Anda di halaman 1dari 10

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aspek Teknis

Menurut Fauzi et al. (2019), menyatakan bahwa aspek teknis merupakan sebuah aspek
yang tujuannya yaitu untuk membahas bagaimana proses pengembangan suatu proyek teknis
dan proses operasinya, yang dimana berdasarkan analisisnya dapat diperoleh sebuah penilaian
awal suatu rencana biaya investasi yang sudah termasuk di dalamnya berupa biaya
pengembangan. Sebuah investasi usaha sebaiknya ditunda terlebih dahulu apabila dalam teknis
tidak berjalan dengan baik meskipun dilihat dari aspek pasarnya dikatakan layak untuk
dijalankan, hal ini dikarenakan bisnis/usaha sering terjadi kegagalan ketika tidak mampu dalam
menghadapi masalah-masalah teknis. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
aspek teknis dan teknologi yaitu :

a. Penentuan lokasi bisnis


b. Penentuan luas produksi
c. Pemilihan mesin peralatan dan teknologi
d. Penentuan layout pabrik dan bangunan

Selanjutnya menurut Raihan et al. (2019), menyatakan bahwa aspek teknis adalah
sebuah aspek lanjutan yang berasal dari aspek pasar. Kegiatan ini muncul ketika sebuah
gagasan usaha/proyek telah mempunyai sebuah peluang yang bisa dikatakan baik dalam segi
pasar. Aspek-aspek yang terdapat di dalam aspek teknis yaitu berupa masalah lokasi, luas
produksi, proses produksi, peralatan yang dipakai, serta lingkungan yang berhubungan dengan
adanya proses produksi. Terdapat empat masalah pokok yang telah dihadapi perusahaan yaitu
meliputi :

1. Masalah Penentuan Lokasi


Ketika melakukan penentuan lokasi sangatlah penting dikarenakan apabila
terjadi kesalahan dalam melakukan analisis maka akan berakibat meningkatnya
jumlah biaya yang akan dikeluarkan kedepannya. Sehingga harus sangat
mempertimbangkan dimana sebaiknya lokasi usaha dibuat.
2. Masalah Desain
Masalah desain ini yaitu meliputi fasilitas yang akan dipakai di dalam proses
operasi yang dimana nantinya ini akan dilakukan sebuah pengambilan
keputusan di bidang perancangan bangunan (design)
3. Masalah Operasional
Masalah operasional ini terjadi ketika proses produksi telah berjalan yang
dimana berada pada proses manufaktur dalam pengambilan keputusan di dalam
masalah operaisonal yang meliputi adanya rencana produksi, persediaan bahan
baku, penjadwalan kerja pegawai, serta pengawasan terhadap kualitas dan biaya
produksi yang dibutuhkan.
4. Masalah Sarana dan Prasarana
Masalah ini berlangsung apabila suatu alat yang dipakai dalam menunjang
dalam proses tidak terpenuhi, contohnya yitu alat, bahan, dan kendaraan yang
dipakai mempermudah sebuah bisnis.

2.2. Pemilihan Lokasi Proyek

Menurut Saleh et al. (2020), menyatakan bahwa penentuan lokasi sangat lah
penting dimana ketika mendirikan sebuah pertambangan maka harus memikirkan berbagai
macam dampak yang akan terjadi, penentuan ini dilakukan oleh pejabat yang berwenang di
dalam bidang terkait seperti kementerian di dalam bidang lingkungan hidup, menteri agrarian,
menteri kehutanan, Menteri energi sumberdaya dan mineral serta Menteri bidang pertanian.
Koordinasi kementrian dapat dilakukan dengan kepala daerah yang berada di wilayah
pertambangan yang akan ditentukan, kementerian terkait kemudian akan mengumpulkan
semua informasi yang bersumber dari daerah setiap provinsinya. Daerah provinsi terlebih
dahulu melakukan koordinasi dengan Bupati/Walikota yang kemudian akan diputuskan
Bersama ditingkat daerah. Hasil dari penentuan lokasi yang dilakukan ini kemudian akan
dituangkan ke dalam bentuk sebuah keputusan tentang pemberian izin pertambangan.
Pemberian izin ini haruslah sudah menentukan bagaimana lokasi yang baik yang dimana terdiri
dari :

1. Memiliki Ketersediaan Data


Tahap ini dimana pendiri pertambangan haruslah mempunyai data yang lengkap
yang infonya terdiri dari informasi geologi, yang mencakup sumber daya
mineral serta batubara.
2. Mempunyai Sumber Mineral yang Terjamin
Sumber mineral seperti batubara yang dimana merupakan produk yang akan
diproduksi maka penentuan lokasi harus melihat seberapa banyak kandungan
mineral yang berada di lokasi pertambangan yang akan dibangun, apakah dalam
jumlah yang besar atau hanya dengan jumlah yang kecil, dikarenakan apabila
ingin membangun pertambangan dengan skala yang besar maka haruslah
melihat sumberdaya yang terkandung di dalamnya apakah memiliki kuota yang
memadai untuk dilakukannya pertambangan dengan skala besar.
3. Melihat Tingkat Kepadatan Penduduk di Sekitar Lokasi
Ketika mendirikan pertambangan terkadang terdapat beberapa lokasi yang
dalam jarak beberapa kilometer terdapat pemukiman para penduduk, maka
dalam penentuan lokasi hal ini menjadi salah satu hal yang penting dalam
menentukannya yang dimana hal ini penting dilakukan agar penduduk yang
tinggal di wilayah tersebut dapat dipindahkan terlebih dahulu ataupun dapat
dipekerjakan di pertambangan yang akan dibangun tersebut.
4. Lahan Timbunan Hasil Tambang
Saat melakukan penentuan lokasi hal ini perlu menjadi pertimbangan dimana
harus menentukan tempat pembuangan hasil tambang apabila sampah hasil
tambang ini dibuang sembarangan atau dalam penentuan lokasi tidak
mempertimbangkan hal ini maka surat izin yang dibutuhkan tidak akan berhasil
dan akan menimbulkan masalah untuk ke depannya.

Menurut Hariyadi (2018), menyatakan bahwa langkah pertama dalam penentuan lokasi
pertambangan yang akan didirikan dalam jangka panjang atau pendek yaitu dengan
menentukan batas dari tambang (baik terbuka ataupun bawah tanah) batas inilah yang akan
menunjukkan jumlah batubara yang dapat ditambang serta seberapa banyak jumlah material
buangan (overburden) yang akan dipindahkan selama operasi penambangan dilakukan.
Ukuran, geometri serta lokasi dari pertambangan utama sangat penting dimana perencanaan
bagi tempat penimbunan tanah yang tertutup (overburden), jalan masuk, stockpile, dan semua
fasilitas lainnya yang ada ditambang tersebut. Dalam merancang sebuah batas tambang maka
terdapat nilai sebuah parameter fisik dan juga parameter ekonominya, batas tambang utama
sendiri adalah sebuah batas maksimum dari keseluruhan jumlah material yang akan memenuhi
kriteria fisik dan ekonomi. Material yang terkandung di dalam tambang tersebut memiliki dua
sasaran yaitu :

a. Material dalam blok harus dapat membayar semua biaya dalam penambangan, proses,
pemasaran, maupun pengupasan material di atas blok
b. Melakukan konservasi dari sumber daya alam, maka material di dalam blok harus dapat
termanfaatkan dengan baik.
Selanjutnya terdapat beberapa aspek yang bisa digunakan dalam mempertimbangkan untuk
melakukan analisis zonasi lahan usaha pertambangan yaitu meliputi :

• Lokasi persebaran potensi bahan galian industry yang terdiri dari luas, cadangan hingga
kualitas
• Lokasi sebaran potensi bahan galian bukan logam dan juga batuan
• Geologi, topografi, hidrologi, Gerakan tanah, kebencanaan, irigasi, kedalaman efektif
tanah, sarana dan juga prasarana
• Social-ekonomi yaitu kependudukan, tenaga kerja, tingkat Pendidikan, potensi desa,
pasar, dan pendapatan lainnya
• Lingkungan berupa identifikasi dan analisis yang berdampak negatf terhadap
lingkungan sekitarnya
• Kebijaksanaan yang berkaitan dengan adanya usaha pertambangan (Lutfi et al., 2019)

2.3. Penentuan Skala Operasi Proyek

Ukuran perusahaan merupakan sebuah skala yang dimana dapat dikelompokkan antara
besar atau kecilnya sebuah pertambangan yang akan didirikan, pertambangan kecil cenderung
akan mendapatkan going concern audit opinion oleh penilai yang dimana hal ini para penilai
menyatakan bahwa perusahaan besar mampu atau sanggup dalam mengatasi adanya kesulitan
keuangan yang dialaminya apabila dibandingkan dengan pertambangan yang memiliki skala
kecil contohnya yaitu pertambangan rakyat yang masuk ke dalam skala kecil. Investor akan
memakai skala operasi ini untuk mengelompokkan perusahaan sebagai sebuah variable untuk
mengambil adanya suatu keputusan. Ketika menentukan ukuran atau skala sebuah proyek bisa
dilihat berdasarkan jumlah pekerja di proyek tersebut, kemudian tingkat penjualan yang berasal
dari total penjualan di periode tertentu, kemudian jumlah alat-alat yang dibutuhkan dan jumlah
asset perusahaan di periode tertentu. Apabila dibandingkan dengan proyek yang berskala kecil
proyek yang masuk ke dalam skala besar yaitu memiliki manajemen yang kian efisien dalam
mengoperasikannya dan memiliki kemampuan dalam mewujudkan kualitas laporan keuangan
yang akan semakin baik (Akbar dan Ridwan, 2019).

Pertambangan sendiri apabila dibagi terdapat dua jenis yaitu pertambangan dengan
tingkat skala yang kecil contohnya yaitu pertambangan rakyat yang dimana pertambangan ini
hanya memproduksi dengan jumlah yang kecil dan memiliki modal dalam pembangunannya
tidak besar pertambangan rakyat ini masuk ke dalam kategori skala kecil yang dimana tidak
pelu persiapan yang dilakukan secara masig dalam mempersiapkan sebuah operasi
penambangan. Di saat skala proyek yang akan didirikan oleh sebuah perusahaan tambang
termasuk kecil maka proses Operations Readiness juga dianggap tidak perlu dikarenakan
biaya, proses dan juga resiko tidak akan berdampak signifikan. Kemudian dilihat dari modal
untuk suatu pekerjaan ekspansi dengan skala besar maka akna dibutuhkan modal yang lebih
besar hal ini kembali lagi dalam kesiapan finansial setiap perusahaan dalam membiayai proyek
ekspansinya. Dalam pembangunan pertambangan di makalah ini akan membangun tingkat
pertambangan dengan skala yang besar yang dimana proyek pertambangan yang besar ini akan
membutuhkan biaya Operations Readniess yang juga lebih besar dan lama maka kembali lagi
pada prioritas sebuah organisasi dalam melakukan eksekusi Operations Readiness
Management Plan-nya (Tampubolon et al., 2021).

2.4. Penetapan Layout Produksi Proyek (sertakan gambar/began layout produksi)

Layout penambanga merupakan berbagai informasi terhadap tata letak semua


komponen yang ada di pertambangan yang dimana hal ini akan mendukung kegiatan
penambangan yang sedang berjalan. Layout penambangan ini berisikan dimana posisi letak pit,
letak stockpile, lokasi kantor, jalan dll (Ikwal dan Murad, 2019).

GAMBAR LAYOUT 1 AMBIL JURNAL MUFTI

Data layout didapatkan dari data ukur lubang tambang yang dipunyai oleh pihak perusahaan
dalam pembuatan layout bisa menggunakan software Autocad hal ini dilakukan dengan
membuat line di software tersebut sehingga menjadi lebih sederhana (Mufti dan Heriyadi,
2022).

GAMBAR DIAMBIL DARI PRABOWO TAMBAH MANIP

Menurut Prabowo et al. (2020), menyatakan bahwa dalam gambar diatas dalam kalimat
yang berbeda bisa diartikan sebuah bentuk-bentuk penambangan yang dimana menunjukkan
bagaimana suatu pit akan ditambang dari bentuk awal hingga akhir dari pit sesuai target
produksi yang telah ditetapkan. Metode Black Strip, Block Strip dijumpai dari rancangan
penambangan batubara pit design dengan jangka panjang yang dibagi-bagi menjadi beberapa
ukuran kecil yang sesuai dengan block dan strip yang telah ditetapkan. Ukuran block strip
ditentukan berdasarkan peralatan yang dipakai.

2.5. Pemilihan Jenis Teknologi dan Kebutuhan Fasilitas Proyek


Pembangunan pertambangan membutuhkan adanya berbagai macam alat berat menurut
Oemiati et al. (2020), menyatakan bahwa alat berat adalah sebuah alat yang dipakai dalam
membantu manusia ketika melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur bangunan. Alat
berat masuk ke dalam factor penting di dalam sebuah proyek salah satunya yaitu proyek
kontruksi maupun pertambangan dan kegiatan lainnya yang masuk ke dalam skala besar
terdapat beberapa jenis alat gali muat dan alat angkut yang dipakai yaitu meliputi :

1. Alat muat Hydraulic Excavator Komatsu PC 2000


Excavator adalah sebuah alat berat yang dimana terangkai dari sebuah batang
atau lengan, tongkat (bahu) atau boom serta keranjang atau bucket (alat keruk)
dan kemudian digerakkan oleh tenaga hidrolis yang dikemudikan dengan mesin
diesel dan berada diatas roda rantai (trackshoe).
2. Alat Angkut Heavy Duty Komatsu HD 785
Heavy Duty (HD) digunakan untuk pengangkutan jarak dekat dan sedang
dikarenakan kecepatannya yang tinggi (kondisi jalan bagus), maka Heavy Duty
(HD) mempunyai kapasitas yang tinggi sehingga memerlukan ongkos angkut
perton material rendah. Kemudian alat ini memiliki sifat yang fleksibel artinya
bisa dipakai untuk mengangkut bermacam-macam barang dengan berat muatan
yang berubah-ubah.

Perhitungan produktivitas alat mekanis bisa dipakai dengan tujuan untuk menilai
kinerja dari alat mekanis yang dimana semakin baik tingkat penggunaan alat maka semakin
besar pula produktivitas yang dihasilkan alat tersebut. Factor yang mempengaruhi
produktivitas adalah sesuatu yang dimana memungkinkan ketika mempengaruhi pengaruh
kondisi kerja, tolak ukur yang bisa digunakan dalam mengetahui baik buruknya hasil kerja
sebuah alat pemindahan tanah mekanis adalah besarnya produksi yang bida dicapai oleh alat
berat yang digunakan. Produktivitas alat dipengaruhi berdasarkan beberapa factor yaitu factor
dari material, factor pengembangan, factor pengisian bucket, waktu edar, ketersediaan alat
mekanis, keadaan jalan angkut, efisiensi kerja, dan waktu kerja efektif (Husean et al., 2019).

Selanjutnya yaitu terdapat fasilitas yang diperlukan saat mendirikan pertambangan


salah satunya yaitu fasilitas keselamatan pada jalan angkut yang dimana meliputi batas
kecepatan maksimum, tanda adanya pertigaan ataupun persilangan dengan jalan warga, rambu-
rambu jarak aman ketika berhenti di tikungan dan tanjakan yang dimana mempunyai kecepatan
maksimal 40 km/jam maka jarak pandang henti memiliki jarak sebesar 40 meter maka disetiap
tanjakan dan juga tikungan harus dipasang adanya rambu-rambu agar di dalam radius 40 meter
dilarang alat angkut untuk berhenti (Multriwahyuni et al., 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R dan Ridwan. 2019. Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan dan Reputasi KAP Terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern pada Perusahaan Pertambangan yang Terdafatr di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2015-2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi., 4(2):
286-303.

Fauzi, P. M., E. Chumaidiyah dan N. Suryana. 2019. Analisis Kelayakan Serta Perancangan
Aplikasi Website pada Startup Digital Creative Fotografi Berdasarkan Aspek Pasar,
Aspek Teknis dan Aspek Finansial. Jurnal INTECH., 5(2): 60-66.

Fikri, M. N dan S. Hardianti. 2021. Perencanaan Teknis Sequence Penambangan Guna


Menunjang Target Produksi pada Triwulan II Tahun 2020 PT Duta Alam Sumatera.
Jurnal Teknik Patra Akademika., 12(1): 22-32.

Hariyadi, S. 2018. Kajian Teknis Tahapan Penambangan Batubara pada PT. Mega Global
Energy Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Jurnal Geologi
Pertambangan., 1(23): 43-57.

Husean, S., Y. A. Mingsi dan R. Maiyudi. Optimalisasi Produksi Alat Muat dan Alat Angkut
dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) pada Pengangkutan
Overburden di Pit Barat PT. Artamulia Tata PratamaSite Tanjung Belit, Kabupaten
Muaro Bungo, Provinsi Jambi. Jurnal Bina Tambang., 4(3): 154-164.

Ikwal, R. F dan M. S. Murad. 2019. Perhitungan Sumberdaya Batubara dan Permodelan Pit 2
pada PT. Andhika Yoga Pratama (AYP), Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun,
Jambi. Jurnal Bina Tambang., 4(1): 297-306.

Lutfi, M., E. Sukiyah dan N. Sulaksana. 2019. Analisis Zonasi Lahan Usaha Tambang
Menggunakan Metode K-Means Clustering Berbasis Sistem Informasi Geografi.
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara., 15(1): 49-61.

Multriwahyuni, A., Mulyagusman dan Y. M. Anaperta. 2018. Evaluasi Geometri Jalan


Tambang Menggunakan Teori AASHTO untuk Peningkatan Produktivitas Alat
Angkut dalam Proses Pengupasan Overburden di PIT Timur PT. Artamulia
Tatapratama Desa Tanjung Belit, Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo Provinsi
Jambi. Jurnal Bina Tambang., 3(4): 1513-1522.
Mufti, N. D. A. M dan B. Heriyadi. 2022. Evaluasi dan Perancangan Sistem Ventilasi pada
Lubang Tambang Batubara BT 03 Site Bukit Tambun, PT. Nusa Alam Lestari, Desa
Salak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto. Jurnal Bina Tambang., 7(1): 52-61.

Novendra, M. D., L. Lesawengan dan N. Kandowangko. 2021. Dampak Pertambangan Emas


Bagi Kehidupan Masyarakat Bolaang Mongondow Timur di Kotabunan Kecamatan
Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Jurnal Ilmiah Society., 1(1): 1-7.

Oemiati, N., Revisdah dan Rahmawati. 2020. Analisa Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat
Angkut pada Pengupasan Lapisan Tanah Penutup (Overburden). Jurnal Penelitian dan
Kajian Teknik Sipil., 6(3): 194-207.

Prabowo, B. A., R. A. E. Wijaya dan H. Sidiq. 2020. Rancangan Teknis Penambangan


Batubara Jangka Pendek PIT 9-10 di PT Madhani Talatah Nusantara Site Project
Asam Asam Tanah Laut Kalimantan Selatan. Jurnal Mining Insight., 1(1): 11-19.

Raihan, M. R., I. B. Praptono. B. H. Sagita. 2019. Analisis Kelayakan Sistem Specialist


Printing Delivery (SPD) pada Toko Putri Kurnia Ditinjau dari Aspek Pasar, Aspek
Teknis, dan Aspek Keuangan. Jurnal Engineering., 6(2): 5987-5992.

Ramadhanty, F. Z., N. Suryana dan S. Aryani. 2020. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha
Purnama Laundry di Kota Karawang Ditinjau dari Aspek Pasar, Aspek Teknis dan
Aspek Finansial. Jurnal Engineering., 7(2): 5173-5180.

Saleh, M., Kafrawi. A. Khair dan Sarkawi. 2020. Peran Pemerintah Daerah dalam Pengaturan
Pertambangan Rakyat. Jurnal Jatiswara., 35(3): 353-361.

Tampubolon, E., S. Ghalib dan Jamaluddin. Proses Operations Readiness PT Maruwal Coal.
Jurnal Bisnis dan Pembangunan., 10(1): 11-25.

Anda mungkin juga menyukai