Anda di halaman 1dari 18

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Republik Indonesia

TATA KELOLA PENGELOLAAN


PERIKANAN LOBSTER

Jakarta, 4 Juni 2020


PENDAHULUAN
▪ Lobster salah satu Komoditas Ekonomis Penting Indonesia
▪ Pengelolaan secara bertanggungjawab untuk keberlanjutan sumberdaya Lobster
mutlak harus dilakukan
▪ Regulasi tata kelola sumberdaya perikanan lobster diperlukan untuk memperkuat
tata kelola benih lobster melalui beberapa cara, yaitu;
▪ pendataan stok benih lobster dan produksi lobster,
▪ peluang menata kelembagaan benih lobster yang optimal,
▪ memperkuat pengembangan budidaya lobster, dan
▪ memperkuat upaya restocking lobster di sentra benih lobster
Tujuan besar pengelolaan perikanan Lobster adalah untuk :
▪ peningkatan kesejahteraan masyarakat,
▪ kesetaraan teknologi budidaya,
▪ pengembangan investasi,
▪ peningkatan devisa negara,
▪ serta pengembangan pembudidayaan Lobster di dalam negeri,
▪ mengatur ketentuan penangkapan dan/atau pengeluaran Lobster
JENIS DAN HABITAT LOBSTER

Panulirus Panulirus
homarus ornatus

Panulirus Panulirus
longipes versicolor

Panulirus Panulirus
polyphagus pencicullatus
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia

SIKLUS HIDUP LOBSTER

Ruttenberg et al. (2013):


Spiny Lobster dewasa (sexual maturity): 3-4 th, 7,5 cm CL
Spawning sepanjang tahun, puncaknya?.. di reef habitat;
induk potential: 10-13 cm CL, telur ~ 1,5 juta (“berried
female”) menetas setelah 1 bulan; → Larva (phyllosoma)
di laut terbuka, setelah 9 bulan → puerulus → post larva
(di mangrove, sea grass, lagoons)→ juvenile
(laut/perairan karang yang lebih dalam).

Pertumbuhan P. homarus: 2 cm juvenile → 200 gram (6 bulan)


Pertumbuhan P. ornatus: 2 cm juvenile → 350 gram (8 bulan)

Transformasi Digital 44
POTENSI SUMBER DAYA LOBSTER DI INDONESIA

▪ Stok sumber daya ikan di Indonesia adalah multi species


▪ Kaya jenis, rendah dalam besaran stok
▪ Pengelolaan sumber daya ikan harus berbasis unit stok (WPP)
dan melalui pendekatan yang menyeluruh
▪ Pengkajian stok merupakan basis awal bagi pengelolaan
sumber daya ikan
▪ Pengkajian stok ikan di perairan Indonesia dapat dijadikan
dasar pengelolaan bersama (alokasi)
▪ Sumber daya ikan tidak dapat dikelola secara sendiri
berdasarkan wilayah administratif, tapi harus dilakukan secara
bersama-‐sama dalam kerangka WPP

WPP 571 572 573 711 712 713 714 715 716 717 718
Potensi (ton) 673 1.483 970 1421 989 927 724 848 894 1044 1.187

Tk.pemanfaatan 1,30 0,93 0,61 0,54 1,36 1,40 1,73 1,32 0,75 1,04 0,97

Sumber : Kepmen KP50/2017


KAJIAN ESTIMASI POTENSI, JUMLAH TANGKAPAN YANG DIPERBOLEHKAN, SEBARAN LOKASI
DAN HASIL PENANGKAPAN BENIH BENING LOBSTER DI PERAIRAN INDONESIA
Potensi Induk Benih Bening Lobster Pasir Kesimpulan
WPPNRI JTB
Lobster (Ton) dan Lobster Mutiara (Ekor)
1. Potensi benih bening lobster pasir (P.
571 673 16.825.000 8.412.500 homarus) dan lobster mutiara (P. ornatus) di 11
572 1.483 37.075.000 18.537.500 WPPNRI sebesar 278.950.000 ekor.
2. Penangkapan benih lobster dapat
573 970 24.250.000 12.125.000 dilakukan di lokasi-lokasi yang memiliki
711 1.421 35.525.000 17.762.500 karakteristik bertipologi perairan dangkal,
sepanjang pantai dan pulau pulau kecil, relatif
712 987 24.725.000 12.362.500
terlindung (dalam teluk) dan dasar perairan
713 927 23.175.000 11.587.500 pasir berlumpur serta terdapat asosiasi
714 724 18.100.000 9.050.000 terumbu karang-lamun-alga.

715 846 21.150.000 10.575.000 Rekomendasi


1. Dengan pertimbangan prinsip keberlanjutan,
716 894 22.350.000 11.175.000
JTB benih bening lobster pasir dan lobster
717 1.044 26.100.000 13.050.000 mutiara adalah sebesar 139.475.000 ekor untuk
718 1.187 29.675.000 14.837.500 dapat dijadikan acuan dalam penentuan kuota
Total 11.158 278.950.000 139.475.000 penangkapan di seluruh WPPNRI.
2. Untuk mendukung peninjauan kembali
Pendekatan : Mengingat estimasi pre-rekrut stok (stok yang belum masuk pada perikanan) tidak pernah dilakukan, dengan ketersediaan stok benih bening lobster,
berbagai keterbatasannya maka estimasi potensi benih bening diturunkan berdasarkan angka potensi lobster dewasa yang
diperlukan upaya pencatatan hasil
dipadukan dengan komposisi jenis hasil tangkapan (DJPT, 2017), pendekatan daur hidup, proporsi induk pada struktur populasi
(Froese, 2004), rasio jantan dan betina digunakan 1:1 (Karisma et al., 2017) walaupun pada beberapa penelitian cenderung penangkapan benih bening di setiap lokasi dan
didominasi oleh jantan (Hogarth & Barratt 1996; Jury et al., 2019), estimasi fekunditas (Kintani et al., 2020), laju kelangsungan penelaahan berkala terhadap kondisi stok benih
hidup dan beberapa asumsi serta pandangan kepakaran (expert judgement (FAO, 2019; Lart, 2019))
bening lobster di alam.
PROTOKOL DAN STRATEGI RESTOCKING LOBSTER DI INDONESIA

Oleh
Endi Setiadi Kartamihardja dan Fayakun Satria
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
E-mail: endi_prpt@indo.net.id; fsatria70@gmail.com
FAKTOR YG MEMPENGARUHI DAN METODE PENETAPAN HARGA
Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga
1. product life cycle,
2. penawaran dan permintaan,
3. elastisitas permintaan,
4. persaingan pasar, dan Secara garis besar, METODE PENETAPAN
5. biaya produksi dan pemasaran HARGA dapat merujuk pada 4 kategori
utama, yaitu;

1) penetapan berbasis permintaan, 2) biaya,


3) persaingan, dan 4) berbasis laba.
Referensi Harga (literasi)
Sumber Harga benih lobster Keterangan
Erlania et al. (2016) 1. Rp2000 – Rp2500 (T. 2012) Lokasi riset di Lombok Tengah dan Lombok Timur
2. Rp13.000 (T.2013)
3. Rp17.000 – Rp20.000 (T.2014)
Priyambodo and 1. Rp10.000 – Rp17.000 (T.2014) Waktu penangkapan April – Oktober
Samsul B. (2015) Lokasi riset di Banyuwangi – Jawa Timur
Jones et al. (2019) 1. Rp2000 – Rp3000 (T.2009) Lokasi riset Indonesia (Lombok, Sumbawa dan Jawa)
2. Rp4000 (T.2010) dan Vietnam
3. Rp5000 (T.2011)
4. Rp5000 – Rp6000 (T.2012)
5. Rp5000 – Rp10.000 (T.2013)
6. Rp10.000 – Rp17.000 (T.2014)
FGD Lapang 2015 Perkembangan harga benih lobster: Rp. 500/ekor - Riset dalam rangka Kajian Khusus BBRSEKP
1000/ekor (T.1999), Rp. 2500/ekor (T.2000) dan Rp. Data bersifat recalled.
4000/ekor (T2003), Rp. 5000/ekor (T.2004), Rp.
7000/ekor (T.2010), Rp. 10.000 – Rp. 12.000/ekor
(T.2013), Rp. 15.000/ekor (T.2014).
KOMPONEN PENYUSUN METODOLOGI PENGHITUNGAN HARGA PATOKAN TERENDAH
BENIH BENING LOBSTER (PUERULUS) DI TINGKAT NELAYAN

1. Biaya variabel produksi terdiri dari :


• Tenaga kerja, meliputi tenaga kerja persiapan, produksi, pemeliharaan dan pemanenan;
• BBM, yang digunakan untuk perahu dan penerangan/lampu;
• Ransum meliputi konsumsi pangan untuk tenaga kerja;
• Biaya pengemasan benih bening lobster, umumnya dengan menggunakan kantong plastik bening.
2. Biaya tetap produksi, terdiri dari :
• Penyusutan investasi berdasarkan umur teknis meliputi unit KJA, perahu, lampu, genset instalasi
listrik, alat penangkap benih bening lobster/pocong, ember/wadah;
• Listrik yang digunakan untuk penerangan/lampu;
• Retribusi, izin usaha, dan/atau pajak.
3. Biaya lainnya, meliputi biaya risiko usaha (faktor alam, musim tangkapan), biaya sosial (kematian, biaya adat
dan kemasyarakatan, keamanan), biaya konservasi.

4. Margin Keuntungan (10% dari harga pokok produksi per ekor).


SIMULASI PENENTUAN HARGA BENIH LOBSTER
DI TINGKAT NELAYAN

total komoditas lobster pasir lobster mutiara


Biaya Variabel 83,160,000 41,580,000 41,580,000
Biaya Tetap Produksi 21,103,500 10,551,750 10,551,750
Biaya Lainnya 10,426,350 5,213,175 5,213,175
Volume produksi 19,096 12,936 6,160
Persentase margin keuntungan 10% 10% 10%
Harga Patokan terendah = 6,607 4,876 10,240

D Analisis kelayakan usaha dengan harga terendah


No Uraian Nilai lobster pasir lobster mutiara
1 Total biaya (Rp/tahun) 114,689,850 57,344,925 57,344,925
2 Total penerimaan (Rp/tahun) 126,158,835 63,079,418 63,079,418
3 Keuntungan (Rp/tahun) 11,468,985 5,734,493 5,734,492
4 R/C ratio 1.10 1.10 1.10
TEKNOLOGI ALAT TANGKAP LOBSTER
Menggunakan rakit sederhana dan sumber cahaya
Alat tangkap pasif : jaring berkekuatan rendah - Kolektor karung semen, jaring,
rumput laut, coral, blok semen - Efektif, ramah
krendet/blengker, bubu waring lingkungan, tingkat penangkapan relative tidak
terlalu tinggi - Paling efektif menggunakan pocong
(a) Krendet (trap net) (b) kertas semen - Menggunakan kapal dan bergerak -
Menggunakan lampu led (1000-2000 W) sebagai
Blengker (trap net) (c) Bubu attractor Sangat efektif, penangkapan tinggi
Alat
waring (trap)

Teknologi alat tangkap lobster dewasa Teknologi alat tangkap beih bening lobster
PENGEMASAN LOBSTER HIDUP
Metode perekaman data dengan
barcode dan QR Code merekam
Kertas Koran
data identitas pengirim, itu data
Sistem Batere Dengan
Keranjang Bambu Serbuk Gergaji Suhu 17-18 C
yang direkam juga memuat data
Branding Lobster Kemasan EKSPOR LOBSTER HIIDUP lengkap isi kemasan yaitu asal
INNER PACKAGING lobster, identitas nelayan, alat dan
•Kemasan individual
•Bahan kertas koran,anyaman bambu, atau bahan lain cara tangkap, tempat
SECONDARY PACKAGING
penangkapan, tanggal
•Bahan stirofoam standar garuda
•Dibungkus plastik
penangkapan, checking point
•Densitas 30 kg/m3
•Ukuran luar 75x42x32 QR Code pendaratan, penampung,
•Ukuran dalam : 69,5 x 36,5 x 27 Barcode ekspor/karantina, handling (suhu)
TERTIARY PACKAGING
•Bahan kotak karton
dan juga petunjuk suhu yang
•Lackband merah putih dengan tanda “Product of Indonesia“
•Labeling dengan barcodeatau QR Code
diperlukan dan persyaratan
pengiriman (jika ada).
Barcode
KONSEP MODEL
TRANSPORTASI DARAT LOBSTER HIDUP
Kendaraan yang mengangkut
lobster ke berbagai daerah untuk
pendistribusian memerlukan
beberapa komponen, diantaranya
pipi skulasi, sistem bertingkat
dengan resirkulasi air, filter air,
water treatment compartment,
kompresor ref rigerasi yang
menjaga suhu lobster agar tetap
stabil.
PENANGANAN DAN TRANSPORTASI LOBSTER HIDUP KONSUMSI UNTUK EKSPOR

1. Penangkapan
2. Pendaratan
3. Transportasi ke penampungan
4. Penampungan di pengumpul
5. Transportasi ke eksportir
6. Penampungan di eksportir
7. Transportasi ke bandara ekspor E
8. Ekspor lobster hidup untuk konsumsi
MODEL SOSIAL EKONOMI OPEN-CLOSED SEASON DALAM PENGELOLAAN SUMBER
DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN: Rajungan dan Benih Lobster
Kerangka konseptual riset model sosial ekonomi open-closed season dalam
pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan: rajungan dan lobster
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai