MENINGIOMA ORBITA
Oleh:
Pembimbing:
dr. Bagus Sidharto, Sp.M
PENDAHULUAN
dari tumor saraf optik dengan insiden sekitar 2% atau 3-10% dari semua tumor intra
orbita.1 Dengan adanya teknik pencitraan yang modern, insiden dari meningioma
orbita primer dapat bertambah.1 Lesi primer berasal dari orbita itu sendiri,
sedangkan lesi sekunder berasal dari struktur sekitarnya, serta dari lesi metastasis.2
Wanita cenderung lebih banyak pada semua tipe meningioma.2 Sebagian besar
meningioma orbita berasal dari ekstensi intracranial atau sebanyak 90%, dan 10%
berasal dari orbita.2 Ekstensi tumor dapat terjadi ke sphenoid wing, sinus
cavernosus, clinoid dan tuberculum sella. Tumor dapat juga berasal dari optic
sheath atau sebagai ectopic rest dari sel-sel arachnoid dalam ruang retrobulbar.
pertumbuhan yang lambat dan progresif khas dengan hilangnya visual acuity yang
meningioma orbita yaitu hilangnya penglihatan yang progresif dan lambat, atropi
optik, dan optociliary shunt pembuluh darah, tetapi cenderung terjadi relatif lambat
2
lid edema, dan terbatasnya upgaze relatif jarang.6 Computed tomography (CT) atau
Meningioma orbita diterapi dengan eksisi atau tanpa intervensi operasi. Metode
terapi operasi merupakan pilihan terapi dalam manajemen meningioma orbita, akan
tetapi sangat sering diikuti dengan komplikasi, seperti hilangnya visual acuity dan
kebutaan. Rendah atau tidak ada mortalitas pada meningioma orbita dan
visual acuity.7
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tumor pada rongga orbita yang berasal dari jaringan pembungkus saraf optik yang
residif yang tinggi yang dapat menginvasi hingga intrakranial. Akibat dari sifatnya
9,11,12
ini menyebabkan prognosis pasien yang terkena penyakit ini menjadi buruk.
Lokasi tersering dari penyakit ini adalah pada primer selaput saraf orbital, yang
98% berasal dari selaput saraf intraorbital, dan 2% sisanya berasal dari daerah
intrakanalikular selaput saraf optik dan jaringan sekitar dibagian luar dari orbita.13,14
dari tumor saraf optik dengan insiden sekitar 2% atau 3% hingga 10% dari semua
1
tumor intra orbita. Dengan adanya teknik pencitraan yang modern, insiden
meningioma orbita primer dapat bertambah.1 Lesi primer berasal dari orbita itu
sendiri, sedangkan lesi sekunder berasal dari struktur sekitarnya, dan dari lesi
4
metastasis.2 Wanita cenderung lebih banyak pada semua tipe meningioma.
Kebanyakan meningioma orbita berasal dari ekstensi intracranial atau 90%, dan
bertugas mengkode gen supresor tumor yang dikenal sebagai merlin (atau
meningioma berbeda namun dekat dari gen yang bertanggung jawab untuk NF2.
Mutasi genetik paling umum berikutnya yang terlihat pada meningioma setelah
delesi 22q adalah delesi 1p, 3p, 6q, 9p, 10q, 14q, dan 18q. Delesi kromosom 10
ditemukan terkait dengan derajat meningioma yang lebih tinggi, yaitu delesi
Supresor Tumor pada gen Kanker Paru-1 (TSLC-1), delesi reseptor progesteron,
kromosom yang paling konsisten diisolasi adalah pada lengan panjang kromosom
22.15,16,17
5
2.4 Faktor Risiko Meningioma Orbita
Faktor risiko dari meningioma orbita berupa status endokrin, faktor genetik,
efek dari radiasi pada tata laksana tumor otak, serta efek radiasi penggunaan telepon
kejadian pada wanita dibandingkan dengan laki-laki, yakni berupa peran hormon
mengubah lama fase luteal pada siklus menstruasi dan kehamilan. Pada kasus
pasien dengan terapi radiasi seperti CT-Scan, dilaporkan muncul kasus meningioma
maligna sebesar 10% dan tumor rekuren sebesar 20%. Radiasi pada terapi tumor
meningioma setelah kejadian trauma kepala. Hal ini terjadi karena trauma kepala
meningkatnya penderita tumor ini pada wanita dibandingkan pria dengan rasio 2-
3:1. Peningkatan laju pertumbuhan ukuran meningioma pada fase luteal siklus
penting hormon seks wanita dalam etiologi meningioma. Adanya proliferasi in vitro
pada sel meningioma yang dikultur setelah terpapar dengan progesteron, dan regresi
6
merupakan bukti bahwa meningioma dipengaruhi oleh hormon seks. Penelitian
berhubungan dengan status menopause, paritas, siklus menstruasi dan usia pertama
saat menstruasi18
sedangkan reseptor estrogen dan androgen ditemukan pada sekitar 40% sitosol
granulasi sel arachnoid. Reseptor progesteron pada sitosol sel arachnoid yang
atau berdekatan dengan lengan panjang kromosom 22q. Hal ini menyebabkan
mutasi gen NF-2, sehingga terjadi inaktivasi pengkodean protein penekan tumor
merlin. Akibatnya, terjadi delesi produk gen NF2 (merlin) yang merupakan
tumor memerlukan inaktivasi NF2 bi-allelic yaitu mutasi intrinsik NF2 dan
rendah ekspresi mRNA PR dan NF2 dalam serum, sehingga terjadi peningkatan
Peningkatan kadar IL-1β selanjutnya dapat memicu inaktivasi NF2 diikuti oleh
7
aktivitas merlin yang rendah, sehingga menghasilkan percepatan dalam
berasal dari arachnoid cap cell. Daerah tersering untuk tumor ini bertepatan dengan
adanya arachnoid villi dan batasnya selalu berdekatan dengan area dari jaringan
sebagai berikut:19
a. Meningothelial meningioma
Suatu massa solid lobuler dengan membran sel yang tidak tegas yang berfungsi
yang rendah.
Berasal dari optic sheath dan terdiri atas subtype transtitional dan beberapa
khas serta menyebabkan invasi tulang dan hiperostosis (invasi tulang oleh tumor).
merangsang fungsi osteoblastic pada tulang normal oleh tumor secreting factor,
tumor produksi tulang, trauma sebelumnya, dan reaksi tulang tanpa invasi tumor.
8
2.6 Diagnosis Meningioma Orbita
A. Anamnesis
• Kebutaan ipsilateral;
• Proptosis;
meninggi.18
Pada meningioma sekunder, gejala klinis yang sering muncul yaitu lebih
dari 95% pasien tuberculum sellae meningioma (TSM) dan lebih dari 50% pasien
dengan meningioma pada medial dan sphenoid wing meningioma (SOMs) secara
gejala umum yang sering muncul pada meningioma sekunder ini antara lain edema
saraf optik, sakit kepala, anosmia, serta perubahan mental dan personal.18
9
Gambar 2.1. Proptosis pada meningioma orbita20
B. Pemeriksaan fisik
• Edema diskus optikus karena efek massa dan tekanan tinggi intrakranial;
• Gangguan pergerakan otot bola mata dan abnormalitas pada pupil dapat
solid.18,21
C. Pemeriksaan penunjang
• Patologi Anatomi
dengan membran sel yang tidak tegas, dan ini memberi suatu gambaran
orbita primer berasal dari optic sheath dan terdiri atas subtype transitional, dan
10
beberapa tumor dengan perubahan psammomatous. Meningioma sekunder
• X-ray
Optic nerve sheath meningioma dapat normal pada X-ray pada tingkat awal
dengan dua strip lucency tampak sekitar sentral saraf optik membesar, tanda
bahwa saraf optik dikelilingi oleh tumor yakni adanya kalsifikasi penting
sebagai tanda suatu meningioma, serta hiperostosis pada optic canal yang jelas
11
• MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI dapat mendeteksi lesi yang kecil. MRI menggambarkan suatu pola
peningkatan striasi yang berasal dari lesi secara longitudinal. MRI juga
Metode terapi pada meningioma orbita yakni berupa reseksi tumor yang
seluruh massa tumor secara utuh masih menjadi hal yang sangat sulit karena
reseksi tumor, selanjutnya adalah dilakukan radioterapi dan ada juga dilakukan
kemoterapi untuk mengurangi risiko pertumbuhan lebih lanjut dan penyebaran sisa
selanjutnya.23
12
2.8 Prognosis Meningioma Orbita
lambat tetapi progresif. Mayoritas rekuren diperkirakan karena sisa tumor pada
operasi yang terjadi karena ketakutan terjadi defisit fungsional yang berat dengan
turcica, bagian lateral dari sphenopid body, anulus dari Zein, fossa pterygomxillary,
hal mengenai dilakukannya eksplorasi invasi tumor daerah sphenoid ridge yang
yang mana diketahui sebagian besar masih terdapat sisa tumor.25 Angka rekuren
pada meningioma sphenoid ridge lebih besar dari lokasi tumor ditempat lain yakni
vital neurologis. Yang dianjurkan untuk reseksi luas adalah termasuk seluruh
sphenoid wing sampai fissure orbitalis superior, processus clinoidalis anterior, dan
atap orbita. Dekompresi foramen rotundum, foramen ovale, dan optic canal tidak
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Shields JA, Shields CL, Scartozzi R. Survey of 1264 patients with orbital
tumors and simulating lesions. Ophthalmol. 2004; 15-16
2. Ducie Y. Orbitozygomatic resection of meningiomas of the orbit.
Laryngoscope. 2004; 40-51
3. Dutton JJ. Optic nerve sheath meningiomas. Surv Ophthalmol; 2012. p.53
4. Saeed P et al. Optic nerve sheath meni- ngiomas. Ophthalmol. 2003; 15-20
5. Carasco JR, Penne RB. Optic nerve sheath meni- ngiomas and advanced
treatment options. Curr Opin Ophthalmology. 2004; 45-50
6. Cristante I. Surgical treatment of meningiomas of the orbit and optic canal: a
retrospective study with particular attention to the visual outcome. Acta
Neurochir (Wien). 2010; 50
7. Narayan S, Cornblath WT, Sabdler HM, Elkner V, Hayman JA. Preliminary
visual outcomes after three-dimention conformal radiation therapy for optic
nerve sheath meningiomas. Int J Radiat Oncol Biol Phys. 2003; 23-35
8. Patel, Bhupendra & Couldwell, William. Orbital Meningioma;2019. p. 220
9. Lamszus K. Meningioma pathology, genetics, and biology. J Neuropathol
Exp Neurol 2004;63(4):275– 86.
10. Eddleman CS, Liu JK. Optic nerve sheath meningioma: current diagnosis and
treatment. Neurosurg Focus 2007;23(5):E4.
11. Terzi A, Saglam EA, Barak A, Soylemezoglu F. The significance of
immunohistochemical expression of Ki -67, p53, p21, and p16 in
meningiomas tissue arrays. Pathol Res Pract 2008;204(5):305–14.
12. Reszec J, Sulkowska M, Kanczuga-Koda L, Janica J, Skawronska M,
Pepinski W, et al. Evaluation of apoptosis markers in conjunctival and eyelid
benign and malignant tumors. Ann NY Acad Sci 2003 ;1010:748–51.
13. Boulos PT, Dumont a S, Mandell JW, Jane J a. Meningiomas of the orbit:
contemporary considerations. Neurosurg Focus 2001;10(5):E5.
14. Dutton JJ. Optic nerve sheath meningiomas. Surv Ophthalmol
1992;37(3):167–83.
15. Wiemels J, Wrensch M, Claus E. Epidemiology and etiology of meningioma.
J Neurooncol. 2010; 99(3):301-314.
14
16. Al-Hadidy AM, Maani WS, Mahafza WS, Al-Najar MS, Al-Nadii MM.
Intracranial meningioma. J Med J 2007; Vol. 41 (1): 37-51.
17. Petrilli AM, Fernandez-Valle C (2016) Role of Merlin/NF2 inactivation in
tumor biology. Oncogene 35: 537-554.
18. Soebagjo, HD. Onkologi mata. Surabaya: Airlangga university press. 2019:
98-101.
19. Garcia GA, Choy AE, Hasso AN, Minckler DS. Malignant Orbital
Meningioma Originating from the Frontal Lobe. Ocular Oncology and
Pathology. 2017;4(3):186-190.
20. Noor NA, Anggraini N, Mutmainah, Aman RA. Transcranial supraorbital
approach for tumor removal of spheno-orbital meningioma with favorable
clinical outcomes. Ophthalmol Ina. 2016; 42(2): 113-118.
21. Japardi I. Buku teks komprehensif Meningioma. Medan: Bhuana ilmu
popular. 2015: 587.
22. Dallan I, Franceschini SS, Zanoni MT, Notaris MD, Fiacchini G, Fiorini FR,
Battaglia P, Locatelli D, Castelnuovo L. Endoscopic transorbital superior
eyelid approach for the management of selected spheno-orbital meningiomas:
preliminary experience. Operative Neurosurgery. 2018;14(3):243-251.
23. Marwahaa G, Macklis R, Singh A. Radiation therapy: orbital tumors.
Developments in Ophthalmology. 2013; 54(5): 94-101.
24. Adegbite AB, Khan MI, Paine KW, et al. The recurrence of intracranial
meningiomas after surgical treatment. J Neurosurg 1983;58:51-56.
25. Bonnal J, Thibaut A, Brotchi J, et al. Invading meningiomas of the sphenoid
ridge. J Neurosurg 1980;53:587-599.
26. Mirimanoff RO, Dosoretz DE, Linggood RM, et al. Analysis of recurrence
and progression following neurosurgical resection. J-Neurosurg
1985;62:1824.
27. Maroon JC, Kennerdell JS, Vidovich DVAbla A, Sternau L. Recurrent
spheno-orbital meningioma. J Neurosurg 1994;80:202-208.
15