Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN JENJANG KARIR

PSIKOLOG KLINIS
KOMITE TENAGA KESEHATAN LAIN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN SURIANSYAH


KOTA BANJARMASIN
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan terpenting yang


perlu didukung dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi
yang sangat kompleks. Berbagai Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dengan
perangkat ilmunya masing-masing berinteraksi satu sama lain.
Untuk menjaga mutu pelayanan di rumah sakit, maka diperlukan
standarisasi kemampuan sebagai PPA sesuai penjelasan Undang-Undang No. 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Di dalam undang-undang tersebut
dinyatakan bahwa rumah sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan yang
didasarkan kepada nilai kemanusian, etika dan profesionalitas, manfaat,
keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan
keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
Rumah sakit harus memastikan bahwa PPA yang kompeten untuk
memberikan asuhan harus spesifik terhadap jenis asuhan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Rumah sakit memastikan bahwa setiap PPA
yang kompeten memberikan asuhan, baik mandiri, kolaborasi, delegasi, serta
mandat kepada pasien secara aman dan efektif.
Psikolog Klinis di rumah sakit sebagai PPA harus mendapatkan surat
penugasan klinis (clinical appointment) untuk menjamin profesionalisme dalam
memberikan pelayanan psikologi klinis. Dalam rangka memperoleh surat
penugasan klinis, Psikolog Klinis harus melalui proses kredensial terhadap
rincian kewenangan klinis yang dimohonkan kepada pimpinan rumah sakit.

B. Tujuan
Memastikan Psikolog Klinis sebagai PPA di rumah sakit memiliki
kompetensi dalam menjalankan tugasnya baik secara mandiri maupun
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam upaya mencapai clinical
outcome pasien secara keseluruhan.

C. Ruang Lingkup
Psikolog Klinis yang memberikan pelayanan psikologi dan memberikan
kontribusi terhadap outcome pasien secara keseluruhan.
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 185,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas
Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 229, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5942);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
977);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2013 tentang
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1320);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Psikologi Klinis.
BAB II
KREDENSIAL PSIKOLOG KLINIS

A. Pengertian
Kredensial adalah bukti tertulis dari sertifikasi, pendidikan, pelatihan,
pengalaman atau kualifikasi lainnya sedangkan Proses Kredensial adalah
proses evaluasi suatu rumah sakit terhadap seorang Profesional Pemberi
Asuhan (PPA) untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi
penugasan klinis dan kewenangan klinis untuk menjalankan
asuhan/tindakan medis tertentu dalam lingkungan rumah sakit tersebut
untuk periode tertentu.
Rincian Kewenangan Klinis (RKK) adalah jenis tindakan dalam
lingkungan kewenangan klinis profesional pemberi asuhan Psikolog Klinis.
RKK seorang PPA diusulkan oleh Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Wilayah melalui
sub komite kredensial yang menugaskannya. Hasil ini diteruskan oleh sub
komite kredensial (komite tenaga kesehatan lain) kepada Pimpinan Rumah
Sakit Staf Professional Pemberi Asuhan Psikolog Klinis adalah tenaga
Kesehatan yang memberikan pelayanan psikologi klinis kepada pasien secara
mandiri dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.

B. Prinsip
Landasan dasar pentingnya kredensial dilakukan bagi Psikolog Klinis adalah:
1. Kesejahteraan psikologis pasien merupakan dasar dalam proses
kredensial dan ruang lingkup pelayanan psikologi klinis.
2. Akuntabilitas suatu profesionalisme Psikolog Klinis.
3. Kredensial dalam ruang lingkup rentang usia menjadi lingkup sasaran
psikologi klinis karena permasalahan klinis dapat terjadi di berbagai
rentang usia. Setiap kelompok usia biasanya memiliki ciri khas
gangguannya masing-masing sehingga membutuhkan cara yang
berbeda untuk menanganinya, akan dijadikan dasar dalam keseharian
pelayanan psikologi klinis secara konsisten dan suatu kekhususan
ruang lingkup para professional di fasilitas kesehatan dalam
menjalankan tugas pelayanan psikologi klinis.
4. Suatu ruang lingkup kekhususan tertentu di fasilitas kesehatan harus
terlatih dalam bidang psikologi dan tidak dianjurkan diluar
kekhususan.
C. Manfaat
Meskipun seorang Psikolog Klinis telah mendapatkan pelatihan formal
dan kekhususan suatu profesinya dalam bidang psikologi klinis di bidang
pendidikannya. Namun fasilitas pelayanan psikologi klinis tetap wajib
melakukan verifikasi kembali terhadap komptensi orang tersebut terkait
layanan psikologi yang akan mereka lakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Adapun alasan penting dilakukannya kredensial adalah:
1. Sebagai verifikasi terhadap pendidikan formal dalam melaksanakan
pelayanan psikologi.
2. Mengukur batas aman tingkat kemampuan professional terhadap
pelayanan psikologi yang mereka kerjakan seusai dengan kesejahteraan
psikologis pasien.
3. Meningkatkan kemampuan suatu keahlian/kompetensi Psikolog Klinis
dengan motivasi belajar yang tinggi.
4. Mempersiapkan professionalisme Psikolog Klinis untuk memasuki
persaingan internasional.
BAB III
JENJANG KARIR PSIKOLOG KLINIS

A. Pendahuluan
Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam
mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang
sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat
keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti
oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu,
membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam Rumah Sakit.
Jenjang karir Psikolog Klinis merupakan Jabatan Fungsional Tingkat
Ahli. Jenjang jabatan fungsional Psikolog Klinis dari yang terendah sampai
dengan yang tertinggi, yaitu:
a. Psikolog Klinis Pertama;
b. Psikolog Klinis Muda; dan
c. Psikolog Klinis Madya.

B. Rincian Kegiatan
Rincian kegiatan pelayanan dan pendidikan Psikolog Klinis sesuai jenjang
jabatan sebagai berikut:
a. Psikolog Klinis Pertama;
1. Melakukan persiapan assesmen melalui wawancara pendahuluan
tingkat sederhana;
2. Melakukan persiapan assesmen melalui wawancara pendahuluan
tingkat sedang;
3. Melakukan persiapan assesmen dengan merencanakan pemeriksaan
psikologi;
4. Melaksanakan assesmen dengan melaksanakan observasi,
wawancara lanjutan dan psikotes tingkat sederhana;
5. Melakukan interpretasi hasil observasi, wawancara lanjutan dan
psikotes tingkat sederhana;
6. Merencanakan intervensi psikolog tingkat sederhana;
7. Melakukankan intervensi psikolog tingkat sederhana;
8. Melakukan kunjungan klien di rumah sakit/visite;
9. Melakukan kunjungan klien di Rumah Sakit/Konsultan;
10. Melakukan kunjungan klien di rumah /home visite;
11. Menyusun laporan pemeriksaan psikologis berupa hasil evaluasi;
12. Melakukan tugas pada tempat risiko tinggi;
13. Melaksanakan kegiatan penyuluhan psikologis di masyarakat RS
(PKMRS);
14. Melakukan intervensi psikologi pada situasi-situasi khusus atau
kejadian luar biasa di masyarakat, misalnya kejadian bencana baik
secara mandiri maupun dalam TIM;
15. Menjadi anggota Tim penanggulangan problem psikologis dalam
KLB/bencana di masyarakat sebagai ketua; dan
16. Menjadi anggota Tim penanggulangan problem psikologis dalam
KLB/bencana di masyarakat sebagai anggota.
b. Psikolog Klinis Muda;
1. Melakukan persiapan assesmen melalui wawancara pendahuluan
tingkat sedang;
2. Melakukan persiapan assesmen dengan merencanakan
pemeriksaan psikologi;
3. Melaksanakan assesmen dengan melaksanakan observasi,
wawancara lanjutan dan psikotes tingkat sedang;
4. Melakukan interpretasi hasil observasi, wawancara lanjutan dan
psikotes tingkat sedang;
5. Merencanakan intervensi psikolog tingkat sedang;
6. Melakukankan intervensi psikolog tingkat sedang;
7. Melakukan kunjungan klien di RS melalui visite;
8. Melakukan kunjungan klien di RS melalui konsultan;
9. Melakukan kunjungan klien melalui kunjungan di rumah/ Home
Visite;
10. Menyusun laporan pemeriksaan psikologis berupa hasil evaluasi;
11. Melakukan tugas pada tempat risiko tinggi;
12. Melaksanakan kegiatan penyuluhan psikologis di masyarakat RS
(PKMRS);
13. Melaksanakan deteksi problem-problem psikologis di masyarakat
RS;
14. Melakukan assesmen psikologis pada situasisituasi khusus atau
kejadian luar biasa di masyarakat, misalnya kejadian bencana;
15. Melakukan intervensi psikologi pada situasi-situasi khusus atau
kejadian luar biasa di masyarakat, misalnya kejadian bencana
baik secara mandiri maupun dalam TIM;
16. Menjadi anggota Tim penanggulangan problem psikologis dalam
KLB/ bencana di masyarakat sebagai ketua;
17. Menjadi anggota Tim penanggulangan problem psikologis dalam
KLB/ bencana di masyarakat sebagai anggota;
18. Menjadi anggota tim visum et repertum psykiatrikum; dan
19. Menjadi saksi ahli kasus-kasus yang membutuhkan
pertimbangan psikolog dalam persidangan.

c. Psikolog Klinis Madya;


1. Melakukan persiapan assesmen melalui wawancara pendahuluan
tingkat Kompleks;
2. Melakukan persiapan assesmen dengan merencanakan pemeriksaan
psikologi;
3. Melaksanakan assesmen dengan melaksanakan observasi,
wawancara lanjutan dan psikotes tingkat Kompleks I;
4. Melaksanakan assesmen dengan melaksanakan observasi,
wawancara lanjutan dan psikotes tingkat Kompleks II;
5. Melaksanakan assesmen dengan melaksanakan observasi,
wawancara lanjutan dan psikotes tingkat Kompleks III;
6. Melakukan interpretasi hasil observasi, wawancara lanjutan dan
psikotes tingkat Kompleks I;
7. Melakukan interpretasi hasil observasi, wawancara lanjutan dan
psikotes tingkat Kompleks II;
8. Melakukan interpretasi hasil observasi, wawancara lanjutan dan
psikotes tingkat Kompleks III;
9. Merencanakan intervensi psikolog tingkat Kompleks I;
10. Merencanakan intervensi psikolog tingkat Kompleks II;
11. Merencanakan intervensi psikolog tingkat Kompleks III;
12. Melakukankan intervensi psikolog tingkat Kompleks I;
13. Melakukankan intervensi psikolog tingkat Kompleks II;
14. Melakukankan intervensi psikolog tingkat Kompleks III;
15. Menyusun laporan pemeriksaan psikologis berupa hasil evaluasi;
16. Melakukan tugas pada tempat risiko tinggi;

BAB IV
RINCIAN KEWENANGAN KLINIS

Rincian kewenangan klinis untuk profesi Psikolog Klinis yang saat ini ada di
RSUD Sultan Suriansyah Kota Banjarmasin sesuai dengan jenjang jabatannya
yaitu:
A. Rincian kewenangan klinis Psikolog Klinis Pertama;
No. Unsur Sub Unsur Butir Kegiatan

I. Pendidikan Pendidikan dan Pendidikan dan pelatihan prajabatan


Pelatihan Golongan III
Prajabatan
II. Pelayanan A. Assesmen 1. Melakukan persiapan assesmen
Psikologi 1.a. Wawancara Pendahuluan
Klinis 1).Tingkat sederhana
2).Tingkat sedang
b. Merencanakan Pemeriksaan
Psikologi
2. Melaksanakan Assesmen :
Melaksanakan Observasi, Wawancara
lanjutan dan Psikotes : Tingkat
sederhana
B. Interpretasi Hasil Melakukan interpretasi hasil observasi,
Assesmen wawancara lanjutan dan psikotes :
Tingkat sederhana
C. Intervensi 3. Merencanakan Intervensi Psikologi :
Tingkat Sederhana
4. Melakukan Intervensi Psikologi :
Tingkat Sederhana
5. Melakukan Kunjungan Pasien
a. Di Rumah Sakit
a) Visite
b) Konsulan
b. Di Rumah / Home Visite
D.Pembuatan Menyusun laporan pemeriksaan
Laporan psikologis berupa hasil evaluasi
Pemeriksaan
Psikologis
III. Pengabdian Melaksanakan Melaksanakan kegiatan penyuluhan
Masyaraka kegiatan psikologi di masyarakat di rumah sakit
t penanggulangan (PKMRS)
problem psikologi
masyarakat di
Rumah Sakit
IV. Penunjang Peran serta dalam Mengikuti seminar (offline atau
Tugas seminar/ lokakarya online)/lokakarya sebagai : pemrasaran,
Psikolog di bidang psikologi pembahas, moderator, narasumber
Klinis maupun peserta.
Mengikuti delegasi ilmiah sebagai ketua
maupun anggota
Keanggotaan dalam Menjadi anggota organisasi profesi
Organisasi Psikolog sebagai ketua/wakil ketua maupun
Klinis (IPK) anggota.

BAB V
PENUTUP

Demikian pedoman jenjang karir profesi Psikolog Klinis ini dibuat agar dapat
menjadi panduan dalam menentukan level atau jenjang karir Psikolog Klinis dalam
kegiatan kredensial sehingga tercipta kualitas sumber daya manusia yang
kompeten sesuai dengan keahliannya. Apabila terdapat hal – hal yang perlu di
perbaiki maka akan dilakukan pembaharuan pedoman sesuai ketentuan yang
berlaku.

Anda mungkin juga menyukai