7. Deskrisi Masalah :
a. Gejala Masalah :
• LH adalah seorang siswa SMA yang pintar, ia mengetahui jika ia jatuh cinta
pada teman sekelasnya. Ketika pacaran, nilai LH turun, ia lebih disibukkan
untuk berpacaan dan akhirnya LH putus dalam hubungannya, LH sadar,
bahwa
pacarnya tidak sebaik yang ia pikirkan dan konselor memberikan motivasi
pada ia bahwa itu merupakan pembelajaran dan pengalaman hidup
• Konseli bernama LH merasa nilai yang didapat disekolah mengalami
penurunan sebelumnya nilai LH baik dan termaksud siswa yg pintar
• LH sibuk pacaran tidak bias membagi waktu untuk belajar
• LH merasa pacarnya ternyata tidak baik dan membawa dampak buruk
untuk prestasi belajarnya
• LH merasa sejak pacarana sampai putus dengan pacarnya tidak mempunyai
motivasi dalam belajar
b. Sebab Masalah :
• Konseli LH menyukai teman sekelasnya dan akhirnya memutuskan untuk
berpacaran
• Sejak berpacaran LH disibukkan dengan jalan dan nongkrong
Bersama pacarnya
• LH lebih bayak waktu Bersama paar dari pada belajar dan
mengerjakan tugas sekolah
• Motivasi belajar LH menurun sejak pacarana sampai akhirnya LH
putus dengan pacarnya
• LH merasa si pacar membawa dampak tidak baik baginya
c. Akar Masalah :
• Konseli tidak bisa mengatur waktu belajar dan sibuk pacarana
8. Tujuan Konseling :
Membantu konseli agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan maupun
kenyataan yang harus dihadapi. Membantu konseli agar dapat memperoleh kesadaran
pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta mendapatkan insight secara penuh.
Membantu konseli menuju pencapaian integritas kepribadiannya. Mengentaskan konseli
dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain menjadi mampu mengatur
diri sendiri. Terjadi pertentangan antara kekuatan top dog dan under dog sehingga terjadi
ketidakmampuan dari konseli dalam mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah
lakunya. Konselor memfokuskan pada perasaan, kesadaran, Bahasa tubuh, hambatan
energi, dan hambatan untuk mencapai kesadaran yang ada pada konseli. Konselor adalah
"artistic participant" yang memiliki peranan dalam menciptakan hidup baru konseli.
Konselor berperan sebagai projection screen.
9. Pendekatan/Strategi/Teknik :
Guru BK menggunakan pendekatan konseling
Gestalt
3 Proses Inti
a. Identifikasi masalah (Assesmen konseli dan lingkungan dengan teknik dasar
komunikasi) :
• Memimpin (leading)
• Fokus
• Konfrontasi
• Menjernihkan (Clarifying)
• Memudahkan (facilitating)
• Mengambil Inisiatif
• Menyimpulkan
b. Penerapan teknik Gestalt ( Teknik Kursi Kosong)
1. Tahap pertama (The Begining Phase)
• Melakukan rapport. Konselor menerima konseli dalam hubungan yang
hangat, intim, bersifat pribadi, penuh pemahaman dan menghindari hal
- hal yang akan mengancam konseli.
• membangun hubungan dialogis. Konselor membangun hubungan yang
baik dengan konseling sehingga membuat komunikasi antara konseli
dan konselor berjalan dengan baik.
• assesmen pengalaman, kepribadian dan permasalahan umum konseli.
Mengumpulkan data, pengalaman konseli dan keseluruhan gambaran
kepribadian konseli melalui pendekatan fenomenologis.
• mengidentifikasi permasalahan-permasalahan konseli. Mengidentifikasi
dan mengklarifikasi kebutuhan-kebutuhan konseli dan tema-tema
masalah yang akan muncul.
• membuat prioritas permasalahan yang akan diatasi. Konselor membuat
prioritas pada masalah yang dihadapi konseli dan membuat
kesimpulan diagnosis pada konseli.
• bekerjasama dengan konseli untuk membuat rencana konseling.
Konselor dan konseli mempertimbangkan isu-isu yang memiliki
perbedaan
potensial antara konselor dan konseli yang akan mempengaruhi proses
konseling. Konselor dan konseli bersama-sama membuat
rancanganproses konseling ke depan.
2. Tahap Kedua (Clearing The Ground)
• Assesmen terhadap pengalaman konseli secara mendalam. Konselor
menggali pengalaman dan masalah yang dialami konseli secara lebih
detail dan mendalam.
• mendukung ekspresi konseli dalam proses katarsis. Konselor mendorong
konseli untuk menunjukkan ekspresinya lebih kuat dalam proses
katarsis.
• memperluas pilihan-pilihan perilaku baru bagi konseli. Konselor
melakukan eksperimentasi perilaku baru pada konseli dan memperluas
pilihan-pilihan yang bisa diambil oleh konseli
3. Tahap Ketiga (The Existentian Encounter)
• implementasi teknik Empty Chair/Kursi kosong. Konseli mulai dapat
menemukan krisis-krisis yang sebelumnya telah dieksplorasi dan
mulai melakukan proses empty chair yaitu bermain peran sebagai
topdogmaupun underdog.
• menghadapi hal-hal yang tidak diketahui. Konselor membantu konseli
membentuk kembali pola-pola hidup dalam bimbingan pemahaman
baru dan pandangan baru.
• menumbuhkan kesadaran konseli. Konselor membantu konseli untuk
memiliki kembali bagian pada diri konseli yang sebelumnya hilang
atau bahkan tidak diakui oleh konseli.
• mengambil keputusan untuk berani menghadapi ketidak pastian hidup.
Konseli mulai bisa mengambil keputusan dan berani menghadapi
ketidakpastian dalam hidup dan kecemasan yang kemudan
menghasilkan makna-makna baru dalam hidup konseli.
4. Tahap Keempat (Integration)
• membentuk rasa tanggungjawab untuk menghadapi hidup. Konseli
menerima tanggungjawab untuk melanjutkan hidup.
• menerima kecemasan dan ketidakpastian. Konseli mampu menghadapi
ketidakpastian dalam hidup dan kecemasan yang sebelumnya menjadi
hal yang menuktkan bagi konseli.
• membangun rasa untuk melakukan kontak relasi dengan lingkungan.
Konseli membangun hubungan dengan lingkungan di luar dirinya.
5. Tahap kelima (Ending)
• membahas kembali isu-isu yang ada. Konselor dan konseli membahas
kembali isu-isu yang muncul dalam proses konseling.
• membuat kesimpulan terhadap keseluruhan proses konseling. Konseli
membuat kesimpulan semua proses yang sudah sialami dalam proses
konseling.
• merayakan apa yang sudah tercapai dan menerima yang belum tercapai.
Konselor dan konseli bersama-sama merayakan apa yang sudah klien
capai melalui proses konseling dan menerima apa saja yang belum
dapat dicapai oleh klien dalam proses konseling.
• membuat antisipasi terhadap krisis kepercayaan diri di masa depan.
Konselor dan konseli bersama-sama membuat kesepakatan terhadap
apa yang akan dilakukan konseli apabila krisis atau permasalahan yang
baru
saja terselesaikan.
• membiarkan konseli melanjutkan kehidupannya. Konselor melepaskan
intervensinya terhadap konseli sehingga konseli dapat melanjutkan
kembali hidupnya.
4 Acceptance (Penerimaan)
Digunakan konselor untuk menunjukan minat dan pemahaman terhadap hal-hal
yang dikemukakan konseli.
1. Verbal bentuk pendek :
a) Oh.....ya,
b) Lalu/kemudian,
c) Ya....ya....
d) Hemm.....hemm....
2. Verbal bentuk Panjang :
a) Saya memahami.....
b) Saya menghayati....
c) Saya dapat merasakan.....
d) Saya dapat mengerti...
3. Non Verbal
a) Anggukan kepala,
b) Posisi duduk condong kedepan
c) Perubahan mimik,
d) Memelihara kontak mata
(Catatan: Penerimaan bukan berarti mensetujui, cerita apapun yang
disampaikan konseli diterima namun bukan berarti setuju. Konselor menerima
tanpa menilai sesuai dengan asas konseli tidak pernah salah ( KTSP ).
Konselor bertanggungjawab untuk memperbaiki konseli atau bisa disebut debgan
memberikan dorongan minimal pada konseli.)
5 Pembuatan Keputusan
• Penetapan tujuan konseling
• Penetapan strategi pencapaian tujuan konseling
• Penetapan komitmen diri dari tujuan konseling
Nama Nama
NIP NIP