Anda di halaman 1dari 9

MODUL IV

KREATIVITAS BERMAIN ANAK USIA DINI

A.Hakekat Kreativitas dalam Bremain


Pendidikan mengemban tugas untuk dapat mengembangkan potensi kreatif yang dimiliki
setiap anak. Anak perlu mendapat bimbingan yang tepat, sehingga memungkinkan mereka
untuk dapat mengembangkan potensi dan kemampuan secara optimal. Pada akhirnya
kemampuan tersebut diharapkan dapat berguna baik bagi dirinya, keluarga maupun masyarakat
luas pada umumnya. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang No 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 14 yang menyatakan bahwa
"Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam pendidikan lebih lanjut" (Hamid,2003 : 14). Dalam hal ini kreativitas
merupakan bakat yang secara potensial dimiliki setiap orang, dapat diidentifikasi dan dipupuk
melalui pendidikan yang tepat, diantaranya pada Taman Kanak-Kanak sebagai salah satu
tempat diselenggarakannya Pendidikan Anak Usia Dini.
Kreativitas salah satu potensi yang dimiliki setiap individu, penting untuk dikembangkan
sejak usia dini (Rachmawati & Kurniati, 2003 : 8). Karena masa ini individu memiliki peluang
yang sangat besar untuk dapat mengembangkan potensi tersebut (Munandar,1995 : 1).
Perkembangan kecerdasan anak usia empat sampai enam tahun, sedang mengalami
peningkatan dari 50% menjadi 80% (Maryana,2005 : 9). Hal ini menunjukkan pentingnya
upaya pengembangan seluruh potensi anak, salah satunya kreativitas.
Dengan berkembangnya kreativitas pada anak Usia Dini, anak akan memperoleh
kesempatan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan berekspresi menurut caranya sendiri
(manfaat baik terhadap perkembangan kognitif); dapat menjadi alat untuk menyeimbangkan
emosi anak sehingga perkembangan kepribadian anak kembali harmonis (manfaat baik
terhadap kesehatan jiwa); dan anak akan memperoleh kecakapan untuk merasakan, membeda-
bedakan, menghargai keindahan yang akan mengantar dan mempengaruhi kehalusan budi
pekertinya (manfaat baik terhadap perkembangan estetika), demikian yang disampaikan
Munandar (Montolalu,2007 : 3.5).
1. Kreativitas anak usia dini dalam bermain

Kreativitas adalah suatu kondisi, sikap atau keadaan yang sangat khusus sifatnya dan hampir
tidak mungkin dirumuskan secara tuntas. Ada beberapa pengertian menurut para ahli tentang
kreativitas, menurut Supriyadi (2001: 7) kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda
dengan apa yang telah ada sebelumnya. Munandar (1995) mendefinisikan kreativitas sebagai
kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan,
informasi, data atau elemen-elemen yang yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang
bermakna dan bermanfaat. Endang Rini Sukamti (2010: 53) kreativitas adalah kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru atau suatu kombinasi baru berdasarkan unsur-unsur yang
telah ada sebelumnya menjadi sesuatu yang yang bermakna atau bermanfaat. Dari penjelasan di
atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru berdasarkan ide, gagasan yang dikombinasikan dari hasil penemuan-penemuan
sebelumnya, akhirnya menjadi karya baru yang berguna.

Pengertian bermain, Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai


bermain, Hurlock dalam Tadkiroatun Musfiroh (2008 : 1) mengemukakan bahwa bermain
adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar.
Plato, Aristoteles, Frobel dalam Mayke S. (2007: 2) menganggap bermain sebagai kegiatan
yang mempunyai nilai praktis. Artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan
keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak.

Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli tentang definisi bermain, dapat
disimpulkan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang dapat merangsang kreativitas serta
daya fikir anak secara optimal tanpa anak tersebut merasa terpaksa untuk melakukannya.
Kegiatan bermain untuk bagi anak-anak dapat memberi pelajaran atau pengalaman bagaimana
beradaptasi baik itu dengan lingkungan, orang lain, maupun dengan dirinya sendiri. Dalam
kegiatan bermain anak-anak tidak sungguh-sungguh, melainkan bertindak sesuai perannya, akan
tetapi walaupun demikian bermain merupakan suatu hal yang serius bagi mereka.

2. Tujuan pengembangan kreativitas pada anak usia dini


a. Dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya. Perwujudan diri adalah salah satu
kebutuhan pokok manusia sebagaimana yang diungkapkan seorang ahli, maslow
(1968). Salah satu dari 6 kebutuhan pokok seorang manusia adalah
aktualisasi/perwujudan diri.
b. Dengan kemampuan berfikir kreatif dimungkinkan dapat melihat berbagai macam
penyelesaian suatu masalah. Mengeksperikan pikiran-pikiran yang berbeda dari orang
lain tanpa dibatasi pada hakikatnya akan mampu melahirkan berbagai berbagai
macam gagasan
c. Bersibuk diri secara kreatif (sebagaimana kebutuhan anak TK yang selalu sibuk dan
ingin tahu) akan memberikan kepuasan kepada individu tersebut. Hal ini penting
untuk diperhatikan karena tingkat ketercapaian kepuasan seseorang akan
mempengaruhi perkembangan sosial emosinya.
d. Dengan kreativitas memmungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Gagasan-gagasan baru sebagai sebuah pemikiran kreatif akan sangat diperlukan untuk
menghadapi masa depan yang penuh tantangan.

Berdasarkan alasan diatas maka tujuan pengembangan kreativitas anak di TK adalah


sebagai berikut:
1. Mengenalkan cara mengekspresikan diri melalui hasil karya dengan menggunakan
teknik-teknik yang dikuasainya.
2. Mengenalkan cara dalam menemukan alternative pemecahan masalah
3. Membuat anak memilki sikap keterbukaan terhadap berbagai pengalaman dengan
tingkat kelenturan dan toleransi yang tinggi terhadap ketidakpastian.
4. Membuat anak memiliki kepuasan diri terhadap apa yang dilakukannya dan sikap
menghargai hasil karya orang lain
5. Membuat anak kreatif.
3. Jenis kreativitas bermain anak usia dini
a. Bermain Kreatif
Menurut Hurlock (1978: 320), bermain (play) adalah kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain
dilakukan secara suka rela tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.
Menurut Piaget dalam Mayesty yang dikutip Juliani Nurani mengatakan bahwa bermain
adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan
bagi diri seseorang (Sujiono, 2009: 144).
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan denganatau tanpa mempergunakan alat yang
menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi pada anak (Sudono, 2000: 1).Bermain adalah kegiatan yang
menimbulkan kesenangan pada anak serta membantu anak mencapai perkembangannya
dan sebagai cara yang alami dalam memahami diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
Dalam bermain anak bebas mengekspresikan perasaan, ide ide maupun imajinasinya yang
kadang tidak selalu selaras dengan kenyataan sebenarnya.
Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi
atau unsur-unsur yang ada (Munandar, 1992: 47). Berpikir kreatif adalah proses mental
yang dilakukan individu yang melahirkan gagasan, proses, metode atau produk baru yang
efektif yang bersifat imajinatif yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan
suatu masalah (Rachmawati & Kurniati, 2012: 13).Kemampuan kreatif dikenal dari tiga
sub kemampuannya: kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas. Kelancaran berarti ide banyak
yang seakan mengalir. Keluwesan berarti kemampuan untuk melihat suatu masalah dari
berbagai arah. Orisinalitas berarti bahwa ide-idenya memiliki perbedaan dengan ide
kebanyakan orang (Tabrani, 2014: 11).
Bermain Kreatif merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka memberikan
kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi, berkreasi, mengekspresikan perasaannya
baik dengan alat maupun tanpa alat sehingga menimbulkan kesenangan pada anak yang
memungkinkan anak menciptakan berbagai kreasi dari imajinasinya sendiri. Tujuan utama
bermain adalah memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal pada anak melalui
bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Dengan
berkreasi orang dapat mengembangkan dan menggunakan semua bakat dan
kemampuannya. Bermain kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi juga memberikan kepuasan
kepada individu. Hal ini tampak ketika kita melihat anak-anak sedang asyik bermain
balok-balok mereka tidak mau diganggu dan tidak bosan-bosan membuat kombinasi baru
dari balok atau mainannya.
Dalam bermain kreatif anak menggunakan imajinasinya, pikirannya dan pertimbangannya
untuk mencipta sesuatu atau membuat kombinasi-kombinasi baru permainannya atau
mendaur ulang bahan yang tidak terpakai lagi. Atau anak menggambar, melukis sebagai
ungkapan perasaannya. Apa yang dicipta anak mungkin kurang jelas orang dewasa, hanya
anak itu sendiri yang mampu menjelaskan. Bermain kreatif merujuk pada pendapat Lopes
(Sujiono, 2009: 147) menyatakan bahwa bermain kreatif dapat diklasifikasikan dalam:
a) Kreasi terhadap objek (Object Creation) berupa permainan dimana anak melakukan
kreasi tertentu terhadap suatu objek seperti menggabungkan potongan-potongan benda
sehingga menjadi suatu bentuk.
b) Cerita bersambung (Continuing Story) berupa kegiatan dimana pendidik memulai awal
sebuah cerita dan setiap anak menambahkan cerita selanjutnya.
c) Permainan drama kreatif (Creative Dramatic Play) permainan dimana anak dapat
mengekspresikan diri melalui peniruan terhadap tingkah laku seseorang, hewan
maupun tanaman.
d) Gerakan kreatif (Creative Movement) berupa kegaiatan yang lebih menggunakan otot-
otot besar, seperti: Melakukan gerakan tertentu kemudian anak lain menirukan,
membangun dengan pasir, lumpur tanah liat.

b. BermainAktif
Kegiatan bermain aktif adalah kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada
anak melalui aktifitas yang mereka lakukan sendiri (Hurlock, 1978: 328). Kegiatan bermain
aktif dapat diartikan sebagai kegiatan yang melibatkan banyak aktifitas tubuh atau gerakan-
gerakan tubuh yang menuntut anak untuk aktif dan berperan serta. Secara umum bermain
aktif banyak dilakukan pada masa kanak-kanak awal (Tedjasaputra, 2001: 53). Pada
umumnya anak senang bermain, dalam melakukan permainan setiap anak mempunyai cara
yang unik dan berbeda-beda. Jenis permainan dan alat permainan yang dipilih atau disukai
pun berbeda beda. Menurut Harlock (1978: 327), dalam bermain banyak sekali variasi
kegiatan yang dilakukan oleh anak, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a) Kesehatan, anak yang sehat akan lebih banyak melakukan kegiatan bermain aktif.
Berbeda dengan anak yang kurang sehat, anak juga kurang terdorong untuk banyak
melakukan permainan.
b) Bermain aktif memerlukan teman bermain, jika anak merasa diterima oleh teman-
temannya maka ia akan lebih menyukai bermain aktif sehingga banyak kegembiraan
yang diperoleh.
c) Lingkungan atau tempat dibesarkan, lingkungan atau daerah pedesaan atau perkotaan
mempengaruhi jenis kegiatan bermain anak. Lahan yang luas lebih memungkinkan anak
melakukan kegiatan bermain lebih aktif. Sedangkan dikota lahan yang terbatas
menjadikan kegiatan bermain yang berbeda dengan di desa karena lahan yang terbatas
tapi banyak fasilitas lain yang bisa dinikmati.
d) Tingkat kecerdasan anak, kecerdasan anak berpengaruh terhadap variasi kegiatan
bermain anak, karena minat mereka tidak sama dengan anak yang mempunyai kecerdasan
rata-rata. Anak yang cerdas juga kreatif dalam memainkan permainan karena rasa ingin
tahunya.
e) Jenis kelamin, anak perempuan umumnya tidak begitu melakukan kegiatan bersifat aktif
dibandingkan anak laki-laki. Hal ini bukan karena anak perempuan kurang sehat atau
kurang kuat. Secara umum masyarakat dalam hal ini orang tua kurang mendukung anak
perempuan melakukan permainan yang menantang sehingga mempengaruhi minat
bermain anak.
f) Alat permainan, alat permainan akan menentukan jenis bermainnya sehingga perlu
disediakan berbagai variasi alat permainan sehingga memungkinkan anak bermain
dengan berbagai cara, hal ini akan berdampak positif pada aspek perkembangannya. Alat
permainan berfungsi sebagai dorongan atau tantangan bagi anak. Dalam kegiatan
bermain anak bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan menciptakan sesuatu. Untuk
mencapai manfaat positif dari bermain maka dibutuhkan alat permainan yang tepat untuk
anak, alat permainan yang sesuai dan mendukung perkembangan semua dimensi anak.
Karena itu dalam pemilihan alat permainan sebaiknya harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut (Tedjasaputra, 2001: 97).
1). Alat permainan tidak berbahaya bagi anak
2). Bukan pilihan orang tua tetapi berdasarkan minat anak terhadap mainan tersebut.
3). Alat permainan sebaiknya beraneka macam, sehingga anak dapat bereksplorasi
dengan berbagai macam alat permainannya.
4). Tingkat kesulitan sebaiknya disesuaikan pada rentang usia anak, alat permainan tidak
terlalu sulit dan juga tidak terlalu mudah bagi anak.
5). Peralatan permainan yang tidak terlalu rapuh.

Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari aktivitas yang dilakukan, baik dalam bentuk
kesenangan berlari atau mencipta sesuatu.
Berikut beberapakegiatan bermain aktif yaitu:
a) Bermain bebas dan spontan, merupakan bentuk bermain aktif yang dilakukan dimana
saja, dengan cara apa saja berdasarkan keinginannya. Tidak ada aturan yang harus
dipatuhi, selama anak suka maka akan ia lakukan.
b) Bermain drama atau bermain pura-pura adalah bermain aktif dimana anak bermain
dengan menggunakan daya khayal anak yaitu dengan memakai bahasa atau berpura-pura
bertingkah laku seperti benda tertentu, situasi tertentu, atau orang tertentu dan binatang
tertentu yang dalam dunia nyata tidak dilakukan.
c) Bermain konstruktif yaitu kegiatan yang menggunakan berbagai benda untuk
menciptakan suatu hasil karya. Contoh: menggambar, mencipta bentuk dari plastisin,
menggunting, menyusun balok dan lainlain.
d) Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu. Anak akan menggumpulkan segala sesuatu
yang menarik perhatianya tanpa mempersoalkan kegunaannya. Kegiatan ini memberikan
kesenangan pada anak, apabila telah terkumpul kadang dilupakan oleh anak.
e) Game dan olah raga, permainan ini ditandai dengan aturan serta persyaratan yang
disetujui bersama. Game dan olah raga bukan saja permainan yang menyenangkan bagi
anak tetapi mempunyai nilai penting sebagai penunjang sosialisasi. Dari kegiatan ini anak
belajar bagaimana bergaul, bekerjasama, serta menilai diri dan kemampuan teman
lainnya (Harlock, 1978: 329).
B. Peranan Keluarga dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini
Lingkungan keluarga yang baik, sekurang-kurangnya mempunyai tiga ciri, yaitu:
Pertama, keluarga memberikan suasana emosional yang baik bagi anak-anaknya, seperti
perasaan senang, aman, disayangi, dan dilindungi. Kedua, mengetahui dasar-dasar
kependidikan, terutama berkenaan dengan kewajiban dan tanggung jawab orang tua terhadap
pendidikan anak serta tujuan dari isi pendidikan yang diberikan kepadanya. Ketiga,
bekerjasama dengan pusat pendidikan tempat orang tua mengamanatkan pendidikan anaknya.
Dalam hal ini, orang tua dapat melakukan hal-hal berikut:
1) Menunjang dan mendorong kegiatan yang diminati anak.
2) Menikmati keberadaannya bersama anak.
3) Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan anak.
4) Mendorong kemandirian anak dalam bekerja.
5) Memberikan pujian yang sungguh-sungguh terhadap karya anak.
6) Memberi kesempatan kepada anak untuk berpikir, merenung berkhayal.
7) Merangsang daya pikir anak dengan cara mengajak berdiskusi tentang hal yang mampu
dipikirkan anak.
8) Memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat menentukan atau mengambil keputusan.
9) Membantu anak yang menemukan kesulitan dengan memberikan penjelasan yang dapat
diterima akal anak.
10) Memberikan fasilitas yang cukup bagi anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi.
11) Memberikan contoh dalam membuat karya kreatif.

Adapun di antara sikap orang tua yang tidak mendukung pengembangan kreativitas anak
adalah:
1) Banyak menanyakan kepada anak: ”Kenapa begini...? Kenapa begitu...?”
2) Selalu memberikan penekanan mengenai sikap: tidak boleh begini, tidak boleh begitu.
3) Menganggap anak sebagai manusia kecil yang tidak tahu apa-apa.
4) Memberikan pengawasan yang ekstra ketat (over protective).
5) Selalu mencela karya anak.
6) Melarang anak berisik.
7) Melarang anak bermain kotor-kotoran.
8) Selalu memberikan fasilitas yang sudah jadi (konsumtif).
9) Anak diberi kesibukan yang berlebihan, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk
merenggangkan otot-ototya dari kelelahan.

Anda mungkin juga menyukai