Manajemen risiko merupakan disiplin ilmu yang luas. Seluruh bidang pekerjaan di dunia ini
pasti menerapkannya sebagai sesuatu yang sangat penting. Sebut misalnya: perminyakan,
perbankan, penerbangan, IT, ekspedisi luar angkasa, dan lain-lain. Makin besar risiko suatu
pekerjaan, maka makin besar perhatiannya pada aspek manajemen risiko ini. Rumah sakit pun
sebagai sebuah institusi dimana aktifitasnya penuh dengan berbagai risiko keselamatan, juga
sudah selayaknya menerapkan hal ini.
Referensi utama manajemen risiko adalah standar Australia dan New Zealand AS/NZS
4360:2004 yang kemudian diadopsi oleh lembaga ISO dengan standar ISO 31000:2009. ISO
pun menerbitkan standar pendukungnya, yaitu ISO Guide 73:2009 dan ISO/IEC 31010:2009.
Dan sudah barang tentu, seluruh aktifitas manajemen risiko di dunia ini merujuk pada standar-
standar tersebut.
Risiko adalah:
Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan
(AS/NZS 4360:2004).
Efek dari ketidakpastian tujuan (ISO 31000:2009).
Corporate risk: kejadian yang akan memberikan dampak negatif terhadap tujuan
organisasi
Non-clinical (physical) risk: bahaya potensial akibat lingkungan
Clinical risk: bahaya potensial akibat pelayanan klinis
Financial risk: risiko finansial yang secara negatif akan berdampak pada kemampuan
organisasi dalam mencapai tujuan.
Manajemen risiko merupakan salah satu komponen penting dari clinical governance
Manajemen risiko merupakan proses mengenal, mengevaluasi, mengendalikan, meminimalkan
risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh (NHS)
Prinsip manajemen risiko
Manajemen risiko meliputi ancaman dan peluang (maksimalisasi peluang, minimalisasi
kehilangan, dan meningkatkan keputusan dan hasil)
Manajemen risiko memerlukan pemikiran yang logis dan sistematis untuk meningkatkan
kinerja yang efektif dan efisien
Manajemen risiko memerlukan pemikiran kedepan
Manajemen risiko mensaratkan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan
Manajemen risiko mensaratkan komunikasi
Manajemen risiko memerlukan pemikiran yang seimbang antara biaya untuk mengatasi
risiko (dan meningkatkan peluang perbaikan) dengan manfaat yang diperoleh
Manfaat manajemen risiko
Pengendalian thd timbulnya adverse event
Meningkatkan perilaku untuk mencari peluang perbaikan sebelum suatu masalah terjadi
Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektivitas
Efisiensi
Mempererat hubungan stakeholders
Meningkatkan tersedianya informasi yang akurat untuk pengambilan keputusan
Memperbaiki citra
Proteksi terhadap tuntutan
Akuntabilitas, jaminan, dan governance
Meningkatkan personal health and well being
Lingkup manajemen risiko (general)
Perencanaan strategik, operasional dan bisnis
Perencanaan sumber daya dan pengelolaan asset
Kelanjutan bisnis
Perubahan organisasi, tehnologi, dan politis
Liabilitas (pertanggungjawaban) disain dan produk
Liabilitas (pertanggungjawaban) pemangku jabatan (direktur, officers, dsb)
Kebijakan publik
Isu lingkungan
Etik, penipuan, keamanan, dan probity (kejujuran)
Alokasi sumberdaya
Risiko publik dan pertanggung jawaban umum
Studi kelayakan
Kepatuhan terhadap aturan/standar
Kesehatan dan keselamatan
Sistem operasi dan pemeliharaan
Manajemen projek
Pembelian dan manajemen kontrak
Secara garis besar, proses manajemen risiko dapat dijelaskan seperti ilustrasi berikut ini:
Untuk selanjutnya, tulisan ini hanya akan menjelaskan proses identifikasi risiko, analisa risiko,
evaluasi risiko, dan penanganan risiko. Menetapkan konteks (establishing the context) tidak
dijelaskan karena konteksnya sudah jelas, yaitu rumah sakit dengan segala aktifitas yang
melingkupinya. Komunikasi dan konsultasi juga tidak dijelaskan karena sudah merupakan
aktifitas umum di organisasi manapun. Sedangkan pengawasan (monitor) dan tinjauan (review)
akan dibahas di bagian akhir, karena dinilai cukup penting.
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah proses menemukan, mengenal, dan mendeskripsikan risiko (ISO
31000:2009).
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengelola risiko adalah mengidentifikasinya. Jika kita
tidak dapat mengidentifikasi/mengenal/mengetahui, tentu saja kita tidak dapat berbuat apapun
terhadapnya. Identifikasi risiko ini terbagi menjadi dua, yaitu identifikasi risiko proaktif dan
identifikasi risiko reaktif.
Identifikasi risiko proaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan dengan cara
proaktif mencari risiko yang berpotensi menghalangi rumah sakit mencapai tujuannya.
Disebut mencari karena risikonya belum muncul dan bermanifestasi secara nyata. Metode
yang dapat dilakukan diantaranya: audit, inspeksi, brainstorming, pendapat ahli, belajar
dari pengalaman rumah sakit lain, FMEA, analisa SWOT, survey, dan lain-lain.
Identifikasi risiko reaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan setelah risiko
muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden/gangguan. Metoda yang dipakai
biasanya adalah melalui pelaporan insiden.
Tentu saja, lebih baik kita memaksimalkan identifikasi risiko proaktif, karena belum muncul
kerugian bagi organisasi.
Bagi rumah sakit, cara paling mudah dan terstruktur untuk melakukan identifikasi adalah lewat
setiap unit. Setiap unit diminta untuk mengidentifikasi risikonya masing-masing. Setelah
terkumpul, seluruh data identifikasi itu dikumpulkan menjadi satu dan menjadi identifikasi risiko
rumah sakit. Contoh risiko-risiko yang dapat diidentifikasi di rumah sakit dapat dilihat Tabel 1.
Tabel 1
2. Analisa Risiko
Analisa risiko adalah proses untuk memahami sifat risiko dan menentukan peringkat risiko (ISO
31000:2009).
Setelah diidentifikasi, risiko dianalisa. Analisa risiko dilakukan dengan cara menilai seberapa
sering peluang risiko itu muncul; serta berat-ringannya dampak yang ditimbulkan (ingat, definisi
risiko adalah: Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian
tujuan). Analisa peluang dan dampak ini paling mudah jika dilakukan dengan cara kuantitatif.
Caranya adalah dengan memberi skor satu sampai lima masing-masing pada peluang dan
dampak. Makin besar angka, peluang makin sering atau dampak makin berat. Contoh deskripsi
skor peluang dapat dilihat pada tabel 2.
deskriptor 1 2 3 4 5
rare unlikely possible likely Almost
certain
Frekuensi Tidak dapat Tidak Kadang- Kuat Ini
percaya diharapkan kadang dapat kemungkinan diperkirakan
kejadian ini terjadi, tetapi terjadi, telah bahwa hal ini sering terjadi/
akan terjadi- ada potensi – terjadi dapat terjadi- dalam banyak
hanya dalam tidak sebelumnya- mungkin keadaan-
keadaan luar mungkin kemungkinan terjadi lebih
biasa terjadi yang wajar mungkin
untuk terjadi terjadi
daripada tidak
(5-10 tahun) (tahunan)
(2-5 tahun) (triwulanan)
(bulanan)
Tabel 3. KONSEKUENSI
Domains 1 2 3 4 5
Tidak bermakna kecil Sedang Besar Bencana
Dampak pada Luka minimal Luka atau sakit Luka sedang Luka besar yang Insiden yang
keselamatan tidak minimal, memerlukan membawa akibat mengakibatkan
pasien, staf, memerlukan memerlukan penanganan ketidakmampuan kematian.
atau publik pengobatan/ penanganan professional jangka panjang/ Luka permanen
(kerugian fisik minimal minimal Memerlukan cacat di banya tempat
/ psikologis) Memerlukan istirahat selama 4- Memerlukan atau yang
istirahat 3 hari 14 hari istirahat > 14 mengakibatkan
Peningkatan Peningkatan lama hari efek kesehatan
lama perawatan rawat 4-15 hari Peningkatan yang tidak dapat
1-3 hari Suatu kejadian lama rawat dipulihkan.
yang berakibat sampai > 15 hari Suatu kejadian
pada sejumlah Kesalahan yang berdampak
kecil pasien penanganan pada sejumlah
pasien dengan besar pasien.
efek jangka
panjang
Mutu / Bagian Keseluruhan Penatalaksanaan/ Ketidaksesuaian Tingkat
keluhan/ audit kelengkapan penatalaksanaan/ pengobatan atau dengan standar ketidakterimaan
penatalaksanaan/ pengobatan atau pelayanan telah nasional dengan secara
pengobatan pelayanan menurun secara risiko yang keseluruhan dari
kurang optimal kurang optimal bermakna bermakna bagi mutu
Keluhan Keluhan formal keefektifannya pasien jika tidak penatalaksanaan/
/pertanyaan (tingkat 1) Keluhan formal ditanggulangi pengobatan/
tidak resmi Penyelesaian (tingkat 2) Keluhan berlipat pelayanan.
Rekomendasi local Penyelesaian ganda/tinjauan Kegagalan
minor Kegagalan local (dengan independen umum dari
Ketidaksesuaian tunggal untuk potensi menuju Peringkat kinerja keselamatan
kecil terhadap memenuhi tinjauan rendah pasien jika
standar standar internal independen) Laporan kritis. temuan tidak
Implikasi ringan Kegagalan Tindakan ditindaklanjuti
bagi berulang untuk mendesak. Pemeriksaan/
keselamatan memenuhi Berbagai penyelidikan
pasien jika tidak standar internal rekomendasi ombudsman.
ditanggulangi Implikasi besar yang bermakna. Kegagalan
Penurunan bagi keselamatan Ketidaksesuaian umum untuk
peringkat kinerja pasien jika besar terhadap memenuhi
jika tidak temuan tidak standar. standar nasional.
ditanggulangi ditindaklanjuti Penuntutan.
Rekomendasi Rekomendasi Laporan kritikal
diberikan yang bermakna yang berat.
Ketidaksesuaian Ketidaksesuaian
dengan standar dengan standar
utama
Sumber daya Tingkat Tingkat Terlambatnya Ketidakpastian Tidak terjadi
manusia/ kepegawaian kepegawaian penyediaan penyediaan penyediaan
pengembangan jangka pendek rendah jangka sasaran utama/ sasaran sasaran utama/
organisasi/ yang pendek yang pelayanan karena utama/pelayanan pelayanan
kepegawaian/ menurunkan menurunkan kurangnya sraf. karena karena
kompetensi mutu pelayanan mutu pelayanan Tingtkat kurangnya staf. kurangnya staf.
sementara (< 1 kepegawaian atau Tingkat Tingkat
hari) kompetensi yang kepegawaian kepegawaian
tidak aman (> 1 atau kompetensi atau kompetensi
hari). yang tidak aman yang tidak aman
Moral staf yang (>5 hari) secara terus
rendah. Kehilangan staf menerus.
Tingkat kehadiran utama. Kehilangan
staf yang rendah Moral staf yang banyak staf
untuk pelatihan sangat rendah. utama.
yang Tidak ada staf Tidak ada staf
disyaratkan/utama yang hadir untuk yang hadir untuk
pelatihan yang pelatihan yang
disyaratkan/ disyaratkan/
utama utama secara
terus menerus.
Kewajiban Tidak ada/ Pelanggaran Pelanggaran Pelaksanaan Pelanggaran
Undang- minimal dampak undang-undang. tunggal tindakan. berlipat ganda
Undang/ atau pelanggaran Penurunan kewajiban Pelanggaran kewajiban
Pemeriksaan dari pedoman/ peringkat kinerja undang-undang. berlipat ganda undang-undang.
kewajiban jika tidak Menantang kewajiban Penuntutan.
undang-undang ditanggulangi rekomendasi undang-undang. Diperlukan
eksternal/ Peringatan perubahan
peringatan perbaikan. system secara
perbaikan Tingkat kinerja keseluruhan.
rendah. Tingkat kinerja
Laporan kritis. nol.
Laporan kritis
yang berat.
Pemberitaan Rumor. Peliputan media Peliputan media Peliputan media Peliputan media
yang Potensi lokal- local- nasional dengan nasional dengan
merugikan/ perhatian publik penurunan penurunan jangka < 3 hari. > 3 hari.
reputasi sementara dari panjang dari Pelayanan jauh Pelayanan jauh
kepercayaan kepercayaan di bawah di bawah
publik. publik harapan publik harapan publik
yang wajar. yang wajar.
Kehilangan total
dari kepercayaan
publik.
Sasaran Peningkatan < 5 persen 5-10 persen 10-25 persen Insiden
bisnis/proyek biaya yang tidak melampaui melampaui melampaui menyebabkan
berarti/ anggaran anggaran proyek. anggaran >25 persen
melesetnya proyek. Melesetnya proyek. melampaui
jadwal Melesetnya jadwal. Melesetnya anggaran
jadwal. jadwal. proyek.
Sasaran utama Melesetnya
tidak tercapai. jadwal.
Sasaran utama
tidak tercapai.
Keuangan Kehilangan Kehilangan 0.1- Kehilangan 0.25- Ketidakpastian Tidak terjadi
termasuk kecil. 0.25 persen 0.5 persen penyediaan penyediaan
klaim Risiko klaim anggaran. anggaran. sasaran utama/ sasaran utama/
kecil. Klaim kurang Klaim antara Rp. kehilangan 0.5-1 kehilangan > 1
dari Rp. 100 juta 100 juta- 1 milyar persen anggaran. persen anggaran.
Klaim antara 1-2 Kegagalan untuk
milyar. memenuhi
Pembeli gagal spesifikasi/
membayar tepat meleset.
waktu. Kehilangan
kontrak /
pembayaran
sesuai hasil.
Klaim > 2
milyar
Terhentinya Kehilangan / Kehilangan/ Kehilangan/ Kehilangan/ Kehilangan tetap
usaha/ penghentian > 1 penghentian > 8 penghentian > 1 penghentian > 1 dari pelayanan
pelayanan/ jam. jam. hari. minggu. atau fasilitas.
dampak Tidak ada atau Dampak Dampak sedang Dampak besar Dampak
lingkungan dampak minimal minimal bagi bagi lingkungan. bagi lingkungan malapetaka bagi
bagi lingkungan. lingkungan. lingkungan
Pelanggaran Pelanggaran Kerusakan pada
Kerusakan Kerusakan Kerusakan
kerahasiaan kerahasiaan reputasi reputasi tim. reputasi reputasi
yang kecil. individual. Beberapa pelayanan / korporat/
melibatkan Hanya satu Kemungkinan perhatian media peliputan media peliputan media
Data orang terkena perhatian media,
local yang local utama nasional.
Identifikasi dampak. misal mungkin tidak tingkat rendah. Pelanggaran
Personal (PID) keterlibatan tersebar secara Kerusakan serius dengan
termasuk selebriti. umum. reputasi potensi
kehilangan Potensi Potensi organisasi/ kehilangan PID
data pelanggaran pelanggaran peliputan media atau lebih dari
serius. serius dan risiko local. 1000 orang
Kurang dari 5dinilai tinggi, Pelanggaran terkena dampak.
orang terkenamisal kehilangan kerahasian serius
dampak atau catatan klinis misal sampai
risiko dinilai
yang tidak 100 orang
rendah, misalterenkripsi, terkena dampak.
file dienkripsi.
sampai 20 orang
terkena dampak.
Pengalaman Ketidakpuasan. Ketidakpuasan. Kesalahan Kesalahan serius Ketidakpuasan
pasien Pengalaman Pengalaman pengelolaan dalam menyeluruh atas
pasien. pasien, pelayanan pasien/ pengelolaan pelayanan
Tidak berhubungan pelanggaran pelayanan pasien/ prosedur
berhubungan langsung dengan prosedur kerja. pasien/ kerja.
langsung dengan pelayanan pelanggaran
pelayanan pasien, mudah prosedur kerja.
pasien. diatasi.
Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi kita dapatkan, kedua angka itu kemudian
dikalikan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan peringkat. Mengapa perlu peringkat? Tentu
saja, risiko perlu diberi peringkat, untuk mendapatkan prioritas penanganannya. Makin tinggi
angkanya, makin tinggi peringkatnya dan prioritasnya. Pemberian peringkat risiko dapat dilihat
Tabel 4.
3. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa risiko dengan kriteria risiko
untuk menentukan apakah risiko dan/atau besarnya dapat diterima atau ditoleransi (ISO
31000:2009). Sedangkan kriteria risiko adalah kerangka acuan untuk mendasari pentingnya
risiko dievaluasi (ISO 31000:2009). Contoh kriteria risiko dapat dilihat pada Tabel 5. Dengan
evaluasi risiko ini, setiap risiko dikelola oleh orang yang bertanggung jawab sesuai dengan
peringkatnya. Dengan demikian, tidak ada risiko yang terlewati, dan terjadi pendelegasian tugas
yang jelas sesuai dengan berat – ringannya risiko.
4. Penanganan Risiko
Penanganan risiko adalah proses untuk memodifikasi risiko (ISO 31000:2009). Bentuk-bentuk
penanganan risiko diantaranya:
Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan aktivitas
yang menimbulkan risiko;
Mengambil atau meningkatkan risiko untuk mendapat peluang (lebih baik, lebih
menguntungkan);
Mengubah konsekuensi;
Berbagi risiko dengan pihak lain (termasuk kontrak dan pembiayaan risiko);
Pengawasan dan tinjauan memang merupakan kegiatan yang umum dilakukan oleh organisasi
manapun. Namun, untuk manajemen risiko ini perlu dibahas, karena ada alat bantu yang sangat
berguna. Alat bantu itu adalah Risk Register (daftar risiko). Risk Register adalah:
Pusat dari proses manajemen resiko organisasi (NHS).
Alat manajemen yang memungkinkan suatu organisasi memahami profil resiko secara
menyeluruh. Ini merupakan sebuah tempat penyimpanan untuk semua informasi resiko
(Risk Register Working Group 2002).
Catatan segala jenis resiko yang mengancam keberhasilan organisasi dalam mencapai
tujuannya (Risk Register Working Group 2002).
Ini adalah ‘dokumen hidup’ yang dinamis, yang dikumpulkan melalui proses penilaian
dan evaluasi resiko organisasi (Risk Register Working Group 2002).
Untuk mengurangi beban administrasi, risiko rendah (peringkat 1 – 3) tidak perlu dimasukkan ke
dalam daftar.
Tanggal dikeluarkan
asi Tindakan n risiko Penanggung
Tanggal tinjauan
pengendalia C L R C L R Jawab
n risiko risiko
yang ada
1 1.kebijakan
Pasien 1.kebijakan dan SPO Kabid
jatuh dan SPO pencegahan Keperawata
pencegahan pasien jatuh n
pasien jatuh 2.penyediaa
2.penyediaa n sarana
n sarana pencegahan
pencegahan pasien jatuh
pasien jatuh yang
yang mencukupi
mencukupi di tempat
di tempat kerja
kerja 3.training /
3.training / sosialisasi
sosialisasi pencegahan
pencegahan pasien jatuh
keperawatan
Maret 2012
pasien jatuh kepada
kepada seluruh staf
seluruh staf 4 4 1 4. 4 3 12
4. 6 pelaksanaan
pelaksanaa program
n program 5.safety
5.safety briefing
briefing tiap
tiap pergantian
pergantian shift
shift 6.kampanye
6.kampany pencegahan
e pasien jatuh
pencegahan 7.monitorin
pasien jatuh g harian.
7.monitorin 8.evaluasi
g harian. bulanan
8.evaluasi
bulanan
2
Tertusuk 1. 1. kebijakan Kabid
jarum kebijakan dan SPO Keperawata
dan SPO pengelolaan n
pengelolaan alat medis
alat medis dan sampah
dan sampah tajam
tajam sesuai EBP
2.penyediaa 2.
n tempat 4 5 2 Penyediaan 4 4 16
sampah 0 tempat
tajam sampah
tajam yang
mencukupi
dan
memenuhi
syarat di
tempat alat
tajam
digunakan
3.larangan
total
terhadap
upaya
menutup
kembali
jarum
suntik
bekas
pakai.
4.hanya
diperbolehk
an
membuka
jarum
Maret 2012
suntik
(termasuk
insulin pen)
menggunaa
n alat bantu
(klem/needl
Salah 1. prosedur 1. prosedur
identifikasi identifikasi identifikasi
pasien positif positif Kabid
2.penyediaa Keperawata
n n
4 5 2 perlengkapa 4 4 1
0 n 6
identifikasi
yang cukup
memenuhi
syarat
keperawatan
Maret 2012
3.Training /
sosialisasi
identifikasi
pasien
kepada
seluruh staf
4.Pelaksana
an program
5.Monitorin
g harian
yang ketat
6.Evaluasi
bulanan
4 dst
Risk Register ini bersifat sangat dinamis. Setiap bulan bisa saja berubah. Perubahan itu dapat
berupa:
Jumlahnya berubah karena ada risiko baru teridentifikasi.
Tindakan pengendalian risikonya berubah karena terbukti tindakan pengendalian risiko
yang ada tidak cukup efektif.
Ada risiko yang dihilangkan dari daftar risiko korporat, karena peringkatnya sudah lebih
rendah dari 15 (dipindahkan ke risk register divisi).
BAB II
MANAJEMEN RISIKO KLINIS
Audit klinis yang dilaksanakan secara teratur dengan tindak lanjut yang nyata.
pengelolaan dokumen rekam medik, pencatatan medik yang akurat dan terjamin
ketelursuran Komunikasi dalam tim medis, tim keperawatan terpelihara dengan baik
Serah terima dilakukan secara adekuat
Adanya komunikasi yang terdokumentasi antara staff dan pasien/keluarga mengenadi
keputusan terapi/tindakan klinis
Dokumentasi spesifik keadaan-keadaan medis tertentu, misalnya alergi, dsb, pada rekam
medik, yang secara legal ditandatangani
a. Identifikasi Risiko:
i. Keluhan pasien
ii. Klaim
iii. Inciden Report : Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tak Diharapkan
iv. Audit Medik
v. Hazard Vulnerability Analysis Tool / Alat Analisa Risiko Bencana Di
Rumah Sakit
vi. Alat Asesmen Risiko PPI / PCI Risk Assessment Tool
A. Kekeliruan Konsep
Kekeliruan konsep penyakit
Kekeliruan konsep pengobatan
B. Kekeliruan diagnostic
Misdiagnosis
Diagnosis lama
Gagal melakukan prosedur diagnosis
Menggunakan prosedur yang using
Gagal melakukan pemantauan dan follow up hasil pemeriksaan penunjang
C. Kekeliruan terapi
error melakukan tindakan medik/operasi
error dalam memberikan terapi
error dalam menetapkan dosis
error dalam menetapkan cara pemberian obat
terlambat memberikan terapi padahal indikasi berdasarkan hasil diagnostic
sudah jelas
melakukan tindakan medis tidak adekuat dan tanpa indikasi
teknik yang keliru
D. Kekeliruan pencegahan
Gagal melakukan terapi pencegahan sesuai yang diperlukan
Tidak adekuat melakukan pemantauan hasil terapi
E. Lainnya
Gagal komunikasi dengan pasien
Gagal komunikasi dengan tenaga kesehatan lain
Error pada peralatan
Kegagalan system lain
Standar akreditasi RS 2012 SKP.2 / JCI IPSG.2 mensyaratkan agar rumah sakit menyusun cara
komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat dipahami penerima. Hal
itu untuk mengurangi kesalahan dan menghasilkan perbaikan keselamatan pasien. Bentuk
komunikasi yang rawan kesalahan diantaranya adalah instruksi untuk penatalaksanaan pasien
yang diberikan secara lisan atau melalui telepon. Bentuk lainnya berupa pelaporan hasil tes
abnormal, misalnya petugas laboratorium menelepon ke ruang perawatan untuk melaporkan hasil
tes pasien.
Rumah sakit perlu menyusun kebijakan dan atau prosedur untuk mengatur pemberian perintah /
pesan secara lisan dan lewat telepon. Kebijakan dan atau prosedur itu harus memuat:
Perintah lengkap, lisan dan lewat telepon, atau hasil tes dicatat si penerima.
Perintah lengkap, lisan dan lewat telepon, atau hasil tes dibaca-ulang si penerima.
Perintah dan hasil tes dikonfirmasikan oleh individu si pemberi perintah atau hasil tes.
Pelaksanaan yang konsisten dari verifikasi tepat-tidaknya komunikasi lisan dan lewat
telepon.
Alternatif yang diperbolehkan bila proses membaca-ulang tidak selalu dimungkinkan,
misalnya di ruang operasi dan dalam situasi darurat di bagian gawat darurat atau unit
perawatan intensif.
Definisi
Suatu proses peningkatan mutu yang mencoba memperbaiki pelayanan pasien dan hasilnya
melalui aktifitas tinjauan pelayanan sistimatis dibandingkan dengan kriteria yang jelas dan
penerapan perubahan. (Principles for Best Practice in Clinical Audit, NICE 2002)
Cerita – cerita pasien secara individu atau umpan balik dari kelompok tertentu
Percakapan Langsung
Contoh:
Hasil survey kepuasan pelanggan: pasien rawat inap banyak mengeluhkan bahwa dokter jarang
visit.
b. Memilih Topik
Apakah topik berkaitan dengan biaya, volume, atau risiko yang tinggi bagi staf atau
pasien?
Apakah terdapat bukti adanya masalah mutu yang serius, misalnya keluhan pasien atau
angka komplikasi yang tinggi?
Apakah terdapat standar untuk topik tersebut (misal: panduan pelayanan klinis)?
Contoh:
Dari hasil survey kepuasan pelanggan, topik yang dipilih adalah visit dokter spesialis ke pasien
rawat inap.
c. Menentukan Tujuan
Untuk Memperbaiki…
Untuk Meningkatkan…
Untuk Memastikan…
Untuk Merubah…
Contoh:
Tujuan: Untuk Meningkatkan kepuasan pelanggan melalui visit dokter yang sesuai dengan
standar.
d. Membentuk Struktur
Program audit terstruktur (struktur organisasi, uraian tugas, program kerja, dll)
Tim dengan staf auditor yang berkualifikasi baik
Metode Audit
Analisa Data
Dll.
a. Menetapkan Kriteria
Kriteria adalah pernyataan jelas yang menetapkan apa yang diukur
Mewakili bagian pelayanan yang dapat diukur secara obyektif
Hasil (Apa yang Anda harapkan): kesembuhan, kepuasan pasien, efektifitas biaya, dll.
Dapat Diukur
Contoh Kriteria:
Dokter mengases ulang pasien setidaknya setiap hari termasuk selama akhir pekan selama tahap
perawatan dan pengobatan yang akut.
Kriteria ini memenuhi syarat karena: berdasarkan bukti (standar akreditasi), penting untuk
pelayanan, dan dapat diukur.
Periode waktu
Contoh:
Untuk melakukan audit asesmen ulang pasien rawat inap, diperlukan data catatan medis seluruh
pasien yang masuk rawat inap dalam jangka waktu empat bulan terakhir.
Contoh:
Penentuan besar sampel cara JCI:
Jika jumlah pasien / kasus yang diaudit per bulan ≤ 58, maka seluruhnya dipakai.
Jika jumlah pasien / kasus yang diaudit per bulan ≥ 59, maka jumlah sampelnya adalah
58.
c. Penanganan Data
Pengolahan Data
Analisa Data
Contoh:
Dari hasil analisa data, didapatkan informasi bahwa 30% pasien tidak dilakukan asesmen ulang
setiap hari.
Budaya
b. Menerapkan Perbaikan
Pendekatan sistimatis
Keterangan lebih lanjut tentang audit medik dijelaskan pada Panduan Audit Medik RSPG.
A5. HAZARD VULNERABILITY ANALYSIS TOOL / Alat Analisa Risiko Bencana Di
Rumah Sakit
Standar MFK.6 Akreditasi RS 2012 / JCI FMS.6 mensyaratkan rumah sakit untuk menentukan
jenis, kemungkinan terjadi, konsekuensi bahaya, ancaman, dan kejadian bencana. Agar syarat
tersebut dapat dipenuhi dengan mudah, ada alat manajemen risiko yang dapat membantu kita,
yaitu yang disebut Hazard Vulnerability Analysis (HVA) Tool. , yang dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.
INCIDENT EFFECT PREPAREDNESS
PROPERT
HUMAN Y FACILITY WARNING DURATION PLANNING TRAINING
PROBABIL EQUIPMEN
INCIDENT ITY IMPACT IMPACT IMPACT TIME T RISK
Complete
Amount of Emergency
Possibility of interruption / Incident
Likelihood property Time incident Management Staff trained Relative
death or shutdown of anticipation
this will occur severly may continue / Operations and equipped Threat
injury facility or time
damaged Plan
services
4 = Highly
Likely 4 = staff not
4 = Multiple 4 = No EMP 7.00 - 7.4 =
(probable 4 = >50% 4 = >30 days 4 = <6 hours 4 = >1 week trained on
deaths or EOP Very High
within this EOP
year)
3 = Likely 3 = Injuries 3 = 3 = some
(probable result in 3 = 6-12 EMP/EOP staff trained, 5.27 - 7.00 =
3 = 25-50% 3 = >2 weeks 3 = <1 week
within 3 permanent hours partially no High
years) disability complete equipment
1 = 1 =
1 - Unlikely
1 = Injuries EMP/EOP Anticipated
(probable 1 = 24 hours 1 = 24+ 1.85 - 3.56 =
treatable with 1 = <10% 1 = <6 hours exercised staff trained
within 10 or less hours Low
first aid and/or and properly
years)
evaluated equipped
Bomb
3 1 1 1 4 2 1 1 3,30
Threat
Workplace 3 3 1 2 4 2 2 2 4,45
Violence
Tornado 0,00
Severe
Thunderst 0,00
orm
Winter
Storm
(Ice,
Snow, 0,00
Low
temperatu
res)
Flood 0,00
Fire 0,00
Power
0,00
Outage
Info
Systems 0,00
Failure
HVAC
0,00
Failure
Water
Service 0,00
Failure
Phone
Service 0,00
Failure
Medical
Gas 0,00
Failure
Medical
Vacuum 0,00
Failure
Disease
0,00
Outbreak
Mass
Casualty 0,00
Incident
Hazmat
0,00
Exposure
Supply
0,00
Shortage
VIP
0,00
Situation
Infant 0,00
Abduction
Average
Score 3,00 2,00 1,00 1,50 4,00 2,00 1,50 1,50 0,39
Standar akreditasi RS 2012 PPI.6 EP.4 / JCI PCI.6 EP.4 mensyaratkan agar rumah sakit
mengases risiko-risiko terjadinya penyebaran infeksi di rumah sakit setidaknya setahun sekali,
dan asesmen tersebut didokumentasikan.Untuk memudahkan pelaksanaan dan pemenuhan
persyaratan itu, kita harus memiliki alat asesmen risiko untuk PPI, seperti contoh terlampir.
La ck of Airborne
P re ca utions
La ck of Drople t
P re ca utions
La ck of Conta ct
P re ca utions
Fa ilure to us e /la ck
of ne ga tive
pre s s ure room
Po lic y and
Pro c e dure
La ck of curre nt
policie s or
proce dure s
Fa ilure to follow
e s ta blis he d policy
or proce dure
Expos ure to
S ARS /Othe r
Re s pira tory illne s s
He althc are -
As s o c iate d
Infe c tio ns
S urgica l Site
Infe ctions
Ve ntila tor-
As s ocia te d
P ne umonia in ICU
Ce ntra l Line -
As s ocia te d
Bloods tre a m
Infe ctions in ICU
Ca the te r-
As s ocia te d
Urina ry Tra ct
Infe ctions - All
a re a s
He a lthca re -
As s ocia te d MRSA
Ba cte re mia s - a ll
a re a s
He a lthca re Fa cility-
As s ocia te d
Clos tridium
difficile -a ll a re a s
Outbre a ks
S e ntine l Eve nt
Penjelasan lanjutan program PPI dapat dilihat pada Pedoman Pelayanan Pencegahan dan
Penanggulangan Infeksi (PPI) RSPG.
C.ANALISIS RISIKO
Analisis risiko merupakan upaya untuk menentukan estimasi risiko secara kuantitatif atau
kualitatif berdasarkan tehnik-tehnik evaluasi maupun matematis.
Analisis risiko merupakan proses untuk mengenali bahaya (hazard) yang mungkin terjadi dan
bagaimana potensi kegawatan dari bahaya tersebut
Analisa akar masalah (Root Cause Analysis / RCA) adalah sebuah alat kerja yang sangat berguna
untuk mencari akar masalah dari suatu insiden yang telah terjadi. Sedangkan untuk menganalisa
masalah yang belum terjadi, kita menggunakan alat yang disebut FMEA.
Menemukan akar masalah merupakan kata kunci. Sebab, tanpa mengetahui akar masalahnya,
suatu insiden tidak dapat ditanggulangi dengan tepat, yang berakibat pada berulangnya kejadian
insiden tersebut dikemudian hari. Berikut ini adalah tahap-tahap yang perlu dilakukan untuk
memulai suatu aktifitas RCA.
1. Klasifikasi Insiden
Tidak seluruh insiden atau masalah yang terjadi dilakukan prosedur lengkap RCA. Masalah
harus dilakukan klasifikasi dan prioritas. Tujuannya agar terjadi efisiensi dalam pekerjaan. Hal
ini karena prosedur lengkap RCA memerlukan sumber daya yang khusus, jumlahnya terbatas di
organisasi, dan memakan waktu yang tidak sebentar. Sehingga, organisasi perlu menetapkan
suatu metode klasifikasi dan prioritas masalah. Hanya masalah yang masuk kriteria saja yang
dilanjutkan ke prosedur RCA. Sementara masalah lain yang tidak masuk kriteria, tetap
dilakukan analisa menggunakan prinsip-prinsip RCA tetapi tidak seluruh urutan prosedur
lengkap RCA dilakukan. Yang dimaksud prosedur lengkap RCA adalah seluruh tahapan
prosedur dilakukan.
Salah satu alat yang dapat dipakai untuk melakukan klasifikasi dan prioritas masalah adalah
membuat peringkat masalah berdasarkan Konsekuensi (Consequence) dan Likelihood.
Consequence adalah seberapa berat dampak dari masalah itu. Sedangkan Likelihood adalah
seberapa sering masalah itu terjadi. Consequence dan Likelihood diperingkat menggunakan
angka dari 1 sampai 5. Makin tinggi angka berarti makin berat atau makin sering. Setelah angka
nilai Consequence (C) dan Likelihood (L) didapat, kedua angka tersebut dilakukan perkalian.
Angka hasil perkalian itulah yang menentukan peringkatnya. Makin tinggi angkanya, makin
tinggi peringkatnya. Kita dapat menggolongkan peringkat menjadi empat golongan, yaitu
ekstrim (15 – 25), besar (8 – 12), sedang (4 – 6), kecil (1 – 3).
Penjelasan tentang Consequence dan Likelihood dapat dilihat disini. Organisasi dapat membuat
kebijakan bahwa hanya masalah yang mempunyai peringkat ekstrim (15 – 25) saja yang
dilakukan prosedur RCA.
Contoh:
Perawat tertusuk jarum. Konsekuensi dari insiden ini adalah 4, karena dampak dari tertusuk
jarum adalah berat (dapat tertular penyakit HIV, Hepatitis B, C, dll). Likelihood dari insiden ini
adalah 5, karena insiden ini terjadi setiap bulan. Sehingga, peringkat risikonya adalah: 4 X 5 =
20 (ekstrim). Peringkat insiden ini memenuhi kriteria untuk dilakukan prosedur RCA.
Catatan:
untuk kejadian yang berdampak berat (konsekuensinya 4 atau 5, tetapi sangat jarang terjadi,
peringkat resikonya disamakan dengan ekstrim dan dilakukan prosedur RCA.
Membentuk tim RCA merupakan langkah berikutnya yang penting. Tanpa tim yang
representatif, hasil aktifitas RCA tidak akan valid. Rekomendasi yang dihasilkannya pun tidak
tepat. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus untuk menentukan siapa saja yang dipilih untuk
menjadi anggota tim.
Sebagai pedoman, anggota tim haruslah orang-orang yang kompeten dalam bidang yang akan
dibahas. Kemudian, mereka juga harus dalam posisi netral, bukan orang yang ada sangkut-
pautnya langsung dengan masalah yang akan dibahas. Jika diperlukan, dapat ditunjuk seorang
ahli dari luar organisasi untuk menambah bobot dari tim ini. Jumlah anggota tim jangan terlalu
banyak. Ukuran yang normal adalah antara 5 sampai 8 orang.
Contoh:
Pada kasus tertusuk jarum di atas, anggota tim RCA adalah: manajer keperawatan, manajer
mutu, koordinator pengendalian infeksi, manajer penunjang medis, koordinator K3.
Tim kemudian bekerja mengumpulkan data. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
seobyektif mungkin atas peristiwa yang telah terjadi. Ingat, yang dikumpulkan hanya data,
bukan asumsi, kesan, atau tafsiran. Sumber data dapat diperoleh dari:
catatan medis
wawancara orang yang terlibat
dll.
standard mutu
dll.
Data-data di atas diperlukan untuk melihat kesenjangan (gap) yang terjadi antara fakta yang
terjadi dengan yang seharusnya dilakukan.
Setelah seluruh data terkumpul, insiden yang terjadi direkonstruksi dengan menggunakan data-
data yang tersedia. Seluruh data disusun menurut urutan kejadiannya. Ada beberapa alat yang
dapat dipakai untuk memetakan urutan kejadian ini, misalnya:
Narrative Chronology
Time Person Grid
Timelines
Tabular Timelines
Informasi perihal kapan masing-masing alat tersebut dipakai, kelebihan, kekurangan, dan
contohnya dapat dilihat disini (halaman 5).
Pada kasus tertusuk jarum seperti di atas, kita cukup menggunakan narrative chronology, karena
insiden tersebut merupakan peristiwa tunggal dan prosesnya tidak kompleks.
Contoh:
5. Identifikasi dan Memprioritaskan Masalah
Setelah seluruh data dipetakan, mulailah kita masuk ke tahap awal analisa masalah, yaitu dengan
mengidentifikasinya. Identifikasi masalah ini sangat penting, dan hanya dapat dilakukan oleh
orang yang memahami proses yang standard (yang seharusnya terjadi). Caranya adalah dengan
meneliti seluruh urutan informasi untuk mencari tahu apakah kejadian-kejadian tersebut terjadi
sudah sesuai dengan seharusnya atau tidak.
Untuk memastikan hal ini, diperlukan berbagai dokumen seperti: Kebijakan dan prosedur
internal organisasi, peraturan atau perundang-undangan, standard mutu, referensi ilmiah terkini,
dan lain-lain. Jika ditemukan ketidaksesuaian dengan kebijakan, prosedur, standard, referensi
ilmiah terkini, itulah yang disebut sebagai masalah. Setelah masalah teridentifikasi, barulah kita
lakukan prioritas masalah. Masalah-masalah kecil yang tidak penting dan tidak berpengaruh
besar pada terjadinya insiden kita singkirkan, dan kita focus pada masalah-masalah utama.
Pada kasus sederhana seperti tertusuk jarum di atas, masalah tertusuk jarum dapat dipakai
sebagai masalah itu sendiri. Tetapi jika masalahnya kompleks dan melibatkan banyak pihak /
departemen, masalahnya harus diidentifikasi satu demi satu.
6. Analisa Untuk Mencari Faktor yang Berperan
Masalah-masalah yang telah diidentifikasi kemudian dianalisa untuk mencari faktor yang
berkontribusi. Ada dua alat terkenal yang biasanya dipakai untuk analisa ini, yaitu 5 Why dan
diagram tulang ikan.
5 Why dilakukan dengan cara bertanya “Why” sampai 5 kali terhadap suatu masalah sampai
tidak ada jawaban lagi yang dapat dikemukakan. Namun, 5 Why mempunyai kelemahan
mendasar, yaitu bentuk pertanyaannya sangat terbuka dan tidak terarah. Sehingga, hasilnya
sangat tergantung pada latar belakang penanya dan yang ditanya. Boleh jadi, untuk satu masalah
yang sama tapi dilakukan oleh dua orang yang berbeda, akan didapatkan hasil yang berbeda.
Karena 5 Why mempunyai kelemahan mendasar, maka yang dianjurkan adalah menganalisa
masalah menggunakan diagram tulang ikan. Diagram tulang ikan dirancang untuk mencari
faktor yang berperan dengan terarah. Untuk memudahkan mencari faktor yang berperan pada
diagram tulang ikan, dapat digunakan pertanyaan triase faktor yang berperan.
Hasil dari analisa ini adalah didapatkannya faktor yang berperan terhadap insiden tersebut.
Untuk setiap faktor yang berperan, dilakukan prosedur pertanyaan “5 Why” sampai tidak ada
jawaban lagi yang dapat dikemukakan. Jawaban terakhir itulah yang biasanya merupakan akar
masalah.
Barrier yang ada tidak dirancang untuk melindungi staf (faktor penghalang).
Sebagai bagian akhir dari analisa ini, kita mencoba membuat pernyataan sebab akibat, untuk
menguji apakah akar masalah yang kita dapatkan berhubungan sebab akibat dengan insiden yang
terjadi. Juga untuk menguji, apakah jika akar masalah tersebut di atasi, insiden dapat dihindari.
Penghalang yang ada tidak dirancang untuk melindungi staf yang menyebabkan
terjadinya insiden staf perawat tertusuk jarum.
Menyusun rekomendasi merupakan hal yang paling penting dari aktifitas RCA ini. Karena tanpa
rekomendasi, masalah tidak dapat diselesaikan dan terus membebani organisasi. Ibarat berobat
ke dokter, pasien tidak cukup diberi tahu tentang diagnosanya, tapi jauh lebih penting adalah
diberi pengobatan yang tepat.
Ada satu alat yang sangat berguna untuk menyusun penyelesaian masalah ini. Alat itu disebut
analisa penghalang (barrier analysis).
Namun, sebelum masuk ke dalam analisa penghalang, kita perlu memahami dahulu pengertian
penghalang dihubungkan dengan kemampuannya mencegah terjadinya insiden. Ilustrasi tentang
penghalang dihubungkan dengan kemampuannya mencegah terjadinya insiden adalah sebagai
berikut:
Dari ilustrasi di atas, jelas terlihat bahwa tebal lapisan penghalang tidaklah sama. Yang paling
kuat adalah adanya alat, sedangkan yang paling lemah adalah kebijakan / prosedur.
Contoh:
Aktifitas berenang: Memakai pelampung (alat) jauh lebih efektif dalam mencegah insiden
tenggelam dibandingkan berenang dengan prosedur yang benar (kebijakan / prosedur).
Ilustrasi di atas memberikan penjelasan kepada kita, bahwa jika kita ingin mencari solusi atas
suatu masalah, utamakan solusinya adalah berupa alat / disain. Jika alat tidak ada, barulah cari
solusi lain.
Berdasarkan analisa penghalang di atas, kita dapat membuat rekomendasi penyelesaian masalah.
Rekomendasi penyelesaian masalah yang baik harus juga mencantumkan ukuran keberhasilan,
penanggung jawab, dan batas waktu penyelesaian. Tujuan dari itu adalah agar rekomendasi yang
kita berikan dapat diukur keberhasilan pelaksanaannya, jelas siapa penanggung jawabnya, serta
ada batas waktu yang jelas kapan rekomendasi itu harus terlaksana.
Laporan RCA berisi rincian seluruh kegiatan pelaksanaan RCA mulai dari awal sampai
rekomendasi yang diberikan. Laporan ini kemudian disampaikan kepada pemimpin organisasi
untuk disetujui. Proses persetujuan ini sangat penting. Karena tanpa persetujuan pemimpin,
rekomendasi tak dapat dieksekusi dan dilaksanakan.
Selengkapnya penjelasan RCA lebih lanjut dapat dilihat pada Panduan RCA (Peningkatan Mutu
dan Keselamatan Pasien)
C3.FAILURE MODES AND EFFECTS ANALYSIS (FMEA)
FMEA adalah salah satu alat bantu yang populer untuk melakukan suatu asesmen risiko
proaktif. Dikatakan proaktif karena yang dilakukan adalah analisa proses atas potensi-potensi
risiko YANG BELUM TERJADI. Sedangkan untuk risiko yang sudah terjadi, ada alat lain yang
dipakai yaitu Root Cause Analysis (RCA).
Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci, dan mengenali model-model adanya
kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur, melakukan penilaian terhadap tiap model
kesalahan/kegagalan, dengan mencari penyebab terjadinya, mengenali akibat dari
kegagalan/kesalahan, dan mencari solusi dengan melakukan perubahan disain/prosedur .
Langkah-langkah
1. Bentuk tim FMEA: orang-orang yang terlibat dalam suatu proses
2. Tetapkan tujuan, keterbatasan, dan jadual tim
3. Tetapkan peran dari tiap anggota tim
4. Gambarkan alur proses yang ada sekarang
5. Kenalilah Failure modes pada proses tersebut
6. Kenalilah penyebab terjadinya failure untuk tiap model kesalahan/kegagalan
Kenalilah apa akibat dari adanya failure untuk tiap model kesalahan/kegagalan
3. AS/NZS 4360:2004
16. A Guide for RCA Team Patient Safety Centre Queensland Health 2009
19. Appendix I: Measure Sampling, Specification Manual for the Joint Commission
International Library of Measures Version 2.0, effective for January 2013 discharges (1st
Quarter 2013)