570-
632 M)
Penyusun:
22290214688
2022
2
KATA PENGANTAR
Penulis
3
ABSTRAK
There are those who hold or think that Islam is a religion in the Western
sense, which has nothing to do with state affairs. According to this school, the
Prophet Muhammad was just an ordinary apostle like the previous apostles.
Whereas in reality it is not like that, the Prophet in the course of his life was the
leader of a country even though in the previous period only as a religious leader.
In his journey, the Prophet had established an Islamic state in Medina and the
Prophet became the head of his government who had the authority to solve all
problems that arose based on the constitution. Therefore, in Medina the Prophet
Muhammad had a position not only as the messenger of religion, but also as
head of state. In other words, the Prophet contained two powers, spiritual power
and power.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. 2
ABSTRAK .................................................................................................. 3
DAFTAR ISI................................................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 5
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
C. Tujuan Makalah ............................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup Rasulullah ................................................................ 7
B. Kepemimpinan Rasulullah ............................................................... 9
C. Integrasi Kekuasaan Agama dan Politik......................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 20
B. Saran ............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada yang berpendirian atau berfikiran bahwa Islam adalah agama dalam
pengertian Barat, yang tidak ada hubungannya dengan urusan kenegaraan.
Menurut aliran ini Nabi Muhammad SAW hanyalah seorang rasul biasa seperti
rasul‐rasul sebelumnya, dengan tugas tunggal mengajak manusia kembali
kepada kehidupan yang mulia, dan Nabi tidak pernah dimaksudkan untuk
mendirikan dan mengepalai satu negara. Pendapat ini boleh jadi lahir karena
nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad itu tidak ada satupun yang memiliki
kekuasaan politik.
Padahal dalam kenyataannya tidak seperti itu, Rasulullah dalam perjalanan
hidupnya adalah pemimpin sebuah negara meskipun pada periode sebelumnya
hanya sebagai pemimpin agama. Islam sebagai agama yang dibawa Rasulullah
dapat menjadi prinsip‐prinsip moral atau etika dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara dan dalam pelaksanaannya umat Islam bebas memilih sistem
manapun yang terbaik, walau Islam tidak menunjukkan preferensinya pada
sistem politik tertentu.
Di dalam Al-Quran pun terdapat isyarat-isyarat tentang politik atau
kepemimpinan itu sendiri, misalnya anjuran melakukan musyawarah (Ali Imran:
159), taat kepada pemimpin (An-Nisa: 59), larangan bersekongkol dengan
musuh (Al-Maidah: 51), dan lain-lain. Berangkat dari keterangan di atas, penulis
6
tertarik untuk membahas integrasi antara agama dan politik yang dicontohkan
Rasulullah, dampak politik terhadap dakwah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatlah rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana riwayat hidup Rasulullah?
2. Bagaimana kepemimpinan Rasulullah baik di kota Makkah dan di
Madinah?
3. Bagaimana integrasi kekuasaan politik dan agama?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka didapatlah tujuan sebagai
berikut:
BAB II
PEMBAHASAN
1 Tradisi yang berjalan di kalangan bangsa Arab kala itu adalah mereka mencari wanita-wanita yang
bisa menyusui anaknya. Tujuannya adalah menjauhkan anak-anak mereka dari penyakit yang biasa menjalar di
daerah maju, agar tubuh bayi menjadi kuat, otot ototnya kekar,dan agar keluarga yang menyusui bisa melatih
bahasa Arab.
2 Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, alih bahasa Agus Suwandi, Cet. (Jakarta Timur:
B. Kepemimpinan Rasulullah
1. Di Kota Makkah
3 Syamruddin, Sejarah Peradaban Islam, (Riau: Badan Penelitian dan Pengembangan Fakultas
Ushuluddin UIN Suska Riau, 2007), hlm. 14.
10
4 Abdul Somad, Sejarah Hidup Nabi Muhammad Saw, (Yogyakarta:Mutiara Media, 2019), hlm. 36.
11
jika jumlah kaum muslimin sedikit atau lemah posisinya sehingga diduga keras mereka akan dibunuh oleh para
musuhnya tanpa kesalahan apapun, maka harus didahulukan kemaslahatan menjaga atau menyelamatkan jiwa.
6 Muhammad Sa‟id Ramadhan al-Buthy, Sirah Nabawiyah, alih bahasa Aunur Rafiq Shaleh Tamhid,
7 Dengan seruan tauhid, tentu berhala dan patung sudah tidak laku lagi.
13
8 Dengan adanya larangan untuk membuat perjanjian kerjasama dengan pihak musuh, artinya
Rasulullah menutup semua celah yang merugikan negara yang dipimpinnya.
14
Rasulullah yang tidak mudah menyerah (tahan uji), penyampaian dakwahnya yang menggunakan hikmah dan
kebijaksanaan, perjuangannya menegakkan kebenaran dan menepis kebatilan tanpa pamrih harta, kekuasaan,
dan kemegahan dunia. Selengkapnya dapat dilihat dalam Mubasyaroh, “Pola Kepemimpinan Rasulullah SAW:
Cerminan Sistem Politik Islam”, Politea Jurnal Pemikiran Politik Islam, Vol. I No. 2 2018.
16
bernaung dibawah Raja Najasyi yang adil. Tak hanya itu, kaum kafir
terus mencari cara untuk menghambat dakwahnya bahkan sampai
memboikot umat Islam dan bani Hasyim (keluarga Rasulullah) dari kota
Makkah.
Efeknya, mereka menderita kelaparan, kesengsaraan tiada
bandingnya. Begitu sulitnya keadaan hingga ada diantara mereka yang
memakan dedaunan kering yang jatuh dari pohon. Pemboikotan yang
keji itu berlangsung selama lebih kurang tiga tahun lamanya.
Berbanding terbalik dengan keadaan umat Islam saat di Madinah.
Bahkan kedatangan Rasulullah dan pengikutnya disambut dengan
sukacita. Umat Islam jauh dari kata penindasan, ejekan, boikot dan
lainnya.
Dalam melakukan aktivitas dakwahnya, dengan adanya kekuasaan
politik, Nabi Muhammad Saw. lebih mudah dalam menggunakan berbagai
media untuk penyebaran pesan-pesan agama Islam, tidak saja terbatas
pada dakwah quliyah bil lisan, dan dakwah fi’liyah bil uswah, lebih jauh
Rasulullah dengan media penggunaan dakwah bi ar-rasail atau dakwah
melalui surat digunakan untuk mengajar para pembesar masuk agama
Islam.
Untuk menyampaikan misi-misi dakwah, Nabi Muhammad Saw.
menggunakan strategi yang sangat tepat. Nabi mengutus beberapa sahabat
yang ahli di bidang strategi politik dan berdiskusi untuk menyampaikan misi
18
dakwah tersebut. Di antara sahabat Nabi Saw. yang diutus menjadi misi
dakwah Islamiyah tersebut, antara lain11 :
a. Amr bin Umayyah Adh-Dhamiri. Mula-mula ia diutus membawa suratnya
kepada An-Najasi Raja Ethopia. Kemudian kepada Musailamah Al-
Kadzzab dengan membawa surat pula. Setelah itu ia diutus pula kepada
Farwah bin Amr Al-Juzami, Gubernur Romawi di Amman, untuk
mengajak masuk Islam.
b. Dahyah bin Khalifah Al-Khalabi, diutus membawakan surat kepada
Heraclius, Kaisar Romawi.
c. Abdullah bin Hudzaifah, diutus membawakan surat kepada Kisra, Raja
Persia.
d. Suja‟ bin Wahhab Al-Asadi, diutus membawakan surat kepada Al-Harits
bin Syamar di Syiria.
e. Salith bin „Amr Al-Amiri, diutus membawakan surat kepada Hudzah bin
Ali dan kepada Tsamamah bin Astal di Yamamah.
f. Hatib bin Abi Balta‟ah diutus membawakan surat kepada Muqauqis,
gubernur Romawi di Mesir.
g. Al-I‟la bin Al-Hadhrami, diutus membawakan surat kepada Al-Mundzir
bin Sawi , Raja Bahrain.
h. Al-Muhajir bin Umayah Al-Makhzumi, diutus kepada Al-Harits bin Kilal di
Yaman, untuk mengajaknya masuk Islam.
11 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2018), hlm. 81-84.
19
Dengan misi atau utusan yang diterjunkan oleh Nabi Muhammad Saw
untuk menyampaikan dakwah Islam kepada para pembesar negara-negara
tetangga, maka Islam telah diperkenalkan oleh Nabi Muhammad kepada
negara-negara tetangga sekitar Arab. Pendekatan melalui strategi politik ini
sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan dakwah Islam pada masa
yang akan datang.
20
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan :
1. Nabi Muhammad sebagai seorang Al-Amiin telah mendapat
kepercayaan penuh dari pemimpin Quraisy untuk menyelesaikan
persoalan dan perselisihan yang terjadi di antara mereka. Modal
kepercayaan iilah yang kelak menjadi kunci sukses Nabi Muhammad
dalam mengemban misi kerasulannya.
2. Nabi telah membentuk negara Islam di Madinah dan Rasulullah
menjadi kepala pemerintahannya yang mempunyai otoritas untuk
menyelesaikan segala masalah yang timbul berdasarkan konstitusi.
Oleh karena itu di Madinah Nabi Muhammad mempunyai kedudukan
bukan saja sebagai Rasul agama, tetapi juga sebagai kepala negara.
Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan,
kekuasaan spiritual dan kekuasaan
3. Dalam melakukan aktivitas dakwahnya, dengan adanya kekuasaan
politik, Nabi Muhammad Saw. lebih mudah dalam menggunakan
berbagai media untuk penyebaran pesan-pesan agama Islam, tidak
saja terbatas pada dakwah quliyah bil lisan, dan dakwah fi’liyah bil
uswah, lebih jauh Rasulullah dengan media penggunaan dakwah bi
ar-rasail atau dakwah melalui surat digunakan untuk mengajar para
pembesar masuk agama Islam.
21
B. Saran
1. Pembaca dapat menelusuri hadits tentang politik dan kepemimpinan
2. Pembaca dapat menelaah lebih dalam mengenai integrasi agama dan
politik melalui referensi lain, atau dengan diskusi.
22
DAFTAR PUSTAKA