PPK Ipd Hiv Aids

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

HIV-AIDS PADA DEWASA

NO DOKUMEN NO REVISI
A

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh:


PANDUAN 8 juni 2018
PRAKTIK
KLINIS

2. Pengertian Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan


(Definisi) gejala penyakit yang diakibatkan karena penurunan kekebalan
tubuh akibat adanya infeksi oleh Human Immunodeficiency
Virus (HIV).
3. Anamnesis Keluhan
Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan gejala atau
keluhan tertentu. Pasien datang dapat dengan keluhan:
1. Demam (suhu >37,5OC) terus menerus atau intermiten
lebih dari satu bulan.
2. Diare yang terus menerus atau intermiten lebih dari satu
bulan.
3. Keluhan disertai kehilangan berat badan (BB) >10% dari
berat badan dasar.
4. Keluhan lain bergantung dari penyakit yang
menyertainya.

Faktor Risiko
1. Penjaja seks laki-laki atau perempuan
2. Pengguna NAPZA suntik
3. Laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-
laki dan transgender
4. Hubungan seksual yang berisiko atau tidak aman
5. Pernah atau sedang mengidap penyakit infeksi menular
seksual (IMS)
6. Pernah mendapatkan transfusi darah
7. Pembuatan tato dan atau alat medis/alat tajam yang
tercemar HIV
8. Bayi dari ibu dengan HIV/AIDS
9. Pasangan serodiskordan – salah satu pasangan positif
HIV
4. Pemeriksaan 1. Keadaan Umum
fisik a. Berat badan turun >10% berat badan dasar
b. Demam terus-menerus atau intermiten lebih dari 1
bulan
c. Diare terus-menerus atau intermitten lebih dari 1 bulan
2. Kulit
a. Tanda-tanda masalah kulit terkait HIV misalnya kulit
kering dan dermatitis seboroik
b. Tanda-tanda herpes simpleks dan zoster atau jaringan
parut bekas herpes zoster
3. Pembesaran kelenjar getah bening meluas
4. Mulut: kandidiasis oral, oral hairy leukoplakia, keilitis
angularis
5. Dada: dapat dijumpai ronki basah akibat infeksi paru
6. Abdomen: hepatosplenomegali, nyeri, atau massa
7. Anogenital: tanda-tanda herpes simpleks, duh vagina atau
uretra
8. Neurologi: tanda neuropati dan kelemahan neurologis, nyeri
kepala yang semakin berat, terus-menerus dan tidak jelas
penyebabnya, penurunan fungsi kognitif
4. Kriteria Anamnesis
diagnosis Pemeriksaan Fisik
Hasil tes HIV

5. Diagnosis Kerja Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik


dan hasil tes HIV
Stadium klinis ditentukan dengan tabel berikut

Stadium klinis HIV Stadium 1 Asimptomatik

1. Tidak ada penurunan BB


2. Tidak ada gejala atau hanya limfadenopati generalisata persisten

Stadium 2 Sakit Ringan

1. Penurunan BB bersifat sedang yang tidak diketahui


penyebabnya (<10% dari perkiraan BB atau BB sebelumnya)
2. ISPA berulang (sinusitis, tonsilitis, otitis media, faringitis)
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
4. Keilitis angularis
5. Ulkus mulut yang berulang
6. Ruam kulit yang gatal (Papular pruritic eruption)
7. Dermatitis seboroik
8. Infeksi jamur pada kuku

Stadium 3 Sakit Sedang

1. Penurunan berat badan yang tak diketahui


penyebabnya (> 10% dari perkiraan BB atau BB
sebelumnya)
2. Diare kronis yang tak diketahui penyebabnya lebih
dari 1 bulan
3. Demam menetap yang tak diketahui penyebabnya
4. Kandidiasis pada mulut yang menetap
5. Oral hairy leukoplakia
6. Tuberkulosis paru
7. Infeksi bakteri yang berat (contoh: pneumonia,
empiema, meningitis, piomiositis, infeksi tulang atau
sendi, bakteriemia, penyakit inflamasi panggul yang
berat)
8. Stomatitis nekrotikans ulseratif akut, ginggivitis atau
periodontitis
9. Anemia yang tak diketahui penyebabnya (Hb <8g/dL),
neutropeni (<0,5 x 10 g/L) dan/atau trombositopenia
kronis (<50 x 10 g/L)

Stadium 4 Sakit Berat (AIDS)

1. Sindrom wasting HIV


2. Pneumonia Pneumocystis jiroveci
3. Pneumonia bakteri berat yang berulang
4. Infeksi herpes simpleks kronis (orolabial, genital, atau
anorectal selama lebih dari 1 bulan atau visceral di
bagian manapun)
5. Kandidiasis esofageal (atau kandidiasin trakea,
bronkus atau paru)
6. Tuberkulosis ekstraparu
7. Sarkoma kaposi
8. Penyakit sitomegalovirus (retinitis atau infeksi organ
lain tidak termasuk hati, limpa dan KGB)
9. Toksoplasmosis di sistem saraf pusat
10. Ensefalopati HIV
11. Penumonia kriptokokus
12. Infeksi mikobakterium non tuberkulosis yang
menyebar
13. Leukoencephalopathy multifocal progresif
14. Kriptosporidiosis kronis
15. Isosporiasis kronis
16. Mikosis diseminata
17. Septikemi yang berulang
18. Limfoma (serebral atau sel B non hodgkin)
19. Karsinoma serviks invasif
20. Leishmaniasis diseminata atipikal
21. Nefropati atau kardiomiopati terkait HIV yang
simtomatis
6. Diagnosis Penyakit imunnodeficiency lainnya
Banding
7. Pemeriksaan Laboratorium
Penunjang a. Hitung jenis leukosit :
Limfopenia dan CD4 hitung <350 (CD4 sekitar 30% dari
jumlah total limfosit)
b. Tes HIV menggunakan strategi III yatu menggunakan 3
macam tes dengan titik tangkap yang berbeda, umumnya
dengan ELISA dan dikonfirmasi Western Blot
c. Pemeriksaan Darah Lengkap
2. Radiologi: X-ray torak

8. Tata Laksana 1. Pasien terduga HIV/AIDS dirujuk untuk konseling dan


pemeriksaan VCT
2. Pasien yang belum memenuhi syarat terapi ARV
Monitor perjalanan klinis penyakit dan jumlah CD4-nya
setiap 6 bulan sekali.
3. Pemberian kotrimoxazole sebagai pengobatan dan
pencegahan primer infeksi oportunistik
4. Pemantauan pasien dalam terapi antiretroviral
a. Pemantauan klinis
Dilakukan pada minggu 2, 4, 8, 12 dan 24 minggu sejak
memulai terapi ARV dan kemudian setiap 6 bulan bila
pasien telah mencapai keadaan stabil.
b. Pemantauan laboratorium
i. Pemantauan CD4 secara rutin setiap 6 bulan atau
lebih sering bila ada indikasi klinis.
ii. Pasien yang akan memulai terapi dengan AZT
maka perlu dilakukan pengukuran kadar
Hemoglobin (Hb) sebelum memulai terapi dan pada
minggu ke 4, 8 dan 12 sejak mulai terapi atau ada
indikasi tanda dan gejala anemia
iii. Bila menggunakan NVP untuk perempuan dengan
CD4 antara 250–350 sel/mm3 maka perlu dilakuan
pemantauan enzim transaminase pada minggu 2, 4,
8 dan 12 sejak memulai terapi ARV (bila
memungkinkan), dilanjutkan dengan pemantauan
berdasarkan gejala klinis.
iv. Evaluasi fungsi ginjal perlu dilakukan untuk pasien
yang mendapatkan TDF.
5. Terapi untuk infeksi oportunistik yang muncul
9. Edukasi 1. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi menular
seksual (IMS), dan kelompok risiko tinggi beserta pasangan
seksualnya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang
penyakit HIV/AIDS. Pasien disarankan untuk bergabung
dengan kelompok penanggulangan HIV/AIDS untuk
menguatkan dirinya dalam menghadapi pengobatan
penyakitnya.
10. Prognosis Ad vitam : Dubia ad malam
Ad fungsionam : Dubia ad malam
Ad sanationam /: Dubia ad malam
11. Indikator Medik Semua pasien terduga HIV/AIDS dirujuk untuk pengobatan
CST
12. Kepustakaan 1. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Pedoman Nasional Tatalaksana Infeksi HIV
dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa.Jakarta:
Kemenkes. 2011. (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2011)
2. Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati
S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4thEd. Vol II. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
2006. hlm 1825-30.

Anda mungkin juga menyukai