Anda di halaman 1dari 15

Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 1

Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu


Lebah (Apis mellifera)
FORMULASI SEDIAAN KRIM WAJAH ANTI-AGING BERBAHAN
KOLAGEN MEMBRAN CANGKANG TELUR AYAM (Gallus gallus
domesticus) KOMBINASI MADU LEBAH (Apis mellifera)
Erma Nur Janahwati1 *), Nata Dwi Annisa Nizma1, Adinda Fitri Salsabila1, Shofia Amalia1,
Muhammad Prasetya Kurniawan1
1
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia 55281
Email*): ermanurjanah5@mail.ugm.ac.id

Abstrak
Penanganan limbah produk hewani seperti cangkang telur ayam memerlukan inovasi
supaya mampu memberikan nilai tambah sebagai produk berkelanjutan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengekstraksi kolagen pada membran cangkang telur ayam untuk
dikombinasikan dengan senyawa pada madu lebah sebagai krim wajah anti-aging. Material
ini memiliki nilai akurasi model sangat tinggi (97.89%) yang berpotensi menghambat
penuaan sebagai akibat Matrix metalloproteinase-1 (MMP1). Penelitian ini dilakukan
dengan mengekstrak kolagen membran cangkang telur, penyiapan krim yang dipadukan
dengan madu lebah, analisis sifat produk, dan interpretasi data virtual. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam 100 gram formulasi krim wajah berbahan aktif ekstrak kolagen
membran cangkang telur ayam 4.1206% dan madu lebah 5.0251%; 77.0926% air; 0.0062%
abu; 1.8690% protein; 0.0058% lemak, nilai viskositas 6.94 dPas, dan pH 7.08. Dengan
komponen dan karakter tersebut, produk ini tidak mengiritasi kulit hewan uji. Nilai rata-
rata penilaian terhadap atribut (seperti aroma, konsistensi, tekstur, lengket, sensasi
homogen, warna, penampilan, rasa gatal, eritema, mudah dicuci, respon setelah mencuci)
diterima baik oleh panelis dengan skor 1–3.9 serta capaian tertinggi total bakteri 25 CFU/g
dan khamir-kapang 16 CFU/g memenuhi syarat mutu pelembab kulit (SNI 16-4399-1996)
yaitu maksimum 102 CFU/g.
Kata kunci: kolagen, MMP1, madu, ekstraksi, organoleptik.

Abstract
Handling animal product waste such as chicken eggshells requires innovation to be able
to provide added value as a sustainable product. This study aims to extract collagen in
chicken eggshell membranes to be combined with compounds in bee honey as an anti-aging
face cream. This material has a very high model accuracy value (97.89%) which has the
potential to inhibit aging as a result of Matrix metalloproteinase-1 (MMP1). This research
was carried out by extracting eggshell membrane collagen, preparing cream combined
with bee honey, analyzing product properties, and interpreting virtual data. The results
showed that in 100 grams of facial cream formulation with active ingredients of chicken
eggshell membrane collagen extract 4.1206% and bee honey 5.0251%; 77.0926% water;
0.0062% ash; 1.8690% protein; 0.0058% fat, viscosity value 65.94 dPas, and pH 7.08.
With these components and characteristics, this product does not irritate the skin of the
test animals. The average value of the assessment of attributes (such as aroma, consistency,
texture, stickiness, homogeneous sensation, color, appearance, itching, erythema,
washability, response after washing) was well received by the panelists with a score of 1–
3.9 and the highest achievement total bacteria 25 CFU/g and yeast-mold 16 CFU/g met
the skin moisturizer quality requirements (SNI 16-4399-1996) which is a maximum of 102
CFU/g.
Keywords: collagen, MMP1,honey, extraction, organoleptic.
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 2
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
Pendahuluan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2021 bahwa tingkat konsumsi telur
ayam ras petelur perkapita di Indonesia tahun 2018-2021 mengalami kenaikan.
Pada tahun 2019 tingkat konsumsi telur masyarakat per kapita naik sebesar 65.261
ton, pada tahun 2020 tingkat konsumsi telur masyarakat per kapita naik sebesar
291.012 ton. Hal tersebut membuat limbah cangkang telur menjadi food waste yang
dapat dimanfaatkan kembali. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ponkham et al
(2011), membran cangkang telur mengandung kolagen sebesar 8% dari berat total
setelah melalui proses ekstraksi dengan pelarut asam. Jumlah ini bisa
dikembangkan sebagai kolagen dalam pembuatan kosmetik. Selain
ketersediaannya sangat melimpah, harga yang terjangkau sehingga dapat
memunculkan inovasi bahan aktif kolagen berupa krim yang dibutuhkan.
Pandemi covid-19 menuntut pembatasan aktifitas serta sebagian pekerjaan
dilakukan dari rumah (work from home) menggunakan media elektronik.
Berdasarkan data dalam American Academy of Dermatology menyebutkan,
walaupun radiasi sinar UV yang berasal dari perangkat elektronik seperti TV,
komputer, dan gadget tegolong rendah, namun radiasinya secara kumulatif dapat
menyebabkan kerusakan kulit. Radiasi sinar UV dapat menimbulkan photoaging
pada manusia dengan merangsang MMPs (matriks metalloproteinases) yang
berperan dalam photoaging menghasilkan kolagenase (MMP-1) yang dapat
menghancurkan kolagen dan menyebabkan penuaan. Salah satu solusi untuk
mengatasi permasalahan ini adalah inovasi aplikasi kolagen dalam berbagai produk
kosmetik dan obat (Alhana, 2015). Solusi krim wajah anti-aging berbahan kolagen
membran cangkang telur dihadirkan untuk menghambat penuaan (aging).
Inovasi kolagen dalam kosmetik penelitian ini menggunakan tambahan aktif
berupa antioksidan pada madu. Kosmetik dengan pemberian antioksidan khususnya
produk krim wajah memiliki potensi meningkatkan ketahanan tubuh khususnya
mencegah penuaan kulit (Safitri et al., 2016). Madu adalah sumber dari antioksidan
karena terdapat senyawa flavonoid, asam fenolat, katalase, peroksidase, karetenoid,
dan nonperoxidal (Sumarlin et al., 2014). Krim yang mengandung antioksidan
madu berpotensi bekerja lebih optimal jika dikombinasikan dengan kolagen dari
membran cangkang telur yang masih dianggap sebagai sampah makanan.
Luaran dan tindak lanjut penelitian ini mendorong pemanfaatan dan nilai
tambah limbah cangkang telur ayam sebagai bahan anti-aging berbahan alami serta
mampu mengurangi efek samping ketidaksesuaian produk kosmetik lain yang
beredar luas di pasaran.

Metode
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus 2021 yang terdiri dari
preparasi alat dan bahan serta pembuatan sampel di Laboratorium Kimia Organik
FMIPA UGM, Laboratorium Terpadu FMIPA UII, Laboratorium Teknologi
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 3
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
Farmasi Fakultas Farmasi UII, pengjuan Ethical Clearance ke Komisi Etik Fakultas
KKMK UGM, uji iritasi hewan di Animal House Fakultas Biologi UGM, uji profil
darah hewan coba di Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas Biologi UGM,
pengujian proksimat, viskositas, pH, dan kapang khamir di Laboratorium Chem-
Mix, serta pengolesan krim pada 30 panelis dengan mematuhi protokol kesehatan
secara ketat.
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu blender, magnetic stirrer,
hot plate, homogenizer, centrifuge, centrifuge tube, labu erlenmeyer, gelas beaker,
gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur, batang pengaduk, gelas arloji, cawan porselen,
labu ukur, termometer, shaker, water bath, plastic wrap, timbangan analitik, pinset,
Buchner funnel, erlenmeyer hisap, vacuum pump, corong kaca, alumunium foil,
oven, desikator, tanur, tabung ekstraksi, labu kjeldahl, petridish, viskometer
Brookfield, pH meter, kandang hewan, silet, pipet mikrohematroktit dan
hemocytometer.
Bahan yang digunakan yaitu NaCl 0.45 M, NaOH 0.2%, NaOH 0.01 M,
H₂SO₄ 0.2%, akuades, ammonia, etanol, dietil eter, petroleum eter, Na₂SO₄, CuSO₄,
Selenium/TiO₂, H₂SO₄, NaOH-Tio, H₃BO₃, HCl 0.02 N, indikator Mr-BCG, asam
sitrat 0.7%, H₂O₂ 1%, asam sitrat 0.5 M 1:8, asam stearat, kertas saring, gliserin,
asam stearat, setil alkohol, propil paraben, metil paraben, parafin cair, TEA,
akuades, kolagen membran cangkang telur ayam, madu, plate count agar,
sabouraud dextrose agar, kain kasa hipoalergenik, kertas selofan, dan perban.
Metode Pengumpulan Data
1. Identifikasi senyawa kolagen pada membran cangkang telur
Limbah cangkang telur didapatkan dari industri peternakan ayam dan toko
kue di daerah Sleman, Yogyakarta. Kemudian dilakukan identifikasi senyawa yang
terdapat pada membran cangkang telur menggunakan studi literatur. Pencarian
literatur dilakukan dengan search-engine dengan keyword “Eggshell membrane”,
“Collagen”, “Cosmetic”, dan “anti-aging” kemudian artikel yang didapatkan
digunakan sebagai sumber acuan mengenai kandungan kolagen di dalam membran
cangkang telur.
2. Analisis kemampuan inhibisi senyawa pada madu pada MMP1
Kemampuan inhibisi senyawa pada madu dianalisis melalui skrining virtual
berbasis ligan (SVBL) dengan perangkat lunak KNIME seperti yang dikemukakan
Akgun (2020). Standar ligan dengan target MMP1 digunakan beserta aktivitas
inhibisinya dari database ChEMBL dengan memasukkan “MMP1” sebagai kata
kunci pencarian. Didapatkan 6.871 aktivitas pada data protein MMP1 dengan ID
CHEMBL332 dengan parameter standar yang berbeda-beda. Diambil 4.089
aktivitas dengan jenis standar penghambatan minimum pada 50% kosentrasi (𝐼𝐶50 )
dan diunduh dalam format .csv.
Model prediksi inhibisi difilter menggunakan parameter seperti jumlah
hydrogen binding acceptor (HBA), hydrogen binding donor (HBD), nilai LogP,
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 4
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
serta bobot molekul. Setelah ligan difilter, kemudian dibuat model prediksi
menggunakan random forest predictor dan didapatkan model prediksi serta
parameter performa model. Data senyawa pada madu didapatkan dari database
ChEMBL sesuai fitokimia dan kode SMILES yang dimasukkan ke dalam model
prediksi sehingga didapatkan profil kemampuan inhibisi senyawa pada madu.
Kemudian dimasukkan senyawa standar glycylhydroxamic acid yang telah
diketahui memiliki aktivitas penghambatan terhadap MMP1 untuk memvalidasi
lebih lanjut hasil yang didapatkan.
3. Pembuatan formulasi krim wajah berbahan kolagen membran cangkang
telur kombinasi madu
Pembuatan krim wajah diawali dengan menimbang bahan-bahan yang
digunakan dengan formulasi sebagai berikut.
Tabel 1. Formulasi krim wajah
Bahan Krim dengan bahan aktif Krim Dasar
Asam stearat 3.0002 gram 3.0063 gram
Setil Alkohol 5.0022 gram 5.0083 gram
Triethanolamine (TEA) 2.2084 gram 2.2828 gram
Gliserin 5.0018 gram 5.2180 gram
Propil Paraben 0.0888 gram 0.0883 gram
Metil Paraben 0.1106 gram 0.1156 gram
Parafin Cair 5.0158 gram 5.0486 gram
Ekstrak Kolagen 4.1206 gram -
Madu 5.0251 gram -
(Yumas, 2016)
Pembuatan krim mengacu pada Yumas (2016) dengan modifikasi. Formulasi
krim terdiri dari fase air (akuades, TEA, propil paraben, metil paraben, dan gliserin)
dan fase minyak (asam stearat, setil alkohol, dan parafin cair). Sedangkan ekstrak
kolagen dan madu termasuk dalam komponen aktif. Bahan-bahan fase minyak
dilebur di atas hot plate hingga larut dan tercampur merata. Pada saat yang
bersamaan, propil paraben, metil paraben, dan glycerin dicampur dalam satu cawan
porselen dan dipanaskan menggunakan hot plate hingga larut dan tercampur
merata. Selain itu, akuades yang sudah dicampur TEA dalam gelas beker juga
dipanaskan dengan hot plate sambil dihomogenkan dengan homogenizer pada
kecepatan 250 rpm. Ketika propil paraben, metil paraben, dan glycerin sudah larut
dan mencapai suhu 70ºC, larutan tersebut segera dituangkan pada gelas beker berisi
akuades dan TEA. Selanjutnya, ketika sudah larut dan mencapai suhu 70ºC, bahan-
bahan fase minyak tersebut segera dituangkan ke fase air dalam gelas beker tersebut
dengan terus dihomogenkan dan dipercepat hingga 1050 rpm untuk membentuk
fase krim yang lembut. Pada pembuatan krim dengan bahan aktif pendinginan
dilakukan terlebih dahulu hingga mencapai suhu 30ºC. Selanjutnya, ekstrak
kolagen dimasukkan ke dalam fase krim sambil dihomogenkan hingga tercampur
merata. Krim didinginkan kembali hingga mencapai suhu 25ºC untuk selanjutnya
dicampur madu ke dalam fase krim sambil dihomogenkan.
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 5
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)

4. Uji proksimat
1. Kadar air
Sebanyak 2 gram sampel krim dikeringkan dalam oven dengan suhu 105ºC
selama 3 jam. Selanjutnya sampel didinginkan dalam desikator lalu ditimbang.
Kemudian dipanaskan lagi dalam oven selama 30 menit, didinginkan dalam
eksikator dan ditimbang. Langkah tersebut diulangi hingga tercapai berat
konstan atau selisih penimbangan berturut-turut < 0.2 mg. Kadar air dalam
sampel dihitung dari pengurangan berat.
2. Kadar abu
Cawan pengabuan disiapkan lalu dibakar dalam tanur. Setelah dibakar
didinginkan dalam desikator lalu ditimbang. Sebanyak 3-5 gram sampel
ditimbang dalam cawan pengabuan, kemudian diletakkan dalam tabur
pengabuan untuk dibakar hingga didapatkan abu berwarna abu-abu atau hingga
beratnya tetap. Proses pengabuan dilakukan dalam 2 tahap yaitu dengan suhu
400ºC dan suhu 550ºC. Setelah itu didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
3. Kadar lemak
Sampel sebanyak 4-5 gram ditimbang dalam tabung ekstraksi. Kemudian
dicampur dengan ammonia 35% (v/v) sebanyak 1.5 mL dan ditambahkan air
hangat 7 mL hingga merata. Kemudian dipanaskan dengan suhu 60-70ºC
selama 15 menit. Etanol 10 mL ditambahkan kemudian dikocok hingga dingin.
Sebanyak 25 mL dietil eter ditambahkan, kemudian tabung ditutup dengan
penutup tabung lalu kocok kembali hingga merata selama 1 menit. Suhu
dibiarkan hingga dingin lalu tutup tabung dibuka dan ditambahkan petroleum
eter sebanyak 25 mL. Kemudian tabung ditutup dengan tutup tabung yang
sudah dibasahi dengan air lalu kocok merata selama 30 menit. Tabung
diberdirikan dengan bagian yang rata dibawah, dibiarkan selama 30 menit
hingga lapisan eter jernih dan seluruhnya terpisah dari lapisan aqueous.
4. Kadar protein
Sampel sebanyak 0.2 gram yang sudah dihaluskan, ditimbang lalu
dimasukkan ke dalam labu kjeidhal. Kemudian ditambahkan katalis N sebanyak
0.7 gram ( 250 gram Na2SO4 + 5 gram CuSO4 + 0.7 gram Selenium/TiO2 ),
setelah itu ditambah dengan 4 mL H2SO4 pekat. Dilakukan destruksi di dalam
lemari asam hingga berubah warna menjadi hijau jernih, setelah warnanya
berubah kemudian dinginkan dan ditambah 10 mL aquades. Kemudian
didestilasi dengan 20 mL NaOH – Tio ( NaOH 40% + Na2S2O3 5% ) dan
destilat ditampung di H3BO3 4% yang sudah diberi indikator Mr-BCG. Destilasi
dijalankan hingga volume destilat mencapai 60 mL (warna berubah dari merah
menjadi biru). Setelah volume mencapai 60 mL destilasi dihentikan lalu destilat
dititrasi dengan larutan standar HCl 0.02 N hingga titik akhir titrasi (warna
berubah dari biru menjadi merah muda). Volume titrasi yang diperoleh
kemudian dicatat dan dihitung kadar proteinnya.
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 6
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
5. Uji viskositas dan PH
Pada pengujian viskositas, sediaan krim wajah diuji dengan alat
Viskometer Brookfield dengan nomor spindel yang sesuai dengan kecepatan 3, 6,
dan 12 RPM. Pengamatan pada skala dilakukan setelah 3 kali putaran. Pengukuran
derajat keasaman menggunakan metode pH meter SNI 06-6989.11-2004. Sebanyak
10 gram sampel dilarutkan dalam 50 mL akuades hingga homogen, lalu pH meter
dicelupkan ke dalamnya. Adapun rentang toleransi pH krim berkisar antara 4.0 –
7.5.
6. Pengujian mikrobiologi angka lempeng total dan angka kapang-khamir
Sampel uji yang telah mengalami pengenceran hingga 10-2, pada setiap
pengenceran diambil sebanyak 1 mL dengan pipet steril lalu diinokulasikan pada
media Plate Count Agar dengan metode pour plate. Kemudian diinkubasi pada suhu
30ºC selama 72 jam. Lalu, koloni yang tumbuh dihitung. Sedangkan untuk analisis
angka khamir-kapang digunakan sampel uji yang telah mengalami pengenceran
hingga 10-2 lalu diinokulasikan pada media Sabouraud Dextrose Agar dengan
metode pour plate. Selanjutnya, diinkubasikan pada suhu 20ºC dan diamati selama
7 hari. Lalu koloni jamur yang tumbuh dihitung.
7. Uji iritasi hewan
Hewan uji dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) galur
wistar yang diperoleh dari Animal House Fakultas Biologi UGM yang berusia 2
hingga 3 bulan yang memiliki kondisi kesehatan yang baik dan kulit yang sehat.
1. Kandang ukuran 40 cm x 40 cm tikus diberi bedding berupa serbuk kayu
kemudian diletakkan pakan standar tikus dan air minum secara ad libitum pada
kandang;
2. Enam ekor tikus diletakkan dalam masing-masing kandang yang sudah diberi
bedding kemudian kandang diletakkan di laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas
Biologi UGM selama 7 hari. Adaptasi dilakukan sebelum dilakukan pengujian.
Pakan diberikan sebanyak 7.5 gr/ekor/hari;
3. Pada hari kedelapan, keenam hewan uji dilakukan anestesi dan diambil darahnya
untuk diuji darah pra pengolesan krim dengan pipet mikrohematokrit melalui vena
sinus orbiatal mata dan diuji dengan hemocytometer;
4. Keenam hewan uji dicukur dengan silet pada bulu punggung dengan luas area
5 cm x 2 cm dan dibersihkan menggunakan alcohol swab lalu dibiarkan selama 24
jam untuk memberikan tikus waktu beradaptasi dan mengamati apabila terjadi
perubahan pada kulit tikus;
5. Krim wajah berbahan kolagen kulit telur ayan dan madu lebah dioleskan pada
daerah tersebut sebanyak 0.2 gram lalu ditutup dengan kain kasa hipoalergik, kertas
selofan, dan perban;
6. Setelah 24 jam, perban dilepaskan dan diamati area kulit tersebut pada 24, 48,
dan 72 jam setelah pengolesan krim;
7. Pasca pengolesan krim, darah keenam hewan uji diuji kembali.
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 7
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)

8. Pengujian organoleptik (uji panelis)


Uji panelis dilakukan pada 11 laki-laki dan 19 perempuan dengan rentang
usia 19-40 tahun. Kriteria inklusi panelis yaitu individu dewasa muda dengan
tangan dan punggung tangan normal karena mudah terlihat serta tidak memiliki
riwayat alergi. Seluruh panelis terlebih dahulu mencuci tangan sebelum
dikontakkan dengan sampel krim wajah sebanyak 0.5 gram dan dibiarkan kontak
selama 15 menit. Kriteria uji meliputi aroma, konsistensi, tekstur, lengket, sensasi,
warna, rasa gatal, mudah dicuci, dan respon setelah mencuci.

Hasil dan pembahasan


Kandungan Kolagen Dalam Membran Cangkang Telur
Pada penelitian Ponkham et al (2011) didapatkan 8% membran cangkang
telur dari 500 gram per 15 L larutan sampel. Hasil analisis data HPLC (High
Performance Liquid Chromatography) terdapat kolagen tipe I dengan berat 495
sampai 507 mg per 100 gram berat kering sampel. Sementara Bayraktar et al (2021)
membran cangkang telur tersusun 80-85% komponen organik dengan rincian 10%
kolagen tipe I, V, atau tipe X serta komponen protein penyusun lainnya terdiri atas
70–75% osteopontin, fibronectin, glycoproteins, dan proteoglycans, dan terdapat
15–20% komponen anorganik yakni CaCO₃.
Pada penelitian Kalman et al (2019) membran cangkang telur yang larut
dalam air dan terhidrolisis menjadi sumber glikosaminoglikan (GAG) bermanfaat
menghidrasi kulit melalui peningkatan kadar kolagen, pengurangan matriks
metalloproteinase, penghambatan kolagenase dan elastase, serta mengurangi
peradangan pada kulit. Membran cangkang telur dipilih sebagai sumber kolagen
daripada bahan aktif lain karena aman dan minim alergi jika digunakan pada produk
atau suplemen makanan (Turck et al., 2018). Produk anti-aging yang banyak
beredar di pasaran saat ini masih banyak menggunakan retinoid yang dapat
menimbulkan iritasi pada kulit dan memiliki potensi teratogenik sehingga harus
dihindari terutama bagi wanita hamil dan ibu menyusui. Kandungan kolagen pada
krim ini dapat digunakan sebelum usia 40 karena pada usia ini manusia tidak dapat
memproduksi kolagen dalam tubuh sehingga perlu asupan dari luar baik secara oral
maupun didapat dari produk perawatan kulit. Hasil yang diperoleh sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Alhana et al (2015).
Kemampuan Inhibisi Senyawa Pada Madu Pada MMP1
Penambahan madu sebagai bahan aktif dalam krim mampu menghambat
protein penyebab penuaan yaitu kolagenase (MMP1). Didapatkan model inhibisi
dengan prediksi random forest. Profil model ditampilkan dalam Gambar 3 dan
Tabel 2. Dari data didapatkan nilai akurasi model sangat tinggi (97.89%), nilai true
positive rate yang sangat baik (1.0), serta nilai kesepakatan yang yang baik (0.698).
Hasil ini menunjukkan bahwa model prediksi yang didapatkan akurat dan optimal
untuk digunakan sebagai model prediksi inhibisi.
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 8
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)

Tabel 2. Profil model prediksi


random forest
Akurasi Error Cohen’s kappa (k)

97.89% 2.1% 0.689

Gambar 1. Kurva ROC model


prediksi random forest
Dari model prediksi yang didapatkan, dapat dilakukan komputasi prediksi
aktivitas 78 fitokimia pada madu dari database ChEMBL. Hasil analisis beserta
nilai prediksi ditampilkan dalam Tabel 2. Didapatkan 4 senyawa dengan hasil
prediksi penghambatan paling tinggi pada MMP1 antara lain benzylpenicillin
dengan nilai prediksi 1.0 (paling baik penghambatan terhadap MMP1), cefuroxime,
ampicillin, amoxicillin dengan nilai 0.98. Ke empat senyawa ini memiliki nilai
prediksi 1.0 dan mendekati 1.0 sehingga efektif untuk menghambat penuaan.
Tabel 3. Daftar hasil prediksi aktivitas inhibisi fotokimia pada madu pada MMP1
Nama Senyawa Struktur Senyawa Kode SMILES Skor
Benzylpencillin CC1(C)S[C@@H]2[C@H](NC(=O) 1.0
Cc3ccccc3)C(=O)N2[C@H]1C(=O)
O

Cefuroxime CO/N=C(C(=O)N[C@@H]1C(=O)N 0.98


2C(C(=O)O)=C(COC(N)=O)CS[C@
H]12)c1ccco1

Ampicillin CC1(C)S[C@@H]2[C@H](NC(=O)[ 0.98


C@H](N)c3ccccc3)C(=O)N2[C@H]
1C(=O)O

Amoxicilin CC1(C)S[C@@H]2[C@H](NC(=O)[ 0.98


C@H](N)c3ccc(O)cc3)C(=O)N2[C
@H]1C(=O)O
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 9
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
Kadar Proksimat Krim Wajah
Kadar proksimat krim wajah dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kadar proksimat krim wajah
Parameter uji Sampel Hasil (%)
Kadar air Ulangan 1 77.1091
Ulangan 2 77.1218
Ulangan 3 77.0468
Rerata 77.0926
Kadar abu Ulangan 1 0.0066
Ulangan 2 0.0056
Ulangan 3 0.0064
Rerata 0.0062
Kadar protein Ulangan 1 1.8603
Ulangan 2 1.8694
Ulangan 3 1.8774
Rerata 1.8690
Kadar lemak Ulangan 1 0.0058
Ulangan 2 0.0056
Ulangan 3 0.0061
Rerata 0.0058
Berdasarkan Tabel 4 diketahui kandungan kadar air sebesar 77.0926%,
kadar abu 0.0062%, kadar protein 1.8690% dan kadar lemak 0.0058%.
Viskositas Krim Wajah
Nilai viskositas suatu bahan kosmetik menunjukkan kestabilan suatu produk
yang dihasilkan.Nilai viskositas krim wajah dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai viskositas produk krim wajah
Sampel RPM Viskositas (dPas)
Ulangan 1 3 66.32
Ulangan 2 6 68.25
Ulangan 3 12 63.25
Rerata 65.94 dPas
Penentuan kekentalan dan viskositas pada sediaan krim penting untuk
dilakukan terutama pada bahan-bahan yang digolongkan ke dalam fase minyak
seperti asam stearat dan cetyl alcohol karena pada umumnya memiliki karakteristik
berwujud padat pada suhu ruang. Perubahan viskositas suatu produk sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal juga mempengaruhi seperti konsentrasi,
suhu, ion logam, elektrolit dan non elektrolit, geser pengadukan mekanis,
konsentrasi, suhu, serta pH (Zhenhua et al., 2020). Hasil analisa viskositas krim
wajah menunjukkan bahwa rerata nilai viskositas krim sebesar 65.94 cp. Menurut
Puspitasari et al (2018), viskositas sediaan topikal yang dapat diterima yaitu 50-
1000 dPas. Nilai viskositas ini diduga dipengaruhi oleh penambahan larutan
kolagen dan madu lebah yang memiliki kadar air yang tinggi. Kandungan air di
dalam sampel krim bertambah menyebabkan terjadinya penurunan tegangan
permukaan krim, sehingga fase minyak dengan fase air seimbang.
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 10
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
Derajat Keasaman (pH)
Hasil pemeriksaan pH krim wajah dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai viskositas produk krim wajah
Sampel Parameter Alat Hasil
Ulangan 1 pH pH meter 7.08
Ulangan 2 7.05
Ulangan 3 7.11
Rerata 7.08
Nilai pH untuk kedua krim wajah eksperimen (Tabel 6) yaitu 7.08. Nilai pH
tersebut berada dalam kisaran nilai pH yang terdapat pada SNI 16-4399- 1996
sebagai syarat mutu pelembab kulit (4.5-8.0) dan kisaran pH normal kulit yaitu 4-
6 (Ali dan Yosipovitch, 2013). Oleh karena itu, krim wajah yang dihasilkan relatif
aman digunakan. Nilai pH penting untuk diketahui guna mencegah terjadinya
kerusakan maupun iritasi kulit. Menurut Faradiba (2013), sediaan kosmetik harus
memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu antara 4.5-7.5. Hal ini karena pH
yang terlalu asam dapat menyebabkan iritasi kulit, sedangkan pH yang terlalu basa
dapat menyebabkan kulit bersisik.
Uji Mikrobiologi Krim Wajah
Hasil uji mikrobiologi krim wajah dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil uji mikrobiologi krim wajah
Jenis Pemeriksaan Sampel Hasil (CFU/g)
Angka lempeng total Ulangan 1 22
Ulangan 2 25
Ulangan 3 20
Rerata 22.3333
Angka kapang-khamir Ulangan 1 13
Ulangan 2 11
Ulangan 3 16
Rerata 13.3333
Uji total bakteri dan khamir-kapang pada krim wajah terlihat pada Tabel 7
masing-masing berada pada rerata 22.3333 CFU/g dan 13.3333 CFU/g yang
menunjukkan bahwa sediaan krim masih ditumbuhi bakteri maupun jamur. Hal ini
menjelaskan bahwa konsentrasi bahan aktif madu lebah hanya dapat menghambat
pertumbuhan jenis bakteri dan jamur tertentu, tidak menghambat total pertumbuhan
mikroba yang yang ada pada krim wajah tersebut. Walaupun demikian, jumlah
cemaran bakteri ini masih sesuai dengan syarat mutu pelembab kulit (SNI 16-4399-
1996) yaitu maksimum 102 CFU/g.
Uji Iritasi pada Kulit Hewan
Hasil pengujian iritasi kulit terhadap hewan coba Rattus norvegicus galur
Wistar berjenis kelamin jantan berusia 5 bulan dengan berat 300-450 gram yang
meliputi uji darah dan pengamatan eritema-oedema setelah pengolesan krim dapat
dilihat pada Tabel 8, Gambar 3, Gambar 4, dan Gambar 5.

Tabel 8. Hasil Pengamatan Eritema dan Oedema


Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 11
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
Kelompok Individu Hasil Pengamatan setelah pengolesan krim pada jam ke-
0 24 48 72
E O E O E O E O
Kontrol 1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0
Perlakuan 1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan : E = Eritema O = Oedema

Gambar 2. Rambut tikus setelah dicukur (kiri) keadaan kulit tikus sebelum dioleskan
krim (tengah) dan 72 jam setelah dioleskan krim (kanan)

Gambar 3. White Blood Cells (WBC) Gambar 4. Jumlah neutrofil pretest dan
pretest dan posttest pada hewan coba posttest pada hewan coba kelompok
kelompok kontrol dan perlakuan kontrol dan perlakuan

Gambar 5. Jumlah Limfosit pretest dan


posttest pada hewan coba kelompok
kontrol dan perlakuan
Berdasarkan Tabel 8. Tikus kelompok kontrol dan perlakuan, pada 3 waktu
pengamatan, 24, 48, dan 72 jam, menunjukkan nilai eritema sebesar 0 (tidak ada
eritema) dan nilai oedema sebesar 0 (tidak ada oedema). Skala nilai eritema sebesar
1 menunjukkan sedikit eritema, 2 eritema jelas, 3 eritema sedang-kuat, sedangkan
4 eritema parah. Skala nilai oedema sebesar 1 menunjukkan oedema ringan, 2
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 12
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
oedema ringan (tepi dan pembesaran jelas), 3 oedema sedang (ketebalan 1 mm),
sedangkan 4 oedema parah (ketebalan >1 mm). Dengan menggunakan rumus
indeks iritasi primer sebagai berikut,
𝐴−𝐵
Indeks Iritasi Primer = 𝐶
Keterangan :
A: Jumlah skor eritema dan oedema seluruh titik pengamatan sampel pada jam ke
24, 48 dan 72 dibagi jumlah pengamatan.
B : Jumlah skor eritema dan udema seluruh titik pengamatan kontrol pada jam ke
24, 48 dan 72 dibagi jumlah pengamatan.
C : Jumlah hewan.
(BPOM, 2020)
Skor iritasi (indeks iritasi primer) diperoleh sebesar 0. Pengujian iritasi kulit
hewan coba didapatkan hasil sampel krim tidak menimbulkan iritasi. Hasil ini
diperkuat dengan profil leukosit dari uji darah yang menunjukkan bahwa, baik
kontrol maupun perlakuan, jumlah white blood cells (WBC), jumlah limfosit, dan
neutrofil pada pretest (sebelum pengolesan krim) dan posttest (setelah pengolesan
krim) nilainya masih dalam kisaran normal atau berada dalam blok baseline (area
biru). Didapatkan grafik kelompok kontrol naik sedangkan kelompok perlakuan
turun disebabkan perubahan suhu atau efek lainnya serta nilainya tidak dapat
digeneralisasikan karena bersifat sangat spesifik. Hal tersebut menandakan tikus
memiliki leukosit total, jumlah neutrofil, dan jumlah limfosit yang normal dan tidak
ada efek yang signifikan dari pengolesan krim sehingga dapat dikatakan bahwa
krim tidak menimbulkan iritasi pada hewan coba. Profil leukosit, terutama limfosit
dan neutrofil dapat dijadikan parameter terjadinya iritasi karena sel darah putih
berfungsi dalam melawan zat asing dan luka iritasi. Neutrofil merupakan sel yang
berfungsi sebagai pertahanan utama sebelum akhirnya terjadi peningkatan limfosit
yang akan menghasilkan antibodi (Sherwood, 2012). Grafik WBC juga
menunjukkan kedua garis cenderung berhimpit sehingga dapat dikatakan bahwa
rerata jumlah leukosit total tikus sebelum dan sesudah pengolesan krim tidak
berbeda signifikan. Hasil pengujian iritasi dan uji darah hewan menunjukkan bahwa
formulasi krim, baik krim dasar maupun krim dengan bahan aktif ekstrak kolagen
dan madu, aman dan tidak menimbulkan iritasi kulit sehingga pengujian dilanjutkan
dengan uji organoleptik pada panelis.
Uji Panelis Krim Wajah
Hasil uji panelis yang telah dilakukan oleh 19 perempuan dan 11 laki-laki
dalam rentang usia 19-40 tahun terhadap respon pemakaian produk krim wajah
hasil eksperimen terlihat pada Tabel 9. Kriteria uji meliputi aroma, konsistensi,
tekstur, lengket, sensasi, warna, rasa gatal, eritema, mudah dicuci, dan respon
setelah mencuci.
Tabel 9. Hasil uji panelis terhadap krim wajah
Parameter penilaian Skor Kesimpulan
Aroma 1 Tidak harum 2.1 Agak harum
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 13
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
2 Agak harum
3 Harum
4 Sangat harum
Konsistensi 1 Sangat keras 2.9 Lembek
2 Keras
3 Lembek
4 Sangat lembek
Sensasi 1 Sangat panas 2.7 Agak dingin
2 Panas
3 Agak dingin
4 Dingin
Tekstur 1 Sangat kasar 3.7 Sangat halus
2 Kasar
3 Halus
4 Sangat halus
Rasa gatal 1 Sangat gatal 3.7 Tidak gatal
2 Gatal
3 Agak gatal
4 Tidak gatal
Lengket 1 Sangat lengket 2.7 Agak lengket
2 Lengket
3 Agak lengket
4 Tidak lengket
Warna 1 Tidak suka 3.6 Sangat suka
2 Agak suka
3 Suka
4 Sangat suka
Mudah dicuci 1 Sangat sulit 3.1 Mudah
2 Sulit
3 Mudah
4 Sangat mudah
Respon setelah 1 Sangat kering 3.6 Lembab
mencuci 2 Kering
3 Agak lembab
4 Lembab
Eritema 1 Sangat merah 3.9 Tidak merah
2 Merah
3 Agak merah
4 Tidak merah
Berdasarkan Tabel 9 diketahui seluruh parameter uji yang diberikan penilaian
disukai oleh panelis (19 perempuan dan 11 laki-laki, rentang usia 19-40 tahun). Hal
ini menunjukkan bahwa krim wajah dapat diterima oleh panelis dari usia muda
hingga menengah baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu, krim wajah yang
ditawarkan kepada panelis disukai karena memiliki daya pelembab yang tinggi dan
tidak menimbulkan efek iritasi pada kulit. Hal ini disebabkan karena seluruh
konsentrasi bahan-bahan yang digunakan pada formulasi krim wajah masih berada
dibawah nilai ambang batas atau masih diperbolehkan.
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 14
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
Kesimpulan
Dari data yang didapatkan, membran cangkang telur bermanfaat
menghidrasi kulit melalui peningkatan kadar kolagen, pengurangan matriks
metaloproteinase, penghambatan kolagenase dan elastase, serta mengurangi
peradangan pada kulit. Penambahan madu dalam krim wajah anti-aging memiliki
nilai akurasi model sangat tinggi (97.89%) dalam menghambat MMP1 sehingga
berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam 100 gram formulasi krim wajah berbahan aktif ekstrak kolagen membran
cangkang telur ayam 4.1206% dan madu lebah 5.0251%; 77.0926% air; 0/0062%
abu; 1.8690% protein; 00058% lemak, nilai viskositas 65.94 dPas, dan pH 7.08.
Dengan komponen dan karakter tersebut, produk ini tidak mengiritasi kulit hewan
uji. Nilai rata-rata penilaian terhadap atribut (seperti aroma, konsistensi, tekstur,
lengket, sensasi homogen, warna, penampilan, rasa gatal, eritema, mudah dicuci,
respon setelah mencuci) diterima baik oleh panelis dengan skor 1–3.9 serta capaian
tertinggi total bakteri 25 CFU/g dan khamir-kapang 16 CFU/g memenuhi syarat
mutu pelembab kulit (SNI 16-4399-1996) yaitu maksimum 102 CFU/g. Riset ini
diharapkan dapat dijadikan acuan penelitian lain dalam mengembangkan studi
mengenai kolagen membran cangkang telur ayam kombinasi madu sebagai
pencegah penuaan.
Ucapan terimakasih
Terima kasih kepada Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberi dana untuk PKM-
RE kami yang berjudul “Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging berbahan
Membaran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)”.
Daftar pustaka
Akgün, I.H. 2021. VLVS: A Knime Based Virtual Library Generation and
Screening Workflow. Journal of Pharmaceutical Research International.
32(48): 16-30.
Alhana. 2015. Ekstraksi dan karakterisasi kolagen dan nanokolagen dari daging
teripang gamma (Stichopus variegatus). Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alhana, Suptijah, P., Tarman, K. 2015. Ekstrkasi dan karakterisasi kolagen dari
daging teripang gamma. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia.18(2):150-161.
Ali, S.M. dan Yosipovitch, G. 2013. Skin pH: From basic science to basic skin care.
Acta Dermato-Venereologica. 93: 261–267.
Badan Pusat Statistik. 2021. Produksi Telur Ayam Petelur menurut Provinsi (Ton),
2018-2020. URL: https://www.bps.go.id/indicator/24/491/1/produksi-telur-
ayam-petelur-menurut-provinsi.html. Diakses tanggal 3 September 2021.
Bayraktar, O., Galanakis, C.M., Aldawoud, T.M.S., Ibrahim, S.A., Köse, D.M., dan
Uslu, M.U. 2021. Utilization of Eggshell Membrane and Olive Leaf Extract for
the Preparation of Functional Materials. Foods 2021. 10(4):806.
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 15
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
Faradiba, Faisal, A., dan Ruhama, M. 2013. Formulasi krim wajah dari sari buah
jeruk lemon (Vitis vinifera L.) dengan variasi konsentrasi emulgator. Majalah
Farmasi dan Farmakologi. 17(1): 17-20.
Kalman, D.S., dan Helwings, S. 2019. The Effect of Oral Hydrolyzed Eggshell
Membrane on The Appearance of Hair, Skin, and Nails in Healthy Middle-aged
Adults: A Randomized Double-blind Placebo-Controlled Clinical Trial. Journal
of Cosmetic Dermatology. 19(6):1463-1472.
Orlando, Fla. 2017. Slow the signs of aging with sun protection. URL:
https://www.aad.org/news/aging-and-sun-protection. Diakses tanggal 3
September 2021.
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Uji Toksisitas
Praklinik secara In Vivo. URL : https://jdih.pom.go.id/download/flip/1192/-
/2020. Diakses tanggal 3 September 2021.
Ponkham, W., Limroongreungrat, K., Sangnark, A. 2011. Extraction of collagen
from hen eggshell membrane by using organic acids. Thai Journal of
Agricultural Science. 44(5):354-360.
Puspitasari, A.D., Mulangsri, D.A.K., dan Herlina. 2018. Formulasi krim tabir
Surya ekstrak etanol daun kersen ( Muntingia calabura L.) untuk kesehatan kulit.
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 28(4): 263-270
Safitri, F.W., Syahreza, A., Farah, H.S., Satrio, B.M.C., Hadi,I.S., 2016.
Antioxidant Activities and Antioxidant Cream Formulation of Corn Silk (Zea
Mays L) Extract. Sains Medika Journal of Medicine and Health. 7(2):64-69.
Sherwood. L. 2012. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6, EGC. Jakarta.
Sumarlin, L.O., Muawanah, A., Wardhani, P., Masitoh, 2014. Aktivitas Antikanker
dan Antioksidan Madu di Pasaran Lokal Indonesia (Anticancer and Antioxidant
Activity of Honey in the Market Local Indonesia). Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. 19 (3): 136-144.
Turck, D., Bresson, J.L., Burlingame,B., Dean,T., Fairweather-Tait, S.,
Heinonen,M., Hirsch-Ernst, K.I., Mangelsdorf, I., McArdle, H.J., Naska, A.,
Neuhäuser-Berthold,M., Nowicka, G., Pentieva, K., Sanz, Y., Siani, A., Sjödin,
A., Stern, M., Tomé, D., Vinceti, M., Willatts, P., Engel, K.H., Marchelli, R.,
Pöting, A., Schlatter, J.R., Ackerl, R., van Loveren, H. 2018. Safety of egg
membrane hydrolysate as a novel food pursuant to Regulation (EU) 2015/2283.
EFSA Journal. 16(7):e05363.
Xia, W., Hammerberg, C., Li, Y., He, T., Quan, T., Voorhees, JJ., Fisher, GJ. 2013.
Expression of catalytically active matrix metalloproteinase-1 in dermal
fibroblasts induces collagen fragmentation and functional alterations that
resemble aged human skin. Aging Cell. 12(4):661-71.
Yumas, M. 2016. Formulasi sediaan krim wajah berbahan aktif ekstra metanol biji
kakao non fermentasi (Theobroma cacao L.) kombinasi madu lebah. Jurnal
Industri Hasil Perkebunan. 11 (2):75-87.
Zhenhua, Y., Jianbo, Z., Hao, W., Han, Z., Jiao, X., dan Xu, W. 2020. Analysis of
influencing factors on viscosity of agar solution for capsules. Journal of Physics:
Conference Series. 1653 (2020): 1-7.

Anda mungkin juga menyukai