BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Partisipasi Perempuan
a. Pengertian Partisipasi.
Dalam perkembangan waktu hingga saat ini, teori partisipasi
mengalami banyak perkembangan dalam pemikiran dan juga prakteknya.
Berikut ini beberapa pemikiran mengenai teori partisipasi yang berkaitan
dengan konteks partisipasi warga dalam sebuah tata pemerintahan untuk
mewujudkan kebijakan publik yang syarat dengan pemenuhan hak-hak
konstitusional bagi warga negara.
Istilah partisipasi mengandung arti keikutsertaan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, partisipasi adalah “sejumlah orang yang turut
berperan dalam suatu kegiatan; keikutsertaan dan peran serta”.
Pengertian tentang partisipasi secara formal adalah turut sertanya seseorang,
baik secara mental maupun emosional untuk memberikan sumbangan kepada
proses pembuatan keputusan mengenai persoalan dimana keterlibatan pribadi
orang yang bersangkutan melaksanakan tanggung jawab untuk melakukannya.
(2011:http://nurkhoirionline.blogspot.com/2011/07/manajemenpartisipasi-
masyarakat-dalam.html).
Y.Slamet menemukakan bahwa dalam suatu proses perencanaan
pembangunan dibutuhkan suatu partisipasi dari masyarakat secara keseluruhan
tanpa membedakan jenis kelamin, agama, umur, kondisi ekonomi, dan tingkat
pendidikan. Menurut Y.Slamet (1994:1) mendefinisikan “Partisipasi kaitanya
dengan pembangunan sebagai pembangunan masyarakat yang mandiri,
perwakilan, mobilitas sosial, pembagaian sosial yang merata terhadap hasil-
hasil pembangunan, penetapan kelembagaan khususnya, demokkrasi politik
dan sosial, reformasi sosial atau bahkan yang disebut dengan revolusi rakyat”.
Dusseldorp dalam Y.Slamet (1994:10-21) mencoba membuat
klasifikasi dari berbagai tipe partisipasi menjadi 9 yaitu “Berdasarkan derajat
7
6 Kendali Warga Ada kekuasaan warga yang bermakna kekuasaan masyarakat untuk
Kendali
warga
kemasyarakatan tertentu.
sedang
Sumber: diadaptasi dari Danny Burns, Robin Hambleton dan Paul Hogget dalam Menggugat
Partisipasi Publik dalam Pemerintahan Daerah (Muluk.2007; 171-176)
13
wakil kepala daerah, kendali warga atas isu kebijakan tertentu, yakni referendum
yang menunjukan kewenangan masyarakat untuk memutuskan apakah suatu
kebijakan dapat diberlakukan atau tidak.
b. Pengertian Musrenbang
Musrenbangkel merupakan forum tahunan tertinggi dalam penyusunan
dan penetapan Daftar Skala Prioritas (DSP) pembangunan tingkat Kelurahan dan
rumusan Kegiatan Pembangunan Tahunan Anggaran berikutnya yang merupakan
cerminan aspirasi masyarakat tingkat Kelurahan dan mengikat semua pihak dalam
pembangunan (Indra Bastian 2007:110)
Menurut pasal Pasal 3 peraturan Walikota (perwali) Surakarta
Musrenbangkel berkedudukan sebagai forum tahunan stakeholders ditingkat
kelurahan dalam penyusunan dan penetapan rumusan kegiatan serta Daftar Skala
Prioritas kegiatan pembangunan yang sesuai dengan RPJM Daerah dan
disinkronkan dengan Prioritas Pembangunan Daerah, sebagai rujukan bahan
penyelenggaraan musrenbangcam dan kegiatan pembangunan tahun berikutnya.
Menurut Saeful Muluk (2008:3) Musyawarah perencanaan pembangunan
(Musrenbang) kelurahan adalah “Forum musyawarah tahunan para pemangku
kepentingan (stakeholder) kelurahan untuk menyepakati Rencana Kerja Kelurahan
(Renja kelurahan) tahun anggaran berikutnya”.
Menurut Saeful Muluk (2008:3) Musrenbang adalah “Forum perencanaan
(program) yang diselenggarakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah kelurahan
bekerjasama dengan warga dan para pemangku kepentingan lainya”.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan Musrenbang adalah forum
tahunan tertinggi yang diselenggarakan pemerintah kelurahan untuk menyepakati
Rencana Kerja Kelurahan tahun anggaran berikutnya.
sesuatu yang merupakan hak asasi”. Ayat (2) berbunyi, ”Setiap orang
berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain”.
h) Pasal 28H ayat (2) menyatakan, “Setiap orang berhak untuk mendapat
kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan
manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”. Hal ini
juga diutamakan bagi Warga Negara Indonesia, bukan bagi orang
asing yang merupakan tanggung jawab negara asalnya sendiri untuk
memberikan perlakuan khusus itu.
i) Pasal 28I ayat (2) menyatakan, “Setiap orang berhak atas kebebasan
meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuatu dengan
hati nuraninya”.
j) Pasal 28J ayat (2) menyatakan, ”Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nlai agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis”.
3) Hak yang memuat tentang memeluk suatu agama dalam pasal 29 ayat (2)
berbunyi, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”.
4) Hak warga negara yang meliputi aspek pertahanan dan keamanan negara
tercantum dalam pasal 30 ayat (1) menyatakan, “Tiap-tiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”. “Ayat (2)
berbunyi, usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasioanal Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan
rakyat sebagai kekuatan pendukung”.
19
5) Hak warga negara dalam bidang pendidikan dan kebudayaan termuat dalam
UUD 1945 pasal 31 ayat (1) menentukan, “Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan”. Ayat (2) menyatakan, “Setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintahan wajib membiayainya”. Ayat (3)
berbunyi, “Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keamanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dalam undang-undang”. Ayat (4) menentukan, “Negara memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”.
Ayat (5) menyatakan “Pemerintahan memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradapan serta kesejahteraan umat manusia”.
6) Hak warga negara dalam Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Pasal 33 ayat (1) menyatakan, “Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Ayat (2)
berbunyi, “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”.
Ayat (3) menyatakan, “Bumi dan air dan kekayaan dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
b) Pasal 34 ayat (1) menyatakan, “Fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh negara”. Ayat (2) berbunyi, “Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memperdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan”. Ayat (3) menentukan, “Negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.
20
C. Kerangka Berfikir.
pemerintah Laki-laki
70%
Musrenbang masyarakat
Partisipasi Perempuan
dalam pengambilan
swasta Perempuan keputusan
30%
Pemenuhan hak
konstitusional
Peni Peningkatan
Peran
Perempuan
ngkatan Peran
Perempuan
Produk kebijakan
yang responsive
gender/gender
mainstreaming