PEMBAHASAN
1
berbeda. Dari studi perbandingan antara gen-gen tersebut dapat ditarik kesimpulan
tertentu mengenai spesies-spesies dan secara umum mengenai evolusi. Jenis cabang
ilmu ini sering disebut sebagai perbandingan genom atau comparative genomics
(Suprianto, 2017).
Bioinformatika memiliki 3 tujuan utama. Pertama yaitu yang paling
sederhana yakni mengatur data dengan cara memungkinkan peneliti untuk
mengakses informasi yang ada dan untuk mengirimkan data baru setelah diteliti
lebih lanjut oleh peneliti. Misalnya data dari protein 9 dengan struktur 3Dnya.
Tujuan kedua yaitu untuk membantu mengembangkan alat dan sumber daya yang
membantu dalam analisis data. Misalnya untuk membandingkan hasil dari penelitian
terbaru dengan penelitian yang sebelumnya. Hal ini memerlukan program-program
seperti FASTA dan PSI-BLAST. Sementara tujuan ketiga yaitu untuk untuk
menganalisis data dan menginterpretasikan hasil analisis data sehingga menjadi data
yang bermakna. Secara tradisional, penelitian dalam bidang biologi memiliki tujuan
untuk mengungkap sesuatu hal secara detail dan seringkali membandingkannya
dengan hal-hal yang memiliki keterikatan (Luscombe, 2001).
2
fungsi dan keterkaitan dari gen (contohnya metode yeast twohybrid) akan semakin
tumbuh secara signifikan dan bersamanya akan mengikuti bioinformatika yang
berkaitan langsung dengan kerja fungsi genom (functional genomics).
Akan ada perubahan besar dalam penekanan dari gen itu sendiri ke hasil-hasil
dari gen Yang pada akhirnya akan menuntun ke usaha untuk mengkatalogkan semua
aktivitas dan karakteristik interaksi antara semua hasil-hasil dari gen (pada manusia)
yang disebut proteomics, usaha untuk mengkristalisasi dan memprediksikan struktur
struktur dari semua protein (pada manusia) yang disebut structural genomics. Apa yang
disebut orang sebagai research informatics atau medical informatics, manajemen dari
semua data eksperimen biomedik yang berkaitan dengan molekul atau pasien tertentu
mulai dan spektroskop massal, hingga ke efek samping klinis akan berubah dan semula
hanya merupakan kepentingan bagi mereka yang bekerja di perusahaan obat-obatan dan
bagian TI Rumah Sakit akan menjadi jalur utama dari biologi molekul dan biologi sel,
dan berubah jalur dari komersial dan klinikal ke arah akademis Dari uraian di atas
terlihat bahwa bioinformatika sangat mempengaruhi kehidupan manusia, terutama
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Penggunaan komputer yang notabene
merupakan salah satu keahlian utama dari orang yang bergerak dalam 11 merupakan
salah satu unsur utama dalam Bioinformatika, baik dalam Bioinformatika "klasik"
maupun Bioinformatika baru.
Jenis Data Genomik
Secara hipotetis urutan DNA untuk satu manusia dapat disimpan dalam sekitar
750 megabyte. Namun, pada kenyataannya proses sekuensing DNA tidak sempurna,
dan alih-alih mendapatkan satu bacaan sempurna dari seluruh genom mulai selesai,
malah menghasilkan banyak bacaan parsial yang harus dirangkai bersama seperti
puzzle.
Karena DNA diurutkan dengan cara ini, urutan DNA mentah langsung dari
mesin pengurutan berukuran sekitar 200 gigabyte, dan harus "dibersihkan" sebelum
dianalisis.
Sejauh ini, kita hanya membicarakan tentang mendapatkan urutan genom
lengkap, sesuatu yang disebut sebagai "pengurutan genom secara keseluruhan". Studi
genomik juga dapat dilakukan dengan jenis pengukuran genom lainnya:
1. Whole exome sequencing (“WES”) : dalam teknik ini, hanya bagian pengkodean
genom (bagian yang mengkode protein) yang diurutkan.
2. Genotipe SNP : dalam teknik ini, hanya satu huruf di lokasi yang diketahui
penting yang diukur. Sebuah "SNP" adalah "polimorfisme nukleotida tunggal":
tunggal karena hanya satu lokasi (misalnya "posisi 4.576.877"), nukleotida karena
penyusun DNA adalah nukleotida dan ada satu nukleotida di lokasi itu (A, T, C,
atau G), dan polimorfisme karena ini adalah lokasi khusus yang sedang
dipertimbangkan yang diketahui bervariasi dalam populasi (yaitu "polimorfik").
Memiliki nukleotida tertentu di SNP daripada yang lain dapat mengakibatkan
konsekuensi yang dramatis. Misalnya, penyakit anemia sel sabit dapat disebabkan
oleh perubahan nukleotida tunggal.
3
Seperti DNA, RNA adalah asam nukleat - khususnya, asam ribonukleat.
Perbandingan DNA dan RNA:
1. DNA terbuat dari A, T, C, dan G. RNA terbuat dari A, U, C, dan G. Jadi,
RNA mengandung U (urasil), bukan T (timin).
2. DNA beruntai ganda. RNA beruntai tunggal.
3. DNA adalah untuk penyimpanan jangka panjang yang stabil dari semua
informasi yang dibutuhkan untuk membuat makhluk hidup. RNA digunakan
sebagai cetakan sementara untuk membantu dalam proses pembuatan
protein.
RNA digunakan sebagai template untuk membangun protein. Pertama, sepotong
RNA dibangun berdasarkan gen dalam DNA. Proses pembuatan RNA dari DNA
disebut "transkripsi" karena RNA "ditranskripsikan" dari DNA, menggunakan aturan
pemasangan yang dibahas sebelumnya (kecuali kali ini alih-alih menjadi untai DNA-
pasangan untai DNA untuk membentuk heliks ganda, ini adalah untai D NA - untai
RNA berpasangan untuk membuat templat RNA):
1. RNA C berpasangan dengan DNA G.
2. RNA G berpasangan dengan DNA C.
3. RNA U berpasangan dengan DNA A.
4. RNA A berpasangan dengan DNA T (Pertiwi, dkk. 2012)
4
dengan: “studi kuantitatif dan kualitatif dari ekspresi gen di level dari protein-protein
fungsional itu sendiri”. Yaitu: “sebuah antarmuka antara biokimia protein dengan
biologi molekul”.
Mengkarakterisasi sebanyak puluhan ribu protein-protein yang dinyatakan
dalam sebuah tipe sel yang diberikan pada waktu tertentu –apakah untuk mengukur
berat molekul atau nilai-nilai isoelektrik protein-protein tersebut– melibatkan tempat
penyimpanan dan perbandingan dari data yang memiliki jumlah yang sangat besar, tak
terhindarkan lagi akan memerlukan Bioinformatika.
Protein adalah makromolekul penting yang ditemukan di sel. Mereka penting
bagi banyak fungsi fisiologis yang terjadi pada organisme. Hampir semua reaksi
biokimia dikatalisis oleh protein yang ada di dalam sel. Gen disimpan dengan petunjuk
genetik untuk menghasilkan protein. Kode genetik diubah menjadi urutan asam amino
yang menentukan protein tertentu. Proses ini dikenal dengan ekspresi gen. Bila
diperlukan, gen diekspresikan dan disintesis sebagai protein. Seluruh rangkaian protein
sel dikenal sebagai proteome. Studi tentang proteome sel dikenal sebagai proteomik.
Struktur, karakteristik, interaksi dan fungsi protein dipelajari di bawah proteomik untuk
menyelidiki bagaimana protein mempengaruhi proses seluler (Larasati, dkk. 2018)
Manfaat Bioinformatika :
Bioinformatika dalam bidang Klinis
Perananan Bioinformatika dalam bidang klinis ini sering juga disebut sebagai
informatika klinis (clinical informatics). Aplikasi dari clinical informatics ini adalah
berbentuk manajemen data-data klinis dari pasien melalui Electrical Medical Record
(EMR) yang dikembangkan oleh Clement J. McDonald dari Indiana University School
of Medicine pada tahun 1972 [5]. McDonald pertama kali mengaplikasikan EMR pada
33 orang pasien penyakit gula (diabetes). Sekarang EMR ini telah diaplikasikan pada
berbagai penyakit. Data yang disimpan meliputi data analisa diagnosa laboratorium,
hasil konsultasi dan saran, foto ronsen, ukuran detak jantung, dll. Dengan data ini dokter
akan bisa menentukan obat yang sesuai dengan kondisi pasien tertentu. Lebih jauh lagi,
dengan dibacanya genom manusia, akan memungkinkan untuk mengetahui penyakit
genetik seseorang, sehingga personal care terhadap pasien menjadi lebih akurat
(Ohoiwutun Triana. 2017)
Bioinformatika dalam bidang Virologi
Khusus di bidang Virologi (ilmu virus), kemajuan bioinformatika telah berperan
dalam mempercepat kemajuan ilmu ini. Sebelum kemajuan bioinformatika, untuk
mengklasifikasikan virus kita harus melihat morfologinya terlebih dahulu. Untuk
melihat morfologi virus dengan akurat, biasanya digunakan mikroskop elektron yang
harganya sangat mahal sehingga tidak bisa dimiliki oleh semua laboratorium. Selain itu,
kita harus bisa mengisolasi dan mendapatkan virus itu sendiri.
5
Cara untuk menemukan obat biasanya dilakukan dengan menemukan
zat/senyawa yang dapat menekan perkembangbiakan suatu agent penyebab penyakit.
Karena perkembangbiakan agent tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, maka
faktor-faktor inilah yang dijadikan target. Diantaranya adalah enzim-enzim yang
diperlukan untuk perkembangbiakan suatu agent Mula mula yang harus dilakukan
adalah analisa struktur dan fungsi enzim-enzim tersebut.
Kemudian mencari atau mensintesa zat/senyawa yang dapat menekan fungsi dari
enzim-enzim tersebut.
Bioinformatika Untuk Identifikasi Agent Penyakit Baru
Bioinformatika juga menyediakan tool yang sangat penting untuk identifikasi
agent penyakit yang belum dikenal penyebabnya. Banyak sekali penyakit baru yang
muncul dalam dekade ini, dan diantaranya yang masih hangat adalah SARS (Severe
Acute Respiratory Syndrome).
Bioinformatika Untuk Identifikasi Agent Penyakit Baru
Bioteknologi telah diterapkan secara luas dalam bidang pertanian, antara lain yaitu:
Pupuk Hayati (biofertiliser) yaitu suatu bahan yang berasal dari jasad hidup,
khususnya mikrobia yang digunakan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
produksi tanaman.
Kultur in vitro, yaitu pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman
yang ditumbuhkan pada media bernutrisi dalam kondisi aseptik.
Kultur in vitro memungkinkan perbanyakan tanaman secara massal dalam waktu
yang singkat.
Teknologi DNA Rekombinaan, pengembangan tanaman transgenik, misalnya
galur tanaman transgenik yang membawa gen cry dari Bacillus thuringiensis untuk
pengendalian hama.
6
3. Pemisahan puing-puing sel, protein yang dicerna, lipid, dan RNA dengan
menambahkan garam pekat diikuti dengan sentrifugasi
4. Pengendapan etanol DNA dengan etanol dingin atau isopropanol. Kekuatan
ion natrium asetat dapat digunakan untuk meningkatkan presipitasi. DNA yang
diendapkan muncul sebagai benang dalam solusi akhir.
(Siti, 2017)
Ekstraksi RNA
Ekstraksi RNA adalah proses untuk mengekstraksi/memurnikan RNA dari
sampel. RNA mudah terdegradasi dengan cepat karena adanya enzim ribonuklease
dalam sel dan jaringan, atau dari eksogen. Metode ekstraksi Guanidinium thiocynate-
phenol-chloroform adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengekstraksi
RNA, karena dalam metode ini selain dapat memisahkan RNA dari komponen sel
lainnya seperti DNA dan protein, juga dapat menghambat aktivitas enzim ribonuklease.
Pereaksi khusus digunakan dalam ekstraksi RNA yang disebut Tri-reagen. Ini
mengandung guanidinium tiosianat, fenol, dan natrium asetat. Tujuan langkah-langkah
dasar ekstraksi RNA mirip dengan ekstraksi DNA.
Protokol untuk ekstraksi RNA dijelaskan di bawah ini.
1. Sel dicuci dengan PBS dingin untuk menjaga osmolaritas sel.
2. Aspirasi sel dan homogenkan sampel dengan Tri-reagen.
3. Tambahkan kloroform dan kocok.
4. Sentrifugasi dapat menghasilkan tiga lapisan. Lapisan atas adalah lapisan air,
yang jelas. Lapisan tengah atau interfase berisi DNA yang diendapkan. Lapisan
bawah adalah lapisan organik
5. Lepaskan lapisan air dan tambahkan isopropanol.
6. Cuci pelet dengan etanol 75%. Keringkan pelet di udara.
7. Larutkan pelet dengan buffer TE atau air
Ekstraksi RNA umumnya dilakukan pada pH di bawah 7. Pada pH basa,
RNA lebih rentan terdegradasi oleh hidrolisis alkali karena adanya gugus OH
pada posisi 2 sugar dari gula ribosa. Selain itu, RNA cenderung tetap dalam fase
air pada pH asam. Di sisi lain, DNA cenderung mendenaturasi dan bergerak ke
7
fase organik pada pH asam. Oleh karena itu, ekstraksi DNA dapat dilakukan
pada pH sekitar 8.
(Siti, 2017)
B. Isolasi DNA
Isolasi DNA merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh
DNA murni, yaitu tanpa protein dan RNA dari suatu sel dalam jaringan. Prinsip
utama dalam isolasi DNA ada tiga yakni penghancuran (lisis), ektraksi atau
pemisahan DNA dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta pemurnian
DNA (Yuwono, 2008).
8
bergantung pada beberapa hal. Pertama, Konsentrasi NaCl harus di atas 1.0 M
untuk mencegah terbentuknya kompleks CTAB-DNA. Karena jumlah air dalam
pelet sel sulit diprediksi, maka penggunaan CTAB sebagai pemecah larutan
harus dengan NaCl dengan konsentrasi minimal 1.4 M. Kedua, ekstrak dan
larutan sel yang mengandung CTAB harus disimpan pada suhu ruang karena
kompleks CTAB-DNA bersifatinsolublepada suhu di bawah 15°C. Ketiga,
penggunaan CTAB dengan kemurnian yang baik akan menentukan kemurnian
DNA yang didapatkan dan dengan sedikit sekali kontaminasi polisakarida.
Setelah ditambahkan CTAB, sampel diinkubasikan pada suhu kamar. Tujuan
inkubasi ini adalah untuk mencegah pengendapan CTAB karena CTAB akan
mengendap pada suhu 15°C. Karena efektivitasnya dalam menghilangkan
polisakarida, CTAB banyak digunakan untuk purifikasi DNA pada sel yang
mengandung banyak polisakarida seperti terdapat pada sel tanaman dan bakteri
gram negatif seperti Pseudomonas, Agrobacterium, dan Rhizobium (Surzycki,
2000).
Dalam penggunaan buffer CTAB seringkali ditambahkan reagen-reagen
lain seperti NaCl, EDTA, Tris-HCl, dan 2-mercaptoethanol. NaCl berfungsi
untuk menghilangkan polisakarida sementara 2-mercaptoethanol befungsi untuk
menghilangkan kandungan senyawa polifenol dalam sel tumbuhan (Ranjan et
al., 2010). 2-mercaptoethanol dapat menghilangkan polifenol dalam sel tanaman
dengan cara membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa polifenol yang
kemudian akan terpisah dengan DNA. Senyawa polifenol perlu dihilangkan agar
diperoleh kualitas DNA yang baik. Polifenol juga dapat menghambat reaksi dari
enzim Taq polimerase pada saat dilakukan amplifikasi. Disamping itu polifenol
akan mengurangi hasil ektraksi DNA serta mengurangi tingkat kemurnian DNA.
Penggunaan 2-mercaptoethanol dengan pemanasan juga dapat mendenaturasi
protein yang mengkontaminasi DNA (Walker dan Rapley, 2008).
Konsentrasi dan pH dari bufer yang digunakan harus berada dalam
rentang pH 5 sampai 12. Larutan buffer dengan pH rendah akan mengkibatkan
depurifikasi dan mengakibatkan DNA terdistribusi ke fase fenol selama proses
deproteinisasi. Sedangkan pH larutan yang tinggi di atas 12 akan mengakibatkan
pemisahan untai ganda DNA. Fungsi larutan buffer adalah untuk menjaga
struktur DNA selama proses penghancuran dan purifikasi sehingga
memudahkan dalam menghilangkan protein dan RNA serta mencegah aktivitas
enzim pendegradasi DNA dan mencegah perubahan pada molekul DNA. Untuk
mengoptimalkan fungsi larutan buffer, dibutuhkan konsentrasi, pH, kekuatan
ion, dan penambahan inhibitor DNAase dan detergen (Surzycki 2000).
2) Tahapan Ekstraksi
Pada tahapan ekstraksi DNA, seringkali digunakan chelating agent
seperti ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) yang berperan menginaktivasi
enzim DNase yang dapat mendenaturasi DNA yang diisolasi, EDTA
menginaktivasi enzim nuklease dengan cara mengikat ion magnesium dan
9
kalsium yang dibutuhkan sebagai kofaktor enzim DNAse (Corkill dan Rapley,
2008). DNA yang telah diekstraksi dari dalam sel selanjutnya perlu dipisahkan
dari kontaminan komponen penyusun sel lainnya seperti polisakarida dan
protein agar DNA yang didapatkan memiliki kemurnian yang tinggi. Fenol
seringkali digunakan sebagai pendenaturasi protein, ekstraksi dengan
menggunakan fenol menyebabkan protein kehilangan kelarutannya dan
mengalami presipitasi yang selanjutnya dapat dipisahkan dari DNA melalui
sentrifugasi (Karp, 2008). Bettelheim dan Landesberg (2007) menyebutkan
bahwa setelah sentrifugasi akan terbentuk 2 fase yang terpisah yakni fase
organik pada lapisan bawah dan fase aquoeus (air) pada lapisan atas sedangkan
DNA dan RNA akan berada pada fase aquoeus setelah sentrifugasi sedangkan
protein yang terdenaturasi akan berada pada interfase dan lipid akan berada pada
fase organik (Gambar 1). Selain fenol, dapat pula digunakan campuran fenol dan
kloroform atau campuran fenol, kloroform, dan isoamil alkohol untuk
mendenaturasi protein. Ekstrak DNA yang didapat seringkali juga
terkontaminasi oleh RNA sehingga RNA dapat dipisahkan dari DNA ekstrak
dengan cara pemberian RNAse (Clark, 2010).
10
dicampur dengan ammonium asetat yang bertujuan untuk membantu
memisahkan kontaminan yang tidak diinginkan seperti dNTP dan oligosakarida
yang terikat pada asam nukleat. Amonium asetat jika berikatan dengan protein
mengakibatkan terbentuknya senyawa baru dengan kelarutan lebih rendah,
sehingga menyebabkan protein mengendap (Sambrook et al., 2001). Prinsip
utama sentrifugasi adalah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul
dengan cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat
akan berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di atas
(Fauziah, 2010).
C. Isolasi Protein
Protein merupakan kelompok biomakromolekul yang sangat heterogen.
Ketika berada di luar makhluk hidup atau sel, protein menjadi tidak stabil. Untuk
mempertahankan fungsi dan strukturnya, setiap jenis protein membutuhkan kondisi
tertentu ketika diekstraksi dari normal biological milieu. Protein yang diekstraksi
hendaknya dihindarkan dari proteolisis atau dipertahankan aktivitas enzimatiknya.
Isolasi protein merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan
protein dari makromolekul lain yang tidak diinginkan. Protein dari suatu bahan
dapat dianalisa dengan isolasi protein. Tujuan dari isolasi protein adalah untuk
mendapatkan protein dengan tingkat kemurnian yang tinggi sehingga kemudian
dilakukan analisa lebih lanjut. Isolat protein adalah produk turunan yang memiliki
kandungan protein hingga 90% dalam berat kering. Tahapan dalam isolasi protein
biasanya terdiri dari 2 tahap yaitu penghancuran sel dan pemisahan partikel tertentu
dari suspensi melalui sentrifugasi. Prinsip dari isolasi protein adalah dengan
mengkondisikan suatu bahan ke titik isoelektriknya untuk mengendapkan molekul-
molekul protein (Endres, 2001).
Untuk menganalisa protein yang ada di dalam sel, diperlukan prosedur
fraksinasi sel yaitu:
1. memisahkan sel dari jaringannya,
2. menghancurkan membran sel untuk mengambil kandungan sitoplasma dan
organelnya,
3. memisahkan organel-organel dan molekul penyusunnya.
11
Prosedur 1 dan 2 dinamakan homogenasi dapat dilakukan dengan
menggunakan alat yang paling sederhana seperti homogeniser atau mortal sampai
alat yang paling mutakhir seperti pemakaian vibrasi dan sonikasi tergantung pada
bahan yang akan dihomogenasi. Prosedur 3 dilakukan dengan menggunakan
sentrifus dengan kecepatan dan lama sentrifugasi tertentu. Sebagian besar protein
merupakan molekul yang mudah rusak bila tidak berada pada kondisi fisiologisnya.
Karena itu, untuk mempertahankan struktur dan fungsi protein, fraksinasi dilakukan
pada suhu rendah (0-4oC) dalam buffer dan pH tertentu (tergantung dari jenis protein
yang akan dianalisa). Suatu teknik isolasi dan identifikasi protein harus
mempertimbangkan sifat-sifat fisik, kimiawi dan kelistrikan suatu protein
sedemikian rupa sehingga konformasi dan aktivitasnya tidak berubah.
12
di dalam rantai. Kedua, yaitu gaya tarik menarik ionik antara gugus-gugus rantai
samping yang muatannya berlawanan. Yang ketiga, yaitu interaksi hidrofobik.
Gugus-gugus rantai hidrofobik dari beberapa residu asam amino
menghindari lingkungan air dan cenderung untuk berkelompok bersama-sama di
bagian dalam struktur globular yang terlindung dari air. Interaksi-interaksi hidrofob
tersebut akan melipat molekul protein membentuk struktur yang paling stabil
dengan energi bebas yang paling kecil. Jika suatu protein yang tidak tahan panas
berada dalam lingkungan yang suhunya tinggi, maka lipatan protein yang hidrofobik
akan membuka (terdenaturasi). Protein-protein yang telah mengalami pembukaan
lipatan akan saling berinteraksi satu sama lain membentuk suatu agregat dan
akhirnya akan mengendap.
2) Sonikasi
Kebanyakan molekul protein berada dalam sel, dan kemungkinan besar
terdapat di dalam organel pada sel, dan pada kasus ini membuka sel dan organel
dibutuhkan. Sonikasi frekuensi tinggi adalah metode yang banyak digunakan untuk
menghancurkan sel dan organel. Aplikasi gelombang suara frekuensi tinggi adalah
metode yang efektif untuk merusak sel yang bisa diaplikasikan ke mikroorganisme.
Mekanismenya melibatkan microcavitation yang menghasilkan perbedaan tekanan
yang akan merusak dinding sel. Efisiensi perusakan sel dipengaruhi oleh kekuatan
yang dipakai pada instrument, durasi pemaparan dan volume material proses.
3) Fraksinasi Ammonium Sulfat
Fraksinasi tergolong ke dalam metode pemurnian yang telah lama
digunakan. Cara ini mudah dan cukup efektif dalam memisahkan campuran protein
ekstrak kasar. Fraksinasi dilakukan atas dasar perbedaan kelarutan protein-protein di
dalam campuran. Garam netral, seperti (NH 4)2SO4, ditambahkan ke dalam larutan
protein dalam jumlah tertentu. Pengaruh garam netral terhadap kelarutan protein
merupakan fungsi dari kekuatan ioniknya, suatu ukuran konsentrasi dan jumlah
muatan listrik sumbangan kation dan anion garam. Efek salting-in disebabkan oleh
kecenderungan perubahan gugus-gugus rantai samping dalam protein yang
terdisosiasi untuk mengion. Tetapi bila kekuatan ionik meningkat lebih lanjut,
kelarutan protein mulai menurun. Pada kekuatan ionik yang cukup tinggi, protein
akan mengendap dengan sempurna (salting-out). Garam pada konsentrasi tinggi
menarik molekul air di permukaan molekul protein sehingga mengurangi kelarutan
protein tersebut.
4) Dialisis
Protein globular dalam larutan dengan mudah dapat dipisahkan dari zat
terlarut yang berbobot molekul kecil (misalnya garam) dengan menggunakan cara
dialisis. Membran semipermiabel (tabung dialisis yang biasanya terbuat dari
selofan) digunakan untuk menahan molekul-molekul protein, sedangkan molekul
terlarut kecil (seperti glukosa dan (NH4)2SO4) dan air dibiarkan lewat. Proses dialisis
dikendalikan oleh perbedaan konsentrasi terlarut dalam kedua sisi yang dipisahkan
membran. Setelah kesetimbangan konsentrasi tercapai, proses difusi zat terlarut
13
menembus membran menjadi setimbang. Penggantian molekul garam dengan air
atau bufer berkekuatan ion rendah dari luar membran menyebabkan konsentrasi
molekul terlarut kecil di dalam larutan protein berkurang.
5) Gel Filtrasi
Gel filtrasi dilakukan menggunakan butiran berpori. Kolom yang dibangun
dengan butiran tersebut akan mempunyai dua pengukuran volume cairan antara lain
volume eksternal, yaitu cairan diantara pori dan volume internal, yaitu cairan yang
berada diantara pori-pori butiran. Molekul besar hanya melewati volume eksternal
sedangkan molekul kecil melewati volume internal dan volume eksternal. Campuran
protein dilewatkan melalui bagian atas kolom gel filtrasi dan dibiarkan perkolasi
melewati kolom. Yang terpenting pada gel filtrasi adalah diameter pori yang dapat
memasuki volume internal dan diameter hidrodinamik molekul protein. Protein yang
mempunyai diameter hidrodinamik kecil yang sama dengan diameter rata- rata pori-
pori butiran akan memasuki volume internal dan akan menjadi bagian matriks gel.
Protein yang mempunyai diameter hidrodinamik besar tidak akan memasuki volume
internal dan akan keluar dari kolom (Deutscher, 1990).
6) Kromatografi Penukar Ion
Teknik ini menggunakan zeolitas, resin organik atau anorganik sebagai
penukar ion. Senyawaan yang mempunyai ion-ion dengan afinitas yang berbeda
terhadap resin yang digunakan dapat dipisahkan. Kromatografi pertukaran ion (ion-
exchange chromatography) biasa digukanan untuk pemurnian materi biologis,
seperti asam amino, peptida, protein. Metode ini dapat dilakukan dalam dua tipe,
yaitu dalam kolom maupun ruang datar (planar). Terdapat dua tipe pertukaran ion,
yaitu pertukaran kation (cation exchange) dan pertukaran anion (anion exchange).
Pada pertukaran kation, fase stasioner bermuatan negatif; sedangkan pada
pertukaran anion, fase stasioner bermuatan positif. Molekul bermuatan yang berada
pada fase cair akan melewati kolom.Jika muatan pada molekul sama dengan
kolom, maka molekul tersebut akan terelusi. Namun jika muatan pada molekul
tidak sama dengan kolom, maka molekul tersebut akan membentuk ikatan ionik
dengan kolom.Untuk mengelusi molekul yang menempel pada kolom diperlukan
penambahan larutan dengan pH dan kekuatan ionik tertentu (Deutscher, 1990).
7) Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi adalah variasi dari membran filtrasi dimana tekanan hidrostatis
mendorong cairan melewati membran semipermeabel. Endapan padat dan
campuran dengan berat molekul besar tertahan, sedangkan air dan campuran
dengan berat molekul kecil melewati membran. Proses pemisahan ini digunakan
pada industri dan penelitian untuk memurnikan dan memekatkan campuran
molekul makro (103 – 106 Da), terutama untuk campuran protein. Ultrafiltrasi tidak
jauh berbeda dari mikrofiltrasi, nanofiltrasi, kecuali dalam ukuran molekul yang
tertahan (Deutscher, 1990).
8) Ekstraksi pelarut
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
14
dalam cairan pencari yang sesuai selama beberapa hari pada temperatur kamar
terlindung dari cahaya, cairan pencari akan masuk ke dalam sel melewati dinding
sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam
sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan
diganti oleh cairan pencari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa
tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel
dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian
cairan pencari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan.
9) Metode Ekstraksi Gelombang Mikro
Ekstraksi dengan Bantuan Gelombang Mikro Ekstraksi dengan bantuan
gelombang mikro yang merupakan proses ekstraksi yang memanfaatkan energi
yang ditimbulkan oleh gelombang mikro dalam bentuk radiasi non-ionisasi
elektromagnetik. Energi ini dapat menyebabkan pergerakan molekul dengan
migrasi ion dan rotasi dari dua kutub, tetapi tidak mengubah struktur molekulnya.
Pada umumnya ekstraksi menggunakan pelarut polar sebagai pengekstraknya,
tetapi ekstraksi juga dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut nonpolar,
seperti heksana dan toluena dengan cara menambahkan aditif polar ataupun serat
yang dapat menyerap gelombang mikro.
D. Elektroforesis
Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan
berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik. Teknik ini
dipelopori pada tahun 1937 oleh ahli kimia Swedia Arne Tiselius untuk pemisahan
protein. Sekarang telah meluas ke banyak pemisahan kelas yang berbeda lain dari
biomolekul termasuk asam nukleat, karbohidrat dan asam amino. Medan listrik
dialirkan pada suatu medium yang mengandung sampel yang akan dipisahkan.
Teknik ini dapat digunakan dengan memanfaatkan muatan listrik yang ada
pada makromolekul, misalnya DNA yang bermuatan negatif. Jika molekul yang
bermuatan negatif dilewatkan melalui suatu medium, kemudian dialiri arus listrik
dari suatu kutub ke kutub yang berlawanan muatannya maka molekul tersebut akan
bergerak dari kutub negatif ke kutub positif. Kecepatan gerak molekul tersebut
tergantung pada muatan terhadap massanya serta tergantung pula pada bentuk
molekulnya. Pergerakan ini dapat dijelaskan dengan gaya Lorentz, yang terkait
dengan sifat-sifat dasar elektris bahan yang diamati dan kondisi elektris lingkungan:
F adalah gaya Lorentz, q adalah muatan yang dibawa oleh objek, E adalah medan
listrik. Secara umum, elektroforesis digunakan untuk memisahkan,
mengidentifikasi, dan memurnikan fragmen DNA.
Jenis-Jenis Elektroforesis
1) Elektroforesis Kertas
15
Kisah teknik pemisahan DNA/RNA ini berawal dari sekelompok ilmuwan
biokimia di awal tahun 1950-an yang sedang meneliti mekanisme molekular
DNA/RNA hidrolisis. Saat itu, tepatnya tahun 1952, Markham dan Smith
mempublikasikan bahwa hidrolisis RNA terjadi melalui mekanisme pembentukan
zat antara (intermediate) posfat siklik, yang kemudian menghasilkan nukleosida 2′-
monoposfat dan 3′-monoposfat. Ternyata mereka menggunakan suatu peralatan
yang dapat memisahkan komponen campuran reaksi hidrolisis tadi, salah satunya
yaitu nukleotida ‘siklik’ yang membawa pada kesimpulan bahwa hidrolisis RNA
terjadi melalui pembentukan intermediate posfat siklik. Peralatan itu dinamakan
‘elektroforesis‘, yang dibuat dari kertas saring Whatman nomor 3, sebuah tangki
kecil dan berbagai larutan penyangga (buffer). Nukleotida yang sudah terhidrolisis
ditaruh di atas kertas saring, kemudian arus listrik dialirkan melalui kedua ujung alat
elektroforesis.
Arus listrik yang dialirkan ini ternyata dapat memisahkan campuran
kompleks reaksi tadi menjadi komponen-komponennya, ini akibat adanya perbedaan
minor antara struktur molekul RNA yang belum terhidrolisis, zat antara
(intermediate) dan hasil reaksi (nukleosida 2′-monoposfat dan nukleosida 3′-
monoposfat) yang menyebabkan mobilitas alias pergerakan mereka pada kertas
saring berbeda-beda kecepatannya. Karena pada akhir proses elektroforesis
komponen tersebut terpisah-pisah, sehingga dapat mengisolasi dan mengidentifikasi
setiap komponen tersebut.
Elektroforesis kertas adalah jenis elektroforesis yang terdiri dari kertas
sebagai fase diam dan partikel yang terlarut sebagai fase gerak, terutama ion-ion
kompleks. Pemisahan ini terjadi akibat adanya gradasi konsentrasi sepanjang system
pemisahan. Pergerakan partikel dalam kertas tergantung pada muatan atau valensi
zat terlarut, luas penampang, tegangan yang digunakan, konsentrasi elektrolit,
kekuatan ion, pH, viskositas, dan adsorbsivitas zat terlarut.
16
yang padat namun rapuh. Gel kanji berperan sebagai fasa diam (stationary phase)
menggantikan kertas saring Whatman pada teknik terdahulu. Ternyata elektroforesis
gel yang diperkenalkan Smithies memicu para ilmuwan untuk menemukan bahan
kimia lain yang dapat digunakan sebagai bahan gel yang lebih baik, seperti agarosa
dan polimer akrilamida. Dan penemuan elektroforesis gel kanji di awal karir
Smithies membawanya menerima hadiah nobel bidang kedokteran tahun 2007.
Teknik elektroforesis gel makin berkembang dan disempurnakan, hingga 12
tahun kemudian ditemukan gel poliakrilamida (PAGE = Polyacrilamide Gel
Electrophoresis) yang terbentuk melalui proses polimerisasi akrilamida dan bis-
akrilamida. PAGE ini sanggup memisahkan campuran DNA/RNA atau protein
dengan ukuran lebih besar. Meskipun aplikasi elektroforesis makin berkembang
luas, namun ternyata teknik ini masih menyerah jika digunakan untuk memisahkan
DNA dengan ukuran yang super besar, misalnya DNA kromosom. Campuran DNA
kromosom tidak dapat dipisahkan meskipun ukuran mereka berbeda-beda.
17
2.1 Aplikasi Genetika pada Proses Forensic
Ilmu forensik merupakan terapan berbagai ranah keilmuan (multi disiplin)
yang penting untuk menentukan identitas korban maupun pelaku, tanda, sebab dan
cara kematian, serta perkiraan waktu kematian. Produk yang dihasilkan merupakan
bukti autentik dalam suatu proses peradilan hukum demi menegakkan kebenaran.
Identifikasi forensik merupakan upaya menentukan identitas seseorang berdasarkan
ras, jenis kelamin, umur, tinggi badan dan prinsip identifikasi rangka yang tidak
diketahui identitasnya, dengan tujuan membantu penyidik. Identifikasi merupakan
cara yang digunakan untuk menentukan identitas seseorang, baik dalam keadaan
hidup maupun mati. Identifikasi forensik dilakukan berdasar pada ciri- ciri atau
tanda- tanda khusus yang ada pada fisik seseorang.
18
dengan nukleotida lainnya. Basa nitrogen DNA adalah adenin dan guanin yang
merupakan senyawa purin serta sitosin dan timin yang merupakan senyawa
pirimidin. Urutan basa nitrogen yang membentuk DNA inilah yang dapat
membedakan antara individu satu dengan individu lainnya, karena urutan atau
susunan basa-basa tersebut berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.
Variasi urutan basa dalam DNA di dalam setiap sel manusia merupakan
suatu polimorfisme. Polimorfisme merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menunjukkan adanya suatu bentuk yang berbeda dari struktur dasar yang sama.
Polimorfisme ini diduga akibat adanya pertukaran yang tidak sama (unequal
exchange) pada proses mitosis dan meiosis, sehingga menunjukkan variasi setiap
individu yang dapat memberikan keuntungan karena dapat untuk membedakan satu
orang dengan yang lainnya. Hal inilah dimanfaatkan dalam dunia kedokteran
forensik sebagai dasar bagi identifikasi individu melalui analisis DNA.
Polimorfisme DNA tersebut dapat berupa perubahan urutan basa nukleotidanya
maupun adanya perbedaan panjang fragmen DNA hasil pemotongan dengan enzim
restriksi.
19
Berdasarkan hal tersebut, maka sampel pemeriksaan DNA pada korban
yang sulit untuk diidentifikasi didasarkan pada kondisi relatif masing-masing
tempat kejadian perkara (TKP). Misalnya pada kasus ledakan bom, identifikasi
yang menggunakan sampel pemeriksaan DNA didasarkan pada kategori dari efek
ledakan, di mana pada korban yang tubuhnya masih utuh, sampel DNA-nya dapat
diambil dari darah, otot, organ dalam, tulang, serta gigi. Sedangkan pada korban
yang hangus terbakar, yang masih mungkin dilakukan adalah dengan mengambil
bahan DNA dari jaringan yang belum terlalu terbakar, seperti dari gigi, tulang, dan
mungkin juga otot panggul bagian dalam. Adapun khusus pada keadaan korban
sudah berupa serpihan jaringan hangus, pengambilan sampel bahan DNA dapat
dilakukan bagian tengah jaringan masih lunak dan belum hangus.
Adapun pada kasus korban yang sudah terkubur lama maupun yang
terbakar, biasanya yang tersisa adalah tulang dan gigi. Namun pada kondisi tertentu
tulang tidak dapat digunakan sebagai sumber bagi sebuah analisis DNA, contohnya
karena adanya invasi kuman/ bakteri pengurai yang menyebabkan oleh frakturnya
tulang, atau tulang mengalami degradasi dan kerusakan DNA karena faktor
lingkungan atau kontaminasi bahan-bahan kimia tertentu. Sebagai alternatif dapat
menggunakan gigi sebagai bahan analisis DNA menggantikan tulang. Hal ini
disebabkan karena gigi mempunyai kandungan hydroxyapatite yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tulang, sehingga gigi tidak mudah terpengaruh oleh faktor
lingkungan ataupun kontaminasi bahan-bahan kimia. Dengan demikian DNA pada
gigi terlindungi dari pengaruh-pengaruh yang datangnya dari luar, sehingga gigi
memiliki stabilitas kimia DNA yang lebih baik dibandingkan DNA pada tulang.
Pada pemeriksaan DNA di bidang forensik, ada beberapa patokan yang
dapat dijadikan penuntun bagi sebuah hasil yang optimal, sebagai berikut:
1. Sampel DNA haruslah diambil sebanyak mungkin. Hal ini perlu dilakukan untuk
mengimbangi mutu sampel yang kemungkinan jelek akibat adanya efek bakar
yang menyebabkan putusnya fragmen-fragmen DNA.
2. Metode pemeriksaan DNA yang digunakan harus berbasis pada metode
Polymerase Chain Reaction (PCR), yang dapat menganalisis DNA berukuran
lebih pendek, karena terfragmentasi oleh efek panas.
3. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan terhadap fragmen DNA pendek, contohnya
Short Tandem Repeats (STR), yang tetap dapat dianalisis meskipun sampelnya
sudah terdegradasi sekalipun.
4. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan terhadap beberapa lokus DNA sehingga dapat
dihasilkan kesimpulan yang akurat.
20
meninggal juga sangat penting dalam pengumpulan data Ante Mortem (AM) seperti
warna kulit, warna dan jenis rambut, mata, golongan darah, tattoo, cacat, tanda
khusus lainnya sampai dengan catatan medis gigi geligi.
Sedangkan data Post Mortem (PM) merupakan data-data fisik yang
diperoleh melalui Personal Identification setelah korban meninggal. Data-data
tersebut seperti sidik jari, golongan darah, ciri-ciri fisik korban yang spesifik,
konstruksi gigi geligi, foto rontgen dan foto diri korban lengkap dengan pakaian dan
aksesoris yang melekat di tubuh korban. Ada dua metode identifikasi yang
dilakukan dalam pencocokkan data korban, yaitu Identifikasi Primer berupa sidik
jari, catatan gigi dan DNA. Dan Identifikasi Sekunder berupa diskripsi personal atau
temuan medis dan harta benda milik korban (property).
21