Anda di halaman 1dari 18

MODUL PRAKTIKUM

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

MODUL 4
Pengaturan Tata Letak Mesin dengan Software

Surface
Piercing
Warehouse Handling Cloth Cutter
Machine
Machine

Bending Drilling Inspection Iron Grinding


Work Bench
Machine Machine Room 1000 Machine

Sanding Press Inspection


Assembly Iron Saw Storage
Sealer Machine Room 2000

Inspection
Punching Glue Spray
Painting Room Assembly Room Circular Saw Planner
Machine Room
Prefabrikasi

Master
Milling Spray Booth Planner Circular Saw Laminating
Oven Sanding
Machine Room Prefabrikasi Prefabrikasi Machine
Prefabrikasi

Iron Grinding
Iron Saw Sewing Welding
Machine
Prefabrikasi Machine Machine
Prefabrikasi

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2015
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

MODUL 4
PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

A. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu menerapkan metode dasar dalam pengaturan mesin.
2. Praktikan mampu menggunakan software dalam pengaturan mesin.
3. Praktikan mampu membandingkan dan menganalisis hasil rancangan tata letak mesin
berdasarkan berbagai ukuran performansi.

B. Landasan Teori
1. Klasifikasi Algoritma
Sebagian besar algoritma yang digunakan untuk merancang layout, dapat dikategorikan
berdasarkan tipe input data yang dibutuhkan. Terdapat dua metode perancangan layout
berdasarkan input-nya :
a. Metode Kuantitatif
Metode ini membutuhkan kriteria keputusan yang dapat diukur seperti biaya material
handling, waktu tempuh pembeli, atau frekuensi pengangkutan seperti yang terdapat dalam
from-to-chart (FTC). Contoh metode yang menggunakan data kuantitatif antara lain: CRAFT,
MCRAFT, BLOCPLAN, MIP, LAYOPT, COFAD.
b. Metode Kualitatif
Metode ini hanya menggunakan kriteria kualitatif seperti alasan keamanan atas bahaya
kebakaran (misalnya bagian oven dengan bagian pengelasan) dan alasan lain yang tampak
melalui sebuah Activity Relationship Chart (ARC). Contoh metode yang menggunakan input
data kualitatif adalah: MIP, ALDEP, CORELAP, LAYOPT.
Selain pembagian berdasarkan tipe input, pembagian algoritma juga dapat dikelompokkan
berdasarkan fungsi tujuannya. Terdapat dua fungsi tujuan yang biasanya mendasari sebuah
perancangan (Tompkins et. al., 2003), yaitu:

a. Distance-based objective
Metode ini merupakan pendekatan yang memperhitungkan jarak dan aliran material dari
suatu bagian ke bagian yang lain. Untuk melakukan pengolahan data lebih lanjut, akan lebih
tepat bila data yang digunakan adalah FTC. Tujuan dari pendekatan ini adalah meminimasi
biaya per satuan waktu untuk pergerakan antar departemen. Apabila dinyatakan secara
matematis, maka fungsi tujuan distance-based adalah sebagai berikut:

2
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

m m
Min    f ij  Cij  d ij
i 1 j 1 (Pers. 1)
Dengan:
fij = aliran dari departemen i ke departemen j,
Cij = biaya yang dibutuhkan untuk memindahkan 1 unit barang dari
departemen i ke departemen j,
dij = jarak dari departemen i ke departemen j.

b. Adjacency-based objective
Pendekatan yang dilakukan bertujuan memaksimasi nilai dari adjacency score sebagai
berikut :
m m
Min    f ij xij
i 1 j 1 (Pers. 2)
Dengan:
fij = aliran dari departemen i ke departemen j,
xij = 1 , bila dapertemen i dan departemen j bersebelahan,
xij = 0 , bila departemen i dan departemen j tidak bersebelahan.
Dapat dilakukan perhitungan efisiensi pengaturan tata letak yang dihasilkan, dengan
menggunakan rumus:
m m

 f
i 1 j 1
x
ij  ij

Z m m

 f
i 1 j 1
ij (Pers. 3)

Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penentuan layout secara
terkomputerisasi, antara lain: CRAFT, BLOCPLAN, MIP, LOGIC, dan MULTIPLE.
Pembagian algoritma yang ketiga, didasarkan pada format yang digunakan
merepresentasikan layout. Terdapat dua buah format yang dapat digunakan dalam
merepresentasikan layout. Kedua format tersebut adalah (Tompkins et. al., 2003):
a. Representasi Diskrit (Discrete Representation)
Sebagian besar algoritma penentuan layout, menggunakan representasi diskrit ini dalam
menggambarkan layout-nya. Melalui algoritma ini, komputer diijinkan untuk menyimpan dan
memanipulasi layout sebagai sebuah matriks. Dengan jenis representasi ini, area dari setiap
departemen dibulatkan ke jumlah grid bulat yang terdekat. Apabila ukuran grid terlalu besar,
departemen dengan luas yang kecil akan memiliki grid dengan jumlah yang terlalu sedikit.

3
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

Ukuran dari grid menentukan resolusi yang dihasilkan akan semakin baik dan memberikan
fleksibilitas bentuk departemen. Namun semakin kecil untuk ukuran grid, beban perhitungan
yang harus dilakukan juga semakin besar. Oleh karena itu, penentuan ukuran grid secara
tepat merupakan hal yang penting dalam algoritma dengan representasi diskrit. Contoh
bentuk layout yang dihasilkan menggunakan representasi diskrit dapat dilihat pada Gambar
1.
b. Representasi Kontinu (Continuous Representation)
Representasi ini tidak harus memiliki struktur grid yang tepat garis. Secara teoritis, bentuk
representasi ini akan lebih mudah. Namun pengimplementasiannya pada komputer akan
lebih sulit. Bentuk representasi ini tidak boleh digunakan untuk bentuk departemen yang
rectangular, kecuali apabila bentuk departemen tersebut ’disesuaikan’ untuk
mengakomodasi bentuk bangunan yang nonrectangular. Contoh bentuk layout yang
dihasilkan menggunakan representasi kontinu dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Contoh Bentuk Gambar 2. Contoh Bentuk


Representasi Layout Secara Diskrit Representasi Layout Secara Kontinu

Bentuk departemen memegang peranan penting dalam computerized layout algorithms.


Departemen sendiri merupakan entitas yang tidak dapat dipisahkan dalam perancangan sebuah
layout. Sebuah algoritma penentuan layout seharusnya tidak melakukan pemisahan (split) sebuah
departemen menjadi dua atau lebih bagian. Namun apabila sebuah departemen terlalu besar, maka
akan dipertimbangkan untuk melakukan pembagian terhadap departemen ini. Gambaran
perbedaan departemen yang split dan unsplit dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 3. Contoh Departemen Split Gambar 4. Contoh Departemen Unsplit


4
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

Selain berdasarkan tiga kriteria di atas, algoritma yang digunakan untuk merancang layout,
dapat dikategorikan berdasarkan fungsi utamanya, yaitu :
1. Layout Improvement
Algoritma tipe improvement, biasanya diawali dengan layout awal yang disediakan oleh
analis, yang kemudian diolah untuk meningkatkan pencapaian fungsi tujuannya, melalui
perubahan ‘incremental‘ pada layout.
2. Layout Construction
Algoritma tipe construction ini biasanya melakukan pengembangan layout dari nol (tidak ada
layout awal yang diberikan). Algoritma ini dapat dibagi menjadi dua sesuai dengan asumsi
yang digunakan. Dua asumsi yang digunakan ialah:
i. Dimensi bangunan telah diberikan.
Jenis algoritma ini cocok digunakan ketika suatu operasi diaplikasikan ke suatu
bangunan yang sudah ada.
ii. Dimensi bangunan tidak diberikan.
Jenis algoritma ini cocok digunakan ketika suatu operasi diaplikasikan ke tanah kosong
(belum terdapat bangunan).

2. Metode Graph-Based
Metode graph-based merupakan algoritma tipe layout construction. Metode ini didasarkan
pada graph theory dan biasanya digunakan dengan adjacency-based objective (Krejcirik, 1960s;
Seppanen dan Moore, 1970s). Sebelum mendeskripsikan metode untuk menentukan adjacency
graph, pertama-tama perlu dilakukan pengamatan sebagai berikut (Tompkins et. al., 2010):
1. adjacency score tidak memperhitungkan jarak maupun hubungan selain bagi departemen
yang bersebelahan,
3. spesifikasi dimensi departemen tidak dipertimbangkan; panjang batas antara departemen
yang bersebelahan tidak dipertimbangkan,
4. busur tidak saling berpotongan (planarity),
5. adjacency score sangat sensitif terhadap pemberian bobot.
Hubungan antardepartemen dapat direpresentasikan dalam bentuk relationship chart dan
relationship diagram. Contoh relationship chart dan relationship diagram dapat dilihat pada
Gambar 5. Pada praktikum Modul 4 ini, nilai pada relationship chart merupakan frekuensi
perpindahan material antardepartemen yang didapat dari From to Chart (Modul 3).
Langkah iterasi pembuatan adjacency graph adalah sebagai berikut:
1. Pilih pasangan departemen dengan bobot terbesar,
2. Pilih departemen ke tiga yang akan masuk berdasarkan jumlah bobot terbesar sesuai
dengan hubungannya dengan dua departemen awal,

5
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

(a) (b)
Gambar 5. Contoh (a) Relationship Chart (b) Relationship Diagram
(sumber: Tompkins et. al., 2010)

3. Pilih departemen ke empat yang masuk ke dalam face (daerah yang dibatasi oleh grafik).
Ulangi untuk sisa departemen lainnya,
4. Bentuk adjacency graph,
5. Buat block layout yang sesuai dengan adjacency graph tersebut.

Gambar 6. Langkah Metode Graph-Based


(sumber: Tompkins et. al., 2010)

6
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

Gambar 7. Block Layout berdasarkan Adjacency Graph


(sumber: Tompkins et. al., 2010)

3. CRAFT
Metode CRAFT (Computerized Relative Allocation of Facilities Techniques) menggunakan
data aliran yang terdapat FTC sebagai input dan membutuhkan initial layout. Untuk menghitung
layout cost, digunakan distance-based function seperti pada Persamaan 1.
Pada metode CRAFT, penggambaran departemen tidak harus dalam bentuk rectangular,
dan layout ditampilkan dalam bentuk discrete. Pengolahan selanjutnya dilakukan dengan
pertukaran antar departemen. Yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah departemen
yang ditukar haruslah bersebelahan atau memiliki luas area yang sama. Untuk melakukan
pertukaran terdapat beberapa cara yang bisa digunakan, antara lain (Tompkins et. al., 2003):
1. Two way,
2. Three way,
3. Two way then three way,
4. Three way then two way.
Jarak yang diperhitungkan dalam metode CRAFT merupakan jarak dari centroid suatu
departemen, ke centroid departemen lain yang ingin dihitung biayanya. Metode ini dapat
mengakomodasi bentuk departemen yang tidak rectangular, sehingga memungkinkan meng-
capture layout awal secara akurat. Hal ini merupakan kelebihan dari metode CRAFT. Namun,
ada juga efek negatif dari hal ini, yaitu layout akhir yang dihasilkan seringkali memiliki bentuk
yang kurang bagus atau kotak utuh. Hal ini menjadi kelemahan dari metode CRAFT.
Selain kelemahan dan kelebihan dari metode CRAFT yang telah disebutkan diatas, masih
terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan lainnya dari metode ini. Kelebihan tersebut antara
lain (Tompkins et. al., 2003):
1. Dapat menggunakan fixed layout departments,
2. Tiap departemen bisa diatur supaya berbentuk rectangulars.
Sedangkan kelemahan lain dari metode ini adalah :
1. Bersifat sangat heuristik,
2. Hasil akhir sangat bergantung pada initial layout,
7
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

3. Pertukaran departemen hanya bisa dilakukan terhadap pasangan departemen yang


bersebelahan atau berluas sama.
Agar area akhir yang dihasilkan secara keseluruhan bisa berbentuk kotak, terkadang
digunakan dummy departments. Departemen dummy merupakan sebuah departemen yang tidak
memiliki aliran atau interaksi dengan departemen lainnya, tetapi membutuhkan sejumlah area
sesuai dengan yang ditentukan oleh perencana layout. Secara umum, departemen dummy
memiliki beberapa kegunaan, antara lain (Tompkins et. al., 2003):
1. Mengisi ketidakteraturan bangunan.
2. Merepresentasikan penghalang atau area kosong pada pabrik (seperti tangga, eskalator,
pilar).
3. Merepresentasikan area tambahan pada pabrik.
4. Alat bantu dalam mengevaluasi lokasi pada gang pada layout akhir.
Implementasi terkini dari CRAFT, dinamakan sebagai MICRO-CRAFT atau sering disingkat
sebagai MCRAFT. Pada dasarnya, metode ini serupa dengan CRAFT, hanya saja MCRAFT
dapat melakukan pertukaran dua departemen yang tidak bersebelahan.

4. MCRAFT
Pembuatan layout awal ini dilakukan dengan bantuan metode MCRAFT. Metode MRCAFT
dipilih karena metode MCRAFT memiliki kesamaan karakteristik algoritma dengan metode
CRAFT, yaitu sama-sama menggunakan teknik pairwise exchange untuk mendapatkan solusi
optimal. Langkah pertama dalam membuat layout awal pada metode MCRAFT adalah
menghitung jumlah kotak yang digunakan untuk merepresentasikan setiap departemen (number
of unit area template). Setelah menghitung number of unit area template, kemudian ditentukan
jumlah band, sweep width, dan ukuran bangunan yang akan digunakan. Band adalah lintasan
besar yang membagi suatu area menjadi beberapa bagian. Sweep width adalah lebar
pergerakan dalam penempatan departemen.

5. WinQSB
Layout awal pabrik yang diperoleh dari metode MCRAFT akan digunakan sebagai input
untuk metode CRAFT dengan menggunakan software WinQSB Facilities Location and Layout.
Untuk melakukan iterasi dengan menggunakan software WinQSB dibutuhkan input berupa FTC
dan koordinat pengaturan mesin awal.
Software WinQSB mencari total cost minimum berdasarkan iterasi, dimana pada setiap
iterasi dilakukan penukaran antara dua buah departemen, sehingga pada setiap iterasinya total
cost akan selalu menjadi lebih kecil. Iterasi akan terus dilakukan hingga terjadi fenomena split
pada sebuah departemen teretentu. Fenomena split adalah fenomena dimana suatu
departemen terpisah atau terpecah menjadi dua atau lebih bagian.

8
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

6. Flow Planner
Flow Planner memiliki dua fungsi utama, yaitu membuat diagram aliran material dalam
fasilitas dan menghitung jarak, biaya, dan waktu aliran material tersebut. Software ini
membantu mengidentifikasi dan mengurangi pemborosan yang berhubungan dengan material
handling.
Flow Planner terintegrasi dengan software AutoCAD dalam bentuk plug-in. Layout pabrik
perlu dibuat terlebih dahulu dengan menggunakan software AutoCAD agar selanjutnya dapat
dilakukan perhitungan biaya material handling. Data aliran material dapat dihitung mengikuti
rute gang atau dengan rute garis lurus dari satu titik ke titik lainnya. Data material dapat
disusun (dibuat agregat) sesuai dengan frekuensi pengangkutan berbagai entitas.

C. Input dan Output Modul


Input modul 4 :
 Luas lantai proses (Modul 1), luas lantai GT (Modul 2), tabel data aliran material dan
FTC (Modul 3).
Output modul 4 :
 Layout pabrik terpilih beserta luasnya.

D. Prosedur Pelaksanaan Praktikum


Prosedur praktikum Modul 4 dapat dilihat pada Gambar 8 (layout proses) dan Gambar 9
(layout GT):

Pembuatan FTC

Pembuatan initial layout tiap


Pembuatan FTC
cell dengan metode MCRAFT

Proses CRAFT dengan


Pembuatan initial layout
WinQSB untuk n-cell
dengan metode MCRAFT

Proses Massage n-cell


Perancangan tata letak dengan
software WinQSB

Perancangan tata letak berdasarkan


metode graph-based
Perhitungan biaya material handling
dengan software Flow Planner
Perhitungan biaya material handling
dengan software Flow Planner

Gambar 8. Prosedur Praktikum Modul 4 untuk Gambar 9. Prosedur Praktikum Modul 4 untuk
Layout Proses Layout GT

9
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

Langkah-langkah pengerjaan modul 4:


1. Layout Proses (CRAFT):
a. Membuat layout awal dengan metode MCRAFT dengan jumlah baris pada band
sebanyak 3, dengan jumlah baris dan kolom ditentukan masing-masing kelompok
sesuai luas lantai pabrik. Masukkan departemen sesuai urutan dari storage hingga
warehouse. Gunakan ukuran 1 unit area template = 16 m2.
b. Menginput data ke dalam program WinQSB. Cara input data :
i. Buka program WinQSB, pilih Facility Location and Layout.
ii. Klik File  New Problem,
iii. akan keluar kotak dialog sebagai berikut :

Gambar 10. Tampilan Awal WinQSB untuk Facility Location and Layout

 Problem Type: klik pada Functional Layout,


 Objective Criterion: klik pada Minimization,
 Problem Title: ketik judul masalah yang ingin diselesaikan (Contoh: Modul 4),
 Number of Functional Departments: isi dengan jumlah departemen yang ada
mulai dari storage sampai warehouse.
 Number of Rows in Layout Area: jumlah baris dari MCRAFT yang dibuat,
 Number of Columns in Layout Area: jumlah kolom dari MCRAFT yang dibuat,
iv. Klik OK
c. Masukkan data FTC.
d. Masukkan koordinat dari setiap departemen (Gambar 11).
Contoh :

10
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

(x,y) : x menandakan baris, y menandakan kolom


CS : (1,1)-(2,3),(3,1)-(4,2)
P : (1,4)-(2,5),(3,3)-(4,5)
JPR : (5,1),(5,2)-(6,5)
WB : (6,1),(7,1)-(8,5)
IR : (9,1),(9,4)

1 2 3 4 5

1 CS CS CS P P 1

2 CS CS CS P P 2

3 CS CS P P P 3

4 CS CS P P P 4

5 JPR JPR JPR JPR JPR 5

6 WB JPR JPR JPR JPR 6

7 WB WB WB WB WB 7

8 WB WB WB WB WB 8

9 IR IR IR IR 9

1 2 3 4 5

Gambar 11. Contoh input Koordinat Setiap Departemen

e. Lakukan iterasi hingga memperoleh layout terbaik.


i. Klik Solve and Analyze  Solve the Problem,
ii. Solution Options: klik pada Improve by Exchanging 2 departments,
iii. Distance Measure: klik Rectilinear Distance,
iv. check pada Show Exchange Iteratio,
v. akan keluar tampilan seperti pada Gambar 12,
vi. Klik kotak yang ditunjukkan oleh huruf a pada Gambar 12 untuk memperoleh
layout dari setiap iterasi. Save layout untuk setiap iterasi!
f. Lakukan massage untuk layout hasil dari software WinQSB.

11
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

Gambar 12. Contoh Layout Awal Permasalahan

2. Menghitung Biaya Material Handling


a. Buat layout pabrik yang telah dilakukan massage dengan menggunakan software
AutoCAD sesuai dengan skala sebenarnya dalam satuan milimeter,
b. Buat part routing dengan agregat produk berdasarkan bahan baku, bahan pembantu,
dan produk untuk masing-masing jenis warna. Contoh pembuatan part routing dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Contoh Part Routing Lampu PSTI
*ROUTINGS UserDef Flow Parts/
Part From Method ...
(Product ined % Cont
PBA PBA 100 Storage HandTruck 100
PBB PBB 100 Storage HandTruck 50
PBC PBC 100 Storage HandTruck 100
BHS BHS 100 Storage HandTruck 100
100 101 100 PressMachine Manusia 100
200 201 100 PressMachine Manusia 100
300 301 100 PressMachine Manusia 100
BP100 BP001 100 Storage Manusia 50
BP200 BP007 100 Storage Manusia 50
BP300 BP003 100 Storage Manusia 50
Lampu100 100 100 Insp&Pack100 HandTruck 30
Lampu200 200 100 Insp&Pack200 HandTruck 30
Lampu300 300 100 Insp&Pack300 HandTruck 30
Keterangan: Format tabel part routing secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran A
c. Simpan file part routing dalam bentuk *.csv,
d. Masukkan file part routing pada software Flow Planner
i. Pilih File Open untuk memasukkan file part routing yang telah dibuat,

12
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

ii. Hapus tanda centang untuk file selain Part Flow Routings,
iii. Klik CSV File dan pilih file part routing yang akan digunakan,
iv. Klik OK hingga muncul tampilan seperti pada Gambar 13,

Gambar 13. Contoh Tampilan Flow Planner

e. Setelah file part routings terbuka, selanjutnya tentukan jumlah produk dalam aliran
material:
i. Buka tab Products, kemudian lihat tabel bagian kiri,
ii. Pilih salah satu produk yang akan diisikan jumlah produknya,
iii. Isikan jumlah produk sesuai dengan kebutuhan produk,
iv. Klik Update,
v. Ubah satuan waktu pada bagian Time Period per Qty,
vi. Periksa kebutuhan part per produk pada tabel bagian kanan (Parts Referenced
in Product), klik Update.
f. Tentukan lokasi setiap departemen pada layout:
i. Buka tab Locations, kemudian pilih Add Missing Locs,
ii. File layout pada AutoCAD akan terbuka,
iii. Tentukan titik tengah (centroid) masing-masing departemen sesuai dengan
nama departemen yang muncul pada pointer.
g. Tentukan biaya aliran material sesuai dengan metode material handling yang
digunakan. Agar dapat menghitung biaya aliran material, sebelumnya perlu

13
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

ditentukan terlebih dahulu tipe metode yang dipakai untuk masing-masing metode.
Langkah-langkah memasukkan data tipe metode adalah sebagai berikut:
i. Buka tab Methods, kemudian lihat bagian Method Types. Contoh tampilan tab
Methods dapat dilihat pada Gambar 14,
ii. Isikan data tipe metode yang akan digunakan,
iii. Klik Add untuk menambahkan tipe metode,
iv. Selanjutnya, pada bagian Material Handling Methods, tipe metode dapat diubah
dengan memilih salah satu tipe metode pada menu drop down Method Type,
v. Lengkapi data lainnya untuk metode tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-
masing metode,
vi. Klik Update.

Gambar 14. Contoh Tab Methods

h. Buka tab Licensing/Settings. Pastikan satuan panjang yang digunakan pada Flow
Planner sama dengan satuan pada AutoCAD,
i. Kembali ke Part Routings, kemudian hitung biaya material handling dengan menekan
tombol Calculate,
j. Klik tombol Return, kemudian buat laporan hasil perhitungan biaya material handling:
i. Buka tab Reports, kemudian lihat bagian Flow Report,
ii. Klik Create Report,
iii. Copy data laporan tersebut untuk pembuatan laporan praktikum.

14
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

3. Layout GT (kombinasi CRAFT dan Graph-Based)


a. Untuk layout GT, buat layout awal untuk setiap cell yang ada dengan metode
MCRAFT dengan jumlah baris pada band sebanyak 3 dengan jumlah kolom dan
sweep width yang ditentukan masing-masing kelompok. Gunakan ukuran 1 unit area
template = 16 m2,
b. Masukkan masing-masing cell ke dalam software WinQSB hingga didapatkan layout
masing-masing cell yang terbaik dari metode CRAFT,
c. Lakukan massage terhadap setiap cell,
d. Buat layout GT berdasarkan metode graph-based,
e. Hitung biaya material handling untuk Layout GT menggunakan software Flow
Planner.

4. Lakukan evaluasi pemilihan layout terbaik secara keseluruhan.

E. Aturan dan Keterangan :


1. Ketentuan yang perlu diperhatikan pada saat melakukan massage:
a. Tidak terdapat kotak kosong atau dummy di dalam sebuah departemen,
pengecualian untuk departemen yang berada pada sisi luar (boleh digunakan
dummy asalkan dummy tersebut berada pada batas luar departemen).
b. Luas departemen tidak berubah (harus tetap sama setelah di-massage).
c. Bentuk ‘L‘ kurus tidak diperkenankan.
2. Ketentuan yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pengisian tipe metode:
a. Waktu loading dan unloading hand truck sebesar 5 s.
b. Kecepatan bergerak material handling 1,5 m/s. Akselerasi dan deselerasi diabaikan.
c. Biaya variabel material handling per jam ditentukan berdasarkan gaji operator
material handling per bulan.
3. Storage dan warehouse harus mempunyai minimal satu sisi bebas.
4. Untuk pembuatan laporan praktikum, gambar layout proses dan GT (khusus isi setiap
cell) hasil MCRAFT pada Microsoft Visio, dengan ukuran 1 kotak = 1 cm x 1 cm.
5. Gambar layout proses dan GT (khusus isi setiap cell) hasil WinQSB, dan hasil
massaging pada Microsoft Visio, dengan ukuran 1 kotak = 4 cm x 4 cm.

F. Target Asistensi
1. Layout proses
2. Layout GT
3. Evaluasi pemilihan layout terbaik.

15
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

G. Daftar Pustaka
Tompkins, J. A., White, J. A., Bozer, Y. A., dan Tanchoco, J. M. A. (2003) Facilities Planning, 3rd
ed., Hoboken, NJ: John Wiley & Sons, Inc.
Tompkins, J. A., White, J. A., Bozer, Y. A., dan Tanchoco, J. M. A. (2010) Facilities Planning, 4th
ed., Hoboken, NJ: John Wiley & Sons, Inc.

16
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

Lampiran A. Format Tabel Part Routings


*ROUTINGS UserDefi Conta Containers/ Parts/Contai ViaMe ViaContai
Part Flow% From Method To ViaLoc
(Product ned iner Trip ner thod ners/Trip
PlatBesiA PBA 100 Storage HandTruck A 1 100 PressMachine
PlatBesiB PBB 100 Storage HandTruck A 1 50 PressMachine
PlatBesiC PBC 100 Storage HandTruck A 1 100 CuttingMachine
BesiHollowS BHS 100 Storage HandTruck A 1 100 CuttingMachine
PressMac
100 101 100 Manusia A 1 50 BendingMachine
hine
DrillingMa
200 203 100 Manusia A 1 50 SprayGun200
chine
PressMac
300 308 100 Manusia A 1 50 GrindingMachine
hine
BP100 BP001 100 Storage Manusia A 1 50 Assembly100
BP200 BP007 100 Storage Manusia A 1 50 Assembly200
BP300 BP002 100 Storage Manusia A 1 50 Assembly300
BP100 BP014 100 Storage Manusia A 5000 5 SprayGun100
BP200 BP015 100 Storage Manusia A 5000 5 SprayGun200
BP300 BP013 100 Storage Manusia A 5000 5 SprayGun300
Lampu100 BP017 100 Storage Manusia A 1 50 Insp&Pack100
Lampu200 BP017 100 Storage Manusia A 1 50 Insp&Pack200
Lampu300 BP017 100 Storage Manusia A 1 50 Insp&Pack300
Insp&Pack
Lampu100 100 100 HandTruck A 1 30 Warehouse
100
Insp&Pack
Lampu200 200 100 HandTruck A 1 30 Warehouse
200
Insp&Pack
Lampu300 300 100 HandTruck A 1 30 Warehouse
300
lanjut

17
MODUL 4 PENGATURAN TATA LETAK MESIN DENGAN SOFTWARE

Lampiran A. Format Tabel Part Routings (lanjutan)


Travel ViaTravelTime
Descri FromLo ToUnload ViaUnlo ViaLoad Dist EffDist L/ULTime Time ViaDist ViaEff Via ViaL/ULTi (mins))
ption) ad(sec) (sec) ad(sec) (sec) (in) (in) Freq (secs) (secs) (in) Dist(in) Freq me(mins)

18

Anda mungkin juga menyukai