Anda di halaman 1dari 5

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT (YPSB) PADANG

UNIVERSITAS SUMATERA BARAT (UNISBAR)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Izin Kemdikbud : 160/E/O/2021
TERAKREDITASI B
Rektorat (Kampus I) :JL. Wolter Monginsidi, By Pass kota Pariaman
Kampus II : Jl. Raya Padang-Bukittinggi KM. 36. Lb. Alung Padang Pariaman
Kampus III : Jl. Raya Padang-Bukittinggi KM. 32 Lb. Alung Padang Pariaman
CP : (082384166333) (081266406660) (081251339896)
Email. unisbar.ac@gmail.com

SOAL UJIAN UTS ASKEB PRANIKAH DAN ASKEB PRAKONSEPSI PRODI S1


KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SUMATERA BARAT

1. Seperti yang sama - sama kita ketahui bahwasanya skrining di negara kita masih
sangat lemah, Baik skrining Pra nikah atau pun skrining Pra Konsepsi, yang mana jika
skreening di negara kita terlaksana dengan baik tentunya bisa membantu kita sebagai
tenaga kesehatan .
a. Mohon Ibu Analis Faktor- faktor apa sajakah yang mempengaruhi skrining
tersebut ( khususnya di lingkungan ibu) dan seperti apa fenomena yang terjadi
saat ini terkait dari skrining tersebut.
Tujuan pendidikan pranikah yaitu memberikan bekal kepada calon pengantin
putri untuk menghadapi kehidupan pernikahan dan mempersiapkan kehamilan.
Berdasarkan jurnal “PENDIDIKAN PRANIKAH TERHADAP KESIAPAN
MENGHADAPI KEHAMILAN PERTAMA PADA CALON PENGANTIN
PUTRI”, pelaksanaan program skrining pranikah masih mengalami hambatan
diantaranya terdapat beberapa faktor seperti : sifat peraturan yang tidak
mengikat, kurangnya sosialisasi, kurangnya kesadaran calon pengantin untuk
mengikuti pendidikan pranikah dan belum adanya integrasi dengan Puskesmas
setempat terkait materi reproduksi sehat. Padahal pasangan calon pengantin
yang dinyatakan lulus mengikuti kursus catin akan mendapatkan sertifikat
sebagai persyaratan untuk pendaftaran nikah sebagaimana bunyi pada pasal 6
Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama
Nomor DJ.II/372 tahun 2011.
b. Upaya apa yang seharusnya di lakukan baik oleh Pemerintah, Tenaga kesehatan,
Klien atau seluruh unsur terkait untuk kemajuan dari skrining ini.
1. Program kursus calon pengantin atau pendidikan pranikah perlu
dilaksanakan secara rutin pada pasangan usia subur sebagai bekal
menghadapi pernikahan. Dalam pasal 2 PP No. 21/1994 ayat 2 disebutkan:
Pembinaan dan pelayanan keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan melalui komunikasi, informasi, dan edukasi termasuk penyediaan
sarana dan prasarana serta upaya lainnya.
Padahal dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 477 tahun 2004
tentang Pencatatan Nikah, Kursus Catin termuat dalam Bab IX pasal 18 ayat
3, yang berbunyi dalam waktu 10 (sepuluh) hari sebelum penghulu atau
pembantu penghulu meluluskan akad nikah, calon suami isteri diharuskan
mengikuti kursus calon pengantin dari Badan Penasehatan Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) setempat (Kementerian Agama, 2010).
2. Peraturan yang mengatur tentang tes kesehatan sebelum melangsungkan
pernikahan (premarital check up) (Umam, 2021) yaitu diatur dalam
Instruksi Bersama Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan
Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur Jendral Pemberantasan
penyakit menular dan Penyehatan lingkungan pemukiman Departemen
Kesehatan No: 02 tahun 1989 Tentang Imunisasi Toksoid (TT) Calon
Pengantin (Shalikhah, 2014). Peraturan tersebut menjadi dasar atau
landasan sebagai salah satu syarat administrasi pernikahan yang ditetapkan
KUA terhadap pasangan yang akan menikah
3. Kemudian didukung dengan Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota
Jakarta yaitu Pergub Nomor 185 tahun 2017 tentang konseling dan
pemeriksaan kesehatan bagi calon pasangan pengantin.
4. Pemerintah selaku penentu arah kebijakan telah menetapkan pelaksanaan
imunisasi Tetanus Toxoid (TT) bagi calon pengantin yang telah diatur
dalam ketetapan Kementerian Agama: No. 2 Tahun 1989
No.162-I/PD.0304.EI tanggal 6 Maret 1989 tentang imunisasi Tetanus
Toxoid (TT) calon pengantin bahwa setiap calon pengantin sudah di
imunisasi Tetanus Toxoid (TT) sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum
pasangan tersebut mendaftarkan diri untuk menikah di Kantor Urusan
Agamam (KUA) dengan dibuktikan berdasarankan surat keterangan
imunisasi/kartu imunisasi calon pengantin (catin) dan merupakan prasyarat
administrative (Efendy, 2018).

2. Angka Infertilitas terus meningkat di tiap tahunnya, dan menjadi permasalahan yang
cukup harus di perhatikan.
Infertilitas primer jika seorang wanita yang telah berkeluarga belum pernah
mengalami kehamilan meskipun hubungan seksual dilakukan secara teratur tanpa
perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu paling kurang 12 bulan. (Purba IH.
2011).
Sedangkan tidak terdapat kehamilan dalam waktu 1 tahun atau lebih pada seorang
wanita yang telah berkeluarga dengan berusaha berhubungan seksual secara teratur
tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya pernah hamil, dikenal dengan
sebutan infertilitas sekunder. (Saragih CF, 2014).
Penyebab Infertilitas sekunder antara lain (Prairohardjo S, 2011) didalam jurnal
INFERTILITY
Andini Saraswati
Faculty of Medicine, Universitas Lampung
1. Faktor usia
Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. Selama wanita
tersebut masih dalam masa reproduksi yang berarti mengalami haid yang teratur,
kemungkinan mengalami kehamilan sangat besar. Akan tetapi seiring dengan
bertambahnya usia maka kemampuan indung telur untuk menghasilkan sel telur
akan mengalami penurunan. Bertambahnya usia pada pria juga menyebabkan
penurunan kesuburan. Meskipun pria terus menerus memproduksi sperma
sepanjang hidupnya, akan tetapi morfologi sperma mereka mulai menurun.
2. Masalah reproduksi
Masalah pada sistem reproduksi menyebabkan masalah yang mengarah pada
infertilitas sekunder, seperti pada perempuan yang melahirkan dengan operasi
caesar yang dapat menyebabkan jaringan parut yang mengarah pada penyumbatan
tuba.
3. Faktor gaya hidup
Wanita dengan berat badan yang berlebihan sering mengalami gangguan ovulasi,
karena kelebihan berat badan dapat mempengaruhi estrogen dalam tubuh dan
mengurangi kemampuan untuk hamil. Pria yang gemar mengenakan celana ketat
juga dapat mengalami ganguan pada motilitas sperma. Obesitas memiliki
pengaruh yang merugikan pada semua sistem, termasuk kesehatan
reproduksi.Wanita dengan berat badan berlebih dan obesitas memiliki insiden
yang lebih tinggi dalam mengalami gangguan menstruasi dan anovulasi.

Infertilitas bukan semata-mata disebabkan oleh faktor yang berasal dari wanita,
faktor-faktor pada diri pria juga dapat berperan.
3. Mohon di jelaskan hubungan timbal balik antara Psikologi ibu hamil dengan
hubungan seksualitas.
Berdasarkan Jurnal “Korelasi Perubahan Psikologis Ibu Hamil dengan Tingkat
Kepuasan Seksual Suami” Ibu hamil merasakan ketidaknyamanan fisik karena merasa
canggung, merasa dirinya tidak menarik lagi. sehingga dukungan dari pasangan
sangat dia butuhkan. Peningkatan hasrat seksual yang pada trimester kedua menjadi
menurun karena abdomen semakin membesar menjadi halangan dalam berhubungan
(Ramadani dan sudarmiati, 2013)
Penurunaan hubungan seksual dimasa kehamilan dapat menimbulkan konflik dalam
keluarga, penurunan frekuensi disebabkan ooleh perubahan fisik dan psikologis dapat
menyebabkan masalah serius dalam rumah tangga. Hal ini disebabkan persepsi daya
akan daya tariknya, penampakan tubuh dan kekhawatiran pasangan pria untuk
melukai fetus yang merupakan faktor yang menyebabkan turunya respon seksual serta
terjadi perubahan tingkat kepuasan pada suami. Untuk itu tenaga kesehatan harus
memastikan bahwa pasangan mengetahui kemungkinan berkurangnya keinginan
seksual sehingga pasangan tidak menginterpretasikan ketidak inginan istrinya dalam
berhubungan seksual sebagai penolakan (BKKBN, 2006)

Nama : Siska Ayusa asri


NIM :-
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai