Anda di halaman 1dari 2

Masalah kesehatan intai suku baduy dalam : kaki membusuk, tidak ada bidan- ‘Negara gagal

memenuhi hak dasar warga negara.’


Seorang bocah Baduy Dalam mengalami patah tulang selama dua tahun hingga tulang
tungkainya membusuk. Relawan dan dokter menyelamatkan gadis cilik itu dari kehilangan
kaki, juga nyawanya. Pakar kesehatan masyarakat menilai negara telah gagal memenuhi hak
dasar kesehatan warganya. Suku Baduy Dalam masih memegang kuat adat istiadat yang
diwariskan leluhurnya, termasuk menjalankan sejumlah larangan yang tujuannya menjaga
kelestarian alam. Beberapa aturan yang mereka anut hingga kini antara lain tidak
menggunakan kendaraan bermotor sebagai alat transportasi, tidak memakai alas kaki, dan
tidak menggunakan alat elektronik atau peralatan modern lain. Dari hal tersebut,pada saat
bocah ini yang Bernama Atirah berumur 4 tahun pernah jatuh namun tidak langsung dibawa
ke dokter melainkan memanggil tukang urut patah tulang yang prosesnya sampai 2 tahun
hingga mendatangkan kurang lebih 10 tukang urut patah tulang tersebut tapi hasilnya tetap
nihil atau tidak ada hasil. Namun, hal itu membuat lebih berdampak buruk pada kesehatan
atirah karena lukanya mengalam infeksi hingga akhirnya terjadi pembusukkan. Saran dari
tukang urut ini harus dibawa ke rumah sakit karena hal ini bukan disebabkan oleh patah
tulang / rompak. Namun, karena larangan dari suku baduy dalam yang tidak menggunakkan
kendaraan, tidak memakai alas kaki, dan tidak menggunakan alat elektronik atau peralatan
modern lain,dll. Membuat hal itu menjadi kendala terbesar karena rumah sakit yang terdekat
berada di Rangkas Bitung, yang jaraknya 54 kilometer dan jika di akumulasikan bila berjalan
kaki, bisa menghabiskan waktu sehari semalam. Sebagai seorang ibu, Juli pasti
memprioritaskan anaknya namun karena keluarganya Juli (ayah) mereka adalah seorang jaro
atau pemangku adat disana. Jadi ketika melanggar adat istiadat yang sudah menjadi turun
temurun yang pastinya sudah tidak bisa dilanggar masyarakat suku Baduy dalam. Maka
setelah dibahas sekian waktu, ditemukkan jalan keluar berupa mendatangi Klinik Saung
Sehat dan langsung menghubungi dokter ortopedi yang bernama  Muhammad Arif Kirdiat.
Maka setelah di hubungi, mereka langsung ke klinik tersebut dan langsung dilakukan oprasi
darurat dengan syarat tempat yang harus steril dan kondisi anak yang sehat saat hari operasi
( 17 desember 2021.) Setelah masalah ruangan terselesaikan, masalah selanjutnya harus
mampu meyakinkan ayah Juli yang membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk mencapai
kesepakatan bahwa operasi lah sebagai jalan tengahnya. Setelah berhasil di operasi, sebagai
imbalan telah menolong, mereka (masyarakat suku Baduy) mengimbalkan hasil alam yang
berada disana seperti pisang tanduk,gula aren, dan durian.

Pada akhirnya, setelah operasi hal baik pun menghampiri karna kondisi Atirah yang semakin
baik pada 31 desember 2021 dengan menyebutkan bahwa luka pasca operasi sudah sembuh
dan juga tanda-tanda infeksi sudah hilang.

Pakar Kesehatan Masyarakat, Irvan Afriandi mengatakan, kasus Atirah bisa menjadi cermin
dan pelajaran, apakah konstitusi negara tentang pemenuhan hak dasar masyarakatnya telah
dijalankan oleh pemerintah daerah, maupun pusat.
Kondisi fasilitas kesehatan yang minim, akses yang sulit, dan terbatasnya jumlah tenaga
kesehatan, menurut Irvan, mengindikasikan negara belum terlalu hadir dalam memenuhi hak
dasar kesehatan warga Baduy. "Kalau negara hadir, seharusnya ada semacam pemantauan
berkala, karena mereka punya kekhasan dari sisi adat," kata Wakil Dekan Universitas
Padjadjaran ini.
Selain pemantauan, laporan masalah kesehatan juga harus dibuka secara berkala untuk
mengetahui "apapun masalah kesehatannya".
Pemerintah, lanjut dia, juga punya kewajiban menerbitkan regulasi agar ketersediaan tenaga
kesehatan dan kemampuan masyarakat mengaksesnya terpenuhi, dengan mengacu pada rasio
dokter terhadap masyarakat 1:2500.
Pemerintah Kabupaten Lebak, kata Irvan, bertanggung jawab mengatasi kekurangan tenaga
medis di wilayah Baduy. Jika tidak ada anggaran, dia bilang, Pemkab Lebak seharusnya bisa
meminta bantuan ke pemerintah provinsi atau pusat.
"Ketika distribusi tenaga kesehatan tidak memenuhi standar yang diharapkan, itu jadi
masalah. Ketika pemerintah tidak bisa memastikan ketersediaan dokter atau tenaga kesehatan
yang bisa mengakses masyarakat, itu sebetulnya kegagalan pemerintah," cetus Irvan.
Di sisi lain, imbuh Irvan, pemanfaatan layanan kesehatan juga harus dimulai dari kemauan
dari masyarakat Baduy itu sendiri. Adanya kendala budaya dan adat yang diyakini suku
Baduy, kata Irvan, bisa dihadapi pemerintah dengan menerapkan strategi khusus. Misalnya,
melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk menjadi "agen"
dalam mengedukasi kesehatan kepada warganya. Menurut Irvan, pemerintah harus
memahami dan menghargai adat yang diusung warga Baduy, sepanjang penerapannya tidak
mengancam jiwa.

Masalah ini termasuk kedalam ketidakadilan karena di daerah atau pulau yang maju seperti di
pulau jawa dimulai dari berbagai fasilitas yang diberikan negara kepada warganya namun
tidak di bagian pedalaman atau daerah timur Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa
adanya ketidakadilan antara pulau yang maju dan yang tidak. maka dari itu, kasus ini
termasuk kedalam ketidakadilan marginalisasi karena adanya pemutusan / pengangguran
kelompok sosial.dari pemutusan hak untuk mendapatkan fasilitas kesehatan menjadi
terhalang karena berada di pedalaman yang sulit digapai melewati mobil pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai