7. Deskrisi Masalah :
a. Gejala Masalah :
• Konseli merasa harus selalu mendapatkan nilai sempurna di setiap mata pelajaran
(nilai A), apabila tidak mendapatkan nilai A maka dia akan merasa gagal, cemas
dan merasa diri bodoh.
b. Sebab Masalah :
• Orang tua merasa bangga bila konseli mendapatkan nilai sempurna di setiap mata
pelajaran
• Guru dan teman – teman menganggap bahwa konseli adalah anak yang pintar jika
mendapatkan nilai sempurna, sehingga jika dia tidak mendapatkan hasil yang
bagus dia merasa akan sangat mengecewakan orang tua, guru dan teman-teman.
c. Akar Masalah :
• Konseli merasa cemas, takut dan merasa bersalah kepada diri sendiri, orang tua,
guru dan teman-teman bila tidak dapat menjadi yang terbaik.
8. Tujuan Konseling :
Membantu konseli dalam memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi,cara berpikir,
keyakinan konseli yang irrasional menjadi rasional. Menghilangkan gangguan emosional
yang dapat merusak diri (benci, takut, rasa bersalah,cemas, dll). Melatih serta mendidik
konseli agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan rasa
percaya diri. Ciri-ciri konseli yang berpikir irasional : (a) tidak dapat dibuktikan; (b)
menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya
tidak perlu; (c) menghalangi konseli untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang
efektif.
9. Pendekatan/Strategi/Teknik :
Guru BK menggunakan pendekatan konseling Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
3 Proses Inti
a. Identifikasi masalah (Assesmen konseli dan lingkungan dengan teknik dasar
komunikasi) :
• Memimpin (leading)
• Fokus
• Konfrontasi
• Menjernihkan (Clarifying)
• Memudahkan (facilitating)
• Mengambil Inisiatif
• Menyimpulkan
b. Penerapan teknik Cognitive Behavioral Therapy (CBT) (Konsep ABC)
A (Antecedent) = Situasi yang menjadi penyebab suatu kejadian yang tidak
mengenakan dan menjadi stimulus munculnya perilaku bermasalah.
B (Belief) = Perilaku yang dipermasalahkan.
C (Consequence) = akibat dari konsekuensi perilaku (akibat dari A).
➢ Tahap pertama Bekerjasama dengan konseli (engage client) : Membangun
hubungan dengan konseli yang dapat dicapai dengan mengembangkan
empati, kehangatan dan penghargaan. Memperhatikan tentang “secondary
disturbances” atau hal yang mengganggu konseli yang mendorong konseli
mencari bantuan. Memperlihatkan kepada konseli tentang kemungkinan
perubahan yang bisa dicapai dan kemampuan konselor untuk membantu
konseli mencapai tujuan konseling CBT.
➢ Tahap kedua Melakukan assesmen terhadap masalah, orang dan situasi
(assess the problem, person and situation) : Mulai dengan mengidentifikassi
pandangan-pandangan tentang apa yang menurut konseli salah. Adakah
relasi dengan hal klinis?. Menanyakan personal atau sejarah masalahnya.
Menilai keparahan masalah atau yang paling mengganggu. Perhatikan
damIbu/ faktor-faktor kepribadian yang relevan.
➢ Tahap ketiga Mempersiapkan konseli untuk terapi (prepare the client for
therapy) : Mengklasifikasi tujuan konseli; spesifik (Specific), dapat diukur
(Measurable),dapat dicapai atau diraih (Achievable), realistis (Realistic),
memiliki batas waktu (Time frame). Memotivasi konseli untuk berubah.
Mengajarkan prinsip dasar CBT, termasuk model ABC. Mendiskusikan
pendekatan dan teknik yang akan diterapkan. Mengembangkan kontrak
dengan konseli
➢ Tahap Keempat Mengimplementasikan program penanganan (Implement
the treatment programme) : Mengubah belief yang maladaptif dan
disfungsional. Mengaplikasikan dialog ‘socrates’ untuk mengubah belief .
Memberikan homework assignment. Implementasi teknik CBT. Menganalisis
ABC. Memahami belief yang berkembang.
➢ Tahap Kelima Mengevaluasi kemajuan (evaluative progres) : Pada
menjelang akhir intervensi konselor memastikan aIbuah konseli mencapai
perubahan yang signifikan dalam berfikir atau perubahan tersebut
disebabkan oleh faktor lain.
➢ Tahap Keenam Mempersiapkan konseli untuk mengakhiri proses konseling
(Prepare the client for termination) : Mempersiapkan konseli untuk
mengakhiri proses konseling dengan menguatkan kembali hasil yang sudah
dicapai. Selain itu, memersiapkan konseli untuk dapat menerima adanya
kemungkinan kemunduran dari hasil yang sudah dicapai atau kemungkinan
mengalami masalah dikemudian hari.
4 Acceptance (Penerimaan)
Digunakan konselor untuk menunjukan minat dan pemahaman terhadap hal-hal
yang dikemukakan konseli.
1. Verbal bentuk pendek :
a) Oh .... ya,
b) Lalu/kemudian,
c) Ya....ya....
d) Hemm.....hemm....
2. Verbal bentuk Panjang :
a) Saya memahami.....
b) Saya menghayati....
c) Saya dapat merasakan.....
d) Saya dapat mengerti...
3. Non Verbal
a) Anggukan kepala,
b) Posisi duduk condong kedepan
c) Perubahan mimik,
d) Memelihara kontak mata
(Catatan: Penerimaan bukan berarti mensetujui, cerita apapun yang disampaikan
konseli diterima namun bukan berarti setuju. Konselor menerima tanpa menilai
sesuai dengan asas konseli tidak pernah salah ( KTSP ).
Konselor bertanggungjawab untuk memperbaiki konseli atau bisa disebut debgan
memberikan dorongan minimal pada konseli.)
5 Pembuatan Keputusan
• Penetapan tujuan konseling
• Penetapan strategi pencapaian tujuan konseling
• Penetapan komitmen diri dari tujuan konseling