Anda di halaman 1dari 4

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang
Analisis eksplorasi
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab masalah
diidentifikasi
1 Motivasi dan Menurut : 
minat belajar Slameto dalam Hazari Gustina (2020)
yang rendah beberapa indikator minat belajar merupakan
pada perasaan senang, ketertarikan, penerimaan,
pembelajara dan keterlibatan siswa.
fisika
Zaki Al Fuad dan Zuraini (2020)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
minat belajar antara lain :
Faktor Internal
 Aspek jasmani
 Aspek Psikolohi
Faktor Eksternal
 Keluarga
 Sekolah
 Lingkunga masyarakat

Sardiman (2018)
ciri-ciri motivasi yang ada pada siswa
diantaranya :
 Tekun menghadapi tugas
 Ulet menghadapi kesulitan,
 Menunjukkan minat terhadap macam-
macam masalah
 Lebih senang bekerja mandiri
 Cepat bosan pada tugas-tugas rutin atau
hal-hal yang bersifat mekanis
 Dapat mempertahankan pendapatnya
(kalau sudah yakin akan sesuatu)
 Tidak mudah melepaskan hal yang
diyakininya
 Senang mencari dan memecahkan
masalah soal-soal.

Berdasarkan hasil wawancara


Arini Nur Indah Sari, S.Pd (Guru Mapel Kimia)
1. Guru kurang aktif menggunakan model
pembelajaran yang inovatif.
2. Siswa kurang menyukai metode guru saat
mengajar
3. Guru kurang memberikan apersepsi untuk
meningkatkan motivasi dan minat belajar.
4. Terlalu sering memberikan tugas dan
meresume.
5. Lingkungan siswa yang kurang baik di luar
sekolah.
6. Kurangnya perhatian orang tua.
2 Kesiapan Siswa Menurut : 
dalam belajar Ambar Indriastuti, dkk (2017)
fisika masih Menurut teori, karakteristik kognitif siswa
kurang dan dapat dipengaruhi oleh kesiapan belajar.
siswa masih Kesiapan atau readiness adalah kesediaan
belum fokus untuk memberi respon atau bereaksi. Kondisi
selama siswa yang siap menerima pelajaran dari
pembelajaran guru, akan berusaha merespon pertanyaan
fisika. pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.

Aviana dan Hidayah didalam Olivia Fridaram,


dkk (2020)
Siswa yang tidak dapat memfokuskan pikiran
terhadap materi pembelajaran disebabkan
oleh beberapa hal misalnya:
 guru yang mengajar dengan metode
pembelajaran klasikal
 kurangnya keterampilan guru di dalam
mengelola kelas
 dan ditambah suasana di kelas yang
panas, sesak, dan terkadang bising yang
memunculkan gangguan suara sehingga
suasana di kelas menjadi sangat tidak
nyaman dan kondusif untuk belajar

Berdasarkan hasil wawancara


Arini Nur Indah Sari, S.Pd (Guru mapel
Kimia)
1. Kondisi ekonomi keluarga. Ada sebagian
besar siswa yang ketika pulang sekolah
langsung pergi bekerja atau membantu
orang tuanya di kebun. Akibatnya siswa
memiliki waktu yang sedikit untuk
membuka kembali pelajaran yang telah
dipelajari.
2. Siswa berasal dari keluarga yang broken
home.
3. Guru kurang bisa menarik perhatian siswa
ditengah-tengah proses belajar mengajar.
4. Gangguan-gangguan teman sebangku yang
jahil sehingga membuat kelas kurang
kondusif.
3 Siswa Menurut :
cenderung Agustina & Komalasari, 2014
cepat menyerah Siswa yang nantinya terjun ke dunia kerja
ketika dan masyarakat haruslah memiliki daya
menghadapi juang untuk menyelesaikan masalah
tugas maupun hidupnya. Daya juang atau disebut juga
soal yang Adversity Quotient (AQ) merupakan
mereka anggap kecerdasan seseorang ketika menghadapi
sulit. situasi-situasi hambatan atau masalah dalam
kehidupan

Bayani dan Hafizhoh (2007)


Adversity quotient (AQ) memiliki empat
dimensi pokok yang menjadi dasar
penyusunan alat ukur Adversity quotient pada
siswa yaitu 1) Control (Pengendalian), 2) Origin dan
Ownership (Kepemilikan), 3) Reach (Jangkauan), dan 4)
Endurance (Daya Tahan)

Putro, dkk (2020)


Daya juang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) Tidak mudah mengeluh ataupun putus
asa;
(2) Tidak menunjukan sikap kemalasan;
(3) Tidak membiarkan waktu terbuang
percuma.

Hasil wawancara
Raymond Renaldi, S.Pd (Guru Mapel
Kesenian)
 Siswa malas berusaha mengerjakan
sendiri.
 Siswa lebih suka berpangku tangan dan
menunggu hasil pengerjaan temannya.
 Siswa tidak mengetahui tujuan dari
belajar materi yang diajarkan.
4 Rendahnya Menurut : 
kemampuan Husna nur Dhini dalam kastrifani dkk, 2021
siswa dalam Higher order thinking skills (HOTS) adalah
menyelesaikan suatu proses berpikir peserta didik dalam
permasalahan level kognitif dan dikembangkan dari berbagai
berbasis HOTS. konsep. Higher order thinking skills (HOTS)
ini meliputi didalamnya kemampuan
pemecahan masalah, kemampuan berpikir,
menganalisis, kemampuan beragumen, dan
kemampuan mengambil keputusan.

Andi Saddia, dkk : 2021


HOTS atau keterampilan berpikir
tingkat tinggi merupakan bagian dari
taksonomi Bloom hasil revisi yang berupa
kata kerja operasional yang terdiri dari
analyze (C4),
evaluate (C5) dan create (C6) yang dapat
digunakan dalam penyusunan soal

Berdasarkan Hasil Wawancara


Olimpiya Hairunnisa, S.Pd (Guru Mapel
Matematika)
 Siswa belum hapal perkalian dasar dan
pembagian.
 Siswa belum memahami konsep dasar
matematika dengan baik.
 Guru kurang memberikan latihan soal
berbasis HOTS
5 Kurangnya
kegiatan
praktikum baik
secara digital
maupun
langsung dalam
proses
pembelajaran
fisika
6 Hasil belajar
siswa pada
mata pelajaran
Fisika masih
rendah

7 Guru belum
menggunakan
Model-model
pembelajaran
inovatif.

Anda mungkin juga menyukai