Abstrak
Penanganan limbah produk hewani seperti cangkang telur ayam memerlukan inovasi
supaya mampu memberikan nilai tambah sebagai produk berkelanjutan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengekstraksi kolagen pada membran cangkang telur ayam untuk
dikombinasikan dengan senyawa pada madu lebah sebagai krim wajah anti-aging. Material
ini memiliki nilai akurasi model sangat tinggi (97.89%) yang berpotensi menghambat
penuaan sebagai akibat Matrix metalloproteinase-1 (MMP1). Penelitian ini dilakukan
dengan mengekstrak kolagen membran cangkang telur, penyiapan krim yang dipadukan
dengan madu lebah, analisis sifat produk, dan interpretasi data virtual. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam 100 gram formulasi krim wajah berbahan aktif ekstrak kolagen
membran cangkang telur ayam 4.1206% dan madu lebah 5.0251%; 77.0926% air; 0.0062%
abu; 1.8690% protein; 0.0058% lemak, nilai viskositas 6.94 dPas, dan pH 7.08. Dengan
komponen dan karakter tersebut, produk ini tidak mengiritasi kulit hewan uji. Nilai rata-
rata penilaian terhadap atribut (seperti aroma, konsistensi, tekstur, lengket, sensasi
homogen, warna, penampilan, rasa gatal, eritema, mudah dicuci, respon setelah mencuci)
diterima baik oleh panelis dengan skor 1–3.9 serta capaian tertinggi total bakteri 25 CFU/g
dan khamir-kapang 16 CFU/g memenuhi syarat mutu pelembab kulit (SNI 16-4399-1996)
yaitu maksimum 102 CFU/g.
Kata kunci: kolagen, MMP1, madu, ekstraksi, organoleptik.
Abstract
Handling animal product waste such as chicken eggshells requires innovation to be able
to provide added value as a sustainable product. This study aims to extract collagen in
chicken eggshell membranes to be combined with compounds in bee honey as an anti-aging
face cream. This material has a very high model accuracy value (97.89%) which has the
potential to inhibit aging as a result of Matrix metalloproteinase-1 (MMP1). This research
was carried out by extracting eggshell membrane collagen, preparing cream combined
with bee honey, analyzing product properties, and interpreting virtual data. The results
showed that in 100 grams of facial cream formulation with active ingredients of chicken
eggshell membrane collagen extract 4.1206% and bee honey 5.0251%; 77.0926% water;
0.0062% ash; 1.8690% protein; 0.0058% fat, viscosity value 65.94 dPas, and pH 7.08.
With these components and characteristics, this product does not irritate the skin of the
test animals. The average value of the assessment of attributes (such as aroma, consistency,
texture, stickiness, homogeneous sensation, color, appearance, itching, erythema,
washability, response after washing) was well received by the panelists with a score of 1–
3.9 and the highest achievement total bacteria 25 CFU/g and yeast-mold 16 CFU/g met
the skin moisturizer quality requirements (SNI 16-4399-1996) which is a maximum of 102
CFU/g.
Keywords: collagen, MMP1,honey, extraction, organoleptic.
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 2
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
Pendahuluan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2021 bahwa tingkat konsumsi telur
ayam ras petelur perkapita di Indonesia tahun 2018-2021 mengalami kenaikan.
Pada tahun 2019 tingkat konsumsi telur masyarakat per kapita naik sebesar 65.261
ton, pada tahun 2020 tingkat konsumsi telur masyarakat per kapita naik sebesar
291.012 ton. Hal tersebut membuat limbah cangkang telur menjadi food waste yang
dapat dimanfaatkan kembali. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ponkham et al
(2011), membran cangkang telur mengandung kolagen sebesar 8% dari berat total
setelah melalui proses ekstraksi dengan pelarut asam. Jumlah ini bisa
dikembangkan sebagai kolagen dalam pembuatan kosmetik. Selain
ketersediaannya sangat melimpah, harga yang terjangkau sehingga dapat
memunculkan inovasi bahan aktif kolagen berupa krim yang dibutuhkan.
Pandemi covid-19 menuntut pembatasan aktifitas serta sebagian pekerjaan
dilakukan dari rumah (work from home) menggunakan media elektronik.
Berdasarkan data dalam American Academy of Dermatology menyebutkan,
walaupun radiasi sinar UV yang berasal dari perangkat elektronik seperti TV,
komputer, dan gadget tegolong rendah, namun radiasinya secara kumulatif dapat
menyebabkan kerusakan kulit. Radiasi sinar UV dapat menimbulkan photoaging
pada manusia dengan merangsang MMPs (matriks metalloproteinases) yang
berperan dalam photoaging menghasilkan kolagenase (MMP-1) yang dapat
menghancurkan kolagen dan menyebabkan penuaan. Salah satu solusi untuk
mengatasi permasalahan ini adalah inovasi aplikasi kolagen dalam berbagai produk
kosmetik dan obat (Alhana, 2015). Solusi krim wajah anti-aging berbahan kolagen
membran cangkang telur dihadirkan untuk menghambat penuaan (aging).
Inovasi kolagen dalam kosmetik penelitian ini menggunakan tambahan aktif
berupa antioksidan pada madu. Kosmetik dengan pemberian antioksidan khususnya
produk krim wajah memiliki potensi meningkatkan ketahanan tubuh khususnya
mencegah penuaan kulit (Safitri et al., 2016). Madu adalah sumber dari antioksidan
karena terdapat senyawa flavonoid, asam fenolat, katalase, peroksidase, karetenoid,
dan nonperoxidal (Sumarlin et al., 2014). Krim yang mengandung antioksidan
madu berpotensi bekerja lebih optimal jika dikombinasikan dengan kolagen dari
membran cangkang telur yang masih dianggap sebagai sampah makanan.
Luaran dan tindak lanjut penelitian ini mendorong pemanfaatan dan nilai
tambah limbah cangkang telur ayam sebagai bahan anti-aging berbahan alami serta
mampu mengurangi efek samping ketidaksesuaian produk kosmetik lain yang
beredar luas di pasaran.
Metode
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus 2021 yang terdiri dari
preparasi alat dan bahan serta pembuatan sampel di Laboratorium Kimia Organik
FMIPA UGM, Laboratorium Terpadu FMIPA UII, Laboratorium Teknologi
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 3
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
Farmasi Fakultas Farmasi UII, pengjuan Ethical Clearance ke Komisi Etik Fakultas
KKMK UGM, uji iritasi hewan di Animal House Fakultas Biologi UGM, uji profil
darah hewan coba di Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas Biologi UGM,
pengujian proksimat, viskositas, pH, dan kapang khamir di Laboratorium Chem-
Mix, serta pengolesan krim pada 30 panelis dengan mematuhi protokol kesehatan
secara ketat.
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu blender, magnetic stirrer,
hot plate, homogenizer, centrifuge, centrifuge tube, labu erlenmeyer, gelas beaker,
gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur, batang pengaduk, gelas arloji, cawan porselen,
labu ukur, termometer, shaker, water bath, plastic wrap, timbangan analitik, pinset,
Buchner funnel, erlenmeyer hisap, vacuum pump, corong kaca, alumunium foil,
oven, desikator, tanur, tabung ekstraksi, labu kjeldahl, petridish, viskometer
Brookfield, pH meter, kandang hewan, silet, pipet mikrohematroktit dan
hemocytometer.
Bahan yang digunakan yaitu NaCl 0.45 M, NaOH 0.2%, NaOH 0.01 M,
H₂SO₄ 0.2%, akuades, ammonia, etanol, dietil eter, petroleum eter, Na₂SO₄, CuSO₄,
Selenium/TiO₂, H₂SO₄, NaOH-Tio, H₃BO₃, HCl 0.02 N, indikator Mr-BCG, asam
sitrat 0.7%, H₂O₂ 1%, asam sitrat 0.5 M 1:8, asam stearat, kertas saring, gliserin,
asam stearat, setil alkohol, propil paraben, metil paraben, parafin cair, TEA,
akuades, kolagen membran cangkang telur ayam, madu, plate count agar,
sabouraud dextrose agar, kain kasa hipoalergenik, kertas selofan, dan perban.
Metode Pengumpulan Data
1. Identifikasi senyawa kolagen pada membran cangkang telur
Limbah cangkang telur didapatkan dari industri peternakan ayam dan toko
kue di daerah Sleman, Yogyakarta. Kemudian dilakukan identifikasi senyawa yang
terdapat pada membran cangkang telur menggunakan studi literatur. Pencarian
literatur dilakukan dengan search-engine dengan keyword “Eggshell membrane”,
“Collagen”, “Cosmetic”, dan “anti-aging” kemudian artikel yang didapatkan
digunakan sebagai sumber acuan mengenai kandungan kolagen di dalam membran
cangkang telur.
2. Analisis kemampuan inhibisi senyawa pada madu pada MMP1
Kemampuan inhibisi senyawa pada madu dianalisis melalui skrining virtual
berbasis ligan (SVBL) dengan perangkat lunak KNIME seperti yang dikemukakan
Akgun (2020). Standar ligan dengan target MMP1 digunakan beserta aktivitas
inhibisinya dari database ChEMBL dengan memasukkan “MMP1” sebagai kata
kunci pencarian. Didapatkan 6.871 aktivitas pada data protein MMP1 dengan ID
CHEMBL332 dengan parameter standar yang berbeda-beda. Diambil 4.089
aktivitas dengan jenis standar penghambatan minimum pada 50% kosentrasi (𝐼𝐶50 )
dan diunduh dalam format .csv.
Model prediksi inhibisi difilter menggunakan parameter seperti jumlah
hydrogen binding acceptor (HBA), hydrogen binding donor (HBD), nilai LogP,
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 4
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
serta bobot molekul. Setelah ligan difilter, kemudian dibuat model prediksi
menggunakan random forest predictor dan didapatkan model prediksi serta
parameter performa model. Data senyawa pada madu didapatkan dari database
ChEMBL sesuai fitokimia dan kode SMILES yang dimasukkan ke dalam model
prediksi sehingga didapatkan profil kemampuan inhibisi senyawa pada madu.
Kemudian dimasukkan senyawa standar glycylhydroxamic acid yang telah
diketahui memiliki aktivitas penghambatan terhadap MMP1 untuk memvalidasi
lebih lanjut hasil yang didapatkan.
3. Pembuatan formulasi krim wajah berbahan kolagen membran cangkang
telur kombinasi madu
Pembuatan krim wajah diawali dengan menimbang bahan-bahan yang
digunakan dengan formulasi sebagai berikut.
Tabel 1. Formulasi krim wajah
Bahan Krim dengan bahan aktif Krim Dasar
Asam stearat 3.0002 gram 3.0063 gram
Setil Alkohol 5.0022 gram 5.0083 gram
Triethanolamine (TEA) 2.2084 gram 2.2828 gram
Gliserin 5.0018 gram 5.2180 gram
Propil Paraben 0.0888 gram 0.0883 gram
Metil Paraben 0.1106 gram 0.1156 gram
Parafin Cair 5.0158 gram 5.0486 gram
Ekstrak Kolagen 4.1206 gram -
Madu 5.0251 gram -
(Yumas, 2016)
Pembuatan krim mengacu pada Yumas (2016) dengan modifikasi. Formulasi
krim terdiri dari fase air (akuades, TEA, propil paraben, metil paraben, dan gliserin)
dan fase minyak (asam stearat, setil alkohol, dan parafin cair). Sedangkan ekstrak
kolagen dan madu termasuk dalam komponen aktif. Bahan-bahan fase minyak
dilebur di atas hot plate hingga larut dan tercampur merata. Pada saat yang
bersamaan, propil paraben, metil paraben, dan glycerin dicampur dalam satu cawan
porselen dan dipanaskan menggunakan hot plate hingga larut dan tercampur
merata. Selain itu, akuades yang sudah dicampur TEA dalam gelas beker juga
dipanaskan dengan hot plate sambil dihomogenkan dengan homogenizer pada
kecepatan 250 rpm. Ketika propil paraben, metil paraben, dan glycerin sudah larut
dan mencapai suhu 70ºC, larutan tersebut segera dituangkan pada gelas beker berisi
akuades dan TEA. Selanjutnya, ketika sudah larut dan mencapai suhu 70ºC, bahan-
bahan fase minyak tersebut segera dituangkan ke fase air dalam gelas beker tersebut
dengan terus dihomogenkan dan dipercepat hingga 1050 rpm untuk membentuk
fase krim yang lembut. Pada pembuatan krim dengan bahan aktif pendinginan
dilakukan terlebih dahulu hingga mencapai suhu 30ºC. Selanjutnya, ekstrak
kolagen dimasukkan ke dalam fase krim sambil dihomogenkan hingga tercampur
merata. Krim didinginkan kembali hingga mencapai suhu 25ºC untuk selanjutnya
dicampur madu ke dalam fase krim sambil dihomogenkan.
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 5
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
4. Uji proksimat
1. Kadar air
Sebanyak 2 gram sampel krim dikeringkan dalam oven dengan suhu 105ºC
selama 3 jam. Selanjutnya sampel didinginkan dalam desikator lalu ditimbang.
Kemudian dipanaskan lagi dalam oven selama 30 menit, didinginkan dalam
eksikator dan ditimbang. Langkah tersebut diulangi hingga tercapai berat
konstan atau selisih penimbangan berturut-turut < 0.2 mg. Kadar air dalam
sampel dihitung dari pengurangan berat.
2. Kadar abu
Cawan pengabuan disiapkan lalu dibakar dalam tanur. Setelah dibakar
didinginkan dalam desikator lalu ditimbang. Sebanyak 3-5 gram sampel
ditimbang dalam cawan pengabuan, kemudian diletakkan dalam tabur
pengabuan untuk dibakar hingga didapatkan abu berwarna abu-abu atau hingga
beratnya tetap. Proses pengabuan dilakukan dalam 2 tahap yaitu dengan suhu
400ºC dan suhu 550ºC. Setelah itu didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
3. Kadar lemak
Sampel sebanyak 4-5 gram ditimbang dalam tabung ekstraksi. Kemudian
dicampur dengan ammonia 35% (v/v) sebanyak 1.5 mL dan ditambahkan air
hangat 7 mL hingga merata. Kemudian dipanaskan dengan suhu 60-70ºC
selama 15 menit. Etanol 10 mL ditambahkan kemudian dikocok hingga dingin.
Sebanyak 25 mL dietil eter ditambahkan, kemudian tabung ditutup dengan
penutup tabung lalu kocok kembali hingga merata selama 1 menit. Suhu
dibiarkan hingga dingin lalu tutup tabung dibuka dan ditambahkan petroleum
eter sebanyak 25 mL. Kemudian tabung ditutup dengan tutup tabung yang
sudah dibasahi dengan air lalu kocok merata selama 30 menit. Tabung
diberdirikan dengan bagian yang rata dibawah, dibiarkan selama 30 menit
hingga lapisan eter jernih dan seluruhnya terpisah dari lapisan aqueous.
4. Kadar protein
Sampel sebanyak 0.2 gram yang sudah dihaluskan, ditimbang lalu
dimasukkan ke dalam labu kjeidhal. Kemudian ditambahkan katalis N sebanyak
0.7 gram ( 250 gram Na2SO4 + 5 gram CuSO4 + 0.7 gram Selenium/TiO2 ),
setelah itu ditambah dengan 4 mL H2SO4 pekat. Dilakukan destruksi di dalam
lemari asam hingga berubah warna menjadi hijau jernih, setelah warnanya
berubah kemudian dinginkan dan ditambah 10 mL aquades. Kemudian
didestilasi dengan 20 mL NaOH – Tio ( NaOH 40% + Na2S2O3 5% ) dan
destilat ditampung di H3BO3 4% yang sudah diberi indikator Mr-BCG. Destilasi
dijalankan hingga volume destilat mencapai 60 mL (warna berubah dari merah
menjadi biru). Setelah volume mencapai 60 mL destilasi dihentikan lalu destilat
dititrasi dengan larutan standar HCl 0.02 N hingga titik akhir titrasi (warna
berubah dari biru menjadi merah muda). Volume titrasi yang diperoleh
kemudian dicatat dan dihitung kadar proteinnya.
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 6
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
5. Uji viskositas dan PH
Pada pengujian viskositas, sediaan krim wajah diuji dengan alat
Viskometer Brookfield dengan nomor spindel yang sesuai dengan kecepatan 3, 6,
dan 12 RPM. Pengamatan pada skala dilakukan setelah 3 kali putaran. Pengukuran
derajat keasaman menggunakan metode pH meter SNI 06-6989.11-2004. Sebanyak
10 gram sampel dilarutkan dalam 50 mL akuades hingga homogen, lalu pH meter
dicelupkan ke dalamnya. Adapun rentang toleransi pH krim berkisar antara 4.0 –
7.5.
6. Pengujian mikrobiologi angka lempeng total dan angka kapang-khamir
Sampel uji yang telah mengalami pengenceran hingga 10-2, pada setiap
pengenceran diambil sebanyak 1 mL dengan pipet steril lalu diinokulasikan pada
media Plate Count Agar dengan metode pour plate. Kemudian diinkubasi pada suhu
30ºC selama 72 jam. Lalu, koloni yang tumbuh dihitung. Sedangkan untuk analisis
angka khamir-kapang digunakan sampel uji yang telah mengalami pengenceran
hingga 10-2 lalu diinokulasikan pada media Sabouraud Dextrose Agar dengan
metode pour plate. Selanjutnya, diinkubasikan pada suhu 20ºC dan diamati selama
7 hari. Lalu koloni jamur yang tumbuh dihitung.
7. Uji iritasi hewan
Hewan uji dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) galur
wistar yang diperoleh dari Animal House Fakultas Biologi UGM yang berusia 2
hingga 3 bulan yang memiliki kondisi kesehatan yang baik dan kulit yang sehat.
1. Kandang ukuran 40 cm x 40 cm tikus diberi bedding berupa serbuk kayu
kemudian diletakkan pakan standar tikus dan air minum secara ad libitum pada
kandang;
2. Enam ekor tikus diletakkan dalam masing-masing kandang yang sudah diberi
bedding kemudian kandang diletakkan di laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas
Biologi UGM selama 7 hari. Adaptasi dilakukan sebelum dilakukan pengujian.
Pakan diberikan sebanyak 7.5 gr/ekor/hari;
3. Pada hari kedelapan, keenam hewan uji dilakukan anestesi dan diambil darahnya
untuk diuji darah pra pengolesan krim dengan pipet mikrohematokrit melalui vena
sinus orbiatal mata dan diuji dengan hemocytometer;
4. Keenam hewan uji dicukur dengan silet pada bulu punggung dengan luas area
5 cm x 2 cm dan dibersihkan menggunakan alcohol swab lalu dibiarkan selama 24
jam untuk memberikan tikus waktu beradaptasi dan mengamati apabila terjadi
perubahan pada kulit tikus;
5. Krim wajah berbahan kolagen kulit telur ayan dan madu lebah dioleskan pada
daerah tersebut sebanyak 0.2 gram lalu ditutup dengan kain kasa hipoalergik, kertas
selofan, dan perban;
6. Setelah 24 jam, perban dilepaskan dan diamati area kulit tersebut pada 24, 48,
dan 72 jam setelah pengolesan krim;
7. Pasca pengolesan krim, darah keenam hewan uji diuji kembali.
Janahwati, Formulasi Sediaan Krim Wajah Anti-Aging Berbahan Kolagen 7
Membran Cangkang Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) Kombinasi Madu
Lebah (Apis mellifera)
Gambar 2. Rambut tikus setelah dicukur (kiri) keadaan kulit tikus sebelum dioleskan
krim (tengah) dan 72 jam setelah dioleskan krim (kanan)
Gambar 3. White Blood Cells (WBC) Gambar 4. Jumlah neutrofil pretest dan
pretest dan posttest pada hewan coba posttest pada hewan coba kelompok
kelompok kontrol dan perlakuan kontrol dan perlakuan