Anda di halaman 1dari 66

REKAYASA LALU LINTAS

BY PUTU ALIT SUTHANAYA


MATERI 8. Signalised Intersection
(Austroads)
1. Komponen Lalu Lintas
9. Kinerja Simpang Bersinyal
2. Karakteristik Arus Lalu Lintas
10. Kinerja Bagian Jalinan
3. Hubungan Antar Variabel
11. ITS dan Signal Coordination
Lalu Lintas
12. Andalalin
4. Metode Survei Lalu Lintas
13. Audit Keselamatan Jalan
5. Konsep Kapasitas dan LOS
14. Karakteristik Parkir, Park and
6. Kinerja Ruas Jalan
Ride
7. Kinerja Simpang Tak Bersinyal
15. Introduction to Traffic
Management
LITERATUR
• William R McShane, Roger P. Roess, Traffic Engineering, Prentice Hall
Polytechnic Series in Traffic Engineering, 1990
• Wright, Paul H., 1996, Highway Engineering, sixth edition, John Wiley &
Sons, Inc
• C. JotinKhisty, B. Kent Lall, 2003, Transportation Engineering: An
Introduction/Third Edition, Prentice Hall
• Wardrop, J.G., Some Theoritical Aspects of Road Traffic Research,
Proceedings of the Institution of Civil Engineers, Pt. 2 Vol.I, pp.325-
362(1952)
• Highway Capacity Manual, Transportation Research Board,
NationalResearch Council, Washington, D.C., (2000).
• MKJI 1997
• US HCM 1985,1994
KOMPONEN LALU LINTAS
by Putu Alit Suthanaya
PRASARANA

KENDARAAN LLAJ PENGEMUDI

PERATURAN
• Lalu lintas merupakan suatu interaksi dari berbagai
komponen dan perilaku yang membentuk suatu kondisi
arus lalu lintas jalan raya
• Empat komponen utama yaitu :
1. Pemakai jalan (road users)
2. Kendaraan (vehicles)
3. Jalan (road)
4. Lingkungan (environment)
• Karakteristik yang berbeda-beda untuk masing-masing
lokasi ruas jalan
PEMAKAI JALAN (ROAD USERS)
a. Pengemudi, meliputi:
• pengemudi sepeda dan kendaraan tak bermotor
lainnya
• pengemudi sepeda motor
• pengemudi kendaraan bermotor biasa (mobil) dan
kendaraan berat bermotor (bis dan truk).

b. Pejalan kaki (pedestrian)

c. Pemakai jalan yang lain, yang dimaksud adalah para


pedagang kaki lima, pekerja galian listrik, kabel telpon,
pekerja perbaikan jalan, dll.
FAKTOR MANUSIA
Manusia merupakan faktor yang paling tidak stabil dalam
pengaruhnya terhadap kondisi lalu lintas serta tidak dapat
diramalkan secara tepat. Beberapa tinjauan terhadap faktor
manusia ini perlu dilakukan guna menghasilkan
perencanaan operasi lalu lintas yang lebih tepat
Manusia Sbg Pengemudi:

1. Perilaku seorang pengemudi dipengaruhi oleh faktor luar berupa


keadaan sekelilingnya, cuaca, daerah pandangan serta
penerangan jalan di malam hari. Selain itu juga dipengaruhi oleh
emosinya sendiri seperti sifat tidak sabar dan marah - marah
2. Seorang pengemudi yang sudah hafal dengan jalan
yang dilaluinya akan berbeda sifatnya dengan seorang
pengemudi pada jalan yang belum dikenalnya. Dalam
hal yang terakhir ini, pengemudi cenderung untuk
mengikuti kelakuan pengemudi-pengemudi lainnya

3. Selain faktor-faktor tersebut diatas, faktor lain yang


mempengaruhi perilaku manusia adalah sifat perjalanan
(bekerja, rekreasi atau hanya berjalan-jalan) serta faktor
kecakapan, kemampuan dan pengalaman mengemudi
SISTEM INDERA

• Seperti halnya pada semua sistem komunikasi, waktu


merupakan suatu elemen yang penting jika harus bekerja
secara tepat dan efektif. Pemancaran sinyal indera ke dan
dari organ-organ indera juga mengaktifkan sel-sel di dalam
otak, yang mengkoordinasikan dan memberi penilaian
sebelum reaksi timbul melalui otot dan bagian tubuh yang
lain.
• Waktu reaksi bervariasi. Rangsangan yang lemah pada
situasi yang jelek akan memerlukan waktu berpikir yang
lebih lama dibandingkan dengan rangsangan yang kuat.
• Respon terkondisikan untuk kasus-kasus yang sederhana
dan mudah dipelajari akan menghasilkan waktu reaksi
yang singkat, akan tetapi untuk situasi yang baru dan
kompleks diperlukan waktu yang lebih lama untuk
menganalisis rangsangan sebelum suatu reaksi dilakukan
WAKTU RESPON TERHADAP
RANGSANGAN

RANGSANGAN WAKTU RESPON


(detik)

Suara 0,14

Sentuhan 0,14

Cahaya 0,18
PENGLIHATAN
• Mata adalah indera terpenting bagi pemakai jalan. Reaksi
yang dihasilkan oleh gelombang cahaya pada retina
memungkinkan seseorang untuk membedakan ukuran,
bentuk, warna, jarak dan kecepatan melalui persepsi dari
lingkungan sekitarnya.

• Jika alat bantu penglihatan apapun bentuknya, diperlukan


untuk meningkatkan kemampuan melihat pada tingkat
tertentu, maka peraturan perundangan harus mengatur
agar alat bantu tersebut efisien, tepat guna dan dapat
dipakai.
PENDENGARAN
• Telinga adalah organ persepsi yang menerima suara.
Sementara seseorang bereaksi terhadap rangsangan suara
lebih cepat dari cahaya, pendengaran pada umumnya
kurang penting bagi pemakai jalan.

• Akan tetapi suara gesekan ban dengan perkerasan jalan,


angin, suara mesin, klakson dan suara lalu lintas yang lain
merupakan indikator tambahan yang berguna dan
khususnya bagi pejalan kaki berusia lanjut yang mungkin
mengandalkan kemampuan mendengar daripada melihat,
khususnya pada malam hari
FAKTOR2 YG MEMPENGARUHI
KINERJA PENGEMUDI
1. KELELAHAN

• Kelelahan fisik seringkali berkaitan dengan kurang tidur,


postur yang tidak benar disebabkan oleh kondisi sakit dan
gerakan otot yang salah, mengantuk disebabkan oleh
panas kendaraan, getaran ritmis, silau dari
ketidakmampuan mata untuk menyesuaikan terhadap
tingkat cahaya yang berbeda dan dikenal sebagai
adaptasi yang jelek.
• Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan kesalahan-
kesalahan sehingga kehilangan kontrol atas kendaraan.
• Kelelahan dapat menyebabkan seseorang pengendara
tidak melihat tanda-tanda lalu lintas, berbelok sebelum ada
tanda, salah mengantisipasi ruang dan waktu atau
terlambat berbelok pada tikungan yang tajam.

• Jalan yang dirancang dengan jelek, atau jalan-jalan


dengan alinemen dan situasi yang monoton dan
pemandangan ritmis yang ditimbulkan oleh suatu pola
pagar dan pohon yang tertentu dapat pula mengurangi
kinerja yang pada akhirnya dapat menyebabkan kantuk.

• Kombinasi berbagai jenis kelelahan dapat terjadi pada


akhir masa mengemudi yang panjang dan untuk itu
diperlukan posisi mengemudi yang nyaman dan posisi
duduk yang dapat diubah-ubah.
2. ALKOHOL DAN OBAT

• Alkohol dan obat-obat tertentu dapat meyebabkan


tekanan pada sistem saraf sentral.
• Jumlah yang berlebihan mempengaruhi perhatian dan
penilaian, memperpanjang waktu reaksi dan lambat laun
menghilangkan koordinasi antara otot dan saraf-saraf
sehingga tidak mampu melaksanakan tugas mengemudi
yang sederhana sekalipun.
• Obat-obat perangsang yang dapat meyebabkan perilaku
kasar dan aneh juga mempengaruhi kemampuan
mengambil keputusan dan mengendalikan kendaraan.
3. SAKIT

• Rasa sakit seperti demam, sangat mengganggu tingkat


emosi dan fisik yang menyebabkan kinerja yang tidak
sempurna.
• Kondisi sulit menyesuaikan diri ke lingkungan dan psikopatis,
tekanan darah tinggi dan epilepsi adalah sebagian
penyakit yang sering dikaitkan dengan kecenderungan
untuk mengalami kecelakaan
4. CUACA
• Perubahan situasi normal dapat terjadi berkaitan dengan
kondisi eksternal seperti cuaca.
• Dingin dan panas yang berlebihan dapat mempengaruhi
temperamen tetapi hal ini dapat diatasi dengan
rancangan kendaraan yang memenuhi syarat.
5. POSTUR
• Posisi pengemudi di dalam kendaraan harus
dipertimbangkan pada perancangan alinemen jalan dan
letak kelengkapan jalan yang ditentukan berdasarkan
pengukuran.
• Ini meliputi tinggi mata, posisi memanjang dan melintang
kendaraan
PEJALAN KAKI

• Foot Paths
• General Crossing
Treatments
• Time Separated
Facilities
• Space Separated
Facilities
• Integrated
Facilities
PEMILIHAN JENIS FASILITAS
PENYEBERANGAN
FAKTOR2 SELAIN PV2
• Headway antar kendaraan,
• frekuensi kecelakaan yang terjadi di lokasi tersebut,
• kapasitas jalan,
• lebar jalan,
• peruntukan jalan,
• pemanfaatan lahan di sepanjang jalan,
• jarak jalan pejalan kaki rata-rata
STANDAR LEBAR TROTOAR
2. KONDISI JALAN

• Meliputi desain geometrik dari jalan (road geometric


design) dan kondisi perkerasan jalan tersebut, serta semua
kondisi lain yang dapat mencegah ataupun menyebabkan
kecelakaan (penerangan, pagar pemisah, bahu jalan, dll).
PENGERTIAN JALAN

• Jalan adalah. prasarana transportasi darat yang meliputi


segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah,
di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006)
• Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi
yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran
dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk
menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang
mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya
dengan mudah dan cepat (Clarkson H.Oglesby,1999)
• Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk
geometriknya harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga
jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan
yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya,
sebab tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini adalah
menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan
arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan
biaya juga memberikan rasa aman dan nyaman kepada
pengguna jalan.
FUNGSI JALAN

Secara umum, jalan memiliki 2 fungsi:


• Fungsi arus : fungsi jalan untuk melayani pergerakan arus
lalu lintas menerus.
• Fungsi Akses : fungsi jalan yang memberikan akses
pelayanan menuju lokasi pemukiman dan aktivitas
DIAGRAM FUNGSI ARUS DAN AKSES
SKEMA HIRARKI JALAN
BERDASARKAN FUNGSINYA
BAGIAN-BAGIAN JALAN

1. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran


tepijalan, dan ambang pengamannya.
• Tinggi ruang bebas bagi jalan arteri dan jalan kolektor
paling rendah 5 meter.
• Kedalaman ruang bebas bagi jalan arteri dan jalan
kolektor paling rendah 1,5 meter dari permukaan jalan.
• Ruang milik jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan
sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan

Ruang milik jalan paling sedikit memiliki lebar sebagai


berikut:
a. jalan bebas hambatan 30 (tiga puluh) meter;
b. jalan raya 25 (dua puluh lima) meter;
c. jalan sedang 15 (lima belas) meter; dan
d. jalan kecil 11 (sebelas) meter.
• Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar
ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah
pengawasan penyelenggara jalan.
Lebar ruang pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan paling sedikit
dengan ukuran sebagai berikut:
a. jalan arteri primer 15 (lima belas) meter;
b. jalan kolektor primer 10 (sepuluh) meter;
c. jalan lokal primer 7 (tujuh) meter;
d. jalan lingkungan primer 5 (lima) meter;
e. jalan arteri sekunder 15 (lima belas) meter;
f. jalan kolektor sekunder 5 (lima) meter;
g. jalan lokal sekunder 3 (tiga) meter;
h. jalan lingkungan sekunder 2 (dua) meter; dan
i. jembatan 100 (seratus) meter ke arah hilir dan hulu.
BAGIAN-BAGIAN JALAN
GEOMETRIK JALAN

Disain geometrik jalan mencakup tiga aspek utama yakni:


1. Potongan melintang
2. Alinemen horisontal dan vertical
Ketiga aspek ini harus dikoordinasikan sedemikian sehingga
lalu lintas dapat bergerak secara aman dan lancar
• Potongan melintang jalan mencakup perkerasan jalan,
bahu jalan, median trotoar, dan saluran drainase serta
aspek superelevasi jalan

• Alinemen horisontal mencakup aspek lengkung horisontal;


lengkung lingkaran, lengkung peralihan, kelandaian relative

• Alinemen vertikal mencakup aspek-aspek : lengkung


cembung dan cekung, kelandaian maksimum, landai kritis
dan lajur pendakian
PENAMPANG MELINTANG JALAN

• Merupakan potongan melintang dari suatu jalan yang


meliputi bagian-bagian yang langsung berguna untuk
mengalirkan lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki seperti
jalur lalu lintas, median, bahu, trotoar dan bagian-bagian
jalan yang mendukung jalan seperti saluran drainase,
penerangan, dll
• Elemen-elemen penampang melintang mengatur dan
mengendalikan arus lalu lintas untuk alasan-alasan efisiensi
dan keselamatan
• Jenis-jenis elemen penampang melintang tiap ruas jalan
bervariasi menurut kelas jalannya demikianpun ukuran-
ukuran standard tiap elemennya
ELEMEN PENAMPANG MELINTANG JALAN
Elemen-elemen jalan mencakup:
• Elemen-elemen tersebut
dibagi menjadi tiga  Jalur lalu lintas (traveled way)
golongan, yaitu bagian  Median
yang berfungsi untuk  Bahu Jalan (Shoulder)
mengalirkan arus lalu lintas,
yang berfungsi  Trotoar (Side Walk)
mempertahankan kondisi  Jalur sepeda (Bike Way)
jalan, dan bagian-bagian  Jalur pepohonan / jalurhijau
pelengkap jalan (Planted Stip)
 Jalur Pembatas (Frontage Road)
 Batas Luar Jalan (Outer
Separation)
GAMBAR PENAMPANG MELINTANG JALAN
PENAMPANG MELINTANG JALUR TUNGGAL
PENAMPANG MELINTANG JALUR
GANDA
DESAIN PENAMPANG MELINTANG JALAN
 Jalur Lalu Lintas
Penentuan lebar jalan antar kota atau di daerah pedesaan
berdasarkan kepada LHRT (Lintas Harian Rata-rata Tahunan),
sementara jalan-jalan perkotaan didisain berdasarkan
volume jam perencanaan, yaitu volume pada jam sibuk

 Bahu Jalan
Jalur lalu lintas hendaknya dilengkapi dengan bahu jalan.
Tetapi jika jalur lalu lintas telah dilengkapi dengan median,
jalur pemisah atau jalur parkir, maka bahu jalan tidak
diperlukan lagi.
 Jalur Parkir
Lebar dari jalur parkir standard ialah 2,50 m, kecuali jika
kendaraan berat proporsinya tidak terlalu besar maka dapat
dikurangi sampai dengan 2,0 m

 Trotoar

Di daerah pinggiran kota di mana pejalan kaki lebih dari


300 per 12 jam dan volume kendaraan melebihi 1000
kendaraan per 12 jam maka diperlukan trotoar
 Jalur Sepeda
• Jika volume sepeda melebihi 500 per 12 jam dan volume
lalu lintas melebihi 2000 per 12 jam maka sebaiknya
disediakan jalur sepeda dan atau pejalan kaki. Dan dalam
hal tersebut jika jumlah pejalan kaki melebihi 1000 orang
per 12 jam, maka sebaiknya jalur pejalan kaki dipisahkan
dengan jalur sepeda.

 Ruang Bebas Kendaraan

Bangunan, fasilitas utilitas, pohon dan benda-benda yang


tidak bergerak tidak diperkenankan berada dalam ruang
bebas ini. Ruang bebas kendaraan berorientasi ke
samping dan ke atas.
STANDAR TIPE JALAN DAN PENAMPANG MELINTANG
Tipe Lebar Jalan Bahu/Kerb Lebar Bahu (m) Jarak Kerb- Lebar Median
Jalan/Kode (m) penghalang
Luar Dalam
(m)
2/2 UD 6,0 6,0 Bahu 1,50
Kerb 2,00
2/2 UD 7,0 7,0 Bahu 1,50
Kerb 2,00
2/2 UD 10,0 10,0 Bahu 1,50
Kerb 2,00
4/2 UD 12,0 12,0 Bahu 1,50
Kerb 2,00
4/2 UD 14,0 14,0 Bahu 1,50
Kerb 2,00
4/2 D 12,0 12,0 Bahu 1,50 0,50 2,00
Kerb 2,00 2,00
4/2 D 14,0 14,0 Bahu 1,50 0,50 2,00
Kerb 2,00 2,00
6/2 D 18,0 18,0 Bahu 1,50 0,50 2,00
Kerb 2,00 2,00
ALINYEMEN LONGITUDINAL
• Disain as atau alinemen longitudinal jalan dikembangkan
untuk memungkinkan kendaraan melakukan perjalanan
dengan aman dan nyaman pada atau sekitar kecepatan
rencana jalan tersebut
Hal ini berarti bahwa :
• Pengemudi harus dapat melihat cukup jauh untuk
berhenti secara nyaman dan aman bila ada halangan
• Pengemudi harus dapat melihat cukup jauh untuk
menyiap secara aman
• Pengemudi dan penumpang harus tidak mendapat
gaya-gaya vertikal dan horisontal yang berlebihan yang
mana membuat perjalanan menjadi tidak aman dan
tidak nyaman.
JARAK PANDANG
 Jarak Pandang Henti

• Jarak pandang henti adalah jarak yang dibutuhkan oleh


pengemudi untuk menghentikan kendaraannya jika ada
gangguan yang tidak diharapkan dijalan.

Perhitungan jarak-jarak ini berdasarkan pada :


• Waktu persepsi-reaksi dari pengemudi
• Kecepatan kendaraan
• Tingkat perlambatan
 Waktu persepsi
• Waktu Persepsi didefinisikan sebagai waktu antara
pengemudi melihat objek di jalan dan sesaat sebelum
menginjak rem.
• Persepsi yang aman adalah 2,5 detik untuk jalan diluar kota
dan 1,5 detik untuk jalan di dalam kota.

 Waktu reaksi

Waktu reaksi didefinisikan sebagai waktu yang digunakan


oleh pengemudi untuk menginjak rem. Waktu ini diperlukan
sebesar 1 detik.
JARAK PANDANG MENYIAP
• Jarak pandang menyiap didefinisikan sebagai jarak
pandang yang mana memungkinkan sebuah kendaraan
yang bergerak cepat untuk menyiap sebuah kendaraan
yang bergerak lebih lambat tanpa gangguan sedemikian
rupa pada kecepatan rencana dari jalan itu
ALINYEMEN HORISONTAL

 Karakteristik yang paling penting dalam disain alinemen


horisontal adalah disain lengkung.

 Kecepatan maksimum yang nyaman terutama tergantung


kepada:
• Jari-jari lengkung
• Superelevasi (kemiringan) jalan pada tikungan
 Untuk meningkatkan keamanan
kendaraan pada saat bergerak
di alinemen horisontal ditolong
oleh:
• Pelebaran jalan pada tikungan
• Lengkung peralihan antar-
bagian yang lurus dan bagian
yang lengkung
ALINYEMEN VERTIKAL

 Alinemen vertikal juga terdiri dari bagian yang lurus dan


lengkung seperti terlihat pada Gambar.
 Bagian yang lurus dibagi dalam lurus mendatar dan lurus
landai.
 Bagian-bagian yang lurus berpotongan pada PI. Titik-titik ini
juga disebut VIP (Vertical Intersection Point).
 Dalam disain alinemen vertikal, lengkung parabola
dipergunakan untuk menghubungkan bagian lengkung ke
bagian vang lurus.
 Alasan utama untuk penggunaan lengkung parabola
adalah untuk memudahkan dan memberikan
peralihan yang nyaman dari satu kelandaian ke
kelandaian yang lain

Contoh Lengkung Vertikal Cekung dan Cembung


KELANDAIAN
 Ada tiga kriteria untuk kelandaian. Dua dari kriteria ini
tergantung pada tipe kendaraan yang menggunakan
jalan dan jumlah kendaraan yang menggunakan jalan
ini, khususnya mengenai kendaraan truck dan bus.

 Kriteria ini adalah:


a. Kelandaian maksimum yang diizinkan
Mobil penumpang dapat menghadapi kelandaian
sampai dengan 15% dan mudah mendaki kelandaian 10%.
Kelandaian 3% memberi pengaruh yang sangat kecil pada
kinerjanya. Untuk truck dan bus kelandaian yang lebih
besar dari 5% harus dihindari.
b. Panjang Landai Kritis
Kelandaian yang melebihi maksimum atau panjang
kritis harus dihindari.

c. Kelandaian minimum.
Kelandaian minimum kadang-kadang diperlukan
untuk mencapai drainase longitudinal pada saluran
samping (misalnya dalam galian dan bagian kerb)
KLASIFIKASI JALAN
Fungsi Jalan
Fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan

Jalan umum menurut statusnya


dikelompokkan atas:
a. jalan nasional;
b. jalan provinsi;
c. jalan kabupaten;
d. jalan kota; dan
e. jalan desa.
Kelas Jalan (UU 22 th 2009)
Fungsi Jalan Kecepatan
(km/jam)
min Lebar badan
jalan min (m)
KRITERIA
Arteri primer 60 11
DESAIN JALAN
Kolektor primer 40 9

Lokal primer 20 7,5

Lingkungan primer 15 6,5

Arteri sekunder 30 11

Kolektor sekunder 20 9

Lokal sekunder 10 7,5

Lingkungan sekunder 10 6,5


PERLENGKAPAN JALAN

• Rambu, marka, Apill/TL, alat pengendali dan pengaman


jalan, fasilitas pendukung kegiatan LLAJ di jalan dan diluar
jalan
3. KENDARAAN
 Kendaraan yang berada di jalan mempunyai berbagai
bentuk, ukuran dan kemampuan dimana hal ini
disebabkan masing-masing kendaraan direncanakan
untuk suatu maksud kegunaan tertentu.

 Untuk keperluan perencanaan geometrik, AASHTO


mengelompokkan kendaran dalam 2 (dua) kelompok
besar yaitu mobil penumpang dan truk.

 Pengelompokkan ini didasarkan pada berat, dimensi dan


karakteristik operasionalnya.
 Kendaraan yang termasuk dalam kelompok kendaraan mobil
penumpang adalah semua kendaraan ringan dan truk
pengangkut yang ringan seperti Van dan Pick up.

 Kendaraan yang termasuk dalam kelompok kendaran berat


adalah single unit truk, kendaraan rekreasi, bus, truk, trailer dan
semi trailer. Total terdapat 10 jenis kendaraan yang dapat
digunakan dalam perencanaan geometrik.
 Di Indonesia ukuran kendaraan ditetapkan dengan lebar
maksimum 2,25 meter dan tinggi maksimum 3,5 meter.

 Berat maksimum kendaraan ditetapkan berdasarkan


kekuatan jembatan yang akan dilalui serta kekuatan
mesinnya. Setiap kendaraan harus dilengkapi peralatan
atau perlengkapan tambahan seperti lampu, kaca spion,
pelindung ban dan lain-lain.
4. LINGKUNGAN

US-HCM Membagi Lingkungan Jalan atas:


• CBD
• Industrial
• Residential

IHCM/MKJI membedakan lingkungan jalan berdasarkan


Ukuran Kota (City Size)

Anda mungkin juga menyukai