Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI


DALAM KAJIAN AL-QUR'AN DAN HADITS
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Dosen Pengampu: AZHAR, S.HI, MA

Disusun Oleh:
Alya Sabrina Ramadhani Hsb: 0308223104
Yasmina Fajari: 0308221005
Rizkha Khairi: 0308222094

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang membahas tentang Perkembangan Psikosial Masa Kanak Pertengahan . Shalawat
dan salam tercurahkan penuh kepada Rasulullah Saw. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Azhar,S.HI, MA Yang telah memberi tugas dan bimbingan kepada kami.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan berbagai sumber
referensi dasar yang relevan dari buku maupun sumber lainnya memang sengaja dipilih
dan digunakan untuk memperkuat pembahasan ini, agar mudah dipahami. Penulis
sangat berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai “Hadist”. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kekurangan, baik dari segi teknis
maupun isi, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun baik dari dosen maupun dari mahasiswa sekalian.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan, 22 Agustus 2022

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB I ...................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

A. Latar Belakang ............................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

C. Tujuan .......................................................................................................... 4

BAB II ..................................................................................................................... 4

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5

A. Aspek perkembangan anak usia dini ............................................................ 5

B.Perkembangan anak usia dini dalam al-qur'an................................................. 6

C.Hadist perkembangan anak usia dini ............................................................. 16

BAB III ................................................................................................................. 19

PENUTUP ............................................................................................................. 19

A.KESIMPULAN ............................................................................................. 19

B.SARAN .......................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Orang tua dan keluarga adalah "sekolah" pertama bagi anak. Anak yang lahir
bersih seperti kertas putih itu akan mendapat celupan warna dari orang tua dan
orang-orang dekat atau keluarga. Dalam perkembangannya anak membutuhkan
peran orang tua antara lain sebagai pemelihara kesehatan mental dan fisik, peletak
dasar kepribadian yang baik, pembimbing, pemberi fasilitas dan motivator untuk
mengembangkan diri, menciptakan suasana nyaman dan kondusif bagi
pengembangan Dalam pandangan syari'at Islam, anak merupakan amanat yang
diberikan oleh Allah SWT kepada orang tuanya, maka dari itu orang tua
berkewajiban untuk menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanat itu
kepada yang berhak yaitu anak. Karena manusia adalah milik Allah SWT, mereka
harus mengantarkan anaknya melalui pendidikan untuk mengenal dan
menghadapkan diri kepada Allah. Pendidikan itu berlangsung seumur hidup,
maka prosesnya dapat dilakukan dalam keluarga, masyarakat, lembaga-lembaga
formal dan non formal.orang tua sebagai pendidik dalam keluarga harus memper
hatikan dalam memberikan kasih sayangnya, jangan berlebih-lebihan dan jangan
pula kurang. Oleh karena itu orang tua harus pandai.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Aspek Perkembangan Anak Usia Dini?
2. Apa Perkembangan Anak Usia Dini Dalam Al-Qur'an ?
3. Jelaskan hadist Perkembangan Anak Usia Dini ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Aspek Perkembangan Anak Usia Dini.
2. Untuk Mengetahui pengertian sejarah pendidikan Islam.
3. Untuk Mengetahui Perkembangan Anak Usia Dini Dalam Al-Qur'an.

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Aspek perkembangan anak usia dini

Perkembangan perilaku sosial anak menjadi salah satu aspek yang perlu
dibangun melalui pendidikan. Perkembangan sosial merupakan proses belajar
untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok, moral serta tradisi. Anak
diajarkan untuk meleburkan dirinya ke dalam sosial tersebut sehingga menjadi
satu-kesatuan, dapat berkomunikasi serta bekerja sama. Proses perkembangan
sosial anak juga sangat dipengaruhi oleh perlakuan atau bimbingan orang tua
dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial seperti norma dan nilai
moral. Karakteristik khusus tentang perilaku sosial anak usia dini seperti
pembangkangan, agresi (perilaku menyerang balik), bertengkar, menggoda,
persaingan, kerja sama, tingkah laku berkuasa, mementingkan diri sendiri serta
simpati. Karakteristik-karakteristik khusus di memungkinkan atas sangat untuk
mendominasi dalam diri anak dalam variasi yang berbeda-beda. Lingkungan
sosial seperti keluarga sangat mempengaruhi perkembangan sosial anak.
Sehingga, orang tua perlu memfasilitasi atau memberikan peluang
terhadap perkembangan sosial anak secara positif untuk menciptakan karakteristik
anak yang sehat dan baik. Apabila lingkungan sosial kurang mendukung terhadap
perkembangan sosial anak seperti orang tua bertengkar di depan anak atau
berbicara kasar serta menunjukkan sikap tidak disiplin, maka hal tersebut akan
menjadi suatu contoh bagi anak dan menjadi perilaku yang juga dibiasakan oleh
anak.
Piaget menyatakan bahwa pada masa awal anak, moral berkembang pada anak
secara otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir atau menilai dan anak
menganggap bahwa orang dewasa yang berkuasa sebagai maha kuasa. Tahap ini
disebut oleh Piaget sebagai moralitas melalui paksaan. Anak juga berkeyakinan
bahwa perbuatan benar dan salah berdasarkan akibat akibatnya berdasarkan
motivasi mendasarinya, bukan yang mendasari nya.

5
B.Perkembangan anak usia dini dalam al-qur'an

Perkembangan Anak Usia Dini Perkembangan anak secara psikologis


dipelajari dalam Psikologi Perkembangan, yang merupakan cabang dari ilmu
psikologi (ilmu jiwa), yang membahas perkembangan individu sejak masa
konsepsi sampai masa kanak-kanak. Untuk memudahkan pembahasan mengenai
perkembangan anak digunakanlah istilah aspek perkembangan anak, yaitu aspek
aspek perkembangan. Aspek aspek perkembangan anak usia dini meliputi
perkembangan fisik, kognitif (intelegensi), bahasa, sosial, dan moral.
Secara singkat dapat diutarakan perbedaan kedua istilah tersebut.
Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah
yang lebih maju yang bersifat psikis. Sementara pertumbuhan (growth)
merupakan tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti
pentingnya. Atau dengan kata lain, pertumbuhan merupakan tahapan
perkembangan (a stage of development) yang bersifat fisik.
Secara umum, pertumbuhan anak usia dini akan dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir.
Pertama, Pertumbuhan sebelum lahir Terkait pertumbuhan seorang anak sebelum
lahir telah jauh disinggung oleh Al Qur'an dalam Ahmad Susanto, Perkembangun
Anak Usia Dini.
Surat Al Mukminun ayat 12-14. Berikut kutipan ayat selengkapnya:

ْ َ َ ُ ْ َ َ ْ ْ ََْ َ ْ َََ
21‫ي‬
‫ولقد خلقنا ِاْلنسان ِمن سَلل ٍة ِمن ِط ن‬
َ ََ ً َ ْ ُ ُ َ ْ َ َ َّ ُ
23 ‫ي‬ ‫ثم جعلناه نطفة ِ يف قر نار م ِك ن‬
َ ً ْ َ َْ َ َْ ُ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ َ َ َ ً َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ً َ َ َ َ ْ ُّ َ ْ َ َ ُ
ۚ ‫ث َّم خلقنا النطفة َعلقة فخلقنا ال َعلقة ُمضغة فخلقنا ال ُمضغة ِعظ ًاما فك َس ْونا ال ِعظ َام ل ْح ًمث َّم أنشأن ُاه خلقا آخ َر ا‬
24‫ي‬ َ ‫اَّلل َأ ْح َس ُن ْال َخالق‬
ُ ‫َف َت َب َار َك ه‬
ِِ

Artinya :

(yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya (12)

Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
(13)

6
Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang
melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah,
Pencipta yang paling baik. (14)

Peran orang tua sebagai pendidik bagi anak berdasarkan perspektif Al-Qur'an
(QS. Al-Baqarah [2]: 233, QS. Al-An'am [6]: 140, dan QS. Ar-Rum [30]:30).

Terdapat beberapa peran orang tua sebagai pendidik bagi anak berdasarkan
perspektif Al-Qur'an, khususnya pada QS. Al-Baqarah [2]: 233,

ٍَّ ُٓ ُ‫ظا َعتَ ۚ َٔ َعهَٗ ْٱن ًَ ْٕنُٕ ِد نَ ۥُّ ِس ْصق‬ َ ‫ٱنش‬َّ ‫ُخِ َّى‬ٚ ٌَ‫ ٍِْ ۖ ِن ًَ ٍْ أ َ َسادَ أ‬َٛ‫َايه‬
ِ ‫ ٍِْ ك‬َٛ‫ظ ْعٍَ أ َ ْٔنَ َٰـذَ ُْ ٍَّ َح ْٕن‬ِ ‫ ُْش‬ٚ ُ‫۞ َٔ ْٱن َٰ َٕ ِن َٰذَث‬
ِ ‫عا ٓ َّس َٰ َٔ ِنذَ ٌۢة ٌ ِب َٕنَ ِذَْا َٔ ََل َي ْٕنُٕد ٌ نَّ ۥُّ ِب َٕنَ ِذ ِِ ۚ َٔ َعهَٗ ْٱن َٕ ِاس‬
‫د ِيْْ ُم‬ َ ُ ‫ظ ِإ ََّل ُٔ ْع َع َٓا ۚ ََل ح‬
ٌ ‫ف ََ ْف‬ ُ َّ‫ٔف ۚ ََل ح ُ َكه‬ِ ‫َٔ ِكغ َْٕح ُ ُٓ ٍَّ ِب ْٱن ًَ ْع ُش‬
‫ظعُ ٕٓا أَ ْٔ َن َٰـذَ ُك ْى َف ََل‬ ِ ‫ ِٓ ًَا ۗ َٔ ِإ ٌْ أَ َسدح ُّ ْى أٌَ ح َ ْغخ َْش‬ْٛ ‫َأ ٌۢس َف ََل ُجَُا َح َع َه‬
ُ ‫اض ِ ّي ُْ ُٓ ًَا َٔحَش‬ ٌۢ ‫ص ااَل َعٍ ح ََش‬ َ ‫َٰرَنِكَ ۗ َفإ ِ ٌْ أ َ َسادَا ِف‬
‫ش‬ٛ
ٌ ‫ص‬ َّ ٌَّ َ ‫ٱَّلَ َٔٱ ْعهَ ًُ ٕٓا أ‬
ِ َ‫ٱَّلَ بِ ًَا حَ ْع ًَهٌَُٕ ب‬ ِ ‫خُى بِ ْٱن ًَ ْع ُش‬ْٛ َ ‫عهَّ ًْخُى َّيا ٓ َءاح‬
َّ ‫ٔف ۗ َٔٱحَُُّٕا‬ َ ‫ ُك ْى إِرَا‬ْٛ َ‫ُجَُا َح َعه‬

Artinya :

Para ibu yang 'bercerai' akan menyusui anaknya selama dua tahun penuh, bagi
mereka yang ingin menyelesaikan menyusui 'anak mereka'. Ayah anak itu akan
memberikan perawatan dan pakaian yang layak untuk ibu 'selama periode
itu'. Tidak seorang pun akan dikenakan biaya lebih dari yang dapat mereka
tanggung. Tidak ada ibu atau ayah yang harus dibuat menderita demi anak
mereka. Ahli waris 'ayah' berada di bawah kewajiban yang sama. Tetapi jika
kedua belah pihak memutuskan—setelah musyawarah dan persetujuan bersama
untuk menyapih seorang anak, maka mereka tidak bersalah. Jika Anda
memutuskan untuk membiarkan anak Anda disusui oleh pengasuh, itu
diperbolehkan selama Anda membayar dengan adil. Bertakwalah kepada Allah,
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

7
QS. Al-An'am [6]: 140,

Artinya:

Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka, karena


kebodohan lagi tidak mengetahui dan mereka mengharamkan apa yang Allah
telah rezeki-kan pada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap
Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.

QS. Ar-Rum [30]:30

‫ِّ ُى َٔ َٰنَ ِك ٍَّ أ َ ْكَْ َش‬َُٛ‫ٍُ ْان‬ّٚ‫َّللاِ ۚ َٰرَنِكَ ان ِذ‬


َّ ‫ق‬ ِ ‫ َم ِنخ َْه‬ِٚ‫ َٓا ۚ ََل ح َ ْبذ‬ْٛ َ‫اط َعه‬ َ َ‫ ف‬ِٙ‫َّللاِ انَّخ‬
َ َُّ‫ط َش ان‬ ْ ِ‫فاا ۚ ف‬ُِٛ‫ٍ َح‬ِٚ
َّ َ‫ط َشث‬ ِ ّ‫فَأَقِ ْى َٔجْ َٓكَ ِنهذ‬
ًٌَُٕ َ‫َ ْعه‬ٚ ‫اط ََل‬
ِ َُّ‫ان‬

Artinya :

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah


atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui, Orang tua memiliki peran untuk membina jiwa keberagamaan
anak sejak dini. Al-Qur'an dalam surat Ar-Rum ayat 30, menerangkan bahwa
manusia diciptakan Allah itu dalam keadaan fitrah, yaitu anak sudah ada bekal
dan sudah berisi dengan keimanan, keislaman dan nilai-nilai kebaikan.
Problematika Perkembangan Anak Usia Dini . Memanjakan anak
Memanjakan anak adalah perilaku yang tidak baik bagi perkembangan
kepribadian anak, yang sering digunakan untuk segala macam hal yang buruk, dan
memberikan kasih sayang yang sangat berlebihan sampai memberikan apa saja
yang menyenangkan anak mislanya dengan memberikan sesuatu dengan harga
yang super mahal dan mewah. Sikap memanjakan anak dapat terlihat dari

8
pemuasan kebutuhan anak secara berlebihan, serta kurangnya pengawasan dari
orang tua. Memanjakan anak sering dilakukan oleh orang tua yang sangat sibuk
dengan alas an memenuhi segala sesuatu yang diinginkan oleh anak, sebagai
ungkapan rasa kasih sayangnya kepada anaknya karena tidak dapat menyertai
anaknya secara optimal sebagai akibat dari kesibukannya. Kasih sayang orangtua
kepada anak tidak berarti menuruti semua keinginan anak. Berbagai keinginan
seharusnya dituruti secara wajar saja. Apabila perlu, kita menolak keinginan anak,
ada baiknya seorang anak merasakan kecewa atas keinginannya yang tidak
terpenuhi. Rasa kecewa ini, merupakan sebuah pembelajaran yang sangat berarti
dan dapat mendewasakan kepribadian anak. Karena sikap memanjakan anak
hanyalah akan mengakibatkan anak tergantung pada orangtuanya, selalu
mementingkan kepentingan dirinya sendiri. Selain itu memanjakan akan
membunuh potensi anak, sebab anak yang dimanja selalu mendapat kesenangan
dan kepuasan tanpa bersusah payah, maka potensi

Pendidikan Anak Usia Dini Perspektif Al-Qur'an dan Psikologi: Studi


Analisis Al-Qur'an dan Psikologi( pndangan terhadap manusia) Al-Qu'an
merupakan sumber pedoman, pandangan serta tata nilai kehidupan bagi manusia.
Hal ini dibuktikan dengan wahyu pertama yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW perintah membaca dan Al-Qur'an merupakan sumber
pengetahuan bagi manusia. Seperti halnya psikologi, keilmuan modern yang dasar
keilmuannya telah banyak disebutkan dalam Al-Qur'an. Meski terdapat beberapa
pokok bahasan dalam psikologi yang bertentangan dengan al-qu'an, akan tetapi
psikologi telah banyak memberikan sumbang asih keilmuan modern bagi
pengetahuan tentang manusia. Malik.. Badri, dalam buku Dilema Psikologi
Muslim, ia bahwa psikoanalisa terlalu memandang manusia deterministik. Konsep
manusia menurut psikoanalisa bahwa manusia sangat ditentukan oleh pengalaman
masa lalunya terutama saat usia 0-5 tahun. Hal ini bertentangan dengan sudut
pandang Islam, bahwa manusia bertindak dengan kemauan bebas, seperti yang
dijelaskan dalam QS. Al-Kahfi/18:29,

9
ٌِۡ ‫ع َشا ِدقُ َٓاؕ َٔا‬ َ ‫َاسا ۙ اَ َحا‬
ُ ‫غ بِ ِٓ ۡى‬ ‫َ ۡكفُ ۡش ۙاََِّا ا َ ۡعخ َ ۡذََا ِنه ل‬ٛ‫َا ٓ َء فَ ۡه‬
‫ٍَ َ ا‬ٛۡ ًِ ‫ّٰ ِه‬ َ ٍۡ ‫ ُۡۡ ِي ٍۡ َّٔ َي‬ٛ‫َا ٓ َء فَ ۡه‬ ُّ ‫َٔقُ ِم ۡان َح‬
َ ٍۡ ًَ َ‫ـق ِي ٍۡ َّسبِّ ُك ۡى ۖ ف‬
‫عا ٓ َء ۡث ُي ۡشح َفَُاا‬ َ َٔ ُُ‫ش َشا‬ َّ ‫ظ ان‬ َ ۡۡ ِ‫َ ۡش ِٕٖ ۡان ُٕ ُج َِٕۡؕ ب‬ٚ ‫ُغَاث ُ ٕۡا بِ ًَآء ك َۡان ًُٓۡ ِم‬ٚ ‫ْ ُ ٕۡا‬ٛۡ ‫ َّۡغخ َِغ‬ٚ

Artinya :

Dan katakanlah (Muhammad), "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;


barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa
menghendaki (kafir) biarlah dia kafir." Sesungguhnya Kami telah menyediakan
neraka bagi orang zhalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka
meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih
yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek.

Al-Qur'an tidak hanya membahas tentang syariat dan aqidah semata.


Kandungan dalam Al-Qur'an banyak mengandung keilmuan yang telah
tertuangkan dalam bentuk keilmuan modern saat ini. Psikologi dan Al-Qur'an
dapat menjadi salah satu contoh keterkaitan yang erat antara keilmuan modern
dengan isi kandungan Al-Qur'an. Manusia yang merupakan objek utama kajian
psikologi, telah dijelaskan dalam berbagai teori mengungkapkan "sejumlah
penilaian kritis Islam terhadap konsep-konsep psikologi salah satunya
psikoanalisis dan psikologi perilaku".

Pendidikan Anak Usia Dini Perspektif Al-Qur'an dan Psikologi: Studi


Analisis Al-Qur'an dan Psikologi (pandangan terhadap manusia) Al-Qur'an
merupakan sumber pedoman, pandangan serta tata nilai kehidupan bagi manusia.
Hal ini dibuktikan dengan wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW perintah membaca dan Al-Qur'an merupakan sumber
pengetahuan bagi manusia. Seperti halnya pisikologi, keilmuan modern yang
dasar keilmuannya telah banyak disebutkan dalam Al-Qur'an. Meski terdapat
beberapa pokok bahasan dalam pisikologi yang bertentangan dengan al-qu'an,
akan tetapi pisikologi telah banyak memberikan sumbang asih keilmuan modern
bagi pengetahuan tentang manusia. Malik B. Badri, dalam buku Dilema Psikologi
Muslim, ia mengatakan bahwa pisikoanalisa terlalu memandang manusia

10
deterministik. Konsep manusia menurut pisikoanalisa bahwa manusia sangat
ditentukan oleh pengalaman masa lalunya terutama saat usia 0-5 tahun. Hal ini
bertentangan dengan sudut pandang Islam, bahwa manusia bertindak dengan
kemauan bebas, seperti yang dijelaskan dalam QS. Al-Kahfi/18:29, "Kebenaran
itu datangnya dari tuhanmu, maka barang siapa yang ingin percaya (beriman)
hendaklah ia percaya (beriman) dan barang siapa yang menghendaki kafir biarlah
dia kafir". Juga Islam memandang manusia dituntun oleh akal dan hati nuraninya.

Al-Qur'an tidak hanya membahas tentang syariat dan aqidah semata.


Kandungan dalam Al-Qur'an banyak mengandung keilmuan yang telah
tertuangkan dalam bentuk keilmuan modern saat ini. Psikologi dan Al-Qur'an
dapat menjadi salah satu contoh keterkaitan yang erat antara keilmuan modern
dengan isi kandungan Al-Qur'an. Surat Luqman Ayat 12-19

‫) َٔا ِۡر قَا َل‬21( ٌ ‫ذ‬ٛۡ ًِ ‫َّللاَ ََ ُِٗ َح‬ ۡ ٌِ َ ‫َُا نُ ًَُٰۡ ٍَ ۡان ِح ۡك ًَتَ ا‬َٛۡ ‫َٔنََُ ۡذ َٰاح‬
‫ ۡش ُك ُش ِنُ َۡفغِّۚ َٔ َي ٍۡ َكفَ َش فَا ٌَِّ ل‬َٚ ‫ َّۡش ُك ۡش فَ ِا ََّ ًَا‬ٚ ٍۡ ‫اَ ُك ۡش ِ لَّلِؕ َٔ َي‬
ّٗ‫ ِّۚ َح ًَهَ ۡخُّ ا ُ ُّي‬ٚۡ َ‫اَل َۡغَٰ ٍَ بِ َٕا ِنذ‬ َّ َٔ َٔ )21 ( ‫ ٌى‬ٛۡ ِّٰ ‫ّٰ ۡه ٌى َع‬
ِ ۡ ‫َُا‬ٛۡ ‫ص‬ ُ ‫ش ِۡشكَ نَـ‬ ّ ‫اَّلِؕا ٌَِّ ان‬ ‫ٗ ََل ح ُ ۡش ِش ۡك بِ ل‬ ُ ‫َ ِع‬ٚ َُٕ َْٔ ُِّ‫نُ ًَُٰۡ ٍُ َِل ۡب‬
َّ َُُ‫ب‬َٰٚ ّّٰٗ
َ ۡۡ ِ‫َا َيعۡ ُش ۡٔفااۖ َّٔاحَّب‬َُّٛۡ ‫) انذ‬21 ( ٙۡ ‫ص‬
ٍۡ ‫ َم َي‬ٛۡ ِ‫عب‬ ِ ًَ ‫ٗ ۡان‬ ۡ ٌِ َ ‫ ٍِ ا‬ٛۡ ‫َٔ ُْۡاا َع َٰهٗ َٔ ٍْۡ َّٔفِصَٰ هُّٗ فِ ۡٗ َعا َي‬
َّ َ‫كَؕ اِن‬ٚۡ َ‫اَ ُك ۡش ِن ۡٗ َٔ ِن َـٕا ِنذ‬
ٗۡ ِ‫ٗ اِ ََّ َٓا ا ٌِۡ ح َكُ ِي َُْۡا َل َحبَّت ِ ّي ٍۡ خ َۡشدَل فَخَ ُك ٍۡ ف‬ َّ َُُ‫ب‬َٰٚ )21 ( ٌَٕۡ ُ‫ٗ َي ۡش ِجعُ ُك ۡى فَاََُبِّۡ ُ ُك ۡى بِ ًَا ُك ُۡخ ُ ۡى حَعۡ ًَه‬ َّ َ‫ٗ ۚ ث ُ َّى اِن‬
َّ َ‫َاُ اِن‬
َ ََ‫ا‬
‫ص َٰهٕة َ َٔ ۡا ُي ۡش‬
َّ ‫ٗ اَقِ ِى ان‬
َّ َُُ‫ب‬َٰٚ )21( ‫ ٌش‬ٛۡ ‫ف َخ ِب‬ ٌ ٛۡ ‫َّللاَ نَ ِط‬
‫َّللاُؕ ا ٌَِّ ل‬ ‫ث ِب َٓا ل‬ ِ ‫َ ۡا‬ٚ ‫ض‬
ِ ‫ث ا َ ۡٔ فِٗ ۡاَلَ ۡس‬ ِ َٰٕ ًََّٰ‫ص ۡخ َشة ا َ ۡٔ فِٗ انغ‬ َ
َ َ ‫ف َٔ ۡاََّ َع ٍِ ۡان ًُ ُۡك َِش َٔاصۡ ِب ۡش َع َٰهٗ َيا ا‬
َ ُ ‫) َٔ ََل ح‬21( ‫صا َبكَؕ ا ٌَِّ َٰرنِكَ ِي ٍۡ َع ۡض ِو ۡاَلُ ُي ٕۡ ِس‬
ِ َُّ‫ص ِعّ ۡش َخذَّكَ ِنه‬
‫اط‬ ِ ٔۡ ‫ِب ۡان ًَعۡ ُش‬
ٍۡ ‫ُط ِي‬ۡ ‫اَع‬ ِ ‫) َٔ ۡاق‬21( ‫ ُِح ُُّّ ُك َّم ُي ۡخخَال فَ ُخ ٕۡ ۚس‬ٚ ‫َّللاَ ََل‬
ۡ َٔ َ‫ك‬ِٛ ‫ص ۡذ ِف ۡٗ َي ۡش‬ ‫ض َي َش احاؕ ا ٌَِّ ل‬ ِ ‫َٔ ََل ح ًَۡ ِش ِفٗ ۡاَلَ ۡس‬
)21( ‫ ِش‬ٛۡ ًِ ‫ص ٕۡثُ ۡان َح‬ ِ ‫ص ٕۡحِكَؕ ا ٌَِّ اَ َۡك ََش ۡاَلَصۡ َٕا‬
َ َ‫ث ن‬ َ
Artinya :

12. Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu,
"Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak
bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji." 13. Dan
(ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang
besar." 14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada

11
kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. 15.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu
yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu,
maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 16.
(Lukman berkata), "Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat
biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan
memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti. 17. Wahai
anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan
cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting. 18.
Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan
janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. 19. Dan sederhanakanlah
dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
ialah suara keledai.

2. Penjelasan Ayat, Asbab al Nuzul dan Munasabah


Dalam ayat 12 diterangkan bahwa Allah telah memberikan hikmah, akal,
paham dan memberikan petunjuk untuk memperoleh ma'rifat yang benar kepada
Luqman'. Oleh karena itu, Luqman menjadi seorang yang hakim (mempunyai
hikmah). Ini memberikan pengertian bahwa anjuran Luqman yang disampaikan
kepada anaknya berupa ajaran-ajaran hikmah, bukan dari wahyu. Hal ini
didasarkan pada pendapat luqman al-Hakim adalah orang yang disebut dalam Al-
Qur'an dalam surat Luqman, yang terkenal karena nasihat-nasihatnya kepada
putranya. Thou Kathir berpendapat bahwa nama panjang Luqman adalah Luqman
bin Unaqa bin sadun.benar bahwa Luqman adalah seorang hakim (orang bijak,
filosof) dan bukan Nabi. Orang yang mensyukuri nikmat Allah maka sebenarnya

12
dia bersyukur untuk kepentingan dirinya sendiri, sebab Allah akan memberikan
pahala yang banyak dan melepaskan dari siksa. Pada ayat 13 ada kata ya'izuhu (4)
yang terambil dari kata wazu (e) yaitu nasihat menyangkut berbagai kebajikan
dengan cara yang menyentuh hati. Luqman memulai nasihatnya dengan seruan
menghindari syirik sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud Allah yang
Esa.
Dalam ayat 14 digambarkan bagaimana payah ibu mengandung, payah
bertambah payah. Payah sejak dari mengandung bulan pertama, bertambah payah
tiap bertambah bulan dan sampai di puncak kepayahan di waktu anak dilahirkan.
Lemah sekujur badan ketika mengejan anak keluar, kemudian menyusukan,
menjaga, mengasuh, memomong, memelihara sakit senangnya. Dalam ujung ayat
ini, dianjurkan untuk bersyukur, syukur yang pertama ialah kepada Allah. Karena
semua itu berkat rahmat Allah belaka. Setelah itu bersyukurlah kepada kedua
orang tuamu, ibu yang mengasuh dan ayah yang membela dan melindungi ibu dan
melindungi anak-anaknya, ayah yang berusaha mencari sandang dan pangan
setiap hari.
Pada ayat yang ke-15 ini menerangkan bahwa dalam hal tertentu, seorang
anak dilarang menaati ibu bapaknya jika mereka memerintahkannya untuk
menyukutukan Allah, yang dia sendiri memang tidak mengetahui bahwa Allah
mempunyai sekutu, karena memang tidak ada sekutu bagi-Nya. Sepanjang
pengetahuan manusia, Allah tidak mempunyai sekutu. Karena menurut naluri,
manusia harus mengEsakan Tuhan.
Pada ayat 16 Luqman melanjutkan wasiatnya dengan memberikan
perumpamaan, yaitu walaupun perbuatan baik dan perbuatan buruk itu sekalipun
beratnya hanya sebiji sawi dan berada di tempat yang tersembunyi, niscaya
perbuatan itu akan dikemukakan oleh Allah SWT kelak di hari kiamat, yaitu pada
hari ketika Allah meletakan timbangan amal perbuatan yang tepat, kemudian
pelakunya akan menerima pembalasan amal perbuatannya, apabila amalnya itu
baik maka balasannya akan baik pula dan apabila amalnya buruk maka balasannya
pun akan buruk pula.

13
Pada ayat 17 ini, Luqman mewasiatkan kepada anaknya hal hal berikut
pertama, Selalu mendirikan sholat dengan sebaik baiknya, sehingga diridhai
Allah. Jika sholat yang dikerjakan itu diridhai Allah, perbuatan keji dan perbuatan
mungkar dapat dicegah, jiwa menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri
orang itu, dan mereka tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa
dirinya semakin dekat dengan Tuhannya. Kedua, Berusaha mengajak manusia
mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang diridhai Allah, berusaha
membersihkan jiwa, dan mencapai keberuntungan, serta mencegah mereka agar
tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa. Ketiga, Selalu bersabar dan tabah
terhadap segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak manusia
berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam
bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun dalam bentuk kesengsaraan dan
penderitaan.
Pada ayat 18 dari surat Luqman terdapat kata Al-Sa'ru, artinya penyakit
yang menimpa onta sehingga membengkokan lehernya. Penggunaan gaya bahasa
seperti ini dalam Al-Qur'an bertujuan agar manusia tidak meniru gerakan Al-Sa'ru
ini yang berarti gerakan sombong seperti berjalan dengan membusungkan dada,
dan memalingkan muka dari manusia karena sombong dan merasa tinggi hati.
Pada ayat yang selanjutnya kata Al-Qosdu yang mempunyai makna maksud dan
tujuan, jadi berjalan itu harus selalu tertuju kepada maksud dan tujuan yang
ditargetkan pencapaianya. Sehingga, gaya berjalan itu tidak menyimpang,
sombong, dan mengada-ada. Namun harus ditujukan guna meraih maksudnya
dengan sederhana dan bebas."
Ayat di atas menjelaskan tentang nasihat Luqman al-Hakim yang mencakup
pokok-pokok pendidikan. Disana ada aqidah, syari at dan akhlak, tiga unsur ajaran
Al-Qur'an. Di sana ada akhlak terhadap Allah, terhadap pihak lain, dan terhadap
diri sendiri. Ada juga perintah moderasi yang merupakan ciri dari segala macam
kebajikan serta perintah bersabar, yang merupakan syarat mutlak meraih sukses,
duniawi dan ukhrowi. Demikian Luqman al-Hakim mendidik anaknya bahkan
memberi tuntunan kepada siapapun yang ingin menulusuri jalan kebajikan."

14
Dari apa yang telah di paparkan di atas, mengutip dari beberapa referensi
buku. Pen dapat kami sebagai penulis yang membahas tentang konsep men didik
anak yang baik perspektif Al-Qur'an yang terdapat dalam surah Luqman di mana
ayat-ayat tersebut menjelaskan nasihat Luqman kepada Putranya, konsep tersebut
sangat bagus sekali kare na selama ini yang banyak ber peran dalam pendidikan
anak ada lah ibu bukan bapak, akan tetapi hal itu tidak mengurangi rasa hormat
kita terhadapa keduanya, keduanya harus sama-sama di hormati. Pada prinsipnya
semua orang tua ingin anak-anaknya memiliki akhlaq yang baik, orang tua mana
yang tidak ingin melihat anaknya berkelakuan baik dan berakhlaq serta
berketrampilan.
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishah, sebagai bekal hidup pada masa depan
anaknya. Dalam hal ini tujuan pembentukan akhlaq anak adalah agar anak mampu
berkembang secara maksimal yang meliputi aspek perkembangan jasmani dan
rohani. Akhlaq yang tidak baik serta rendahnya kualitas pendidikan pada anak
akan mengantarkan anak pada posisi dasar dalam tatanan masyarakat sosial dan
akan menyebabkan timbulnya kriminalitas, oleh karena itu tujuan pendidikan
nasional adalah tidak hanya mencerdaskan kehidupan bangsa saja melainkan
membentukan manusia-manuisa yang berbudi pekerti luhur.
Keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan akhlaq
untuk anak anak sebagai institusi yang pertama kali berinteraksi dengannya. Oleh
sebab itu, haruslah pimpinan keluarga mengambil posisi tentang pendidikan ini
yakni dengan mengajarkan kepada anak tentang akhlak mulia yang diajarkan
Islam seperti kebenaran, kejujuran, keihklasan, kasih sayang, cinta ke baikan,
pemurah, pemberani dan lain sebagainya akan tetapi bila dilihat dari realita yang
ada, banyak sekali orang tua yang sibuk bekerja dan melalaikan tanggung jawab
nya mendidik anak. Alhasil anak mereka di percayakan kepada pembantu dan
akhlaq serta kepribadiannya tidak terdidik. Mereka malah menjadi anak yang
kurang kasih sayang orang tua, ujung-ujungnya mereka jadi liar, mengenal
kehidupan malam dan yang lebih parah lagi mereka ber gumul dengan miras dan
narkoba. Betapa pentingnya peran orangtua dalam hal mendidik anaknya, seperti
yang di contohkan oleh Luqman dalam kisahnya menasehati putranya.

15
Sementara itu, ashab al-nuzul turunnya ayat 12-19 dari surat 10 Luqman
sejauh penulusuran yang kami lakukan tidak ditemukan adanya sebab yang
melatar belakangi turunnya ayat tersebut, hanya saja dalam ayat 13 dalam tafsir
Al-Misbah, diriwayatkan bahwa Suwayd ibn al-Samit suatu ketika datang ke
Makkah. Ia adalah seorang yang cukup terhormat di kalangan masyarakatnya.
Lalu Rasulullah mengajaknya untuk memeluk agama Islam. Suwayd berkata
kepada Rasulullah, "Mungkin apa yang ada padamu itu sama dengan yang ada
padaku." Rasulullah berkata, "Apa yang ada padamu? "Sebab turun ayar disini
dimaksudkan sebab-sebab yang secara khusus berkaitan dengan turunnya ayat-
ayat tertentu dalam Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi'i, Ulum Al Qur'an 1,
(Bandung: Pustaka Setia, 2000), 89-90. ia menjawab, "Kumpulan hikmah
Luqman." Kemudian Rasulullah berkata, "Sungguh perkataan yang amat baik!
Tetapi apa yang ada padaku lebih baik dari itu. Itulah al-Qur'an yang diturunkan
Allah kepadaku untuk menjadi petunjuk dan cahaya." Rasulullah lalu
membacakan al-Qur'an kepadanya dan mengajaknya memeluk Islam."
Kemudian menurut Sayyid Qutub bahwa ayat 13 yang menjelaskan
tentang tauhid, inilah hakikat yang ditawarkan oleh nabi Muhammad saw kepada
kaumnya. Namun, mereka menentangnya dalam perkara itu, dan meragukan
maksud baiknya di balik tawarannya. Mereka takut dan khawatir bahwa di balik
tawaran itu terdapat ambisi Muhammad saw untuk merampas kekuasaan dan
kepemimpinan atas mereka. Kemudian ayat 14 dan 15 dalam salah satu riwayat
bahwa ayat ini menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung nan dahsyat.
Seorang ibu yang dengan tabiat-nya harus menanggung beban yang lebih berat
dan lebih kompleks. Namun, luar biasa, ia tetap menanggungnya dengan senang
hati dan cinta yang lebih dalam, lembut dan halus.

C.Hadist perkembangan anak usia dini

16
‫ًت‬ٛٓ‫ًجغانّ كًا حُخج انب‬ٚ ٔ‫ُصشاَّ أ‬ٚ ٔ‫ٕٓداَّ أ‬ٚ ٌ‫كٌٕ أبٕاِ ًْا انزا‬ٚ ٗ‫ٕنذ عهٗ انفطشة حخ‬ٚ ‫كم يٕنٕد‬
‫ٓا يٍ جذعاء‬ٛ‫ًت جًعاء ْم ححغٌٕ ف‬ٛٓ‫ب‬

Anak terlahir menurut fitrah, hingga kedua orang tuanya yang


membuatnya menjadi orang Yahudi, Nasrani atau Majusi (Zoroastrian),
sebagaimana binatang terlahir dalam kondisi sempurna dan lengkap dan utuh
fisiknya, apakah membunuh tidak hanya secara fisik akan tetapi juga membunuh
dalam arti kalian mendapati padanya menghilangkan kreatifitas yang dimiliki
suatu cacat pada bentuk oleh anak tersebut (Fadillah, 2013). telinga atau
hidungnya?"(HR Bukhari dan Muslim

Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga harus memperhatikan dalam


memberikan kasih sayangnya, jangan berlebih-lebihan dan jangan pula kurang.
Oleh karena itu orang tua harus pandai dan tepat dalam memberikan kasih sayang
yang dibutuhkan oleh anaknya. Kalau pendidik dalam hal ini adalah orang tua
tidak mendidik dan memelihara anak akhirnya anak akan terjerumus ke dalam
kenistaan, maka orang tua juga akan menerima akibatnya baik kehidupan di dunia
maupun akhirat. Dalam Hadis Nabi saw. menjelaskan tentang pendidikan anak
yang harus diberikan oleh kedua orang tuanya sebagai bekal untuk masa depan.
Yakni pendidikan adalah mengajarkan anak agar dapat menulis dan membaca,
berenang, memanah dan mengajari sesuatu yang baik.

‫ا‬َٛ‫ا ابٕ انحغٍ أحًذ بٍ دمحم بٍ عبذٔط انطش انفٗ ا‬ٛ‫ انغشاج ايَلء ان‬ٙ‫عبذ انشحًٍ بٍ حذ ثُا أبٕ انُا نحًت ف‬
‫ سافۡ قال‬ٙ‫ًاٌ يٕنٗ أب‬ٛ‫ى عٍ انضْش٘ عٍ ابٍ عه‬ْٛ‫ظ بٍ إبشا‬ٛ‫ ي‬ٙ‫ت ف‬ُٛ‫ذ عُذِ أيا ب‬ٚ‫ض‬ٚ ‫ذ ثُا‬ٛ‫عًْاٌ بٍ عع‬
ٙ‫ انٗ انعهًت انكخابت ٔانباحت ٔانشي‬ٙ‫ٓى قال نٓى حق انٕنذ عهٗ انٕان‬ٛ‫ُا حم جخُا عه‬ٛ‫اسعٕل هللا انًٕنذ عه‬ٚ ‫قهج‬
)ٙ‫ٓه‬ٛ‫ا (سٔاِ ن‬ٛ‫ٕسثت غب‬ٚ ‫ٔال‬

"Telah menceritakan kepada kita Abu Qasim Abdurrahman bin Muhammad bin
Siraj memberikan kabar dengan mendekte Abu Hasan Ahmad bin Muhammad bin
Abdusiththara'ifi memberi kabar kepada Usman bin Said telah menceritakan
kepada kita Yazid bin Abdirrobbin telah menceritakan kepada kita Baqiyyah dari
Isa bin Ibrahim dari Zuhri dari Abi Sulaiman Maula Abi Rofi berkata: Katakan

17
kepada saya ya rasulullah: Apakah anak mempu nyai hak seperti hak kita (orang
tua) kepada mereka. Nabi Menjawab: Ya, hak anak atas bapaknya”.

18
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Dapat disimpulakan beberapa hasil temuan dan pembahasan terkait dengan


unsur-unsur pendidikan anak dalam perspektif QS. Al-Baqarah [2]: 233, QS. Al-
An'am [6]: 140, dan QS. Ar-Rum [30]:30, sebagai Orang tua sebagai pendidik
pertama bagi anak memiliki peran, diantaranya:
a) Membina jiwa keberagamaan anak sejak dini (sejak dilahirkan);
b) Mengembangkan potensi dan kreatifitas anak. Karena Allah telah memberikan
naluri berupa menyayangi, mencintai, mendidik, dan memelihara anak anaknya.
c) Orang tua harus memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memberikan ASI kepada
anak guna untuk mengembangkan kecerdasan otak anak.
d) Orang tua haruslah memberikan nafkah yang halal bagi anak, karena apabila
anak diberikan nafkah yang haram maka hatinya akan tertutup kabut tebal yang
akan menyulitkan hati anak dimasuki oleh cahaya-cahaya kebaikan.

Materi pendidikan anak dalam perspektif Al-Qur'an dalam QS. Al Baqarah


[2]: 233, QS. Al-An'am [6]: 140, dan QS. Ar-Rum [30]:30, mengutamakan
pendidikan aqidah, dan pendidikan akhlak. Metode Pendidikan Anak dalam QS.
Al-Baqarah [2]: 233, QS. Al-An'am [6]: 140, dan QS. Ar-Rum [30]:30,
Keberhasilan proses pendidikan anak dalam keluarga san. gat tergantung
pada peran dan tanggung jawab keluarga itu sendiri. Di mana orang tua sebagai
inti dari keluarga memiliki peranan yang sangat penting, dialah yang bertanggung
jawab penuh ter hadap proses pendidikan anak dalam keluarga, sehingga dapat
dikatakan bahwa keberhasilan proses pendidikan anak dalam keluarga sangat
tergantung pada bagaimana orang tua melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
tersebut. Implikasi dari makna hikmah bagi figur pendidik adalah bahwa seorang

19
pendidik selain senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan akademiknya, ia
pun berupaya menselaraskan dengan amalannya.

B.SARAN

Kami menyadari bahwa makalah diatas masih banyak terdapat kesalahan


dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, J. (2010). Anak Cerdas Anak Berakhlak (Pertama). Pustaka


Adnan.

20
Arifin, S. (2016). Perkembangan Kognitif Manusia Dalam Perspektif
Psikologi Dan Islam. Tadarus :Jurnal UM Surabaya, 50–67.

Darwati, & Hanita. (2017). peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak


usia 5-6 tahun Melalui Kegiatan Kolase dengan Bahan Bulu Ayam di TK
Tunas Harapan Tenggarong Seberang tahun Pembelajaran 2016/2017.
Jurnal Warna : Pendidikan Dan Pembelajaran Anak Usia Dini, 2(1), 16–
24.

Gaffar, A. (2017). Azan Terhadap Anak yang Dilahirkan. Tahdist, 8(1),


68–89.

HAFIZ, A., & NOOR, H. (2016). Pendidikan Anak dalam Perspektif


Alquran. Madrasah Ibtidaiyah, 1(2), 42-112.

Hamdan, SR (2019). KECERDASAN EMOSIONAL DALAM AL-QUR'


AN. 3 No.1 Mei (Februari).

Jami'un Nafi'in, Muhamad Yasin, & Ilham Tohari. (2017). Konsep


Pendidikan Anak Dalam Perpektif Al-Qur'an. Edudeena, 1, 9–19.

Khusni, MF (2018). Fase Perkembangan Anak Dan Pola Pembinaannya


Dalam Perspektif Islam. Martabat: Jurnal Perempuan Dan Anak, 2(2).

Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid. (2010). Pengasuhan Nabi Cara


Nabi Muhammad melihat Mendidik Anak (Ke IV 2010). Pro-U Media.

Muhammad Utsman Najati. (2005). Psikologi Dalam Al-Quran Terapi


Qurani dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan. Pustaka Setia.

Novi Mulyani. (2016). Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini. Gava Media.

Pendidikan, M., Kebudayaan, DAN, & Indonesia, R. (2014).


Permendikbud-No.-137-Tahun-2014-SN-PAUD.

PERMENDIKBUT, & RI. (2014). Nomor 146 Tahun 2014 Tentang


Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Lampiran 1.

21
Purwanto, Y. (2010). Seni Dalam Pandangan Alquran. Jurnal
Sosioteknologi, 9(19), 782–796.

Rohman, M. (2014). Teori Kognitif Dalam Al-Qur'an. Pustaka.

Sulaimah, & Hanita. (2018). Kemampuan Mengenal Kata Melalui Metode


Bermain Kartu Huruf pada Kelompok B TK Persada Tenggarong
Seberang Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal Warna : Pendidikan Dan
Pembelajaran Anak Usia Dini, 03(02), 12–27.

Wildan, R. (2007). Seni dalam Perspektif Islam. Islam Futura, VI(2), 78–
88.

Yasin, M., & Tohari, I. (2017). KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM


PERPEKTIF AL-QUR' AN. Edudeena, 1(1), 9–20.

Zaninal, Veithzal R. & Bahar, F. (2015). Manajemen Pendidikan Islam


dari Teori ke Praktik. Rajawali pers.

22

Anda mungkin juga menyukai