unsur C, H, O dan N
yang tidak dimiliki oleh unsur karbon maupun lemak.
Lemak merupakan sumber energi ke dua bagi tubuh seteah karbohidrat. Lemak tersusun dari
unsur O, H, C dan tidak larut dalam air sehingga membutuhkan pelarut organik untuk
melarutkannya (Santika, 2016). Lemak dapat menambah kelezatan makanan, misalnya makanan
yang digoreng tentu lebih kezat dibanding makanan yang di masak atau dikukus pada umunya.
Mineral merupakan salah satu gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Mineral terbagi menjadi
dua yaitu mikro dan makro. Mineral mikro diantaranya yaitu karbohidrat, Protein, lemak, dan
mangan. Sedangkan mineral makro diantaranya yaitu kalium, kalsium, dan lain sebagainya yang
merupakan makro mineral. Konmsumsi makanan yang memiliki kandungan mineral dalam
jumlah yang cukup sangatlah memberikan khasiat yang besar untuk tubuh kita. Tetapi
mengkonsumsi makanan yang memiliki kandungan mineral dalam jumlah yang kurang ataupun
berlebih malah akan berbahaya untuk tubuh (Lukiati, Maslikah, & Nugrahaningsih, 2016).
Kalium menghantarkan impuls saraf ke serat- serat otot, membagikan kemampuan otot untuk
berkontraksi serta pembebasan tenaga dari protein, lemak, dan karbohidrat sewaktu metabolisme.
Kalium berguna untuk badan kita untuk mengatur tekanan darah dan mensterilkan
karbondioksida di dalam darah. Kalium pula berfungsi melindungi penyeimbang cairan elektrolit
dan penyeimbang asam basa (Austin, 2017).
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian tentang
karakteristik nutrisi pada tepung biji durian yang berasal dari wilayah kabupaten Toli-Toli,
Donggala dan Parigi Moutong. Setelah mengetahui karakteristik nutrisi dari tepung biji durian,
maka pemanfaatan limbah biji durian dapat dioptimalkan.
METODE
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu labu alas bulat, neraca digital, pipet tetes, spatula,
corong, alat refluks, buret, statif, Erlenmeyer 250 mL, labu ukur, gelas ukur, gelas kimia, batang
pengaduk, pengukur pH, seperangkat alat destruksi, seperangkat alat kjehdal, buret, corong,
erlenmayer 250 mL, gelas ukur 10 mL, labu ukur 100 mL, hot plate, gelas ukur 10 mL, oven,
penjepit, desikator, Perangkat alat ekstraksi mikro Soxhlet, waterbath, Thimbel dari kertas
saring, kapas bebas lemak, SSA, tanur FB1410M dan labu alas bulat.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu sampel biji durian, larutan luff schoorl, HCl 3%,
NaOH 40%, aquades, H2SO4 25%, KI 15%, amilum 1%, Na2S2O3 0,1N, selenium, lampu katoda,
NH2SO4, NaOH 30%, NaOH 0,1 N, HCl, larutan HNO3 1 M, n-heksana, larutan standar untuk
kalium, kalsium, magnesium dan zink.
Preparasi Sampel
Preparasi Sampel 1
Sampel 1 yaitu biji durian khas Sulawesi Tengah lebih tepatnya biji durian asal Parigi Moutong.
Pertama-tama biji durian dicuci bersih kemudian dikupas atau dipisahkan kulit biji durian
sehingga yang tersisa hanya daging biji durian. Selanjutnya dipotong-potong menjadi bagian
yang lebih kecil lalu dioven dengan suhu 105°C sampai didapat berat konstan. Langkah
selanjutnya, biji durian digerus menggunakan lumpang dan alu menjadi bagian yang lebih kecil
(sampel A). ½ dari sampel 1 diambil kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender lalu
diayak (sampel B) (Fadjria, dkk, 2019).
Preparasi Sampel 2 dan 3
Sampel Sampel 2 yaitu biji durian khas Sulawesi Tengah lebih tepatnya biji durian asal
Donggala dan Toli-Toli. Pertama-tama biji durian dicuci hingga bersih terlebih dahulu untuk
menghilangkan kotoran dan sampel. Biji durian kemudian diblansing pada suhu 80 0Cselama ± 5
menit, Selanjutnya biji durian direndam dalam air kapur dengan konsentrasi 10% selama 1 jam.
Setelah direndam biji durian kemudian dicuci kembali, lau diiris tipis-tipis dan dijemur dibawah
sinar matahari selama 2 hari, kemudian dikeringkan kembali dalam oven pada suhu 100 0C
selama 2 jam. Biji durian yang telah kering kemudian dihaluskan menggunakan ayakan 80 mesh
sehingga didapatkan tepung biji durian yang sudah halus.
ANALISIS SAMPEL 1
Analisis Kadar Karbohidrat
Pembuatan Larutan Luff Schoorl
Sebanyak 5gram C6H8O7.H2O dilarutkan dalam 2 mL aquades sebagai larutan A, 2,5gram
CuSO4.5H2O dilarutkan dalam 10 mL aquaes sebagai larutan B dan 14,38gram Na 2CO3 dalam
aqudest mendidih sebagai larutan C. Larutan A dan B dicampur dalam Labu ukur 100 mL
ditambahkan sedikit demi sedikit larutan C lalu tambahkan aquades sampai tanda batas, biarkan
semalam kemudian disaring (Ifmaily, 2018)
Penetapan Larutan Blanko
Dimasukkan aquades ke dalam erlenmayer sebanyak 5 mL lalu ditambahkan 2 mL luff schoorl
setelah itu ditambahkan 3 mL KI 15% dan 5 mL H 2SO4 25% dihomogenkan dan dilakukan titrasi
dengan Na2S2O3 0.1 N kemudian ditambahkan amilum 1 pipet tetes yang bertindak sebagai
indikator.
Analisis Sampel
Sampel ditimbang sebanyak 0,3gram kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam
erlenmayer lalu ditambahkan 12 mL HCl 3% lalu dinetralkan sampai pH 7 dengan NaOH 40%
selanjutnya direfluks selama 2,5 jam kemudian didinginkan dan diencerkan ke dalam labu ukur
100 mL.
Sampel yang telah diencerkan diambil sebanyak 5 mL kemudian dimasukkan kedalam
erlenmayer lalu ditambahkan 2 mL larutan luff schoorl, 5 mL H2SO4 25% dan 3 mL KI 15%.
Selanjutnya dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna putih kecoklatan kemudian
ditambahkan 2 mL amylum 1% titrasi dilanjutkan secara perlahan. Hentikan titrasi hingga
larutan brwarna putih susu. Mencatat larutan Na 2S2O3 0.1 N yang terpakai. Perlakuan diulangi
sebanyak 3 kali. Rumus kadar Karbohidrat yaitu:
w 1 x fp
Kadar Glukosa = x 100%
w
Kadar Karbohidrat = 0,9 x kadar glukosa (Fadjria, dkk, 2019)
Analisis Kadar Protein
Destruksi: Sampel 1 dan 2 ditimbang sebanyak 1 gram kemudian masing masing sampel
dimasukkan ke dalam labu kjehdal lalu dilakukan penambahan H2SO4 pekat sebanyak 15 mL dan
tabel selenium kemudian dihomogenkan dan didestruksi selama 3-5 jam, destruksi dihentikan
setelah larutan menjadi jernih lalu didinginkan.
Destilasi: Hasil destruksi sampel 1 dan 2 kemudian diencerkan dengan aquades sebanyak 100
mL lalu dihomogenkan. Setelah itu, ditambahkan 50 mL NaOH 30% dan dilakukan destilasi.
Destilasi ditampung ke dalam labu erlenmayer 250 mL yang berisi 50 ml larutan HCl 0,1 N.
Proses destilasi selesai jika destilat yang ditampung kurang lebih 75 mL.
Titrasi: Sisa larutan HCl 0,1 N yang tidak bereaksi dengan destilat, ditambahkkan methyl orange
sebanyak 2 tetes lalu dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Dilakukan titrasi blanko dengan perlakuan
yang sama tanpa menggunakan sampel. (Syafrudin, Hasan & Amin, 2016). Rumus kadar
karbohidrat yaitu:
V 2−V 1
%Protein = x N NaOH x 14,008 X fk x 100%
W
(Syafrudin, Hasan & Amin, 2016)
Analisis Kadar Lemak
Kadar lemak ditentukan dengan metode soxlhet dimana pada labu soxlhet berisi pelarut
pengekstrak. Pelarut pengekstrak yang digunakan pada penelitian ini yaitu n-heksane. pelarut
yang dipanaskan sehingga menguap. Uap pelarut akan naik melewati pipa pendingin balik dan
menetesi sampel yang sebelumya berada dalam selongsong, jika pelarut telah merendam sampel
dan tingginya telah melewati pipa pengalir pelarut maka ekstrak mengalir ke labu soxlhet.
Ekstrak yang terkumpul dalam labu dipanaskan lagi dan menguap sehingga hanya lemak yang
tertinggal dalam labu. Proses ini akan terjadi secara berulang-ulang (Melwita dkk, 2014).
Prosedur kerjanya pertama-tama yaitu labu soxhlet di oven lalu dimasukkan ke dalam desikator
kemudian ditimbang berat labu kosong, selanjutnya sampel 1 dan sampel 2 ditimbang sebanyak
2gram kemudian sampel dibungkus dengan kertas saring dan mengikatnya. Hubungkan ujung
bawah tabung mikro soxlhet dengan labu soxhlet yang telah dikeringkan. Lalu kertas saring
dimasukkan ke dalam mikro soxlhet selanjutnya dituangkan n-heksana kurang lebih 2 kali
volume tabung (150 mL) setelah itu, kondensor dipasang dan di atur pemanas hingga n-heksana
mendidih. Proses ekstraksi berlangsung 3,5 jam. Setelah itu, labu yang berisi lemak di oven
selama 20 menit lalu dimasukkan kedalam desikator selanjutnya labu yang berisi lemak
ditimbang (Pegiyanti, 2019). Rumus kadar lemak yaitu:
w−w 1
%Lemak = x 100% (Pegiyanti, 2019).
w2
Kadar kalium dan kalsium dalam sampel biji durian
Proses destruksi
Menimbang sampel yang telah dikeringkan masing-masing sebanyak 30 gram dan
menambahkan larutan HNO3 1 M sebanyak 5 mL dan menambahkan aguades sebanyak 100 mL
untuk melarutkan atau menghancurkan logam-logam yang terdapat dalam sampel. Setelah itu di
disaring menggunakan kertas saring untuk memisahkan filtrat dan residu. Setelah saring
dimasukan kedalam labu ukur 100 ml, lalu ditambahkan aquades sampai batas ukur. Setelah itu
dikocok agar larutan tersebut di homogenkan. Setelah itu dimasukan kedalam botol sampel yang
sudah disediakan.
B 2,152 12,1
C 2,225 13,8
Rata-rata
2,182 12,633
Hasil analisis kadar air dan kadar abu pada biji durian diperoleh rata-rata kadar air
sebesar 2,187% dan rata-rata kadar abu sebesar 12,633%.
Hasil analisis kadar karbohidrat, Protein, lemak, kalium dan kalsium asal Parigi
Moutong disajikan dalam tabel 1, Setelah dianalisis dan dilakukan perhitungan, maka
diperoleh hasil analisis kadar karbohidrat sebesar 43,2%, kadar protein sebesar 2,27%
kadar lemak sebesar 2,25%, kadar kalium sebesar 612, 605%, dan kalsium sebesar
15,555%
b. Sampel 2 dan 3 (Toli-toli dan Donggal)
Kode
Mn (mg/kg) Zn (mg/kg)
Sampel
Toli-Toli 10,1 6,3
Donggala 7,1 1,2
Hasil analisis tepung biji durian Toli-Toli memiliki kadar mangan 10,1 mg/kg dan
seng 6,3 mg/kg, sedangkan t epung biji durian Donggala memiliki kadar mangan 7,1
mg/kg dan seng sebesar 1,2 mg/kg.
2. Pembahasan
Sampel abu biji durian yang diperoleh dari proses pengabuan dilarutkan dengan HNO3
1M sebanyak 5 mL, setelah itu diencerka ke labu takar 100 mL, sehingga diperoleh factor
pengenceran sebanyak 10 kali. HNO3 1M yang digunakan dalam penyiapan cuplikan
bertujuan untuk melarutkan logam- logam yang ada di dalam sampel, karena HNO3
merupakan pelarut logam yang umum serta dapat menstabilkan logam- logam yang akan
dianalisis. Penambahan HNO3 dalam proses pengabuan bertujuan untuk mengoksidasi
seluruh karbon.