Adoc - Pub - Karakteristik Sifat Fisik Pati Tapioka Modifikasi
Adoc - Pub - Karakteristik Sifat Fisik Pati Tapioka Modifikasi
ALI THONTHOWI
Ali Thonthowi
NIM F24090080
ABSTRAK
ALI THONTHOWI. Karakteristik Sifat Fisik Pati Tapioka Modifikasi Ganda
dengan Hidroksipropilasi dan Ikat Silang. Dibimbing oleh DIDAH NUR
FARIDAH.
ABSTRACT
ALI THONTHOWI. Physical Characteristics of Dual Modified Tapioca
Starch with Hidroxypropylation and Cross-linked. Supervised by DIDAH NUR
FARIDAH.
ALI THONTHOWI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini
diberi judul Karakteristik Sifat Fisik Pati Tapioka Modifikasi Ganda dengan
Hidroksipropilasi dan Ikat Silang
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Didah Nur Faridah, S.TP, M.Si
selaku dosen pembimbing, dan Indofood Riset Nugraha. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, adik, serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Ali Thonthowi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 2
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
METODE 4
Bahan 4
Alat 4
Prosedur Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Hasil 7
Pembahasan 7
SIMPULAN DAN SARAN 15
Simpulan 15
Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 20
RIWAYAT HIDUP 21
DAFTAR TABEL
1 Kadar fosfor dan derajat subtitusi 9
2 Kadar air dan pH pati tapioka 9
3 Profil gelatinisasi pati tapioka hasil modifikasi hidroksipropilasi dan
ikat silang pada berbagai kombinasi konsentrasi menggunakan Rapid
Visco Analyzer (RVA) 12
4 Pengaruh konsentrasi propilena oksida dan campuran STMP:STPP
terhadap kejernihan pasta pati tapioka hasil modifikasi hidroksipropilasi
dan ikat silang 13
5 Derajat kristalinitas (%) granula pati tapioka hasil modifikasi
hidroksipropilasi dan ikat silang 15
6 Besar perubahan %W absorpsi pada pati native dan termodifikasi 16
DAFTAR GAMBAR
1 Granula pati tapioka di bawah mikroskop polarisasi (perbesaran 400x, 1
skala = 10 µm) 10
2 Profil gelatinisasi pati tapioka hasil modifikasi hidroksipropilasi dan
ikat silang menggunakan RVA pada berbagai kombinasi konsentrasi
propilena oksida dan campuran STMP : STPP 11
3 Profil gelatinisasi pati tapioka hasil modifikasi hidroksipropilasi dan
ikat silang menggunakan RVA pada berbagai kombinasi konsentrasi
propilena oksida dan campuran STMP : STPP dengan perlakuan asam
(pH 3,5) 13
4 Difaktogram kristal tapioka sebelum dan sesudah modifikasi ganda 14
5 Grafik penambahan % W absorpsi pada pati alami dan termodifikasi 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sifat birefringence dan morfologi pati tapioka hasil modifikasi
hidroksipropilasi dan ikat silang 20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pati alami memiliki kelemahan dalam sifat fisik maupun sifat kimianya
sehingga mendorong untuk dilakukan modifikasi untuk memperbaiki sifat aslinya.
Pati yang dimodifikasi akan mengalami perubahan komposisi dan sifat
fisikokimianya (Das et al. 2010). Modifikasi pati dapat dilakukan dengan berbagai
cara, salah satu yang sering digunakan adalah dengan dimodifikasi secara kimia
dengan menggunakan metode hidroksipropilasi dan ikat silang, karena dapat
meningkatkan konsistensi pasta, kelembutan dan kejernihan, serta memiliki
stabilitas yang tinggi pada proses beku-cair dan penyimpanan pada suhu rendah
sehingga aplikasinya lebih luas dalam pengolahan pangan (Singh et al. 2007).
Modifikasi ganda merupakan modifikasi pati dengan hidroksipropilasi dan
ikat silang yang nantinya akan menghasilkan pati resisten tipe 4. Hidroksipropilasi
pati adalah proses eterifikasi pati menggunakan pereaksi propilena oksida pada
kondisi basa. Granula pati alami mengalami proses eterifikasi gugus
hidroksipropil (-OCH2CH2CH3) pada derajat substitusi yang rendah,
menggantikan tempat gugus hidroksil (Ratnayake dan Jackson 2008). Modifikasi
ini meningkatkan stabilitas selama penyimpanan dingin, kejernihan dan tekstur
pasta pati (Wurzburg 1989). Ikat silang berperan di mana sejumlah kecil senyawa
yang dapat bereaksi dengan lebih dari satu gugus hidroksil ditambahkan ke
polimer pati, reaksi ikat silang melibatkan penggantian ikatan hidrogen antara
rantai pati dengan gugus fosfat dari reagen STMP (Sodium trimetaphosphat) dan
STPP (Sodium tripoliphosphat), membentuk jembatan ikat silang melalui ikatan
kovalen yang lebih kuat dan permanen. Pati ikat silang memiliki kemampuan
yang baik dalam mempertahankan viskositas (Wurzburg 1989). Pati yang
dimodifikasi ikat silang termasuk ke dalam pati resisten tipe 4 (RS4) (Tester dan
Karkalas 2002).
Pati tapioka terdiri atas 17% amilosa dan 83% amilopektin (Rickard et al.
1992). Granula tapioka berbentuk semi bulat dengan salah satu bagian ujungnya
mengerucut dengan ukuran 5-35 μm (Rickard et al., 1992). Tapioka memiliki
karakteristik yang lebih baik terkait dengan kemampuan mengembang (swelling
power), suhu gelatinisasi, dan kelarutan dibanding pati lainnya (Pomeranz, 1991;
Wurzburg, 1989). Menurut Pomeranz, kandungan amilosa pati dapat
mempengaruhi swelling power, yang pada gilirannya akan mempengaruhi
modifikasi ganda. Berdasarkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki terkait
dengan amilosa, daya kembang yang tinggi dan rata- rata ukuran granula yang
besar tapioka cocok dimodifikasi dengan cara modifikasi ganda yaitu dengan
hidroksipropilasi dan ikat silang.
Menurut Wattanachant et al., (2003) reaksi hidroksipropilasi akan
melemahkan ikatan antar molekul pati sehingga pereaksi ikat silang dapat lebih
banyak bereaksi dengan molekul pati. Modifikasi ganda menghasilkan pasta pati
dengan puncak viskositas yang tinggi dan stabilitas yang lebih baik dibandingkan
pati alaminya (Wu dan Seib 1990).
2
Lim dan Seib (1993) menyelidiki bahwa modifikasi ikat silang akan
memberikan hasil lebih baik dalam mempertahankan viskositas bila menggunakan
campuran garam fosfat (Sodium trimetaphosphat (STMP) dan Sodium
tripoliphosphat (STPP)) dibandingkan hanya menggunakan STMP. Hasil
penelitian Wattanachant et al., (2002), menunjukkan bahwa campuran garam
fosfat 2% STMP dan 5% STPP lebih efisien dalam hidroksipropilasi ikat silang
pati sagu dibandingkan dengan menggunakan POCl3 atau epiklorohidrin.
Modifikasi ganda ini dipengaruhi oleh prosedur pembuatannya. Telah
dilaporkan bahwa pati gandum yang dimodifikasi dengan hidroksipropilasi
kemudian ikat silang memiliki suhu gelatinisasi yang lebih rendah dan lebih
toleran terhadap proses beku-cair, dan konsistensi pasta yang lebih baik
dibandingkan dengan pati alaminya (Hung dan Morita 2005). Wang dan Wang
(2000) melaporkan bahwa pati jagung hasil reaksi hidroksipropilasi yang diikuti
reaksi ikat silang memiliki viskositas, suhu onset, suhu puncak, dan entalpi
gelatinisasi yang lebih tinggi, serta memiliki kecenderungan retrogradasi yang
lebih rendah dibandingkan dengan pati jagung hasil ikat silang yang diikuti
hidroksipropilasi, tetapi pati jagung hasil ikat silang yang diikuti hidroksipropilasi
lebih tahan terhadap serangan enzim maupun senyawa kimia.
Dengan sifat-sifat tersebut, maka pati hasil modifikasi ganda dapat
berfungsi sebagai produk pengental dan penstabil makanan, seperti tercantum di
dalam Standar CODEX (1995) dengan INS No.1442 sebagai hydroxypropyl
distarchphosphate.
Penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi terkait karakteristik
sifat fisik pati tapioka hasil modifikasi ganda dengan hidroksipropilasi dan ikat
silang, dan dapat menjadi dasar pengembangan ingredien pangan fungsional yang
berbahan baku tapioka untuk meningkatkan nilai tambah tapioka
.
Perumusan Masalah
1. Pati tapioka alami memiliki kelemahan dalam sifat fisik sehingga mendorong
dilakukannya modifikasi ganda untuk memperbaiki karakteristik sifat fisiknya.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini berfokus pada pengujian terhadap sifat fisik, yaitu kombinasi
metode hidroksipropilasi dan metode ikat silang menggunakan campuran STMP
dan STPP pada berbagai konsentrasi. Pati tapioka diperoleh dari singkong kultivar
UJ-5 yang dipanen pada umur 10 bulan di Balai Penelitian Tanaman Kacang-
kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI) Malang. Pati tersebut kemudian
dimodifikasi ganda dengan hidroksipropilasi dan ikat silang. Pati hasil modifikasi
tersebut selanjutnya dianalisis sifat fisiknya.
METODE
Pati yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari ekstraksi singkong
kultivar UJ-5 (umur panen 10 bulan). Bahan untuk modifikasi pati adalah: garam
fosfat (Sodium trimetaphosphat (STMP) dan Sodium tripoliphosphat (STPP), dan
propilena oksida, dari Sigma-Aldrich Chemical, natrium sulfat (Na2SO4), asam
hidroklorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH), asam sulfat (H2SO4), natrium
fosfat dihidroksi (Na2 H2PO4), dan reagen vanadat-molibdat.
Instrumen yang digunakan untuk analisis pati tapioka adalah
Spektrofotometer UV-Vis spectronic 20D+, difraksi sinar X, Rapid Visco
Analyzer (RVA), mikroskop polarisasi, Scanning Electron Microscope (SEM).
Peralatan lain yang digunakan dalam analisis adalah inkubator bergoyang,
crucible, blender, mortar, pH meter, penggiling tepung, refrigerator, freezer,
termometer, neraca analitik, inkubator, oven tanur, sentrifus, kertas saring, ayakan
100 mesh, oven, sudip, erlenmeyer, aluminium foil, pipet mohr, pipet tetes,
penangas air (waterbath), pipet mikro, alat sentrifus, tabung sentrifus, kaca arloji,
gelas piala, tanur, labu takar, dan alat-alat gelas lainnya.
4
Metode penelitian
selama 24 jam atau hingga diperoleh bobot kering yang tetap. Contoh dikeluarkan
dari oven dan kemudian dimasukkan ke dalam desikator hingga dingin,
selanjutnya dilakukan penimbangan dengan menggunakan neraca analitik. Kadar
air pati ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
dihasilkan dicetak pada film (Ridal, 2003). Ukuran granula pati dibaca dari
gambar (dalam satuan μm).
Morfologi permukaan granula pati tapioka sebelum dan setelah modifikasi
diamati di bawah Scanning Electron Microscope (SEM). Serbuk pati diletakkan di
atas tempat sampel dengan menggunakan double-tape. Sampel kemudian dilapisi
dengan emas, lalu dimasukkan ke dalam instrumen SEM JOEL JSM-6510LA.
Struktur pati diamati di layar monitor dengan menggunakan skala pembesaran 500
dan 800 kali.
Larutan standar fosfat 0; 1.25; 2.0; 2.5; 3.0; 3.75 ml dimasukkan dalam
seri labu takar 50 ml, masing-masing diencerkan sampai volume 30 ml dengan
akuades. ditambahkan 1.25 ml pereaksi vanadat-molibdat ke dalam masing-
masing labu takar dan tepatkan sampai tanda tera dengan akuades didiamkan 10
menit, diukur absorbansi pada panjang gelombang 400 nm.
Analisis sampel
Diambil 5 ml larutan abu, dimasukkan dalam labu takar 50 ml.
Ditambahkan 20 ml akuades dan 1.25 ml pereaksi vanadat molibdat dan
diencerkan dengan akuades sampai tanda tera, didiamkan 10 menit, diukur
absorbansi pada panjang gelombang 400 nm. Kadar fosfor dalam sampel dihitung
dengan rumus sebagi berikut :
(%) P2O5 = Absorbansi sampel – b x V. Larutan abu x 0.1
a
W
7
keterangan :
P = konsentrasi fosfor dari kuva standar (mg/50ml)
W = berat contoh pada saat pengabuan (g)
Derajat substitusi
S = 162P / (3100-102P)
Kejernihan pasta
Difraksi sinar-X
Kristalinitas granula pati dapat dideteksi melalui difraksi sinar-X (Zobel,
1988). Instrumen yang digunakan adalah difraktometer Philips menggunakan
monokromatik radiasi kobalt, 31 kV, 26 mA, 4-detik waktu yang konstan dan
kecepatan kertas dari 1 cm/menit. Difraktogram ini direkam di 2θ = 4-30° dengan
kecepatan scan 1 °/menit.
Swelling power
Pengukuran swelling power menggunakan metode yang di kembangkan
oleh Nugraha (2014), sampel pati ditimbang sebesar 2-3 gram kemudian letakkan
pada cawan kering yang telang diketahui beratnya, kemudian disimpan dalam
desikator yang di dalamnya sudah diberi larutan K2SO4 jenuh atau KCl dan
8
diamati pertambahan berat sampel dengan ditimbang selama kurun waktu 6, 12,
24 48, 72 jam dan dihitung dengan rumus berikut,
(%) W absorpsi = bobot setelah t (jam) – bobot cawan dan sampel (g) x 100%
bobot sampel (g)
dapat membentuk ikatan dengan gugus -OH pada rantai pati, kondisi pH dan suhu
tertentu (Kusnandar, 2010).
Perlakuan %P DS
Native 0,029±0,000 -
PO 8%;STMP 2%;STPP 5% 0,032±0,001 0,001±0,000
PO 10%;STMP 2%;STPP 5% 0,076±0,001 0,004±0,000
PO 12%;STMP 2%;STPP 5% 0,044±0,000 0,002±0,000
PO = propilen oksida; STMP = sodium tri meta phosphate; STPP = sodium tri poly phosphate
baik native maupun yang telah dimodifikasi masih memiliki sifat birefringence-
nya. Tapioka memiliki bentuk granula pati yang seragam, yaitu bulat, oval, dan
terpancung. Penampakan granula pati dapat dilihat pada Gambar 1.
a b c d
e f g h
(a) native, (b) PO 8%;STMP 2%:STPP 5%, (c) PO 10%;STMP 2%:STPP 5%, (d) PO 12%;STMP
2%:STPP 5%,
SEM (750x) , (e) native, (f) PO 8%;STMP 2%:STPP 5%, (g) PO 10%;STMP 2%:STPP 5%, (h)
PO 12%;STMP 2%:STPP 5%.
Gambar 1. Granula pati tapioka di bawah mikroskop polarisasi (perbesaran 400x,
1 skala = 10 µm),
9000 120
8000
PO12 100
7000 PO8
6000 80
viskositas (cP)
PO10
suhu (oC)
5000
60
4000
3000 40
2000 native
20
1000
0 0
0 4 8 12 16
waktu (menit)
Tabel 3. Profil gelatinisasi pati tapioka hasil modifikasi hidroksipropilasi dan ikat
silang pada berbagai kombinasi konsentrasi menggunakan Rapid Visco Analyzer
(RVA).
pH netral pH 3,5
Parameter
Native PO8 PO10 PO12 Native PO8 PO10 PO12
Waktu gelatinisasi (menit) 5.93 8.33 7.33 7.27 6 9,6 7,8 8,47
Suhu awal gelatinisasi ( oC) 68.5 67.3 66.65 65.2 68.45 68 66.45 66
Viskositas Puncak (cP) 5635 5735 5317 6593 5841 2459 4004 2721
Viskositas Breakdown (cP) 4089 756 698 1530 4128 20 794 112
Viskositas Setback (cP) 1192 3199 3564 3136 1177 1908 3233 2330
Kejernihan pasta
terlarut pada pati yang dimodifikasi lebih banyak dibandingkan pati alami (Teja et
al., 2008).
Dalam hal ini pati modifikasi memiliki amilosa terlarut paling banyak.
Bila suhu pasta pati kemudian diturunkan hingga 25°C, amilosa terlarut
cenderung berestrukturisasi/saling bergabung dengan amilosa yang lain (dikenal
sebagai proses retrogradasi). Oleh karena itu, saat dianalisa dengan
spektrofotometer, pada pasta pati yang dimodifikasi terdapat lebih banyak
partikel-partikel amilosa sehingga menyerap lebih banyak sinar. Akibatnya adalah
pasta pati yang dimodifikasi memiliki tingkat kekeruhan yang lebih tinggi
daripada pati yang tidak termodifikasi (Teja et al., 2008).
Profil gelatinisasi pati modifikasi pada pH asam (3.5) dapat dilihat pada
Tabel 3, dan gambaran profil kurva RVA disajikan pada Gambar 5. Gambar 5
memperlihatkan terjadinya penurunan viskositas puncak pasta pati pada berbagai
tingkat perubahan suhu dengan adanya perlakuan asam (pH 3.5) dibandingkan
dengan yang tidak diberi perlakuan asam, dimana ditunjukkan oleh kurva yang
lebih rendah meskipun polanya relatif mirip. Viskositas breakdown dan viskositas
setback pati modifikasi pada pH 3.5 mengalami penurunan, kecuali untuk
perlakuan dengan propilena oksida 10% yang mengalami peningkatan viskositas
breakdown bila di bandingkan dengan viskositas breakdown pada pati tanpa
perlakuan asam.
Menurut Wattanachant et al. (2002) perlakuan asam akan menurunkan
viskositas pasta dan konsistensi dari pati hasil modifikasi. Pada pati tapioka yang
dimodifikasi dengan propilena oksida 10% dengan konsentrasi STMP 2%:STPP
5%, terjadi perbedaan pola kurva dimana pada pH 3.5 viskositas puncak tercapai
lebih tinggi tetapi selanjutnya mengalami penurunan cukup tajam (viskositas
breakdown tinggi), pada saat suhu diturunkan viskositas meningkat kembali
dengan nilai viskositas setback yang lebih rendah dibandingkan dengan tanpa
perlakuan asam.
Perbedaan yang terjadi pada perlakuan konsentrasi propilena oksida 10%
disebabkan perlakuan tersebut memiliki nilai derajat substitusi (DS) yang lebih
tinggi dari pada PO8 dan PO12. Hal ini diduga keberadaan gugus hidroksipropil
dan jembatan fosfat di dalam granula pati dapat lebih mempertahankan struktur
14
granula dari kerusakan akibat adanya hidrolisis asam. Akan tetapi jika dilihat
secara umum pada pati tapioka yang dimodifikasi dengan propilena oksida 10%
dengan konsentrasi STMP 2%:STPP 5% memiliki kestabilan profil gelatinisasi,
baik diberi perlakuan asam maupun tidak.
7000 120
PO10
6000 100
5000 PO12
80
viskositas (cP)
suhu (oC)
4000 PO8
60
3000
native 40
2000
1000 20
0 0
0 4 8 12 16 20
waktu (menit)
PO8 = PO 8%;STMP 2%;STPP 5% ; PO10 = PO 10%;STMP 2%;STPP 5% ; PO12= PO 8%;STMP 2%;STPP 5%
native
PO8
PO10
PO12
Swelling Power
4
native
3.5
3
PO10
2.5
∆ uptake
PO8
2
1.5
1 PO12
0.5
0
0 6 24 48 72
jam
%W absorpsi
(jam) native PO8 PO10 PO12
0 0 0 0 0
6 0,2056 0,2168 0,2436 0,0725
24 2,6494 1,7344 1,7853 0,4012
48 3,2494 2,2726 2,3920 0,8435
78 3,5628 2,5318 2,6904 1,4622
Simpulan
Saran
Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mengetahui sifat resisten pati tapioka
( kadar pati resisten dan daya cerna pati), hal ini perlu dilakukan karena pati hasil
modifikas ini termasuk ke dalam pati resisten tipe 4 (RS4) yang selanjutnya dapat
diaplikasikan pada berbagai jenis produk pangan seperti mayones, salad dressing,
saos tomat, pie filling, atau minuman sari buah.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz A, Daik R, Ghani MA, Daud NIN, Yamin BM. 2004. Hydroxypropylation
and acetylationof sago starch, Malays J Chem 6: 048-054.
BeMiller JN, Whistler RL. 1996. Carbohydrates. Di dalam Fennema OR
(Eds.)Food Chemistry. New York (US): Marcel Dekker.
BeMiller JN. 1997. Starch modification: challenges and prospects.
Starch/Starke49: 127-131. doi: 10.1049/cc-82-0088.
BeMiller JN. 2011. Pasting, paste, and gel properties of starch–
hydrocolloidcombinations, Carbohydr Polym. 86: 386-423. doi:
10.1016/j.carbpol.2011.05.064.
Chen Z. 2003. Physicochemical properties of sweet potato starches and
theirapplication in noodle products [Thesis]. Wageningen (NL):
Wageningen University.
Chung H-J, Liu Q, Hoover R. 2010. Effect of single and dual hydrothermal
treatmens on the crystaline structure, thermal properties, and nutritional
fractions of pea, lentil, and navy bean starches. Food Research
International 43:501-508
Code of Federal Regulation (CFR). 2009. Part 172 : Food Additives permitted
fordirect addition to food for human consumption. Sec. 172.892: Food
starch-modified. Title 21, Volume 3.
Das AB, Singh G, Singh S, Riar CS. 2010. Effect of acetylation and dual modifi-
cation on physico-chemical, rheological and morphological
characteristics of sweet potato (Ipomoea batatas) starch. Carbohydr
Polym. 80: 725–732. doi: 10.1016/j.carbpol.2009.12.018.
Deetae P, Shobsngob S, Varanyanond W, Chinachoti P, Naivikul O, Varavinit S.
2008. Preparation, pasting properties and freeze–thaw stability of dual
modified crosslink-phosphorylated rice starch. Carbohydr Polym. 73:
351–358. doi: 10.1016/j.carbpol.2007.12.004.
Eris, F. R. 2005. Produksi Bersih Pada Industri Tapioka. Tugas Mata Kuliah
Teknologi Produksi Bersih. Sekolah Pasca Sarjana. Program studi
Teknologi Industri Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
18
Faridah DN, Prangdimurti E, Adawiyah DR. 2008. Pangan Fungsional dari Umbi
Suweg dan Garut: Kajian Daya Hipokolesterolemik dan Indeks
Glikemiknya.Laporan Penelitian Hibah Bersaing, LPPM-IPB, Bogor.
French D. 1984. Organization of Starch Granules. Di dalam Whistler RL,
BeMiller JN, Paschall EF (eds.). Starch : Chemistry and Technology.
New York (US): Academic Press, Inc.
Herawati, H. 2010. Standarisasi pati termodifikasi untuk produk pangan.Makalah
disampaikan pada acara PPIS–BSN 2010, Jakarta, 11 November 2010.
Herawati, H. 2011. Potensi pengembangan produk pati tahan cerna sebagai
pangan fungsional. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30(1):
31−39.
Lim, S. and Seib, P. A. 1993.Preparation and pasting properties of wheat and
waxy corn starch phosphates. Cereal Chem. 70: 137-144.
Maulani, R.R, Fardiaz D, Kusnandar F, Sunarti T. C.2013. characterization of
chemical and physical properties of hydroxypropylated and cross-linked
arrowroot (Marantha arundinacea) starch. Published by ITB Journal
Publisher, ISSN: 2337-5779, doi: 10.5614/j.eng.technol.sci.
Miyazaki M, Hung PV, Maeda T, Morita N. 2006. Recent advances in
applicationof modified starches for breadmaking. Trend Food Sci Tech.
17: 591-599. doi : 10.1016/j.tifs.2006.05.002.
Nwokocha LM, Aviara NA, Senan C, Williams PA. 2009. A comparative study of
some properties of cassava (Manihot esculenta, Crantz) and cocoyam
(Colocasia esculenta, Linn) starches. Carbohydrate polymers 76:362-367
Pomeranz, Y.(1991). Functional properties of food components (2nded.). New
York: Academic Press, Inc.
Purwani, E.Y., M.T. Suhartono, H. Herawati, and P.P. Dewi. 2010. Type of
resistant starch affected butyrate production
byClostridiumbutyricumBCC B2571. International Seminar on Emerging
Issues and Developments in Foods and Ingredients, Jakarta, 29−30
September 2010.
Sabrina, E. 1990. Karakterisasi Tepung Singkong Dari Beberapa Varietas Ubi
Kayu. [Skripsi]. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Singh J, Kaur L, Singh N. 2004. Effect of acetylation on some properties of corn
and potato starches, Starch/Starke 56 : 586-601. doi: 10.
1002/star.200400293.
Singh J, Kaur L, McCarthy OJ. 2007. Factors influencing the physico-chemical,
morphological, thermal and rheological properties of some chemically
modified starches for food applications – A review. Food Hydrocol. 21:
1-22. doi : 10.1016/j.foodhyd.2006.02.006.
Smolka GE, Alexander RJ. 1985. Modified starch, its method of manufacture and
the salad dressings produced therewith. US Patent. 4562086.
Swinkles JJM. 1985. Sources of starch, its chemistry and physics. Di dalam Van
Beynum GMA, Roles JA (Eds.). Starch Conversion Technology. New
York (US): Marcell Dekker Inc.
Taggart P. 2004. Starch as an ingredient: manufacture and applications. Di dalam
Eliasson AC (Eds). Starch in food. Structure, function, and application.
Cambridge (GB): Woodhead Publishing: 363-392.
19
Wang X, Conway PL, Brown IL, Evans AJ. 1999. In vitro utilization of
amylopectin and high-amylose maize (amylomaize) starch granules by
humans colonic bacteria. App Environ Mycrobiol. 65: 4848-4854.
Wang YJ, Wang L. 2000. Effect of modification sequence on structures and
properties of hydroxypropylated and crosslinked waxy maize starch.
Starch/Starke 52(11): 406-412. doi: 10.1002/1521-379X(200011)52.
Wattanacant S, Muhammad SKS, Hasyim DM, Rahman RA. 2002.
Characterization of hydroxypropylated crosslinked sago starch as
compared to commercial modified starches. Songklanakarin Journal
Science and Technology 24(3): 439-450.
Wattanachant S, Muhammad K, Hashim DM, Rahman RA. 2003. Effect of
crosslinking reagents and hydroxypropylation levels on dual-modified
sago starch properties. J. Food Chem. 80:463-471.
Woo K, Seib PA. 1997. Cross-linking of wheat starch and hydroxypropylated
wheat starch in alkaline slurry with sodium trimetaphosphate. Carbohydr
Polym. 33: 263-271. pii:S0144-8617(97)0037-4.
Woo K. 1999. Cross-linked, RS4 Type Resistant Starch: Preparation and
Properties. Kansas (US): Kansas`State University.
Wu Y, Seib PA. 1990. Acetylated and hydroxypropylated distarch phosphate
fromwaxy barley: Paste properties and freeze-thaw stability. Cereal
Chem. 67: 202–208.
Wurzburg OB. 1989. Modified Starches: Properties and Uses, 4th Printing, Boca
Raton (FL): CRC Press.
Yeh AI, Yeh SL. 1993. Some characteristics of hydroxypropylated and cross
linked rice starch. Cereal Chem. 70(5): 596 – 601.
Zobel H. 1988. Molecules to granules: A compressive starch review. Starch/
Starke 40: 44-50. doi:10.1002/star.19880400203.
20
native PO8
PO10 PO12
native PO8
PO10 PO12
21
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 26 Mei 1992 dari ayah Suslani
dan ibu Sugiastuti. Penulis adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2009
penulis lulus dari SMA 3 Semarang dan pada tahun yang sama penulis lulus
seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB dan diterima di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis anggota Himpunan
Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia 2012, pengajar TOGA (Tanaman Obat
Keluarga) Seafast Center IPB, dan pada tahun 2013 menerima beasiswa penelitian
dari Indofood Riset Nugraha.